1. Arbitrase Institusional
Ketika menyebut lembaga arbitrase, yang dimaksud biasanya adalah lembaga atau
institusi resmi yang kewenangannya melakukan arbitrase. Institusi ini berdiri secara
permanen dan biasanya memiliki panduan pelaksanaan arbitrase dengan jelas, mulai dari
syarat permohonan arbitrase yang dipenuhi dan pemilihan arbiter sampai pada pembuatan
putusan. Karena dilakukan oleh institusi, arbitrase yang dilakukan disebut arbitrase
institusional.
Dibentuk oleh pemerintah, BANI merupakan badan otonom yang berwenang melakukan
arbitrase untuk berbagai sengketa perniagaan, industri, dan keuangan. Lembaga yang
didirikan pada tahun 1977 ini memiliki kantor utama di Jakarta dan perwakilan di beberapa
kota di Indonesia.
Ada lebih dari seratus arbiter yang bekerja di BANI dan hampir sepertiganya merupakan
arbiter asing. Mereka memiliki berbagai latar belakang keahlian sehingga BANI bisa
menangani berbagai kasus, baik yang melibatkan perusahan Indonesia maupun asing.
ICC yang berada di Paris telah berdiri sejak tahun 1923 dan menangani sengketa
komersial berskala internasional, sedangkan ICSID lebih berfokus pada sengketa di bidang
investasi dan berkantor di Washington. Sengketa yang diselesaikan di lembaga arbitrase
internasional ini termasuk antara perusahaan atau investor dengan negara.
2. Arbitrase Ad-hoc
Selain arbitrasi institusional, ada juga arbitrase ad-hoc,yaitu yang dilakukan oleh tim
buatan yang ditunjuk oleh pihak yang bersengketa. Proses arbitrase jenis ini biasanya dipilih
setelah ada sengketa yang muncul. Begitu masalah selesai diproses dan putusan arbitrase
telah dihasilkan, tim ad-hocpun dibubarkan.
Selain soal status permanen atau insidental, arbitrase institusional dengan ad-hocberbeda
dalam hal prosedur. Ketika arbitrase dilakukan oleh lembaga seperti BANI, biasanya telah
ada prosedur standar yang harus dilakukan. Namun, dalam arbitrase ad-hoc, tidak ada
prosedur baku karena pihak yang terlibat memang tidak terikat pada organisasi yang memiliki
standar operasional tertentu. Hal ini memungkinkan penyelesaian sengketa diselesaikan
dengan cara yang paling diinginkan oleh pihak-pihak yang terlibat.
Pertanyaannya kemudian, bagaimana cara menentukan apakah arbitrase yang akan Anda
lakukan adalah institusional atau ad-hoc?
Jawabannya sederhana, yaitu tergantung pada kesepakatan antara Anda dengan pihak
lain. Kalau sudah ada kesepakatan, hasilnya bisa ditulis secara jelas dalam klausul pactum de
compromittendo. Namun, kalau belum ada klausul arbitrase yang ditulis sebelumnya, begitu
sengketa muncul Anda dapat mengajukan permohonan kepada lembaga arbitrase saja---cara
ini lebih sering dipilih. Alasannya, lembaga tersebut memang 'ahlinya' dalam menyelesaikan
sengketa komersial.
Untuk mengikuti proses arbitrase, Anda juga perlu menunjuk pengacara arbitrase agar
proses arbitrase dapat berjalan dengan baik.