Internasional | 1
Pendahuluan
Pengadilan internasional merupakan mekanisme yang digunakan untuk
menyelesaikan kasus-kasus kejahatan internasional seperti kasus-kasus kejahatan
perang yang terjadi selama Perang Dunia II. Secara historis, Pengadilan Militer
Internasional (International Military Tribunal) di Nuremberg (1945) dan Tokyo
(1946) merupakan tonggak sejarah yang memiliki arti penting bagi perkembangan
hukum internasional, khususnya hukum pidana internasional. Hal itu terutama
dapat dilihat dari prinsip-prinsip yang dibuat oleh Pengadilan di Nuremberg, kini
telah dianggap sebagai hukum kebiasaan internasional (customary International
law).1
Penyelesaian melalui forum pengadilan (judicial proceedings) merupakan
salah satu mekanisme utama yang dikenal untuk menghukum pelaku kejahatan-
kejahatan internasional. Pierre Hazan menyatakan hal itu sebagai berikut:2
“Judicial proceedings constitute the various forms of punitive policy, first
implemented by the creation of the International Military Tribunal in
Nuremberg International Criminal Tribunals, Semi-International Tribunals,
the International Criminal Court and National Courts. Their purpose is to
suppress International Crime (War Crimes, Crimes against Humanity and
Crimes of Genocide) and also according do their mandat, serious human
rights violations.”
1
Prinsip-prinsip tersebut, antara lain, yaitu individu bertanggung jawab pidana secara individual
(individual Criminal responsibility) atas perbuatan-perbuatannya melakukan kejahatan terhadap
kemanusiaan, kejahatan terhadap perdamaian, dan kejahatan perang, apapun jabatan yang
dimilikinya (baik sipil maupun militer); perintah atasan tidak dapat digunakan sebagai alasan
pembenar atau untuk menghindarkan diri dari hukuman, namun hanya dapat digunakan untuk
meringankan hukuman.
2
Pierre Hazan, Measuring the Impact of Punishment and Forgiveness: a Framework for Evaluating
Transitional Justice, International Review of the Red Cross, Volume 88 Number 861, March 2006,
hlm. 24.
Pengadilan Campuran (Hybrid-Tribunals) dalam Penyelesaian Kejahatan
Internasional | 2
3
Menurut Pasal 53 Konvensi Wina tahun 1969 tentang Hukum Perjanjian, yang dimaksud dengan
jus cogens adalah suatu norma yang diterima dan diakui oleh masyarakat internasional negara-
negara secara keseluruhan yang tidak boleh dilakukan penundaan/pelanggaran terhadapnya,, dan
norma ini hanya dapat diubah oleh norma jus cogens yang baru yang memiliki sifat yang sama.
Pengadilan Campuran (Hybrid-Tribunals) dalam Penyelesaian Kejahatan
Internasional | 3
4
Bab VII Piagam PBB mengatur bahwa Dewan Keamanan PBB berwenang untuk mengambil suatu
tindakan apabila terjadi: pelanggaran terhadap perdamaian (breach of peace), ancaman terhadap
perdamaian (threat to peace) atau tindakan agresi (act of aggression).
5
Lihat Pasal 7 Statuta ICTY.
6
Lihat pasal 2, 3, dan 4 Statuta ICTR
Pengadilan Campuran (Hybrid-Tribunals) dalam Penyelesaian Kejahatan
Internasional | 4
7
Eddy O. S. Hiariej, Pengantar Hukum Pidana Internasional, Jakarta: Penerbit Erlangga, 2009.
8
Lihat Pasal 5 ayat (1) Statuta Roma
9
Lihat Pasal 12 ayat (2) Statuta Roma
10
Antonio Cassese, International Criminal Law, New York: Oxford University Press, 2003, hlm.
733.
11
H. Victor Conde, A Handbook of International Human Rights Terminology, Nebraska: University
of Nebraska Press, 1999, hlm. 152
Pengadilan Campuran (Hybrid-Tribunals) dalam Penyelesaian Kejahatan
Internasional | 5
atau hybrid mengacu pada perpaduan antara unsur lokal dan internasional yang
terdapat di dalamnya, seperti : personilnya, sistem hukum yang diterapkan, dana
operasionalnya, dan sebagainya. Pengadilan campuran biasanya dibentuk
berdasarkan suatu perjanjian bilateral antara suatu negara dengan PBB.
12
Higonnet, Ethel , "Restructuring Hybrid Courts: Local Empowerment and National Criminal
Justice Reform" (2005) hlm. 4, dalam http://digitalcommons.law.yale.edu/student_papers/6
13
S Katzenstein, "Hybrid Tribunals: Searching for Justice in East Timor" (2003). Lihat juga L. A.
Dickinson, "The Promise of Hybrid Courts" (2003)
14
Alberto Costi, “Hybrid Tribunals as a Viable Transitional Justice Mechanism to Combat Impunity
in Post-Conflict Situations.” (2006)
Pengadilan Campuran (Hybrid-Tribunals) dalam Penyelesaian Kejahatan
Internasional | 6
15
Lebih lengkapnya lihat On the Organization of Courts in East Timor, United Nations
Transnational Administration in East Timor, (UNTAET) Reg. 2000/11, U.N. Doc.
UNTAET/REG/2000/11 (Mar. 6, 2000)
16
Lebih lengkapnya lihat On the Appointment and Removal from Office of International Judges and
International Prosecutors, United Nations Interim Administration Mission in Kosovo (UNMIK)
Regulation 2000/6, U.N. Doc. UNMIK/REG/2000/6 (Jan. 12, 2001)
17
Lebih lengkapnya lihat the Special Court for Sierra Leone homepage di http://www.sc- sl.org/;
atau situs NGO No Peace Without Justice di http://www.specialcourt.org/
18
Lihat http://www.cambodia.gov.kh/krt/english/, atau
http://www.camnet.com.kh/ocm/government60.htm. Atau http://www.pict-
pcti.org/courts/pdf/Cambodia/Cambodia_052203.pdf.
Pengadilan Campuran (Hybrid-Tribunals) dalam Penyelesaian Kejahatan
Internasional | 7
19
UNTAET Regulation No. 2000/15 on The Establishment of Panels with Exclusive Jurisdiction
Over Serious Criminal Offences Section 1.3, “The panels established pursuant to Sections 10.3 and
15.5 of UNTAET Regulation No. 2000/11 and as specified under Section 1 of the present regulation,
shall exercise jurisdiction in accordance with Section 10 of UNTAET Regulation No. 2000/11 and
with the provisions of the present regulation with respect to the following serious criminal offences:
(a) Genocide;
(b) War Crimes;
(c) Crimes against Humanity;
(d) Murder;
(e) Sexual Offences; and
(f) Torture.”
20
With regard to the serious criminal offences listed under Section 10.1(d) to (e) of UNTAET
Regulation No. 2000/11 as specified in Sections 8 to 9 of the present regulation, the panels
established within the District Court in Dili shall have exclusive jurisdiction only insofar as the
offence was committed in the period between 1 January 1999 and 25 October 1999.
21
In accordance with Section 7.3 of UNTAET Regulation No. 2000/11, the panels established by
the present regulation shall have jurisdiction (ratione loci) throughout the entire territory of East
Timor.
22
Section 3, Applicable Law.
3.1 In exercising their jurisdiction, the panels shall apply:
(a) the law of East Timor as promulgated by Sections 2 and 3 of UNTAET Regulation No.
1999/1 and any subsequent UNTAET regulations and directives; and
(b) where appropriate, applicable treaties and recognised principles and norms of international
law, including the established principles of the international law of armed conflict.
3.2 In the event of a change in the law applicable to a given case prior to a final judgement, the
law more favourable to the person being investigated, prosecuted or convicted shall apply.
23
Lihat http://hrcberkeley.org/download/justice_east_timor.pdf
Pengadilan Campuran (Hybrid-Tribunals) dalam Penyelesaian Kejahatan
Internasional | 8
24
Lihat http://www.jsmp.minihub.org/courtmonitoring/spsc.htm.
25
Surat dari Ahmed Tejan Kabbah, Presiden Sierra Leone, kepada Sekretaris Jenderal PBB Kofi
Annan, U.N. Doc S/2000/786.
26
Security Council resolution 1315 (2000) on the situation in Sierra Leone, Dokumen lengkapnya
lihat http://daccess-ods.un.org/TMP/1593317.091465.html
27
Agreement between the United Nations and the Government of Sierra Leone on the Establishment
of the Special Court for Sierra Leone, signed on 16 January 2002, Dokumen lengkapnya lihat
http://www.rscsl.org/Documents/scsl-agreement.pdf
28
Special Court Agreement (2002) Ratification Act, Act of Sierra Leone's Parliament to ratify the
Special Court Agreement, dokumen dapat dilihat di http://www.rscsl.org/Documents/SCSL-
ratificationact.pdf dan The Special Court Agreement (2002) (Ratification) (Amendment) Act, 2002
Act of Sierra Leone's Parliament to amend the Special Court Agreement, dokumen dapat dilihat di
http://www.rscsl.org/Documents/SCSL-ratificationamendmentact.pdf
Pengadilan Campuran (Hybrid-Tribunals) dalam Penyelesaian Kejahatan
Internasional | 9
yang sama29, namun SCSL memiliki kedudukan lebih tinggi manakala SCSL secara
formal meminta suatu pengadilan nasional Sierra Leone untuk menyerahkan
kompetensinya kepada SCSL.30
Hingga tahun 2005, staf SCSL berjumlah 294 orang. Menyangkut dana, pada
tahun 2004/2005 dana yang tersedia berjumlah US$ 29,9 juta. Bahasa yang
dipergunakan dalam persidangan adalah Bahasa Inggris. Masa tugas para hakim
adalah 3 tahun dan dapat dipilih kembali. Jumlah kamar (Chambers) adalah satu,
yang terdiri dari 3 orang hakim, dengan rasio: 2 hakim internasional dan 1 hakim
nasional. Kamar untuk banding juga tersedia, yang terdiri dari 5 orang hakim,
dengan rasio: 3 hakim internasional dan 2 hakim nasional. Bahasa yang
dipergunakan dalam persidangan adalah Bahasa Inggris.
SCSL berkedudukan di Freetown, ibukota Sierra Leone. SCSL memiliki
yurisdiksi atas: kejahatan terhadap kemanusiaan31, pelanggaran terhadap Pasal 3
Konvensi Jenewa 1949 dan Protokol Tambahan II 197732, pelanggaran-pelanggaran
serius lainnya terhadapa hukum humaniter internasional33, kejahatan-kejahatan
seksual terhadap anak perempuan dan kejahatan-kejahatan yasng berkaitan dengan
penghancuran harta benda secara sengaja.34
Disamping menggunakan instrumen-instrumen hukum internasional, SCSL
juga menggunakan ketentuan-ketentuan hukum nasional Sierra Leone, seperti: the
Prevention of Cruelty to Children Act tahun 1926 dan the Malicious Damage Act
tahun 1861. Demikian pula dalam hal hukum acara dan pembuktian, yaitu
menggunakan hukum acara dan pembuktian ICTR serta KUHAP Sierra Leone
tahun 1965. SCSL memiliki yurisdiksi mengadili orang-orang yang paling
bertanggung-jawab atas pelanggaran serius hukum humaniter internasional dan
29
Statute of the Special Court, annexed to the Agreement (16 January 2002) Pasal 8 ayat (1)
menyebutkan, The Special Court and the national courts of Sierra Leone shall have concurrent
jurisdiction. dokumen dapat dilihat di http://www.rscsl.org/Documents/scsl-statute.pdf
30
Statute of the Special Court, annexed to the Agreement (16 January 2002) Pasal 8 ayat (2)
menyebutkan, The Special Court shall have primacy over the national courts of Sierra Leone. At
any stage of the procedure, the Special Court may formally request a national court to defer to its
competence in accordance with the present Statute and the Rules of Procedure and Evidence.
31
Statute of the Special Court, annexed to the Agreement (16 January 2002) Pasal 2
32
Statute of the Special Court, annexed to the Agreement (16 January 2002) Pasal 3
33
Statute of the Special Court, annexed to the Agreement (16 January 2002) Pasal 4
34
Statute of the Special Court, annexed to the Agreement (16 January 2002) Pasal 5
Pengadilan Campuran (Hybrid-Tribunals) dalam Penyelesaian Kejahatan
Internasional | 10
hukum Sierra Leone yang dilakukan di wilayah Sierra Leone sejak 30 November
1996.35
SCSL akan terdiri dari satu pengadilan tingkat pertama (dengan kemungkinan
penambahan jika ada permintaan dari Sekjen PBB dan Presiden SCSL) dan
pengadilan banding. SCSL akan diisi oleh tidak kurang dari delapan hakim
independen dan tidak lebih dari 11 hakim. Majelis hakim pengadilan tingkat
pertama terdiri dari tiga orang, satu orang diangkat oleh Pemerintah Sierra Leone
dan dua orang oleh Sekjen PBB. Sedangkan di pengadilan banding, dua orang
hakim akan diangkat oleh Pemerintah Sierra Leone dan tiga orang hakim akan
diangkat oleh Sekjen PBB.36 Mandat Pengadilan Khusus di Sierra Leone telah
berakhir pada pertengahan tahunn 2007.
Pengadilan campuran di Kamboja yang dinamakan the Extraordinary
Chambers in the Courts of Cambodia didirikan pada tahun 2003 berdasarkan
perjanjian antara PBB dengan Pemerintah Kamboja (Agreement between the United
Nations and the Royal Government of Cambodia concerning the prosecution under
Cambodian law of crimes committed during the period of Democratic Kampuchea
(ECCC Agreement)) yang ditandatangani pada tanggal 6 Juni 2003.37 Chambers ini
juga didirikan berdasarkan The Law on the Establishment of the Extraordinary
Chambers as amended38 dan Law to Amend the 2001 Law on the Establishment of
the Extraordinary Chambers39. Pengadilan campuran ini berkedudukan di Phnom
Penh, Kamboja. Mengenai danan operasional, terutama disediakan oleh Pemerintah
Kamboja dan Trust Fund PBB (dalam kurun waktu tiga tahun berjumlah US$ 56,3
35
Statute of the Special Court, annexed to the Agreement (16 January 2002) Pasal 1 ayat (1)
menyebutkan, The Special Court shall, except as provided in subparagraph (2), have the power to
prosecute persons who bear the greatest responsibility for serious violations of international
humanitarian law and Sierra Leonean law committed in the territory of Sierra Leone since 30
November 1996, including those leaders who, in committing such crimes, have threatened the
establishment of and implementation of the peace process in Sierra Leone.
36
Lihat Pasal 2 ayat (2) Agreement between the United Nations and the Government of Sierra Leone
on the Establishment of the Special Court for Sierra Leone, signed on 16 January 2002.
37
Dokumen dapat dilihat pada www.eccc.gov.kh/sites/default/files/legal-
documents/Agreement_between_UN_and_RGC.pdf
38
Dokumen dapat dilihat pada www.eccc.gov.kh/sites/default/files/legal-
documents/KR_Law_as_amended_27_Oct_2004_Eng.pdf
39
Dokumen dapat dilihat pada www.eccc.gov.kh/sites/default/files/legal-
documents/Kram_and_KR_Law_amendments_27_Oct_2004_--_Eng.pdf
Pengadilan Campuran (Hybrid-Tribunals) dalam Penyelesaian Kejahatan
Internasional | 11
Juta). Bahasa yang dipergunakan dalam persidangan yaitu: bahasa Khmer, bahasa
Inggris, dan bahasa Prancis.
Para hakim diangkat untuk masa persidangan dan tidak dapat dipilih kembali
(hanya selama persidangan berlangsung). Chambers ini terdiri dari 5 orang hakim,
dengan rasio 2 hakim internasional dan 3 hakim nasional. Chambers di tingkat
banding terdiri dari 7 orang hakim, dengan rasio 3 hakim internasional dan 4 hakim
nasional. Chambers ini mempunyai yurisdiksi terhadap kejahatan yang terjadi sejak
tanggal 17 April 1975 hingga 6 Januari 1979 di wilayah Kamboja yang dilakukan
oleh para pemimpin senior dan mereka yang paling bertanggung-jawab atas
kejahatan-kejahatan yang dilakukan di negara Demokratik Kamboja. Jenis
kejahatan yang menjadi yurisdiksi dari Chambers ini yaitu: genosida, pelanggaran
berat Konvensi Jenewa 1949 (kejahatan perang), kejahatan terhadap kemanusiaan
dan kejahatan-kejahatan berdasarkan hukum nasional Kamboja yang ditentukan
oleh Chambers ini.
Pengadilan Campuran (Hybrid-Tribunals) dalam Penyelesaian Kejahatan
Internasional | 12
Penutup
Pengadilan campuran sebagai sarana penyelesaian atas kasus-kasus kejahatan
internasional lainnya, dapat menjadi salah satu alternatif mekanisme penyelesaian
kasus-kasus tersebut, disamping mekanisme yudisial lainnya di masa yang akan
datang.
Pengadilan campuran dapat menjadi suatu model pembelajaran dan alih ilmu
pengetahuan bagi warga negara setempat yang ikut terlibat di dalamnya. Hal ini
dimungkinkan karena para personel atau staf internasional yang terlibat di dalam
pengadilan campuran biasanya adalah para professional yang telah memiliki
pengalaman dan reputasi internasional di bidang penyelesaian kejahatan
internasional. Selain itu, dengan melibatkan unsur-unsur lokal dan internasional
dalam pengadilan campuran dapat memberikan dasar yang kuat serta akan lebih
memudahkan bagi pengadilan itu sendiri untuk melaksanakan fungsi-fungsinya.
Adanya keterlibatan pihak internasional (terutama PBB) juga akan lebih
meningkatkan kredibilitas dari pengadilan campuran.
Hal-hal ini adalah beberapa aspek positif yang dapat didapat bagi negara
setempat dari pengadilan campuran. Di sisi lain, pengadilan campuran juga dapat
memiliki peran penting dalam upaya-upaya memerangi impunitas.
Pengadilan Campuran (Hybrid-Tribunals) dalam Penyelesaian Kejahatan
Internasional | 13
PUSTAKA ACUAN