Anda di halaman 1dari 4

JAWABAN :

1. A. Hukum pidana internasional adalah sekumpulan kaidah-kaidah dan asas-asas hukum


yang mengatur tentang kejahatan internasional yang dilakukan oleh subyek-subyek
hukumnya untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Kaidah-kaidah dan azaz-azaz
hukum internasional ini bukan nasional atau domestik melainkan benar-benar
internasional. Kaidah-kaidah dan asas-asas hukum pidana yang benar-benar
internasional adalah kaidah-kaidah dan asas-asas hukum yang dapat dijumpai dalam
bentuk perjanjian-perjanjian internasional yang substansinya (baik langsung ataupun
tidak langsung) mengatur tentang kejahatan internasional.
Sedangkan hukum pidana transnational mengandung pengertian adanya sekumpulan
kaidah-kaidah dan asas-asas hukum yang mengatur tentang kejahatan yang bersifat
transnasional atau lintas batas wilayah negara merdeka dan berdaulat satu dengan yang
lainnya. Dalam hal ini, hukum suatu negara yang merdeka dan berdaulat tidak semata-mata
berlaku dalam di dalam batas-batas wilayah satu negara, akan tetapi berlaku dengan
melintasi batas-batas wilayah dua atau lebih negara. Dengan demikian terkait dengan adanya
kejahatan yang bersifat transnasional ini maka Hukum Pidana Nasional masing-masing
negara itu dapat diterapkan terhadap kejahatan tersebut.
B. Pemakaian kata internasional dari Hukum Pidana Internasional pada hakikatnya menunjukkan
bahwa kejahatan yang dibahas dalam hukum pidana internasional merupakan suatu bentuk
kejahatan yang bersumber dari ketentuan Hukum Internasional ataupun perbuatan yang
dapat dikategorikan sebagai suatu bentuk kejahatan menurut Hukum Internasional, namun
pengadilannya dapat dilakukan secara nasional maupun internasional. Dengan kata lain, pada
dasarnya dalam Hukum Pidana Internasional tersebut sebenarnya telah memuat sekumpulan
kaidah-kaidah dan asas-asas Hukum Pidana yang secara khusus telah mengatur tentang
kejahatan-kejahatan yang bersifat transnasional maupun internasional.
C. Korupsi yang ada di indonesia tampak sebagai pencitraan budaya buruk bangsa indonesia dan
merupakan penyakit yang sepertinya sulit untuk diobati. Tindak pidana korupsi di Indonesia
bahwasanya bersifat tindak pidana yang luar biasa (extra ordinary crimes) karena bersifat
sistemik, endemik yang berdampak sangat luas (systematic dan widespread) yang tidak
hanya merugikan keuangan negara tetapi juga melanggar hak sosial dan ekonomi masyarakat
luas sehingga penindakannya perlu upaya comprehensive extra ordinary measures sehingga
banyak peraturan, lembaga dan komisi yang di bentuk oleh pemerintah untuk
menanggulanginya.
Tindak pidana korupsi merupakan extra ordinary crimes sehingga diperlukan penanggulangan
yang bersifat luar biasa (extra ordinary enforcement) dan tindakan-tindakan yang luar biasa
pula (extra ordinary measures). Dari dimensi ini maka fungsi Hukum Pidana Internasional
adalah sangat penting. Sebagai kejahatan yang bersifat transnasional maka kebijakan legislasi
di Indonesia haruslah mengacu kepada tindak pidana korupsi yang terdapat di negara lain
sepanjang hal tersebut relatif sesuai dengan kondisi sosial, budaya dan kultur orang
Indonesia. Oleh karena korupsi kejahatan yang bersifat transnasional maka Hukum Pidana
Internasional merupakan jembatan yang mempunyai fungsi untuk adanya interaksi antara
satu negara dengan negara lainnya. Dalam praktik hal ini telah dilaksanakan misalnya seperti
apa yang telah dilakukan oleh Indonesia dengan menandatangani perjanjian ekstradisi
dengan negara Singapura yang salah satu kesepakatannya adalah dalam rangka
memulangkankoruptor yang bersembunyi di negara tersebut.

2. A. Pengaruh ektradisi dalam kasus hukum internasional yautu dengan dilakukannya perjanjian
ekstradiksi tersebut membawa dampak terhadap fungsi Hukum Pidana Internasional yaitu
tidak adanya intervensi hukum antara satu negara dengan negara lainnya. Aspek ini
disebabkan, oleh karena antara negara satu dan negara lainnya telah melakukan perjanjian
yang dilakukan secara sukarela dan saling menguntungkan kedua belah pihak. Negara pihak
atau negara korban korupsi dapat meminta secara baik-baik dengan melalui saluran hukum
ekstradiksi kepada negara ketempatan tempat koruptor maupun asetnya disembunyikan.
Oleh karena itu, melalui saluran ekstradiksi ini relatif dapat lebih memulangkan koruptor
maupun asetnya kembali kepada negara korban.
B. Pencucian uang dapat memenuhi karakteristik kejahatan transnational terorganisir karena
Money laundering atau pencucian uang, merupakan salah satu jenis kejahatan yang
mendunia dan merupakan bagian dari kejahatan terorganisir. Sebagai kejahatan yang
mendunia, di mana kejahatan pencucian uang telah masuk dalam kelompok kegiatan
organisasi-organisasi kejahatan transnasional (Activities ofTransnational Criminal
Organizations) yang meliputi the drug trafficking industry, smuggling ofillegal migrants,
amistrafficking, trafficking in nuclear material, transnational criminal or ganizations
andterrorism, trafficking inwomen andchildren, trafficking inbodyparts, theft and smuggling
ofvehicles, money laundering, dan jenis-jenis kegiatan lainnya, sangat memprihatikan
masyarakt Internasional. Keprihatinan tersebut tentunya sangat beralasan karena kejahatan
pencucian uang dapat menenbus ke berbagai bidang baik keamanan maupun stabilitas
nasional maupun Internasional dan merupakan ancaman utama terhadap kekuasaan politik
dan legislatif, dan ancaman bagi kewibawaan negara. Di samping itu, juga mengganggu dan
mengacaukan lembaga-lembaga sosial dan ekonomi, menyebabkan ionggamya penegakan
proses demokrasi, serta merusak pembangunan dan menyelewengkan hasil-hasil yang sudah
dicapai.
C. Delic jure gentium dalam hukum Pidana internasional sudah sejak abad ke-18, masyarakat
bangsa-bangsa mengenal dan mengakui kejahatan perompak di laut sebagai kejahatan
internasional yang dikenal sebagai piracy de jure gentium. Kejahatan tersebut dianggap
sangat merugikan kesejahteraan bangsa-bangsa pada saat itu dan dianggap sebagai musuh
bangsa-bangsa. Piracy de jure gentium kemudian ditetapkan sebagai kejahatan internasional
karena merupakan satu-satunya tindak kriminal murni. Pembajakan di laut lepas merupakan
tindak kejahatan internasional dan dianggap sebagai musuh setiap negara, serta dapat diadili
dimanapun pembajak tersebut ditangkap tanpa memandang kebangsaannya. Pembajakan di
laut lepas memang bersifat “crimes of universal interest (kejahatan kepentingan yang
universal)”, sehingga setiap negara dapat menahan perbuatan yang dinyatakan sebagai
pembajakan yang terjadi di luar wilayahnya atau wilayah negara lain yaitu di Laut Lepas, dan
berhak melaksanakan penegakan yurisdiksi dan ketentuan-ketentuan hukumnya.

3. A. Alasan lain yang melatarbelakangi pembentukan hybrid tribuna adalah mewujudkan


perdamaian dan keadilan berdasarkan standar hukum internasional dengan cara mengakhiri
impunitas bagi pelaku kejahatan internasional, melalui keterlibatan komponen-komponen
hukum nasional.
Urgensi pembentukan pengadilan campuran (hybrid tribunal) adalah untuk mengatasi serta
menjadi solusi permasalahan yang ada dalam sistem hukum domestik yang dinilai masih
tergolong lemah dalam menangani kasus kejahatan internasional dan juga karena terkadang
masih mempunyai budaya impunitas. Salah satu penyebab impunitas adalah adanya terdapat
rasa sungkan atau enggan mengadili pelaku kejahatan internasional yang jelas-jelas harus
diadili karena sudah melanggar norma-norma hukum pidana internasional.
Impunitas yang tidak ada penyelesainnya berpotensi menciptakan konflik baru. Seringkali
insiden konflik merupakan konflik lama yang muncul kembali karena tidak pernah tertangani
secara tuntas. Secara tidak langsung impunitas adalah gerbang yang strategis munculnya
konflik-konflik baru. Impunitas juga sendiri dapat memicu konflik internal dalam suatu
negara, karena masyarakat merasa negara seperti memberi ruaang bagi para pelaku
kejahatan khususnya masalah kejahatan internasional.
B. Alasan The Sierra Leone Special Court dibentuk dengan cara yang berbeda dari ICTY dan ICTR
yaitu :
- Untuk melindungi dan menjaga kejahatan yang telah terjadi terulang kembali.
- Untuk mencari kebenaran sejarah tentang kejahatan terhadap kemanusiaan selama perang
sipil. - Memberikan keadilan bagi para korban kejahatan terhadap kemanusiaan selama
perang sipil. - -- Sebagai salah satu model dari lembaga peradilan nasional Sierra Leone dan
sebagai bentuk kontribusi terhadap reformasi sistem peradilan nasional Sierra Leone.
C. Hybrid tribunal sebagai pengadilan yang independen dan tidak memihak yaitu merupakan
sebuah tribunal yang menggabungkan hukum internasional dengan nasional, termasuk
aparatur pengadilannya Dalam artian Hybrid Court dapat diartikan sebagai pengadilan
nasional yang diinternasionalkan (internationalized of domestic tribunals). Pengadilan ini
merupakan lembaga independen dan dibentuk atas dasar perjanjian antara PBB dan negara
Mixed Tribunal atau yang dikenal dengan sebutan Hybrid Court sebuah tribunal yang
menggabungkan hukum internasional dengan nasional, termasuk aparatur pengadilannya.

4. A. Analisis asas ratione temporis dan asas melekat /inherent dalam mengkategorikan yurisdiksi
ICC most serious crime!
Berkaitan dengan yurisdiksi atau kewenangan mengadili, maka ICC dibatasi oleh beberapa
hal: Pertama, berdasarkan subjek hukum yang dapat diadili atau personal jurisdiction
(rationae personae), ICC hanya dapat mengadili individu (natural person). Pelaku kejahatan
dalam yurisiksi ICC harus mempertanggungjawabkan perbuatannya secara individu
(individual responsibility), termasuk pejabat pemerintahan, komandan baik militer muapun
sipil. Kedua, berdasarkan jenis kejahatan yang menjadi ruang lingkupnya atau material
jurisdiction (rationae materiae). Maka yurisdiksi ICC adalah pada kejahatan-kejahatan yang
merupakan kejahatan paling serius (the most serious crime) dalam pandangan masyarakat
internasional yang diatur dalam Pasal 5-8 Statuta Roma 1998
B. Intepretasikan penerapan asas-asas bekerjanya international criminal court adalah
independent institution, memiliki struktur organisasi sendiri terlepas dari PBB demikian
halnya dengan anggaran operasionalnya yang didasarkan atas kontribusi negara-negara
peserta dalam Statuta roma 1998. Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa ICC adalah
subyek hukum internasional yang memiliki international personality.Dengan demikian ICC
dapat melakukan berbagai international legal capacity dalam rangka pelaksanaan fungsinya.
ICC dapat melaksanakan fungsi dan kewenangannya di wilayah Negara anggota juga dengan
perjanjian khusus di wilayah Negara lain. Meskipun berkedudukan di Den Haag Belanda, ICC
dapat menyelenggarakan sidang-sidangnya di negara-negara lain sesuai kebutuhan.
C. Uraian singkat yurisdiksi international criminal court adalah Latar belakang pembentukan ICC
tidak dapat dilepaskan dari sejarah pembentukan mahkamah-mahkamah kejahatan
internasional sebelumnya. Sejarah yang pertama adalah pembentukan mahkamah kejahatan
internasional pasca Perang Dunia Kedua, yaitu International Military Tribunal (IMT) atau
dikenal sebagai Nuremberg Tribunal pada tahun 1945 dan International Military Tribunal for
the Far East (IMTFE) pada 1946. Tujuan pertama dari pendirian ICC adalah memungkinkan
adanya suatu mekanisme yang mempunyai yurisdiksi terhadap individu untuk bertanggung
jawab terhadap tindakan kejahatan yang telah dilakukan. Prinsip ini berhubungan dengan
suatu negara yang tidak dapat melindungi warga negaranya termasuk pimpinannya dalam
kaitan dengan kejahatan serius terhadap kemanusiaan yang merupakan yurisdiksi ICC. Prinsip
pertama ini menimbulkan prinsip kedua yaitu universalitas. Prinsip kedua ini berarti bahwa
yurisdiksi ICC harus diterapkan pada semua individu tanpa memandang tingkat jabatannya,
kedudukannya dan kewargenegaraannya. Prinsip ketiga jujur (faimess) ini harus diterapkan
persamaan keadilan bagi semua dan ini merupakan standar tertinggi dari proses keadilan.

Anda mungkin juga menyukai