2. A. Pengaruh ektradisi dalam kasus hukum internasional yautu dengan dilakukannya perjanjian
ekstradiksi tersebut membawa dampak terhadap fungsi Hukum Pidana Internasional yaitu
tidak adanya intervensi hukum antara satu negara dengan negara lainnya. Aspek ini
disebabkan, oleh karena antara negara satu dan negara lainnya telah melakukan perjanjian
yang dilakukan secara sukarela dan saling menguntungkan kedua belah pihak. Negara pihak
atau negara korban korupsi dapat meminta secara baik-baik dengan melalui saluran hukum
ekstradiksi kepada negara ketempatan tempat koruptor maupun asetnya disembunyikan.
Oleh karena itu, melalui saluran ekstradiksi ini relatif dapat lebih memulangkan koruptor
maupun asetnya kembali kepada negara korban.
B. Pencucian uang dapat memenuhi karakteristik kejahatan transnational terorganisir karena
Money laundering atau pencucian uang, merupakan salah satu jenis kejahatan yang
mendunia dan merupakan bagian dari kejahatan terorganisir. Sebagai kejahatan yang
mendunia, di mana kejahatan pencucian uang telah masuk dalam kelompok kegiatan
organisasi-organisasi kejahatan transnasional (Activities ofTransnational Criminal
Organizations) yang meliputi the drug trafficking industry, smuggling ofillegal migrants,
amistrafficking, trafficking in nuclear material, transnational criminal or ganizations
andterrorism, trafficking inwomen andchildren, trafficking inbodyparts, theft and smuggling
ofvehicles, money laundering, dan jenis-jenis kegiatan lainnya, sangat memprihatikan
masyarakt Internasional. Keprihatinan tersebut tentunya sangat beralasan karena kejahatan
pencucian uang dapat menenbus ke berbagai bidang baik keamanan maupun stabilitas
nasional maupun Internasional dan merupakan ancaman utama terhadap kekuasaan politik
dan legislatif, dan ancaman bagi kewibawaan negara. Di samping itu, juga mengganggu dan
mengacaukan lembaga-lembaga sosial dan ekonomi, menyebabkan ionggamya penegakan
proses demokrasi, serta merusak pembangunan dan menyelewengkan hasil-hasil yang sudah
dicapai.
C. Delic jure gentium dalam hukum Pidana internasional sudah sejak abad ke-18, masyarakat
bangsa-bangsa mengenal dan mengakui kejahatan perompak di laut sebagai kejahatan
internasional yang dikenal sebagai piracy de jure gentium. Kejahatan tersebut dianggap
sangat merugikan kesejahteraan bangsa-bangsa pada saat itu dan dianggap sebagai musuh
bangsa-bangsa. Piracy de jure gentium kemudian ditetapkan sebagai kejahatan internasional
karena merupakan satu-satunya tindak kriminal murni. Pembajakan di laut lepas merupakan
tindak kejahatan internasional dan dianggap sebagai musuh setiap negara, serta dapat diadili
dimanapun pembajak tersebut ditangkap tanpa memandang kebangsaannya. Pembajakan di
laut lepas memang bersifat “crimes of universal interest (kejahatan kepentingan yang
universal)”, sehingga setiap negara dapat menahan perbuatan yang dinyatakan sebagai
pembajakan yang terjadi di luar wilayahnya atau wilayah negara lain yaitu di Laut Lepas, dan
berhak melaksanakan penegakan yurisdiksi dan ketentuan-ketentuan hukumnya.
4. A. Analisis asas ratione temporis dan asas melekat /inherent dalam mengkategorikan yurisdiksi
ICC most serious crime!
Berkaitan dengan yurisdiksi atau kewenangan mengadili, maka ICC dibatasi oleh beberapa
hal: Pertama, berdasarkan subjek hukum yang dapat diadili atau personal jurisdiction
(rationae personae), ICC hanya dapat mengadili individu (natural person). Pelaku kejahatan
dalam yurisiksi ICC harus mempertanggungjawabkan perbuatannya secara individu
(individual responsibility), termasuk pejabat pemerintahan, komandan baik militer muapun
sipil. Kedua, berdasarkan jenis kejahatan yang menjadi ruang lingkupnya atau material
jurisdiction (rationae materiae). Maka yurisdiksi ICC adalah pada kejahatan-kejahatan yang
merupakan kejahatan paling serius (the most serious crime) dalam pandangan masyarakat
internasional yang diatur dalam Pasal 5-8 Statuta Roma 1998
B. Intepretasikan penerapan asas-asas bekerjanya international criminal court adalah
independent institution, memiliki struktur organisasi sendiri terlepas dari PBB demikian
halnya dengan anggaran operasionalnya yang didasarkan atas kontribusi negara-negara
peserta dalam Statuta roma 1998. Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa ICC adalah
subyek hukum internasional yang memiliki international personality.Dengan demikian ICC
dapat melakukan berbagai international legal capacity dalam rangka pelaksanaan fungsinya.
ICC dapat melaksanakan fungsi dan kewenangannya di wilayah Negara anggota juga dengan
perjanjian khusus di wilayah Negara lain. Meskipun berkedudukan di Den Haag Belanda, ICC
dapat menyelenggarakan sidang-sidangnya di negara-negara lain sesuai kebutuhan.
C. Uraian singkat yurisdiksi international criminal court adalah Latar belakang pembentukan ICC
tidak dapat dilepaskan dari sejarah pembentukan mahkamah-mahkamah kejahatan
internasional sebelumnya. Sejarah yang pertama adalah pembentukan mahkamah kejahatan
internasional pasca Perang Dunia Kedua, yaitu International Military Tribunal (IMT) atau
dikenal sebagai Nuremberg Tribunal pada tahun 1945 dan International Military Tribunal for
the Far East (IMTFE) pada 1946. Tujuan pertama dari pendirian ICC adalah memungkinkan
adanya suatu mekanisme yang mempunyai yurisdiksi terhadap individu untuk bertanggung
jawab terhadap tindakan kejahatan yang telah dilakukan. Prinsip ini berhubungan dengan
suatu negara yang tidak dapat melindungi warga negaranya termasuk pimpinannya dalam
kaitan dengan kejahatan serius terhadap kemanusiaan yang merupakan yurisdiksi ICC. Prinsip
pertama ini menimbulkan prinsip kedua yaitu universalitas. Prinsip kedua ini berarti bahwa
yurisdiksi ICC harus diterapkan pada semua individu tanpa memandang tingkat jabatannya,
kedudukannya dan kewargenegaraannya. Prinsip ketiga jujur (faimess) ini harus diterapkan
persamaan keadilan bagi semua dan ini merupakan standar tertinggi dari proses keadilan.