Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

HUKUM
PIDANA
INTERNASIO
NAL
‘’KEJAHATA
N PERANG’’
PENDAHULUAN
• Hukum pidana internasional A. Hukum pidana
internasional itu B. Hal atau obyek
adalah sekumpulan kaidah-kaidah merupakan yang diaturnya
dan asas-asas hukum yang sekumpulan yaitu kejahatan
kaidah-kaidah atau tindak
mengatur tentang kejahatan dan asas-asas pidana
internasional yang dilakukan oleh hukum, internasional
subyek-subyek hukumnya untuk
mencapai suatu tujuan tertentu. C. Subyek-subyek
D. Adanya suatu
tujuan yang
Berdasarkan definisi ini dapat hukumnya yaitu
hendak dicapai
disimpulkan adanya 4 unsur yang pelaku-pelaku
atau diwujudkan
yang melakukan
secara terpadu atau saling kait kejahatan atau
oleh hukum
pidana
antara satu dengan lainnya, yaitu: tindak pidana
internasional itu
internasional
sendiri
Istilah hukum pidana internasional sudah menunjukkan adanya
sekumpulan kaidah-kaidah dan asas-asas hukum pidana yang mengatur
tentang kejahatan internasional. Istilah ini menunjukkan bahwa kaidah-
kaidah dan asas-asas hukum tersebut benar-benar internasional, jadi
bukan nasional ataupun domestik. Kaidah-kaidah dan asas-asas hukum
pidana yang benar-benar internasional adalah kaidah-kaidah dan asas-
asas hukum yang dapat dijumpai dalam bentuk perjanjian-perjanjian
internasional yang substansinya (baik langsung ataupun tidak langsung)
mengatur tentang kejahatan internasional. Sebagai contohnya

Konvensi
tentang Konvensi Eropa
Konvensi
Genosida tentang
tentang Dan Lain-lain
(Genocide Pemberantasan
Apartheid 1973
Convention) Terorisme 1977
1948
internasional menunjukkan
adanya suatu peristiwa
kejahatan yang sifatnya
internasional, atau yang lintas
batas Negara, atau yang
menyangkut kepentingan dari
dua atau lebih Negara.
Kejahatan-kejahatan yang
dapat digolongkan sebagai
kejahatan internasional adalah
kejahatan-kejahatan yang
diatur di dalam konvensi-
konvensi seperti genosida,
apartheid, terorisme, dan lain-
Lingkup pembahasan hukum pidana internasional meliputi empat objek studi
sebagai berikut:

A. Tindak pidana
internasional sejarah
perkembangan, konsepsi,
B. Masalah yurisdiksi
dan konvensi-konvensi
kriminal atas tindak
internasional yang
pidana internasional.
berkaitan erat dengan
tindak pidana
internasional.

C. Prosedur penegakan
hukum pidana internasional D. Instrumen penegakan
termasuk masalah hukum pidana
perkembangan kerjasama internasional
bilateral dan multilateral di perkembangan masalah
dalam mencegah dan pembentukan Mahkamah
memberantas tindak pidana Pidana Internasional.
internasional.
• Pada hakikatnya semua itu menunjukkan bahwa masyarakat
internasional tidak dapat membenarkan perbuatan seperti
itu, apapun motif, maksud, ataupun tujuannya, sebab
bertentangan dengan hak-hak asasi manusia, nilai-nilai
kemanusiaan universal, kesadaran hukum, dan rasa keadilan
umat manusia. Sebagai contoh adalah peristiwa perang
saudara di ex-Yugoslavia yang telah menimbulkan korban-
korban manusia tak berdosa di luar batas-batas
perikemanusiaan yang terjadi selama masa akhir dasawarsa
delapan puluhan dan awal Sembilan puluhan. Demikian juga
peristiwa yang hampir sama terjadi di Rwanda pada kurun
waktu awal dasawarsa akhir enam puluhan dan awal sampai
akhir tujuh puluhan, peristiwa yang sama terjadi di Kamboja
dalam suatu perang saudara antara faksi-faksi yang
berpengaruh di Kamboja. Kejahatan-kejahatan semacam ini,
antara lain kejahatan genosida (genocide), kejahatan
terhadap kemanusiaan (crimes against humanity), kejahatan
terhadap hak asasi manusia yang berat (gross violation of
human rights), dan kejahatan perang (war crimes).
• Dalam uraian tersebut diatas, terlihat bahwa kualifikasi kejahatan perang diatur
secara lebih terperinci dalam konflik bersenjata internasional daripada konflik
bersenjata non-internasional. Artinya, dalam konflik bersenjata non-internasional
kualifikasi kejahatan perang diuaraikan secara terbatas dibandingkan dengan konflik
bersenjata internasional. Hal ini dapat dipahami karena negara-negara masih
enggan mengakui suatu situasi dalam wilayahnya sebagai situasi perang, sehingga
sangat sulit dan selektif untuk menentukan suatu tindak pidana yang terjadi di
wilayah tersebut sebagai kejahatan perang.
• Di samping itu, uraian diatas juga menunjukkan bahwa perjanjian internasional
yang terbukti paling lengkap dan elaboratif dalam menentukan perbuatan-
perbuatan yang dapat dikategorikan sebagai kejahatan perang adalah Statua Roma
1998. Ketentuan dalam Statua Roma merangkum berbagai kejahatan perang baik
baik yang disebutkan dalam Konvensi jenewa 1949, Protokol Tambahan 1977
maupun hukum humaniter internasional kebiasaan yang berlaku dalam konflik
bersenjata internasional maupun non-internasional.
• Berdasarkan uraian tersebut diatas, maka penyusun ingin mengulas lebih dalam
tentang kejahatan internasional yang dimana salah satunya adalah kejahatan
perang
RUMUSAN MASALAH
• Berdasarakan uraian diatas ,maka ada
beberapa permasalahan yang akan dikaji
dalam makalah ini, yaitu ;
1. Apa yang menjadi ruang lingkup adanaya
kejahatan perang internasional
2. Bagaimana pertanggungjawaban negara dan
tanggung jawab pidana individual
3. Bagaimana penerapan sanksi dan hukuman
terhadap pelaku kejahatan dalam hukum
internasional
PEMBAHASAN

PERTANGGUNGJAWABAN
RUANG LINGKUP NEGARA DAN PENERAPAN SANKSI DAN
KEJAHATAN PERANG TANGGUNG JAWAB HUKUMAN
INTERNASIONAL PIDANA INDIVIDUAL

Pengaturan kejahatan perang merupakan bagian dari displin ilmu


hukum humaniter internasional. Hukum humaniter • Hukum humaniter menyebutkan kewajiban negara dalam kaitannya • Suatu sanksidalamsetiapjenis peraturan perundang-undanganselalu
internasional dalam perkembangannya dewasa ini memberikan
perhatian besar pada persoalan kejahatan perang dan persoalan dengan kejahatan perang. Kewajiban pertama adalah untuk memiliki tujuan tertentu. Paling tidak, suatu sanksi erat kaitannya
penegakan hukum terhadap pelaku kejahatan perang, baik
mekanisme hukum internasional maupun hukum nasional.
membentuk aturan dalam hukum nasional yang melarang dengan upaya perlindungan terhadap kepentingan hukum yang
Kesadaran pentingnya penekanan pada kejahatan perang dan
penegakan hukum humaniter internasional adalah dalam rangka
dilakukannya kejahatan perang serta menyediakan aturan yang hendak diaturnya. Suatu sanksi bukan sekedar bertujuan praktis an
memberikan perlindungan yang besar bagi korban maupun mereka
yang potensial menjadi korban.
akan menghukum setiap kejahatan perang baik yang dilakukan di sich, melainkan lebih dari itu mengandung suatu tujuan filosofis.
Kejahatan perang yang sangat kondusif pada situasi perang dalam maupun diluar wilayah negara tersebut. Aturan tersebut Tujuanya adalah memberikan jaminan kepada masyarakat atau
seringkali mengakibatkan ekses berlebihan, berupa jatuhnya
sejumlah besar korban manusia dan harta benda serta telah
tercakup dalam beberapa instrumen Internasional, yaitu; Komite negara untuk mengembalikan keseimbangan kepentingan kehidupan
berakibat penderitaan luar biasa dan berkepanjangan. Pada Internasional Palang Merah. Salah satu tugas penting Internasional sosial sebagai akibat terjadinya pelanggaran norma. Secara filosofis
beberapa dekade belakangan ini kejahatan perang telah menyita
perhatian masyarakat internasional yang semakin menyadari
Palang Merah adalah mendorong negara untuk menghormati dan bertujuan memberikan penyadaran pentingnya nilai sebuah
pentingnya penangangan serius baik bersifat preventif maupun
represif, salah satunya melalui pembentukan aturan hukum.
menjamin penghormatan hukum humaniter internasional. Komite tanggungjawab atas perbuatan yang melanggar norma untuk
Sekalipun pembentukan aturan kejahatan perang jauh melintas Internasional Palang Merah melakukan tugas ini dengan mewujudkanrasakeadilan.
sejarah manusia selama berabad-abad lalu, namun demikian
beberapa peristiwa bersejarah terjadi setengah abad belakangan menyebarkan pengetahuan tentang atuaran-aturan kemanusiaan
ini patut dicatat sebagai tonggak penting di dalam perkembangan
pengaturannya. dan dengan mengingatkan pihak berkonflik untuk selalu
Dalam Statuta Roma Kejahatan Perang adalah Merujuk kepada
Konvensi Jenewa tanggal 12 Agustus 1949, bahwa perbuatan
menjalankan kewajiban dalam setiap pertikaian bersenjata yang
melawan hak seseorang atau kepemilikan seseorang berikut ini
dilindungi dibawah ketentuan-ketentuan yang diatur dalam terjadi.
konvensi Jenewa, yaitu:
KESIMPULAN
• Perkembangan Hukum Intenasional dengan negara sebagai subjek utama
Hukum internasional telah menjadi pembahasan menarik dewasa ini, begitu
banyak pertentangan-pertentangan yang terjadi baik itu dalam pelaksanaan
hak dan kewajiban, serta menjaga kedaulatan dan pertahanan suatu negara
bukanlah perkara mudah, apalagi di tengah kencangnya persiangan dan
perdagangan bebas dalam skala global. Sering sekali terjadi pertikaian-
pertikaian kecil dan munculnya pihak-pihak pemberontak yang akhirnya
justru menjadi gencatan senjata. Dampak yang ditimbulkan tentu bukan saja
pada negara-negara yang bertikai atau pun satu individu tertentu, hal ini
justru akan berdampak pada skala lebih luas bahakan mengancam
perdamaian dan keamanan dunia. Tidak terkecuali warga-warga sipil akan
jadi taruhan dari konflik-konflik yang ada.
• Pemeliharaan perdamaian dan keamanan internasional sejak semula merupakan tugas
utama Perserikatan Bangsa-bangsa yang dalam Bab VII Piagam PBB yang terdiri dari 13
pasal berisikan ketentuan-ketentuan  yang menyangkut tindakan-tindakan yang akan
diambil PBB bila terdapat anacaman atau pelanggaran terhadap perdamaian ataupun
suatu tindakan agresi. Dalam konflik bersenjata yang terjadi, DK PBB telah
mengelurkan resolusi No.1970 pada tanggal 26 Februari 2011 yang berisi himbauan
kepada seluruh anggota PBB untuk melakukan langkah-langkah kolektif menghukum
rezim yang akhir-akhir ini semakin masif melakukan represi terhadap warga Negara
wilayah tertentu. Keputusan ini diambil secara proklamasi oleh 15 anggota DK PBB.
• Perlindungan korban perang, khususnya warga sipil telah diatur dalam Buku KE-IV
Konvensi Jenewa 1949 yang berisi tentang ketentuan-ketentuan posisi negara-negara
netral dan warga negaranya yang terancam dalam gencatan senjata pada suatu negara
yang bertikai.
SARAN
• Penulis sadari, bahwa untuk pemahaman lebih komprehensif perlu
didukung data-data konkrit dan informasi lebih akurat dalam studi
kasus konflik Kejahatan perang internasional. Dan hal itu membuat
makalah ini  belum tergolong sempurna dan jauh dari kesempurnaan
untuk dijadikan tolok ukur dalam memahami konflik bersenjata dan
bagaimana seharusnya perlindungan-perlindugan yang diberikan pada
warga-warga sipil menurut konvensi Jenewa 1949. Sarannya
diharapkan keakuratan data yang konkrit dapat menjadi bahan lebih
aktual dalam menjadikannya makalah ini lebih baik nantinya.
TERI
MA
KASIH

Anda mungkin juga menyukai