sistem
terhadap
peradilan
pidana
pertama
kali
diartikan
mekanisme
sebagai
administrasi
pemakaian
peradilan
pendekatan
pidana.
sistem
Sebagai
suatu
terhadap
sistem,
peradilan pidana merupakan hasil interaksi antara peraturan perundangundangan, praktek administrasi dan sikap atau tingkah laku sosial.
Pengertian sistem itu sendiri mengandung implikasi suatu proses interaksi
yang dipersiapkan secara rasional dan dengan cara efisien untuk
memberikan hasil tertentu dengan segala keterbatasannya.
sehingga
keputusan
Kejaksaan
untuk
menuntut
atau
tidak
menuntut
dalam
rangka
penegakan
hukum,
atau
dalam
suasana
tampak
pula,
bahwa
sistim
peradilan
pidana
Reksodipoetro
memberikan
batasan
bahwa
sistem
kepolisian,
kejaksaan,
pengadilan,
dan
lembaga
sehingga
Muladi,
tujuan
Sistem
Peradilan
Pidana
dapat
4. Yahya harahap
Menurut
Yahya
Harahap,
tujuan
sistem
peradilan
pidana
dapat
dirumuskan :
1) Mencegah masyarakat menjadi korban kejahatan
2) Menyelesaikan kejahatan yang terjadi sehingga masyarakat puas
bahwa keadilan telah ditegakan dan yang bersalah dipidana
3) Berusaha agar mereka yang pernah melakukan kejahatan tidak
mengulangi lagi perbuatannya.
5. Robert D. Pursley
Robert D. Pursley, membedakan tujuan sistem peradilan pidana atas
tujuan utama dan tujuan penting lainnya, yaitu :
1) Tujuan utama, diantaranya untuk melindungi warga masyarakat
dan untuk memelihara ketertiban masyarakat.
2) Tujuan penting lainnya adalah sebagai berikut :
a. mencegah kejahatan
b. menekan prilaku yang jahat dengan cara menahan para
pelanggar
dengan
mana
mencegah
mereka
untuk
menekan
kejahatan
d. menempatkan secara sah apakah bersalah mereka yang
ditahan, atau tidak
e. menempatkan secara pantas atau layak mereka yang
secara sah telah dinyatakan bersalah
f.
menjalankan
sesuatu
yang
sesuatu
itu
telah
keluar
dari
pada
hakekatnya
dibentuknya
sistem
peradilan
pidana
mempunyai dua tujuan, yaitu tujuan internal sistem dan tujuan eksternal.
Tujuan internal, agar terciptanya keterpaduan atau sinkronisasi antar
subsistem-subsistem dalam tugas menegakkan hukum. Sedangkan tujuan
eksternal untuk melindungi hak-hak asasi tersangka, terdakwa dan
terpidana sejak proses penyelidikan sampai proses pemidanaan. Dengan
demikian, sebenarnya tujuan dari sistem peradilan pidana baru selesai
apabila pelaku kejahatan telah kembali terintegrasi ke dalam masyarakat,
hidup sebagai anggota masyarakat umumnya yang taat pada hukum.
c.
subjek
hukum
yang
harus
dilindungi dan berhak atas peradilan yang jujur dan tidak memihak
1.
hambatan
dari
proses
pidana
itu
maka
kewenangan
dan
memperoleh
kekuatan
hukum
tetap.
Selain
menunjukkan asas apa yang dipakai oleh KUHAP, penjelasan tersebut juga
mengisyaratkan bahwa putusan pengadilan (yang berkekuatan hukum
tetap) adalah inti dari proses peradilan, karena penentuan salah atau
tidaknya terdakwa sangat tergantung padanya.
Asas presumption of innocent adalah asas yang adanya adalah dalam
model DUE PROCESS MODEL, dan salah satu ciri khas dari DUE PROCESS
MODEL lainnya adalah pentingnya peran pengadilan sebagai tujuan akhir
proses dan sebagai tempat untuk menentukan bersalah atau tidaknya
terdakwa. Sehingga, bila dilihat dari segi asas yang dipakai dan peran dari
pengadilan dalam rangkaian proses peradilan, secara normatif KUHAP
cenderung pada model DUE PROCESS MODEL. Hal tersebut adalah bila
dilihat dari hukum acara secara umum. Agar lebih jelas, berikut adalah
analsis dari tahap pemeriksaan pendahuluan sampai tahap persidangan di
pengadilan.
Nilai-nilai yang melandasi criminal control process adalah :
1.
Tindakan represif terhadap suatu tindakan criminal merupakan fungsi
2.
hukum
untuk
menyeleksi
efisiensi
tersangka,
dari
suatu
menetapkan
proses peradilan
Proses kriminal penegakkan hukum harus dilaksanakan berlandaskan
prinsip cepat (speedy) dan tuntas (finality) dan model yang dapat
mendukung proses penegakkan hukum tersebut adalah harus model
4.
5.
of
guilt
akan
menjadikannya pusat) .
The value system thal underlies the Crime Control Model is based on
the pmposition thal the repression ofcriminal conduct is byfar the
kriminal
beroperasi
untuk
melindungi
kesalahan
4.
Perlindungan Hak).
If the Crime Control Model resembles an assembly line, the Due
Process Model looks very much like an obstacle course. (Jika Model
Pengendalian
Kejahatan
menyerupai
sistem
pekerjaan,
Model
yang
berwenang
pembinaan
untuk
melakukan
penahanan,
pemidanaan,
dan
conveyor
belt
aturan, namun akan menimbulkan lebih banyak korban. Hal ini karena
polisi tidak bisa bertindak sebelum putusan yang mengikat. Baik CRIME
CONTROL MODEL maupun DUE PROCESS MODEL, keduanya tetap berjalan
diatas koridor hukum acara, karena keduanya hanyalah kecenderungan
model yang ada dalam praktek. CRIME CONTROL MODEL maupun oleh
model DUE PROCESS MODEL, dimana terhadap kewenangan penguasa
dalam melakukan penyidikan maupun kewenangan penanganan terhadap
mereka yang dituduh melakukan tindak pidana, diberikan batasanbatasan tertentu. Hanya saja, batasan yang tampak dalam model CRIME
CONTROL MODEL relatif lebih longgar dibandingkan DUE PROCESS
MODEL.
Dilihat dari segi asas yang dipakai, KUHAP mengikuti asas praduga
tak bersalah (presumption of innocent) yang biasa dipakai dalam model
dalam
Penjelasan
KUHAP,
Bagian
Umum
ke-tiga,
yang
sampai
kesalahannya
dan
adanya
putusan
memperoleh
pengadilan
kekuatan
yang
hukum
menyatakan
tetap.
Selain
menunjukkan asas apa yang dipakai oleh KUHAP, penjelasan tersebut juga
mengisyaratkan bahwa putusan pengadilan (yang berkekuatan hukum
tetap) adalah inti dari proses peradilan, karena penentuan salah atau
tidaknya terdakwa sangat tergantung padanya.
Asas presumption of innocent adalah asas yang adanya adalah
dalam model DUE PROCESS MODEL, dan salah satu ciri khas dari DUE
PROCESS MODEL lainnya adalah pentingnya peran pengadilan sebagai
tujuan akhir proses dan sebagai tempat untuk menentukan bersalah atau
tidaknya terdakwa. Sehingga, bila dilihat dari segi asas yang dipakai dan
peran dari pengadilan dalam rangkaian proses peradilan, secara normatif
KUHAP cenderung pada model DUE PROCESS MODEL.Hal tersebut adalah
bila dilihat dari hukum acara secara umum. Agar lebih jelas, berikut
adalah analsis dari tahap pemeriksaan pendahuluan sampai tahap
persidangan di pengadilan.
Nilai-nilai yang melandasi due process model adalah:
1.
Kemungkinan adanya factor kelalaian yang sifatnya manusiawi atau
human error menyebabkan model ini menolak informal fact finding
process sebagai cara untuk menetapkan secara definitive factual
guilt seseorang. Model ini mengutamakan formal-adjudicative dan
adversary fact-finding. Hal ini berarti dalam setiap kasus tersangka
harus diajukan ke muka pengadilan yang tidak memihak dan
diperiksa sesudah tersangka memperoleh hak yang penuh untuk
2.
mengajukan pembelaannya.
Model ini menekankan kepada pencegahan (preventif measures) dan
menghapuskan sejauh mungkin kesalahan mekanisme administrasi
peradilan
3.
4.
penetapan
diberikan
bersangkutan
undang-undang
tidak
efektif.
kepada
Penetapan
orang
yang
kesalahan
ialah
menjamin
bahwa
ketidakmampuan
secara
a.
a.
Due process
Preventif
b.
Presumption of Guilt
b.
Presumption of Innocence
c.
c.
Adjudicative
d.
d.
Adjudicative
e.
Dari sisi tujuan yang ingin dicapai, maka perbedaan kedua model ini bisa
dilihat dari tabel berikut:
Nomor
1.
Due
(DPM)
prinsip-prinsip
tentang
hak-hak
2.
Crime
Control
(CCM)
Lebih menjaga
dan melayani
3.
Negara
musyawarah
yang
pantas,
yang
harus
dilakukan
manakala
terhadap hak-hak dasar manusia, seperti hak untuk hidup, hak untuk
kemerdekaan atau kebebasan (liberty), hak atas kepemilikan benda, hak
mengeluarkan pendapat, hak untuk beragama, hak untuk bekerja dan
mencari penghidupan yang layak, hak pilih, hak untuk berpergian kemana
dia suka, hak atas privasi, hak atas perlakuan yang sama (equal
protection) dan hak-hak fundamental lainnya.
Sedangkan yang dimaksud dengan due process of law yang
substansif adalah suatu persyaratan yuridis yang menyatakan bahwa
pembuatan suatu peraturan hukum tidak boleh berisikan hal-hal yang
dapat mengakibatkan perlakuan manusia secara tidak adil, tidak logis dan
sewenang-wenang.
Dalam
setiap
Negara
Hukum,
dipersyaratkan
perundang-undangan
yang
sah
dan
tertulis.
Peraturan
demikian
nampaknya
seperti
sangat
kaku
dan
dapat
negara
diakui
dalam
pula
menjalankan
adanya
tugasnya,
prinsip
maka
frijsermessen
sebagai
yang
Besar
Bahasa
Indonesia
(KBBI)
dikotomi
merupakan
suatu
konsep
teologis
yang
Sistem Accusatoir ;
a. Dalam pemeriksaan dengan sistem ini, tersangka atau
terdakwa
diakui
sebagai
subyek
pemeriksaan
dan
diri
atas
tuduhan
atau
dakwaan
yang
Sistem Inquisitoir ;
a. Sistem
pemeriksaan
sistem
inquisitoir
adalah
suatu
Inquisatoir
ini
dilakukan
dengan
pintu
inquisitoir
digunakan
dalam
memeriksa
bertolak
belakang.
Perubahan
yang
mendasar
ialah
diri
di
dalam
pemeriksaan
permulaan
di
muka
dan
mendengar
pemeriksaan
yang
dilakukan
penyidik
terhadap tersangka.
Dalam KUHAP terdapat dua golongan mengenai pemeriksaan
terhadap orang yang disangka dan orang yang didakwa melakukan
tindak pidana yaitu:
1.
2.
bagi
aktivitas
ruang
gerak
penyelidikan
atau
subyek).
Sedangkan
dalam
sistem
inkuisitur,
proses
3. Penggunaan
cara
pengajuan
sanggahan
atau
pernyataan
pemeriksaan
harus
bersifat
lebih
formal
dan
tersebut
merupakan
perkara
pidana,
dan
apakah
kepentingan
persidangan.
pemeriksaan
Tertuduh
pendahuluan
merupakan
obyek
ataupun
utama
di
dalam
pemeriksaan.
2. Asal-usul dan Perkembangan system Inkuisitur
system Inkuisitur merupakan bentuk proses penyelesaian
perkara pidana yang semula berkembang di daratan Eropa abad ke
13
sampai
dengan
awal
pertengahan
abad
ke-19.
Proses
untuk
pemeriksaan
menyelidiki
dilakukan
kejahatan.
secara
Cara
rahasia.
penyelidikan
Tahap
pertama
dan
yang
pemeriksaan
pendahuluan,
pada
dasarnya
bukti-bukti berlainan
dan
kesempatan
argumentasi
dan
yang
sama
berdebat.
Pada
untuk
saling
prinsipnya
mengajukan
dalam
tahap
kebenarannya.
Pelaksanaan
pengujian
kembali
melainkan
juga
berwenang
dan
diharuskan
semua
produk
peraturan
perundang-undangan
masa
Hindia
peradilan
pidana.
Salah
satu
ciri
dianutnya
system
didampingi
penasihat
hukumnya,
bahkan
dalam
system
peradilan
pidana
yang
telah
antara
kedua
belah
pihak
dalam
3.
Penggunaan
cara
pengajuan
sanggahan
atau
hanya
merupakan
suatu
keharusan
melainkan
pemeriksaan
harus
bersifat
lebih
formal
dan
mempertahankan
dan
menyelamatkan
system
dapat
mengendalikan
kejahatan,
memaksa
tersangka
peradilan
pidana
dari
system
akusatur
yang
pada proses