Anda di halaman 1dari 5

Nama : Susilo Adi Wibowo

NPM : 21.4301.168

Mata Kuliah : Hukum Pidana Internasional

Dosen Pengampu : Dr. Mas Putra Zenno Januarsyah, S.H., M.H.

Tugas Resume Tentang International Criminal Court

International Criminal Court

Dalam video pertama, Mahkamah Pidana Internasional atau dalam bahasa Inggris disebut
International Criminal Court (ICC) merupakan sebuah pengadilan permanen untuk menuntut
individual atas tindakan genosida, kejahatan terhadap kemanusiaan, dan kejahatan perang. ICC
dirancang untuk membantu sistem yudisial nasional yang telah ada. Mengenai ICC timbul suatu
pertanyaan yaitu bagaimana korban kejahatan massal dapat memperoleh keadilan dan bagaimana
kita dapat mencegah kejahatan yang paling nyata sekarang dan di masa depan.

ICC dalam melaksanakan perannya yaitu mengambil tindakan terhadap kejahatan yang
mengerikan dengan dukungan komunitas internasional termasuk kelompok masyarakat sipil. Pada
tahun 1998 negara-negara di seluruh dunia membuat perjanjian internasional sehingga meratifikasi
perjanjian mulai tumbuh dan mulai berlaku pada tahun 2002. ICC secara resmi dibentuk oleh
perjanjian dan bukan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang bekerja sama dengannya tetapi
ICC berdiri secara independent. ICC adalah satu-satunya pengadilan permanen di dunia yang di
bentuk untuk menyelidiki dan mengadili kasus-kasus dugaan genosida, kejahatan perang,
kejahatan terhadap kemanusiaan, dan agresi jika negara-negara anggota tak mampu atau tidak mau
melakukannya. Pada tahun 2010 setelah amandemen, Undang-Undang Roma memberlakukan
kejahatan agresi namun karena ICC didirikan pada Juli 2022 dan tidak memiliki yurisdiksi
retroaktif maka ICC tidak dapat menangani kejahatan yang dilakukan sebelum Juli 2022. ICC
hanya memiliki yurisdiksi di lokasi-lokasi tertentu. Pertama di wilayah negara pihak atau negara
yang telah menerima ICC. Kedua di negara lain jika kejahatan dilakukan oleh Warga Negara dari
Negara Pihak atau negara yang telah menerima yurisdiksi pengadilan. Ketiga di negara lain jika
kejahatan dirujuk ke jaksa ICC oleh Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB)
berdasarkan resolusi yang diadopsi.

Berdasarkan Bab 7 Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). ICC tidak mengadili setiap
kasus di lokasi negara yang memiliki tanggung jawab utama untuk melakukannya. ICC tidak
menggantikan pengadilan nasional tetapi melengkapi mereka sebagai pengadilan upaya terakhir.
ICC hanya menuntut kasus ketika suatu negara tidak mau atau tidak mampu melakukannya dengan
tulus. Dalam melaksanakan tugasnya, ICC bekerja baik di ruang sidang maupun di lapangan dan
mengandalkan kerja sama dengan negara-negara untuk memenuhi mandatnya, khususnya untuk
melakukan penangkapan, memindahkan orang yang ditangkap ke pusat penahanan ICC di Den
Haag, membekukan aset tersangka dan menegakkan hukuman.

Statuta Roma menentukan empat inti kejahatan internasional yaitu genosida, kejahatan
melawan kemanusiaan, kejahatan perang, dan kejahatan agresi. Kejahatan-kejahatan tersebut tidak
menjadi subyek untuk statuta pembatasan. Di bawah Statuta Roma, ICC hanya dapat menyelidiki
dan mendakwa empat kejahatan internasional inti tersebut dalam keadaan dimana negara-negara
tidak mampu atau tidak mengkehendaki untuk melakukannya pada diri mereka sendiri. Pengadilan
tersebut memiliki yuridiksi atas kejahatan yang hanya jika mereka lakukan di teritorial sebuah
partai negara atau jika tindakan tersebut dilakukan oleh sebuah partai negara, sebuah pengecualian
untuk peraturan tersebut adalah bahwa ICC juga memiliki yuridiksi atas kejahatan-kejahatan
tersebut jika yuridiksinya diotorisasikan oleh Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa.

ICC merupakan badan peradilan internasional menjalankan tugas-tugasnya pada lingkup


kejahatan-kejahatan internasional, maka tentunya struktur organisasi yang dimilikinya berbeda
dengan mahkamah sebelumnya ataupun badan peradilan pada umumnya. Struktur bagian dari ICC,
terdiri dari:

1. Kepresidenan (Presidency)
Mahkamah dari Kepresidenan (Presidency) mempunyai peran yang penuh dalam
menjalankan tugas yang berkaitan dengan perkara dalam mahkamah. Seluruh hakim harus
menjalankan tugasnya setelah terpilih sebagai hakim mahkamah. Komposisi hakim
mahkamah terdapat 18 hakim yang dipilih dari negara anggota dengan masa tugas atau jabatan
selama 9 tahun.
2. Divisi Banding, Divisi Peradilan, dan Divisi Praperadilan (an Appeals Division, a Trial
Division and a Pre Trial Division)
Divisi-divisi ini terbentuk setelah terpilih para hakim mahkamah yang menjalankan tugas dan
tanggung jawab jawabnya. Divisi Banding yang terdiri dari seorang Ketua (Presiden) dengan
4 orang hakim. Divisi Peradilan yang terdiri dari tidak kurang dari 6 orang hakim. Divisi
Praperadilan yang terdiri dari tidak kurang dari 6 hakim.
3. Kantor Jaksa Penuntut (The Office of the Prosecutor)
Keberadaan bagian ini terpisah atau berdiri sendiri dari mahkamah karena sifatnya yang
independen dan mandiri dalam menjalankan tugas-tugasnya. Unsur jaksa diambil dari negara
peserta dengan masa jabatan 9 tahun dan tidak dapat diangkat kembali. Jaksa dapat bertindak
atas penyerahan dari negara atau melalui Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa
(PBB) dan dapat pula berinisiatif melakukan penyelidikan atas kehendak sendiri (proprio
motu) atas dasar informasi dan dokumen penyerahan perkara tentang kejahatan dalam
yurisdiksi Mahkamah Pidana Internasional.
4. Kepaniteraan (The Registery)
Tugas utama yang dilakukan kepaniteraan diantaranya melaksanakan tugasnya dalam bidang
non yudisial, administratif, dan pelayanan di bawah Presiden Mahkamah. Adapun yang dapat
menjadi anggota kepaniteraan mahkamah hanya negara peserta yang mendapat rekomendasi
dari majelis. Panitera bekerja secara penuh waktu dalam masa jabatan selama 5 tahun dan
kemudian dapat dipilih kembali dengan kesempatan satu kali saja. Dalam membantu tugasnya,
maka panitera membentuk beberapa unit di dalam Bagian Kepaniteraan itu sendiri, seperti
unit korban dan unit saksi, hal tersebut berguna dalam membantu mahkamah hakim untuk
melaksanakan tugasnya, yaitu mengadili para pelaku kejahatan internasional.

Dalam video kedua, Mahkamah Pidana Internasional atau International Criminal Court
(ICC) berurusan dengan tanggung jawab pidana individu dengan menargetkan dan menuntut
pelaku terbesar yang terlibat dalam kejahatan dan kekejaman internasional yang serius. Statuta
Roma menetapkan empat jenis pelanggaran internasional sebagai berikut:

1. Kejahatan genosida
Kejahatan genosida yaitu sebagai salah satu atau lebih dari beberapa perbuatan yang dilakukan
dengan maksud untuk menghancurkan seluruh atau sebagian kelompok bangsa, etnis, ras atau
agama. Contohnya Genosida Armenia dan Holocaust Nazi Jerman yang dimana peristiwa ini
terjadi pada Perang Dunia II atau sekitar 1939 hingga 1945. Peristiwa pembantaian oleh Nazi
kepada orang-orang Yahudi itu dilakukan dengan cara genosida atau pembantaian secara
sistematis untuk menghancurkan suatu kaum. Pembunuhan ini langsung dipimpin oleh Adolf
Hitler yang merupakan Ketua Partai Nazi atau Nationalsozialistische Deutsche Arbeiterpartei
(NSDAP). Israel beserta sekutunya menyebut genosida ini menewaskan 6 juta orang. Namun
ada yang menyebut bahwa mereka hanya mendramatisasi karena korbannya tidak sampai 1
juta.

2. Kejahatan terhadap kemanusiaan


Kejahatan terhadap kemanusiaan yaitu salah satu atau lebih dari beberapa perbuatan yang
dilakukan dengan sengaja sebagai bagian dari serangan yang sistematis dan meluas yang
langsung ditujukan terhadap pendudukan sipil. Contohnya yaitu Pembunuhan, pemusnahan.
Perbudakan, pengusiran atau pemindahan penduduk secara paksa, perampasan kemerdekaan
atau perampasan kebebasan fisik lain secara sewenang-wenang yang melanggar ketentuan
pokok hukum internasional.
3. Kejahatan perang dan kekejaman
Kejahatan perang dan kekejaman yaitu tindakan yang dilakukan sebagai bagian dari rencana
atau kebijakan atau bagian dari skala besar perintah untuk melakukan tindakan pidana
tersebut. Contoh kasusnya yaitu konflik antara Israel dan Palestina, dimana Israel melakukan
kejahatan perang dan kekejaman terhadap Palestina.
4. Kejahatan agresi, yaitu perencanaan, persiapan, inisiasi atau eksekusi oleh seseorang yang ada
dalam posisi efektif untuk melakukan kontrol atas Tindakan politik atau militer suatu negara.

Dari keempat jenis pelanggaran internasional tersebut hanya tiga di antaranya yang sudah
terdefinisi secara jelas dalam Pasal 6, 7 dan 8 Statuta Roma, yaitu kejahatan genosida, kejahatan
terhadap kemanusiaan, dan kejahatan perang. Kejahatan agresi tidak terdefinisi secara jelas di
dalam Statuta Roma. Kejahatan agresi dirujuk dalam Pasal 5 Statuta ICC, tetapi tidak dalam
instrumen lain semacamnya. Memang, Pasal 5 (2) mengatur bahwa pengadilan tidak dapat
menjalankan yurisdiksi atas kejahatan agresi sampai diadopsi sebuah ketentuan yang
mendefinisikan kejahatan tersebut dan menetapkan kondisi di mana Pengadilan bisa menjalankan
yurisdiksi mengenainya.
ICC hanya memiliki yurisdiksi terbatas karena hanya dapat mengintervensi ketika
pengadilan nasional dianggap tidak mampu atau tidak bersungguh-sungguh. Maksud dari tidak
mampu disini yaitu saat terjadi kegagalan sistem pengadilan nasional baik secara menyeluruh atau
sebagian yang berakibat tertuduh atau bukti dan kesaksian yang dianggap perlu untuk menjalankan
proses hukum tidak dapat dihadirkan. Sedangkan maksud dari tidak bersungguh-sungguh yaitu
saat negara anggota dinyatakan tidak mempunyai kesungguhan dalam menjalankan pengadilan.
Dalam kasus ini ICC dapat mengambil tindakan sebagai upaya hukum terakhir dengan
menargetkan pelanggaran serius yang melibatkan sekelompok pejabat terorganisir seperti kepala
negara, politisi, dan militer.

Anda mungkin juga menyukai