Anda di halaman 1dari 24

In ter na tion al

Cr im in al C ou r t
Praktik Diplomasi dan Peradilan
Internasional
Kelas C
Meet the Group
1 2 3 4 5 6
MUHAMMAD YOEL NA BURJU MUHAMMAD NADIFA PADANTYA ADHWA PRADIANA AYU
FAHMI AUTARKES RAFI AZIS RAIHANAH WIDOWATI SYAPUTRI
E1A019071 E1A019215 E1A019234 E1A019236 E1A019249 E1A019268
Apa itu International
Criminal Court (ICC)?
Apa itu ICC?
International Criminal Court (ICC)
atau Mahkamah Pidana Internasional
merupakan sebuah lembaga peradilan
internasional yang bersifat tetap dan
independen dengan kedudukannya
yang berada diluar tubuh PBB.

ICC didirikan berdasarkan Statuta


Roma 1998 dengan tujuan utama
adalah untuk dapat mengadili
individu yang melakukan pelanggaran
berat terhadap hukum kemanusiaan
internasional.
Dasar Pembentukan
Pembentukan ICC diawali sejak kejahatan-kejahatan
yang terjadi selama Perang Dunia II yang telah
memicu dibentuknya tribunal militer yang dikenal
dengan Nurenberg Tribunal melalui London
Agreement untuk mengadili para penjahat perang
Nazi.

Pada tahun 1946, Negara-Negara sekutu


menyepakati suatu piagam yang membentuk
International Military Tribunal untuk Timur Jauh
yang dikenal dengan Tokyo Tribunal untuk mengadili
para penjahat perang Jepang selama Perang Dunia
II.
Dasar Pembentukan
Tujuan utama dari dibentuknya Nurenberg Tribunal
dan Tokyo Tribunal adalah untuk menghentikan
segala bentuk kejahatan kemanusiaan seperti
genosida, penghapusan suatu etnis dan juga
kejahatan perang yang dilakukan oleh individu.

Berdasarkan hal tersebut, Majelis Umum PBB


membentuk sebuah komisi untuk menyiapkan
proposal yang berhubungan dengan pembentukan
sebuah peradilan internasional. Secara bertahap
sejak tahun 1949 sampai tahun 1954, Komisi Hukum
Internasional PBB melakukan persiapan pembentukan
draft Statuta yang berisi tentang pembentukan suatu
mahkamah pidana internasional.
PIMPINAN (PRESIDENCY)
Pemimpin seluruh hakim yang dipilih
melalui pemilihan absolut oleh 18
hakim lainnya dengan masa jabatan 3
tahun dan dapat dipilih kembali.

DIVISI BANDING, DIVISI


PERADILAN DAN DIVISI PRA-
PERADILAN (AN APPEALS

mlah Hakim
DIVISION, A TRIBUNAL DIVISION

Ju
AND A PRE-TRIAL DIVISION)

Diatur dalam Pasal 34 Statuta Roma JAKSA PENUNTUT (THE OFFICE


OF THE PROSECUTOR)

KEPANITERAAN (THE REGISTRY)


wenangan/Jurisdik
Ke si
ICC memiliki yuridiksi yang terbagi
ke dalam empat kategori yaitu
genocide, crimes against humanity,
war crimes dan aggression
ejahatan Genosida
K Kejahatan genosida dijelaskan di dalam Statuta
Roma pasal 6 bahwa genosida merupakan suatu
perbuatan yang dilakukan dengan niat untuk
menghancurkan, baik secara keseluruhan ataupun
sebagian suatu Negara, suku, ras ataupun suatu
kelompok agama yang dilakukan dengan bentuk-
bentuk seperti:
Membunuh anggota kelompok
Menyebabkan luka parah atau atau merusak
mental kelompok
Dengan sengaja melukai jiwa anggota
kelompok yang menyebabkan luka fisik
sebagian ataupun keseluruhan
Melakukan upaya-upaya pemaksaan untuk
mencegah kelahiran anak suatu kelompok -
Memindahkan anak secara paksa dari suatu
kelompok ke kelompok lainnya.
ejahatan Genosida
K
Dokumen tentang kejahatan yang menjadi
yuridiksi ICC mensyaratkan bahwa perbuatan
genosida terjadi dalam konteks sebuah bentuk
nyata atau manifest pattern dari perbuatan
yang serupa ditujukan terhadap kelompok atau
merupakanperbuatan yang dapat
mengakibatkan pemusnahan. Kesengajaan
untuk membunuh hanya sedikit anggota
kelompok bukan merupakan genosida. Namun
yang menjadi catatan adalah bukan jumlah
dari banyaknya korban tetapi kesengajaan dari
pelaku untuk memusnahkan sejumlah besar
anggota kelompok.
jahatan Kemanusia
Ke an
Kejahatan kemanusiaan menurut Pasal 7
Statuta Roma adalah beberapa perbuatan yang
dilakukan sebagai bagian dari upaya
penyebarluasan atau penyeranhan langsung
yang ditujukan yerhadap penduduk sipil yang
dilakukan secara tersusum dan sistematis
Pembunuhan;
Pemusnahan;
Perbudakan;
Pengusiran atau pemindahan
penduduk secara paksa

Bentuk-Bentuk Perampasan kemerdekaan


atau perampasan fisik
pemaksaan kehamilan,

Kejahatan
pemandulan atau sterilisasi
secara paksa atau bentuk
kekerasan seksual lainnya

Ke ma nusiaan
Penganiayaan terhadap
kelompok tertentu atau
perkumpulannya
penghilanga secara orang
paksa
kejahatan apartheid
atan Perang (War Crim
Kejah es)
Kejahatan Perang dalam Statuta
Roma Pasal 8 merujuk kepada
Konvensi Jenewa tanggal 12
Agustus 1949 bahwa yang
termasuk ke dalam kategori
kejahatanperang adalah dengan
melakukan tindakan-tindakan.
Pembunuhan dengan sengaja
Penyiksaandan perlakuan tidak
manusiawi

Tindakan
perbuatan yang sengaja dilakukan
untuk mengakibatkan penderitaan

Perusakan secara luas dan perampasan milik

Kejahatan
seseorang yang dilakukan dengan melawan
hukum
Pemaksaan terhadap tawanan perang atau
orang yang dilindungi lainnya untuk melayani

Perang
di bawah ancaman kekuasaan musuh

Deportasi dengan cara


berlawanan melawan hukum
Penyanderaan
atan Agresi (Agres
ejah sion
K )
Kejahatan agresi merupakan salah satu bagian dari
wilayah yuridiksi ICC. Namun di dalam Statuta tidak
ada penjelasan secara rinci mengenai pengertian
kejahatan agresi itu sendiri. Boer Mauna mengatakan
“Sepanjang menyangkut kejahatan agresi, belum ada
kesepakatan mengenai definisinya atau tindakan-
tindakan pidana apa saja yang dapat dikategorikan
sebagai agresi . Dari segi hukum internasional sulit
untuk mendefinisikan tindakan apa sebenarnya yang
termasuk dalam definisi agresi tersebut yang dapat
diterima oleh semua pihak.
imana cara berlakunya juris
Baga diksi
ait dengan material jurisdict
Terk ion?
Pasal 5 (1) Statuta Roma menegaskan, yurisdiksi
pengadilan pidana internasional terbatas pada empat
bentuk international crimes, yaitu: (1) The crime of
genocide (genosida); (2) Crimes against humanity
(kejahatan terhadap kemanusiaan); (3) War crimes
(kejahatan perang); dan (4) The crimes of aggresion
(kejahatan agresi). Keempat bentuk kejahatan
tersebut merupakan bentuk-bentuk international
crimes dalam pengertian stricto sensu.
imana cara berlakunya juris
Baga diksi
ait dengan material jurisdict
Terk ion?
International crimes stricto sensu adalah
kejahatan internasional dalam arti sempit, yaitu
kejahatan-kejahatan yang menjadi yurisdiksi dari
pengadilan pidana internasional.
Proses B eracara

Dalam proses penyelesaian sengketa Mahkamah Internasional bersifat


pasif artinya hanya akan bereaksi dan mengambil tindakan-tindakan
bila ada pihak-pihak berperkara mengajukan ke Mahkamahe
Internasional. Dalam mengajukan perkara terdapat 2 tugas mahkamah
yaitu menerimar perkara yang bersifat kewenangan memberi nasihat
(advisory opinion) dan menerima perkara yang wewenangnya untuk
memeriksa dan mengadili perkara yang diajukan oleh negara-negara
(contensiouse case).

Prosedur Penyelesaian Sengketa Internasional Melalui Mahkamah


Internasional Mengenai ketentuan-ketentuan prosedural dalam
kegiatan mahkamah berada dalam kekuasaan negara-negara yang
bersengketa. Ketenttuan-ketentuan sengketa terdapat dalam Bab III
statuta. Kemudian dalam pasal 30 statuta memberikan wewenang
kepada Mahkamah untuk membuat tata tertib dan menyempurnakan
Bab III.
Isi ketentuan-ketentuan prosedural di muka mahkamah
mempunyai kesamaan dengan yuridiksi intern suatu negara,
yaitu :
1. Prosedur tertulis dan perdebatan lisan diatur sedemikian
rupa untuk menjamin sepenuhnya masing-masing pihak
mengemukakan pendapatnya.
2. Sidang-sidang mahkamah terbuka untuk umum,
sedangkan sidang-sidang arbitrasi tertutup. Tentu saja rapat
hakim-hakim mahkamah diadakan dalam sidang tertutup.
Prosedur penyelesaian sengketa internasional melalui mahkamah
internasional adalah sebagai berikut :

1. Wewenang Mahkamah

Mahkamah dapat mengambil tindakan sementara dalam bentuk


ordonansi. Tindakan sementara ialah tindakan yang diambil
mahkamah untuk melindungi hak-hak dan kepentingan pihak-
pihak yang bersengketa sambil menunggu keputusan dasar atau
penyelesaian lainnya yang akan ditentukan mahkamah secara
definitif.

2. Penyampaian Pendapat yang Terpisah

Apabila suatu keputusan tidak mewakili seluruh atau hanya


sebagian dari pendapat bulat para hakim, maka hakim-hakim
yang lain berhak memberikan pendapatnya secara terpisah
(pasal 57 statuta). Pendapat terpisah ini juga disebut
dissenting opinion atinya pendapat seorang hakim yang tidak
menyetujui suatu keputusan dan menyatakan keberatannya
terhadap motif-motif yang diberikan dalam keputusan tersebut.
3. Penolakan Hadir di Mahkamah
Pasal 53 statuta menyatakan bahwa bila salah satu
pihak tidak muncul di mahkamah atau tidak
mempertahankan perkaranya, pihak lain dapat meminta
mahkamah mengambil dipositif yaitu berisikan
keputusan mahkamah yang merugikan negara- negara
yang bersengketa..
Thank Y o u

Anda mungkin juga menyukai