Anda di halaman 1dari 17

Get Started

Anggota Kelompok
Khoirunnida Nurhidayati (E1A019005) | Viyana Nursefhia (E1A019017) | Syiva Nisrina C.P (E1A019023)
Mustafa (E1A019029) | Salsabiela Izzati (E1A019175)
ICJ Dasar Pembentukan
International Court of Justice

Dibentuk berdasarkan Bab IV Pasal 92-96 Piagam


Perserikatan Bangsa-Bangsa yang dirumuskan di
San Fransisco.

Mahkamah Internasional adalah badan peradilan


utama dari Perserikatan Bangsa-Bangsa

Didirikan untuk menggantikan peradilan yang


sebelumnya yaitu Permanent International Court Of
Justice

Lembaga kehakiman Perserikatan Bangsa-


Bangsa yang berkedudukan di Den Haag
Belanda, didirikan tahun 1945 berdasarkan
Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa dan Next Page
resmi bersidang tahun 1946.
Pasal 92
Piagam PBB

"Mahkamah Internasional adalah badan Statute of the International Court of Justice atau Statuta
peadilan utama Perserikatan Bangsa- Mahkamah Internasional adalah bagian yang tidak
Bangsa. Badan ini bekerja sesuai dengan terpisahkan dari Piagam Perserikatan Bangsa-
Statuta terlampir, yang didasarkan pada Bangsa.
Mahkamah Tetap Peradilan Internasional
dan merupakan bagian yang tidak Statuta ini terbagi menjadi 5 (lima) bab dan terdiri
terpisahkan dari Piagam ini." dari 70 (tujuh puluh) pasal.

Next Page
ICJ
Jumlah Hakim
International Court of Justice
Mahkamah terdiri dari 15 (lima belas) hakim, yang dikenal sebagai ”anggota” mahkamah dan
masing-masing mempunyai kewarganegaraan yang berbeda.

Anggota Mahkamah dipilih oleh Majelis Umum (General Assembly) dan Dewan Keamanan
(Security Council) dengan melaksanakan pemungutan suara. Calon yang mendapat suara terbanyak
dalam Majelis Umum dan Dewan Keamanan dianggap sebagai terpilih.

Anggota Mahkamah dipilih untuk masa jabatan sembilan tahun dan dapat dipilih kembali dengan
ketentuan sesuai dalam Pasal 13 Statuta Mahkamah Internasional.
ICJ
Jumlah Hakim
International Court of Justice
Semua negara pihak Statuta Mahkamah memiliki hak untuk mengajukan calon melalui
kelompok-kelompok nasional yang terdiri dari para anggota Mahkamah Tetap Arbitrase yang
ditunjuk oleh Negara itu.

Setiap kelompok tidak dapat mengajukan lebih dari empat orang. Hakim harus dipilih dari orang-
orang yang bermoral tinggi, memiliki kualifikasi yang dibutuhkan di negaranya masing-masing,
atau ahli hukum yang memiliki kompetensi yang diakui dalam hukum internasional.
Wewenang Ratione Personae (siapa yang berhak
mengajukan perkara ke Mahkamah)

Pasal 34 (1) Statuta Mahkamah Internasional


Hanya negara yang boleh menjadi pihak dalam perkara-perkara dimuka International
Court Of Justice.

Namun pada ayat (2) dan (3) pasal tersebut memberikan kemungkinan kerjasama dengan
organisasi-organisasi internasional

Wewenang
International Court of Justice
Bab II Statuta Mahkamah
Wewenang Ratione Material (mengenai jenis sengketa
yang dapat diajukan)

Pasal 36 (1) Statuta Mahkamah Internasional


Wewenang Mahkamah meliputi semua perkara yang diajukan pihak-pihak yang bersengketa
kepadanya, terutama yang terdapat dalam Piagam PBB atau dalam perjanjian-perjanjian dan
konvensi-konvensi yang berlaku.

Kewenangan yang dimiliki Mahkamah adalah bersifat fakultatif yaitu intervensi Mahkamah
baru dapat terjadi bila negara-negara yang bersengketa dengan persetujuan bersama membawa
perkara itu ke Mahkamah.

Wewenang
International Court of Justice
Bab II Statuta Mahkamah
Yurisdiksi
ICJ
International Court of Justice
1. Memberikan opini atau nasihat (advisory
jurisdiction / non-contentious jurisdiction)

Dapat memberikan opini/nasihat kepada negara-


negara yang meminta, selain itu juga dapat
memberikan opini/nasihat yang diminta oleh Majelis
Umum dan Dewan Keamanan PBB, serta badan-
badan lain dari PBB selama diijinkan oleh Majelis
Umum.
Opini atau nasihat yang diberikan meliputi
persoalan-persoalan hukum yang timbul dalam
lingkup aktifitas mereka.

Permintaan tersebut harus disampaikan secara tertulis


yang berisi suatu pernyataan tentang persoalan-
persoalan disertai dengan dokumen-dokumen yang
menunjang.
ICJ Yurisdiksi
International Court of Justice
2. Memeriksa perselisihan sengketa antar
negara (contentious jurisdiction)

Yurisdiksi ini merupakan kewenangan Mahkamah


Internasional untuk mengadili sengketa antara 2
(dua) negara atau lebih. Hal ini sesuai dengan
wewenang atau yurisdiksi ratione personae.

Next Page
ICJ Yurisdiksi
International Court of Justice
3. Memutus perkara pertikaian

Mahkamah menyarankan adanya persetujuan para


pihak yang bersengketa untuk penyelesaian perkara
pertikaian.

Pengajuan oleh para pihak tersebut biasanya


dilakukan dengan memberitahukan suatu perjanjian
bilateral (compromise)

Suatu penyerahan sengketa oleh salah satu pihak


dianggap mencukupi apabila pihak-pihak yang lain
dalam sengketa tersebut menyetujui.

Next Page
Yurisdiksi
ICJ
International Court of Justice
Cara berlakunya yurisdiksi

Berdasarkan Pasal 36 ayat (1) Statuta Mahkamah


Internasional, yurisdiksi pengadilan mencakup
semua sengketa yang diserahkan oleh para pihak dan
semua persoalan yang ditetapkan dalam Piagam PBB
yang dituangkan dalam perjanjian–perjanjian atau
konvensi-konvensi internasional.

Doktrin Forum Propogatum, dimana menurut


doktrin ini, yurisdiksi propogated timbul manakala
hanya satu negara yang menyatakan dengan tegas
persetujuannya atas Yurisdiksi Mahkamah.
Kesepakatan pihak lainnya diberikan secara diam-
diam, tidak tegas atau tersirat saja.
Yurisdiksi
ICJ
International Court of Justice
Cara berlakunya yurisdiksi

The Optional Clause Pasal 36 Ayat 2 Statuta


Mahkamah Internasional.
Berdasarkan Pasal 36 ayat (2) yaitu klausul pilihan,
dinyatakan bahwa negara-negara peserta pada
Statute dapat setiap waktu menyatakan penerimaan
wajib ipso facto yurisdiksi Mahkamah Internasional
dan tanpa adanya perjanjian khusus terhadap negara
yang menerima kewajiban serupa atas semua
sengketa hukum yang tercantum pada pasal tersebut.
ICJ
Proses Beracara
International Court of Justice
1. Penyerahan Perjanjian Khusus (Notification of Special Agreement) atau Aplikasi (Application)
2. Pembelaan Tertulis (Written Pleadings)
3. Presentasi Pembelaan (Oral Pleadings)
4. Perihal Khusus, yang dapat mempengaruhi persidangan yaitu:
Keberatan Awal (Preliminary Objections)
Ketidakhadiran Salah Satu Pihak (Non-Appareance)
Keputusan Sela (Provisional Measures)
Beracara Bersama (Joinder Proceedings)
Intervensi (Intervention)
5. Keputusan (Judgement)
ICJ
Prosedur Beracara
International Court of Justice

Pengajuan perkara ke Mahkamah Internasional dapat menggunakan 2 cara, yaitu :


Bila pihak-pihak yang berperkara telah memiliki perjanjian khusus (special agreement) maka
perkara dapat dimasukkan dengan pemberitahuan melalui panitera Mahkamah.
Perkara dapat diajukan secara sepihak (dalam hal tidak adanya perjanjian/persetujuan tertulis)
ICJ
Prosedur Beracara
International Court of Justice
Prosedur beracara dihadapan Mahkamah terbagi menjadi dua yaitu:
Pemeriksaan tertulis: melalui nota-nota, nota-nota balasan, jawaban dan jawaban balasan,
makalah, serta dokumen-dokumen penunjang.
Pemeriksaan lisan: saksi, para nasehat dan para ahli.

Dalam beracara dihadapan Mahkamah dipergunakan bahasa Inggris dan bahasa Perancis, hal ini
berdasarkan Pasal 39 ayat (1) Statuta.
Case Study

SENGKETA
SIPADAN & LIGITAN
Sengketa Sipadan Ligitan adalah persengketaan antara
Indonesia dan Malaysia atas pemilikan terhadap kedua
pulau yang berada di Selat Makassar yaitu Pulau Sipadan
dan Pulau Ligitan.

Sikap Indonesia semula ingin membawa masalah ini


melalui Dewan Tinggi ASEAN namun akhirnya sepakat
untuk menyelesaikan sengketa melalui jalur hukum
Mahkamah Internasional.

Pada tahun 1997, kedua negara sepakat untuk


mengajukan kasus kepemilikan Pulau Sipadan dan
Ligitan ke Mahkamah Internasional.
ICJ

Selasa 17 Desember 2002 ICJ mengeluarkan keputusan tentang kasus sengketa kedaulatan Pulau Sipadan-
Ligatan antara Indonesia dengan Malaysia. Berdasarkan hasil voting, Malaysia dimenangkan oleh 16 hakim,
sementara hanya 1 orang yang berpihak kepada Indonesia. 15 hakim tersebut merupakan hakim tetap dari MI,
sementara satu hakim merupakan pilihan Malaysia dan satu lagi dipilih oleh Indonesia.

Kemenangan Malaysia, oleh karena berdasarkan pertimbangan effectivity (tanpa memutuskan pada pertanyaan
dari perairan teritorial dan batas-batas maritim), yaitu pemerintah Inggris (penjajah Malaysia) telah melakukan
tindakan administratif secara nyata berupa penerbitan ordonansi perlindungan satwa burung, pungutan pajak
terhadap pengumpulan telur penyu sejak tahun 1930, dan operasi mercusuar sejak 1960-an

Anda mungkin juga menyukai