Anda di halaman 1dari 19

PERANAN MAHKAMAH INTERNASIONAL

DALAM MENYELESAIKAN SENGKETA

Kelompok 3 :
Beni Ade Putera
Nanang Wijanarko
Okie Prasetyo Wibowo
XI TKR 2

Peranan Mahkamah International dalam


Menyelesaikan Sengketa International

Wewenang Mahkamah
Wewenang mahkamah diatur oleh Bab II statuta
yang khusus mengenai wewenang mahkaman
dengan ruang lingkup masalah-masalah
mengenai sengketa. Untuk mempelajari
wewenang mahkamah dapat dilihat dari
wewenang rational personal yaitu siapa-siapa
saja yang dapat mengajukan perkara ke mahmah
dari wewenang rational material yaitu mengenai
jenis sengketa-sengketa yang dapat diajukan.

1. Akses ke Mahkamah hanya Terbuka untuk


Negara (Wewenang Rational Personal)
Pasal 34 ayat 1 statuta menyatakan, hanya
negara-negara yang boleh menjadi pihak dalam
perkara-perkara di muka mahkamah. Maksud isi
pasal tersebut, individu-individu dan organisasiorganisasi international tidak dapat menjadi
pihak dari suatu sengketa di muka mahkamah.
Pada prinsipnya mahkamah hanya terbuka bagi
negara-negara anggota dari statuta. Negaranegara anggota statuta yaitu semua anggota
PBB yang banyaknya 192 negara.

Keputusan mahkamah adalah keputusan organ


hukum tertinggi di dunia dan penolakan suatu
negara terhadap keputusan lembaga tersebut
akan dapat merusak citranya dalam pergaulan
antar bangsa, apalagi karena sebelumnya
negara-negara tersebut telah menerima
wewenang wajib. Oleh karena itu, dengan
mengadakan pengecualian terhadap ketentuan
tersebut, juga diberikan kemungkinan kepada
negara-negara lain yang bukan pihak pada
statuta untuk dapat mengajukan suatu perkara ke
mahkamah (Pasal 35 ayat 2 statuta). Dalam hal
ini, Dewan keamanan yang menentukan syaratsyaratnya.

2. Kedudukan Individu

Seseorang yang dinyatakan bersalah berdasarkan hukum


international, maka mahkamah international berkewajiban
untuk menuntutnya. Adapun bila ada penolakan akses
terhadap individu-individu. Namun melalui mekanisme
perlindungan diplomatik di bidang pertanggungjawaban
international, negara-negara dapat mengambil alih dan
memperjuangkan kepentingan-kepentingan warga negara
di depan mahkamah. Banyak perkara yang diperiksa
mahkamah yang berasal dari pelaksanaan perlindungan
diplomatik negara terhadap warga negaranya. Misalnya
perkara Ambotielos, International Court Justice (ICJ) 19521953, perkara International ICJ 1957-1958.

3. Kedudukan Organisasi International


Pasal 34 ayat 1 statuta hanya membolehkan
negara-negara untuk mengerjakan suatu
sengketa ke mahkamah. Namun, dalam ayat 2
dan 3 memberikan kemungkinan kerja sama
antar organisasi-organisasi international dan
mahkamah. Mahkamah juga menentukan syaratsyarat kerja sama dengan organisasi-organisasi
international.

Langkah pertama yang dilakukan makamah


adalah meminta kepada organisasi-organisasi
international keterangan-keterangan mengenai
soal-soal yang diperiksanya, organisasi-organisasi
international tersebut dengan inisiatif sendiri
mengirim keterangan yang diperlukan ke
mahkamah. Selanjutnya, bila dalam pemeriksaan
suatu perkara, mahkamah terpaksa
menginterpretasikan piagam konstitutif suatu
organisasi international atau suatu konvensi yang
dibuat atas dasar piagam tersebut, maka
panitera mahkamah berhak meminta keterangan
kepada organisasi international tadi dan
mengirimkannya secara tertulis ke mahkamah.

4. Wewenang Rational Material


Pasal 36 ayat 1 statuta dengan jelas menyatakan
bahwa wewenang mahkamah meliputi semua
perkara yang diajukan pihak-pihak yang
bersengketa kepadanya dan semua hal, terutama
yang terdapat dalam piagam PBB atau dalam
perjanjian-perjanjian dan konvensi-konvensi yang
berlaku. Meskipun Pasal 36 ayat 1 ini tidak
mengadakan pemberdayaan antar sengketa
hukum dan politik yang boleh dibawa ke
mahkamah, dalam prakteknya mahkamah selalu
menolak memeriksa perkara-perkara yang tidak
bersifat hukum.

Selanjutnya, wewenang mahkamah pada


prinsipnya bersifat fakultatif. Ini berarti
bahwa bila terjadi suatu sengketa antar
dua negara, intervensi mahkamah baru
dapat terjadi bila negara-negara yang
bersengketa dengan persetujuan bersama
membawa perkara mereka ke mahkamah.
Tanpa adanya persetujuan antar pihakpihak yang bersengketa, wewenang
mahkamah tidak akan berlaku terhadap
sengketa tersebut.

5. Kompromi
Dalam kerangka wewenang fakultatif, sengketa diajukan
ke mahkamah melalui suatu kompromi. Jadi, kesepakatan
negara-negara yang bersengketa dituangkan dalam
suatu kompromi. Di samping itu, perlu dicatat bahwa
kompromi di sini tidak lagi mempunyai arti yang sama
dengan kompromi arbitrasi. Kompromi untuk mengajukan
sengketa ke mahkamah tidak perlu lagi berisi
kesepakatan mengenai komposisi tribunal, wewenang
dan prosedur mahkamah. Dalam penyelesaian hukum
secara fakultatif ini, kompromi hanya berisikan
persetujuan pihak-pihak yang bersengketa
untukmengajukan perkara mereka ke mahkamah, dan
penentuan hal yang dipersengketakan serta pertanyaanpertanyaan yang diajukan ke mahkamah.

6. Wewenang Wajib (Compulsory Jurisdication)


Wewenang wajib dari mahkamah hanya dapat
terjadi bila negara-negara sebelumnya dalam
suatu persetujuan, menerima wewenang
tersebut.

7. Persyaratan
Ada banyak negara yang menerima klausul
operasional tersebut dengan persyaratan.
Misalnya, mengenai lamanya masa penerimaan
klausul yang dibatasi sampai lima tahun. Pada
tahun 1946, Amerika Serikat menerima klausul
opsional dengan persyaratan penting, yaitu
menolak diajukan sengketa yang berada di
bawah domestic jurisdiction atau wewenang
nasional. Mengenai sengketa apa saja yang
berada di bawah wewenang nasional itu
ditentukan sendiri oleh Amerika Serikat sesuai
dengan Amandemen Conally.

Keputusan Mahkamah Internasional dalam


Menyelesaikan Sengketa Internasional
Keputusan Mahkamah diambil dengan suara
terbanyak atau mayoritas dari hakim-hakim yang
hadir. Bila dalam proses pengambilan keputusan
seimbang, maka seara ketua atau wakilnya yang
akan menentukan. Misalnya, keputusan
Mahkamah tanggal 7 September 1927 dalam
masalah Lotus antara Prancis dan Turki mengenai
tabrakan kapal di laut lepas dan keputusan
Mahkamah tanggal 18 Juli 1966 mengenai
peristiwa Afrika Barat Daya tersebut. Keputusan
hanya dapat diambil dengan pemberian suara
Ketua Mahkamah.

Keputusan Mahkamah terdiri dari 3 bagian, yaitu :


Berisikan komposisi Mahkamah, informasi
mengenai pihak-pihak yang bersengketa serta
wakil-wakilnya, analisa mengenai fakta-fakta, dan
argumentasi, bukan pihak-pihak yang
bersengketa.
Berisikan penjelasan mengenai motivasi
Mahkamah. Pemberian motivasi keputusan
Mahkamah merupakan karena suatu penyelesaian
yuridiksi. Hal ini sering merupakan salah satu
unsur dari penyelesaian yang lebih luas dari
sengketa. Oleh karena itu, perlu dijaga sensibilitas
pihak-pihak yang bersengketa.
Berita dispositif, ini berisikan keputusan Mahkama
yang mengikat negara-negara yang bersengketa.

Prosedur Penyelesaian Sengketa


Internasional Melalui Mahkamah
Internasional
Mengenai ketentuan-ketentuan prosedural dalam
kegiatan mahkamah berada dalam kekuasaan
negara-negara yang bersengketa. Ketenttuanketentuan sengketa terdapat dalam Bab III statuta.
Kemudian dalam pasal 30 statuta memberikan
wewenang kepada Mahkamah untuk membuat
tata tertib dan menyempurnakan Bab III. Jadi, bila
statuta merupakan suatu konvensi, maka aturan
prosedur tadi merupakan suatu perbuatan
unilateral mahkamah yang juga mengingat
negara-negara yang bersengketa.

Prosedur penyelesaian sengketa internasional


melalui mahkamah internasional adalah sebagai
berikut :
1. Wewenang Mahkamah
Mahkamah dapat mengambil tindakan sementara
dalam bentuk ordonansi. Tindakan sementara
ialah tindakan yang diambil mahkamah untuk
melindungi hak-hak dan kepentingan pihak-pihak
yang bersengketa sambil menunggu keputusan
dasar atau penyelesaian lainnya yang akan
ditentukan mahkamah secara definitif.

2. Penolakan Hadir di Mahkamah


Pasal 53 statuta menyatakan bahwa bila salah
satu pihak tidak muncul di mahkamah atau tidak
mempertahankan perkaranya, pihak lain dapat
meminta mahkamah mengambil keputusan
mendukung tuntutannya. Ketidakhadiran salah
satu pihak dalam perkara di mahkamah pernah
terjadi pada waktu mahkamah tetap dan juga
terdapat dalam sistem mahkamah yang
sekarang.

3. Keputusan Mahkamah
Keputusan mahkamah diambil dengan suara
mayoritas dari hakim-hakim yang hadir. Bila
suara seimbang, maka suara ketua atau wakil.
Keputusan mahkamah terdiri tiga bagian, yaitu :
Informasi megenai pihak-pihak yang
bersengketa serta wakil-wakilnya analisa
mengenai fakta-fakta, dan argumentasi
hukum pihak-pihak yang bersengketa.
Penjelasan mengenai motivasi mahkamah.
Dipositif yaitu berisikan keputusan
mahkamah yang merugikan negara-negara
yang bersengketa.

KESIMPULAN

1.Peranan Mahkamah Internasional dalam menyelesaikan sengketa


internasional :
a) Mahkamah Internasional merupakan bagian integral dari PBB
b) Mahkamah Internasional beranggotakan 15 anggota hakim yang
dipilih dari 15 negara

2.Mahkamah Internasional Sebagai Salah Satu Organ Utama PBB


Perserikatan Bangsa-bangsa memiliki beberapa organ utama
diantaranya Majelis Umum, Dewan Keamanan, Dewan perwalian,
Sekretariat Jenderal dan Dewan Ekonomi dan Sosial serta
Mahkamah Internasional.
3.Cara membawa sengketa ke Mahkamah Internasional :
a) Melalui kesepakatan khusus antar pihak
b) Melalui permohonan sendiri oleh suatu pihak yang bertikai

4.Cara Penyelesaian Sengketa Oleh Mahkamah Internasional :


a) Cara-cara penyelesaian damai
b) Cara- cara penyelesaian secara paksa atau dengan cara
kekeransan

Anda mungkin juga menyukai