Anda di halaman 1dari 5

MATERI KELOMPOK

1. Pengertian Arbitrase

Kata arbitrase berasal dari kata arbitrare (latin), arbitrage (belanda), arbitration (inggris),
schiedspruch (jerman), dan arbitrage (prancis), yang berarti kekuasaan untuk menyelesaikan
sesutu menurut kebijaksanaan atau damai oleh arbiter atau wasit1 pangertian arbitrase adalah
cara-cara penyelesaian hakim partikulir yang tidak terkait dengan dengan berbagai formalitas,
cepat dan memberikan keputusan, karena dalam instansi terakhir serta mengikat, yang mudah
untuk melaksanakan karena akan di taati para pihak.

Arbitrase adalah suatu prosedur yang oleh para pihak yang berselisih secara suka rela
setuju untuk terikat pada putusan pihak ketiga yang netral di luar proses peradilan yang normal.
Logika dan kesederhanaan dari arbitrase mendapat pujian bahwa proses tersebut ditujukan untu
manusiasejak abad permulaan. Untuk alasan yang sama pula arbitrase secara luas diterimase
bagai pelengkap dari hukum formildari orang-orang romawi dan lebih di sukai sebagai alat
penyelesaian perselisiahan komersil pada abad pertengahan.3 sementara itu, menurut undang-
undang nomor 30 tahun 1999 tentang arbitarse dan alternatif penyelesaian sengketa umum pasal
1 angka 1, arbitarse adalah: “cara penyelesaian suatu sengketa perdata di luar peradilan umum
yang di dasarkan pada perjanjian arbitrase yang dibuat secara tertulis oleh para pihak yang
bersengketa.”

2. Dasar Hukum Arbitrase


 Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman
 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian
Sengketa
 UndangUndang Nomor 5 Tahun 1968 tentang Penyelesaian Perselisihan Antara Negara
dan Warga Negara Asing Mengenai Penanaman Modal
 Peraturan Mahkamah Agung Nomor 1 Tahun 1990 tentang Tata Cara Pelaksanaan
Putusan Arbitrase Asing

3. Asas-Asas Arbitrase
 Asas Kebebasan Berkontrak

Memberikan kebebasan kepada para pihak untuk membuat atau tidak membuat perjanjian,
mengadakan perjanjian dengan siapapun, menentukan isi perjanjian, pelaksanaan
danpersyartatanya, menentukan bentuk perjanjian yaitu tertulis atau lisan

 Asas Konsensualisme (kesepakatan)

Tanpa adanya kesepakatan para pihak untuk menentukan penyelesaian melalui arbitrase
maka secara otomatis Lembaga Arbitrase tidak mempunyai kompotensi untuk menyelesaikan
sengketa melalui Arbitrase.

 Asas Pacta Sunt Servanda (Kepastian Hukum)

Perjanjian yang dibuat secara sah memuat klausula arbitrase mempunyai kekuatan mengikat
yang harus dilaksanakan seperti halnya melaksanakan Undang-Undang.

 Asas Penyelesaian Sengketa di Luar Pengadilan

Penyelesaian sengketa di luar pengadilan mlalui arbitrase merupakan salah satu bentu APS
dalam bentuk hukum privat yang bersumber pada hukum adat maupun hukum positif.

 Asas Separabilitas

Diatur dalam pasal 10 UU APS, bahwa “Suatu perjanjian Arbitrase tidak menjadi batal
disebabkan oleh berlakunya syarat-syarat hapusnya perikatan pokok. Seperti keadaan
meninggalnya salah satu pihak atau salaj satu pihak mengalami kebangkrutan.

 Asas Peradilan

Asas ini mengandung beberapa prinsip antara lain, peradilan yang cepat, sederhana dan biaya
ringan, dan prinsip mendengar kedua belah pihak

4. Kelebihan dan Kekurangan Arbitrase


1. Kelebihan Arbitrase
 Sidang arbitrase dilaksanakan tertutup untuk umum, sehingga kerahasiaan sengketa para
pihak terjamin.
 Kelambatan yang diakibatkan oleh hal prosedural dan administratif dapat dihindari.
 Para pihak yang bersengketa dapat memilih arbiter yang menurut keyakinannya
mempunyai pengalaman, pengetahuan, jujur dan adil, serta latar belakang yang cukup
mengenai masalah yang disengketakan.
 Sikap arbiter dalam menangani perkara arbitrase didasarkan pada sikap yang
mengusahakan win-win solution terhadap para pihak yang bersengketa.
 Pilihan umum untuk menyelesaikan sengketa serta proses dan tempat penyelenggaraan
arbitrase dapat ditentukan oleh para pihak.
 Putusan arbitrase mengikat para pihak (final and binding) dan dengan melalui tata cara
(prosedur) sederhana ataupun langsung dapat dilaksanakan.
 Suatu perjanjian arbitrase (klausul arbitrase) tidak menjadi batal karena berakhir atau
batalnya perjanjian pokok.
 Didalam proses arbitrase, arbiter atau majelis arbitrase harus mengutamakan perdamaian
diantara para pihak yang bersengketa.

2. Kekurangan Arbitrase

 Putusan arbitrase ditentukan oleh kemampuan teknis arbiter untuk memberikan


keputusan yang memuaskan untuk melakukan rasa keadilan para pihak.

 Apabila pihak yang kalah tidak mau melaksanakan putusan arbitrase, maka diperlukan
perintah dari pengadilan untuk melakukan eksekusi atas putusan arbitrase tersebut.

 Pada praktiknya pengakuan dan pelaksanaan keputusan arbitrase asing masih menjadi hal
yang sulit.

 Pada umumnya pihak-pihak yang bersengketa di arbitrase adalah perusahaan-perusahaan


besar, oleh karena itu untuk mempertemukan kehendak para pihak yang bersengketa dan
membawanya ke badan arbitrase tidaklah mudah.
5. Prosedur Penyelesaian sengketa melalui BANI
1. Pendaftaran dan Permohonan arbitrase (pasal 8 ayat 2 UU NO 30/1999)
1. Dibuat Tertulis
2. Memuat Identitas pemohon dan termohon
3. penunjukan kepada klausula atau perjanjian arbitrase yang berlaku;
4. masalah yang menjadi sengketa;
5. dasar tuntutan dan jumlah yang dituntut,
6. cara penyelesaian yang dikehendaki; dan
7. perjanjian yang diadakan oleh para pihak tentang jumlah arbiter atau apabila tidak
pernah diadakan perjanjian semacam itu, pemohon dapat mengajukan usul tentang
jumlah arbiter yang dikehendaki dalam jumlah ganjil.

2. Penunjukan arbiter
syarat menjadi arbiter :

1.cakap melakukan tindakan hukum

2. berumur paling rendah 35 tahun;

3. Tidak mempunyai hubungan keluarga sedarah dengan salah satu pihak bersengketa;

4. Tidak mempunyai kepentingan finansial atau kepentingan lain atas putusan arbitrase;

5. Memiliki pengalaman serta menguasai secara aktif di bidangnya paling sedikit 15


tahun.

Apabila dalam waktu 14 hari tidak adanya kesepakatan antara kedua belah pihak
mengenai arbiter maka ketua pengadilan dapat melakukan pengangkatan arbiter tunggal.

3. Tanggapan Termohon dan Tuntutan Balik (Rekonvensi)

Setelah berkas permohonan didaftarkan, pengurus Badan Arbitrase Nasional Indonesia


(BANI) akan memeriksa dan memutuskan apakah BANI memang berwenang untuk
melakukan pemeriksaan sengketa. Kemudian sekretariat BANI akan menyiapkan salinan
permohonan arbitrase Pemohon dan dokumen lampiran lainnya untuk disampaikan
kepada Termohon. Termohon memiliki waktu 30 hari untuk memberikan jawaban, dan
dapat diperpanjang hingga 14 hari.

Jawaban tersebut, Termohon dapat melampirkan data dan bukti lain yang relevan
terhadap kasus yang dipersengketakan untuk mengajukan tuntutan balik atau disebut
sebagai rekonvensi. Tuntutan balik ini dapat disertakan bersama jawaban

4. Sidang Pemeriksaan

Pada proses pemeriksaan arbitrase, dilaksanakan sebagaimana yang telah diatur dalam
undang-undang. Pengaturan ini antara lain:

1. pemeriksaan dilakukan secara tertutup.


2. menggunakan Bahasa Indonesia, harus dibuat secara tertulis.
3. mendengar keterangan dari para pihak.
4. Pemeriksaan atas sengketa harus diselesaikan dalam waktu paling lama 180 (seratus
delapan puluh) hari sejak arbiter atau majelis arbitrase terbentuk.

5. Putusan akhir
Putusan akhir paling lama ditetapkan dalam kurun waktu 30 hari sejak ditutupnya
persidangan. Putusan arbitrase memuat keseakatan antara kedua belah pihak yang
bersengketa dan dilaksanakan sesuai ketentuan pelaksanaan putusan dalam perkara perdata
yang putusannya telah mempunyai kekuatan hukum tetap.

Anda mungkin juga menyukai