Anda di halaman 1dari 11

Paper I

1. Jelaskan
a. Arbitrase itu apa ?
Arbitrase merupakan istilah yang dipakai untuk menjabarkan suatu bentuk
tata cara damai yang sesuai dengan cara bagaimana menyelesaikan sengketa
yang timbul sehingga mencapai suatu hasil tertentu yang secara hukum final
dan mengikat.
Syarat utama bagi suatu proses arbitrase adalah kewajiban para pihak
membuat suatu kesepakatan tertulis atau perjanjian arbitrase (arbitration
clause/agreement) dan kemudian menyepakati hukum dan tata cara
bagimanamereka akan mengakhiri penyelesaiannya.
Menurut Prof. DR. H. Priyatna Abdurrasyid S.H., Ph.D.,C.IISL., D.IAA.,
Fell. BIS., LAA. Arbitrase adalah salah satu mekanisme alternatif
penyelesaian sengketa apa yang merupakan bentuk tindakan hukum yang
diakui oleh undang-undang dimana salah satu pihak atau lebih menyerahkan
sengketanya, ketidaksefahamnya, ketidak sepakatannya dengan satu pihak
lain atau lebih kepada satu orang (arbiter) atau lebih (arbiter-arbiter-majelis)
ahli yang profesional, yang akan bertindak sebagai hakim / peradilan swasta
yang akan menerapkan tata cara hukum negara yang berlaku atau menerapkan
tata cara hukum perdamaian yang telah disepakati bersama oleh pihak
tersebut terdahulu untuk sampai kepada putusan yang final dan mengikat serta
dikenal dengan pendapat mengikat (binding opinion atau binded adves. Oleh
karenanya arbitrase juga disebut hukum prosedur dan hukum para pihak (Law
of procedure dan Law of the parties).
b. Jabarkan : doktrin, prinsip dll
Protokol Jenewa 1923 dan konvensi 1927 tidak banyak mengalami
kemajuan bagi negara negara berkembang atau yang berada diluar Eropa
dalam menggalakan perniagaan internasional. Masyarakat internasional

1
semakin sadar akan pentingnya arbitrase sebagai alat untuk menyelesaikan
sengketa – sengketa komersial internasional, melalui usul dan inisiatif the
International Chamber of Commerce (ICC), Paris kepada Perserikatan
Bangsa-Bangsa (PBB) dan akhirnya diupayakan serta diletakkan oleh PBB
dibidang arbitrase pada tahun 1953. ICC tidak hanya memberikan usul dan
inisiatif akan tetapi juga membuat rancangan sendiri tentang arbitrase
komersial, langka yang sama juga dilakukan oleh Dewan Ekonomi dan Sosial
PBB (ECOSCO) akan membentuk suatu Konvensi Arbitrase Internasional
pada tahun 1955 dengan 13 kali sidang yang diikuti oleh seluruh anggotanya
yang berjumlah 8 orang dengan menghasilkan suatu rancangan konvensi
tentang arbitrase internasional. Rancangan komisi dikirim kepada para
pemerintah negara negara serta organisasi internasional guna dimintakan
pendapat serta komentarnya. Laporan yang masuk dari hasil pengamatan dan
pendapat tentang rancangan konvensi sebanyak 18 dari pemerintahan dan 4
dari oraganisasi internasional. Dengan hal tersebut komisi mengadakan
konprensi pleno New York 20 Mei 1958 dengan hasil akhir disahkannya
konvensi tentang pengakuan dan pelaksanaan keputusan arbitrase asing
(Convention on the Recognition and Enforcement of Foreight Arbitral
Award). Indonesia dengan Keputusan Presiden Nomor 34 tahun 1981, telah
menyatakan kehendaknya untuk tidak keberatan terhadap ketentuan konvensi
dan menyatakan untuk mengesahkan konvensi dan mengikat diri.
New York Convention merupakan konvensi yang diakui oleh pemerintah
Indonesia dengan Keputusan Presiden No. 34 tahun 1981 tanggal 5 Agustus
1981 dan Peraturan Mahkamah Agung No. 1 tahun 1990 tanggal 1 maret 1990
tentang tatacara Pelaksanaan Arbitrase Asing dan Washington Convention
dengan Undang-undang Nomor 5 tahun 1968 dapat dilaksanakan (eksekusi)
di Indonesia, dengan izin tertiulis dari Mahkamah Agung. Mahkamah Agung
hanya boleh menolak keputusan arbitrase Washington Convention, apabila
terdapat hal-hal yang bertentangan dengan “ketertiban umum”

2
2. Uraikan perjanjian :
a. Fungsi arbitrase
sebagai salah satu Alternatif Penyelesaian Sengketa sehingga mampu
menjadi solusi bagi penyelesaian di Indonesia dan berfungsi memberi
alternatif atau pilihan suatu tata cara penyelesaian sengketa melalui bentuk
aps atau arbitrase agar memperoleh putusan akhir dan mengikat para pihak.
Secara umum, tidak selalu dengan melibatkan intervensi dan bantuan pihak
ketiga yang independent yang diminta membantu memudahkan penyelesaian
sengketa tersebut.
b. Elemen-elemen
Dalam isi dari perjanjian arbitrase memiliki 7 elemen yaitu :
* Para pihak
* Tertulis
* Penjabaran
* Tandatangan
* Tempat dan Tanggal
* Publikasi
* Bahasa
c. Memiliki kehidupan tunggal (Ps 10 UU No. 30/99)
Memiliki kehidupan tunggal sesuai dengan pasal 10 Undang-Undang
Nomor 30 Tahun 1999 dengan maksud bahwa Klausula atau perjanjian
arbitrase tidak hapus atau berakhir dengan hapus atau berakhirnya perjanjian
pokok. Pengecualian ini ditegaskan dalam pasal 10 UU No.30 tahun 1999
yang menyatakan bahwa suatu perjanjian arbitrase tidak menjadi batal
disebabkan oleh keadaan tersebut dibawah ini:
* Meninggalnya salah satu pihak
* Bangkrutnya salah satu pihak
* Novasi (pembaharuan ulang)

3
* Insolvensi (keadaan tidak mampu membayar) salah satu pihak
* Pewarisan
* Berlakunya syarat-syarat hapusnya perikatan pokok
* Bilamana pelaksanaan perjanjian tersebut dialihtugaskan kepada pihak
ketiga dengan persetujuan pihak yang melakukan perjanjian arbitrase
tersebut.
* Berakhirnya atau batalnya perjanjian pokok.
Pada dasarnya didalam pasal 10 UU No.30 tahun 1999, perjanjian
arbitrase ini berarti “berdiri sendiri” dalam artian, para pihak : berdaulat pada
kasusnya, yurisdiksi pada kasusnya, independen pada kasusnya, otoritas pada
kasusnya.

3. Tujuan suatu arbitrase itu untuk apa :


Dikarenakan arbitrasi sudah banyak dilakukan oleh para pengusaha
(nasional maupun internasional) sebagai suatu cara perdamaian memecahkan
ketidaksefahaman pihak-pihak dibidang kegiatan komersial. Yang akhirnya
dalam perkembangan selanjutnya penyelesaian cara damai seperti arbitrase
banyak dimanfaatkan juga dibidang-bidang sengketa tentang “franchising”
a. Di bidang Konstruksi
Disebabkan bidang kontruksi ini tidak hanya dilakukan oleh para
pengusaha lokal atau dalam negeri saja maka tidak menutup kemungkinan
terjadi wanprestasi dalam melakukan kerjasama antara regional dengan
internasional atau bisa, sehingga untuk dapat menyelesaikan hal tersebut
dengan cara cepat dan murah serta multiguna bagi yang kedua belah pihak
solusinya hanya pada arbitrase.
b. Di bidang Transprotasi
Transportasi udara khususnya tidak terbatas pada domestik saja akan
tetapi sekrang banyak yang mengembangkan penerbangan internasional dan
juga sebaliknya. Hal itu yang banyak menimbulkan problem dikemudian hari

4
sehingga perlunya suatu kesepakatan yang dibuat oleh badan arbitrase guna
kelancaran usaha kedepan.
c. Di bidang Perbankan
Dalam bidang perbankan masih merupakan suatu keinginan akan tetapi
dalam prakteknya belum ada suatu permasalahan antar bank dalam negeri
dengan bank internasional, yang ada hanya dalam hal bank dengan nasabah
contoh tentang kartu kredit.

4. Uraikan
a. Proses Arbitrase
Prosedur arbitrase dibentuk oleh ketentuan hukum, perjanjian para pihak
dan arahan para arbiter. Apabila para pihak sepakat bahwa arbitrase akan
dilaksanakan berdasarkan aturan suatu institusi atau aturan ad-hoc maka prosedur
arbitrase akan tunduk pada ketentuan institusi atau aturan ad-hoc tersebut.
Sebagaimana dinyatakan dalam Pasal 31 ayat (1) Undang-undang Nomor 30 Tahun
1999 tentang Alternatif Penyelesaian Sengketa dan Arbitrase (UU Arbitrase).
Berdasarkan UU Arbitrase, pemeriksaan arbitrase dilaksanakan melalui 3
(tiga) tahapan, yaitu:
1) Tahap persiapan atau Pra Pemeriksaan, yang meliputi perjanjian arbitrase
dalam dokumen tertulis, penunjukan arbiter, pengajuan surat tuntutan oleh
Pemohon, jawaban surat tuntutan oleh Termohon dan perintah arbiter agar para
pihak menghadap sidang arbitrase.
2) Tahap pemeriksaan atau penentuan, yang meliputi awal pemeriksaan
peristiwanya, penelitian atas bukti-bukti dan pembahasannya, mediasi dan
pengambilan putusan oleh Majelis Arbitrase.
3) Tahap pelaksanaan, yang meliputi putusan arbitrase yang bersifat final
dan mengikat dan pelaksanaan yang bersifat sukarela atau melalui eksekusi
pengadilan.

5
Tahap Persiapan
Prosedur arbitrase dimulai dengan pendaftaran dan penyampaian
Permohonan kepada institusi arbitrase yang ditunjuk, dilengkapi dengan segala alat
bukti yang berkaitan dengan sengketa tersebut sesuai dengan aslinya. Permohonan
arbitrase harus disertai pembayaran biaya pendaftaran dan biaya administrasi
kepada institusi bersangkutan. Pemeriksaan perkara arbitrase tidak akan dimulai
sebelum biaya administrasi dilunasi, yang harus dibayar lunas oleh kedua belah
pihak (untuk bagian yang sama). Pada umumnya penentuan besarnya biaya
administrasi adalah berdasarkan prosentase dari tuntutan yang diajukan Pemohon
dan tuntutan balik dari Termohon.
Dalam permohonan arbitrase harus dituliskan secara ringkas uraian
tentang permasalahan yang menjadi sengketa dan isi tuntutan ganti rugi atau
pemgembalian yang diharapkan dari pihak lainnya dengan melampirkan salinan
naskah atau akta perjanjian arbitrase atau perjanjian lainnya yang memuat klausula
arbitrase. Pemohon dapat menunjuk atau memilih seorang arbiter atau
menyerahkan penunjukkan arbiter kepada institusi arbitrase bersangkutan. Dalam
mencari penyelesaian yang penting adalah pokok masalah sengketa atas
pelaksanaan perjanjian dan bukan permasalahan prosedural perjanjian atau
persengketaan.
Pemohon maupun termohon dapat membentuk Tim internal yang terdiri
dari personalia yang terlibat dalam pelaksanaan perjanjian yang mengetahui isi
perjanjian serta mengetahui sebab jelas dari timbulnya sengketa. Tim dapat dibantu
oleh penasehat hukum internal maupun eksternal berkaitan dengan peraturan dan
perundangan yang berkaitan dengan sengketa. Tim internal harus dapat
memberikan gambaran yang tepat mengenai permasalahan yang disengketakan
dihadapan arbiter.

Tahap Pemeriksaan
Walaupun dalam beberapa kasus para pihak mengajukan sengketa untuk

6
diputuskan/diselesaikan sepenuhnya berdasarkan fakta-fakta tertentu, tuntutan
tertulis dan dokumen-dokumen, namun pada umumnya suatu persidangan tetap
dilaksanakan yang dihadiri oleh arbiter atau majelis arbiter dan para pihak yang
bersangkutan, untuk memberikan kesempatan bagi para pihak untuk
menyampaikan segala informasi yang lengkap dan adil kepada para arbiter
mengenai aspek material dari permasalahan yang dipersengketakan.
Persidangan arbitrase sepenuhnya berada di bawah kuasa para arbiter
dengan tetap memperhatikan “rules of procedures” dan ketentuan perundangan
yang berlaku. Persidangan arbitrase bersifat tertutup dan hanya dapat dihadiri oleh
mereka yang mendapat kuasa dari pimpinan masing-masing pihak dan diketahui
oleh kedua belah pihak. Pihak lain tidak dapat menghadiri kecuali mendapat
persetujuan dari kedua belah pihak dan majelis arbiter.
Dengan dimulainya proses pemeriksaan setelah dibentuknya Majelis
Arbiter, maka semua komunikasi antara para pihak dengan arbiter harus
dihentikan. Semua informasi baik dalam bentuk surat menyurat maupun dokumen
atau alat bukti asli harus diserahkan kepada Panitera sidang disertai 5 (lima)
salinan masing-masing untuk arbiter dan para pihak. Semua informasi yang akan
disampaikan secara lisan hanya dapat diterima apabila didengar oleh arbiter dan
para pihak dalam sidang. Setiap penyimpangan atas prosedur arbitrase namun
tidak terbatas pada proses persidangan harus mendapat persetujuan dari para
arbiter dan para pihak dan akan dicatat dalam berita acara persidangan oleh
Panitera. Dalam setiap persidangan dimungkinkan adanya negosiasi antara para
pihak, diluar sidang dan atas persetujuan arbiter dan para pihak, juga kesempatan
untuk melakukan mediasi yang dilakukan diluar sidang arbitrase dan bukan
merupakan bagian dari proses jalannya arbitrase.

Tahap Pelaksanaan
Dengan didaftarkannya Putusan Arbitrase pada Panitera Pengadilan
Negeri sebagaimana yang ditetapkan dalam UU Arbitrase, maka putusan tersebut

7
mempunyai kekuatan eksekutorial. Pelaksanaan putusan arbitrase tidak perlu
menunggu eksekusi Pengadilan Negeri namun dapat dilaksanakan secara sukarela
oleh pihak yang bersangkutan.
Terhadap Putusan Arbitrase, para pihak dapat mengajukan permohonan
pembatalan. Pengajuan permohonan pembatalan diatur dengan Pasal 70 UU
Arbitrase dan diajukan oleh pihak yang tidak puas atas putusan Majelis Arbitrase
dengan memiliki keterbatasan dalam alasan-alasan yang dapat dipergunakan, yaitu
apabila putusan mengandung adanya dokumen dinyatakan palsu atau diakui palsu,
ditemukannya dokumen yang bersifat menentukan yang disembunyikan atau
diambil dari hasil tipu muslihat. Namun demikian, para pihak diharapkan kembali
pada maksud dibuatnya perjanjian bahwa segala persengketaan akan diselesaikan
untuk mencapai suatu penyelesaian yang menguntungkan bagi kedua belah pihak.
b. Proses Mediasi
Mediasi merupakan suatu proses damai dimana para pihak yang
bersengketa menyerahkan penyelesaiannya kepada seorang mediator untuk
mencapai hasil akhir yang adil dan para pihak yang bersengketa memperoleh
manfaat yang saling menguntungkan.
Mediator dalam melaksanakan tugasnya melakukan Mediasi dengan para
pihak yang bersengketa harus melalui beberapa tahapan al :
a. Memulai proses mediasi.
* Mediator memperkenalkan diri dan para pihak
* Menekankan adanya kemauan para pihak untuk menyelesaikan masalah
melalui mediasi.
* Menjelaskan pengertian mediasi dan peran mediator
* Menjelaskan prosedur mediasi.
* Menjelaskan pengertian kaukus
* Menjelaskan parameter kerahasiaan
* Menguraikan jadwal dan lama proses mediasi.
* Menjelaskan aturan perilaku dalam proses perundingan.

8
* Memberikan kesempatan kepada para pihak untuk bertanya dan
menjawabnya.
b. Merumuskan masalah dan menyusun agenda
* Mengidentifikasi topik-topik umum permasalahan, menyepakati
subtopik permasalahan yang akan dibahas dan menentukan urutan
subtopik yang akan dibahas dalam proses perundingan.
* Menyusun agenda perundingan
c. Mengungkapkan kepentingan tersembunyi
Dapat dilakukan dengan dua cara :
* Cara langsung
Mengemukakan pertanyaan langsung kepada para pihak.
* Cara tidak langsung
Mendengarkan atau merumuskan kembali pernyataan pernyataan yang
dikemukakan oleh para pihak.
d. Mengembangkan pilihan penyelesaian sengketa
Mediator mendorong para pihak untuk tidak bertahan pada pola pikiran
yang posisonal tetapi harus bersikap terbuka dan mencari alternatif
penyelesaian pemecaha masalah secara bersama.
e. Menganalisis pilihan penyelesaian sengketa
* Mediator membantu para pihak menentukan untung dan ruginya jika
menerima atau menolak suatu pemecahan masalah.
* Mediator mengingatkan para pihak agar bersikap realistis dan tidak
mengajukan tuntutan atau tawaran yang tidak masuk akal.
f. Proses tawar menawar akhir
* Pada tahap ini para pihak telah melihat titik temu kepentingan mereka
dan bersedia memberi konsensi satu sama lainnya.
* Mediator membantu para pihak agar mengembangkan tawaran yang
dapat dipergunakan untuk menguji dapat atau tidak tercapainya
penyelesaian masalah.

9
g. Mencapai kesepakatan formal
Para pihak menyusun kesepakatan dan prosedur atau rencana pelaksanaan
kesepakatan mengacu pada langkah-langkah yang akan ditempuh para
pihak untuk melaksanakan bunyi kesepakatan dan mengakhiri sengketa.

Memulai proses mediasi


Merumuskan masalah dan menyusun
agenda
Mengungkapkan kepentingan
tersembunyi
Mengembangkan pilihan penyelesaian
sengketa
Menganalisis pilihan penyelesaian
sengketa
Proses tawar-menawar akhir
Mencapai kesepakatan

mulai proses mediasi


Merumuskan masalah dan menyusun
agenda
10
Mengungkapkan kepentingan
tersembunyi
Mengembangkan pilihan penyelesaian
sengketa
Menganalisis pilihan penyelesaian
sengketa
Proses tawar-menawar akhir
Mencapai kesepakatan

11

Anda mungkin juga menyukai