BAB I
Pendahuluan
dapat dipungkiri selalu melibatkan tokoh-tokoh filsuf dunia kenamaan. Baik itu
yang terjadi di masa sang filsuf hidup dan bahkan sepeninggal para filsuf besar
ini. Banyak fakta yang tidak dapat kita bantah lagi akan hal tersebut. Sebagai
contoh kita mengenal dua filsuf besar yakni Plato dan Aristoteles yang hingga
pemikiran selanjutnya.
dikatakan – kerap kita dengar namanya adalah Karl Marx. Tak ayal, buah
belahan dunia. Marxisme disebut-sebut sebagai sebuah suatu isme atau paham
perubahan di suatu negara. Bahkan, tidak hanya ideologi pergerakan tetapi juga
dikatakan sebagai: “... a system of sociology, a philosophy of man and society and
a political doctrine”.1
betapa pemikiran – apa yang disebut – Marxist telah memberi warna tersendiri
dalam kehidupan manusia. Pemikiran Karl Marx telah menjadi inspirasi bagi
lahirnya aliran pemikiran kritis dalam bidang ekonomi, sosial, politik, dan juga
1Jufrina Rizal dan Agus Brotosusilo, “Bahan Bacaan Program Magister Filsafat Hukum Buku Ke-
II”, diambil dari Bab “Marxist Theories of Law and State”, hlm. 837, Program Pascasarjana
Fakultas Hukum Universitas Indonesia, Jakarta, 2001.
2
hukum.
itu merasuk ke dalam dunia hukum, teori marxis tentang hukum juga membawa
tatanan masyarakat kapitalis, hukum jelas tidak bebas nilai, tidak bersifat netral,
dan terkait dengan faktor ekonomi serta politik yang ada. Lebih lanjut mengenai
teori-teori Karl Marx tentang hukum dan negara, akan coba diuraikan dalam bab
pembahasan berikutnya.
Selain, pemikiran Karl Marx di bidang hukum dan negara, dalam makalah
ini akan coba diulas juga mengenai gerakan “critical legal studies” atau CLS. CLS
lebih merupakan suatu gerakan moderen dalam teori hukum yang berkembang
pada tahun 1970-an di Amerika Serikat sebagai bentuk gerakan yang mengkritisi
paham “conventionalism”.
Dalam pandangan CLS, hukum bukanlah suatu entitas yang hampa dari
berbagai anasir terutama politik. Bahkan disebutkan bahwa hukum inheren dengan
politik itu sendiri “..that the law is inherently political” atau hukum adalah politik
membentuk gerakan ini datang dari beberapa ahli hukum, seperti Horwitz, Duncan
Kennedy, Trubek, Mark Tushnet dan Roberto Unger. Dalam bahasa yang
2Surya Kirana Sulistijo, “The Future Legal Scholarship and the Search for a Modern Theory of
Law”, hlm. 1.
3
Aliran ini, sebagaimana diungkapkan oleh Alant Hunt, bahwa hukum tidak
dapat eksis, dan oleh karena itu tidak dapat dipelajari, dalam ruang vakum.
CLS merupakan bentuk kritik atas keadaan krisis yang menimpa hukum
karena telah gagal berperan sebagai alat perubahan dan sebagai alat untuk
mencapai keadilan yang sebenarnya. Krisis hukum itu bersumber pada gejolak
sosial pada masa tahun 1960-an. Pada masa itu, praktik hukum menampilkan 2
(dua) wajah keadilan yang kontras. Di satu sisi, beberapa pengadilan dan beberapa
bagian dari profesi hukum telah menjadi juru bicara bagi kelompok masyarakat
yang tidak beruntung. Tetapi di sisi yang lain, pada saat yang bersamaan, hukum
menampilkan sosoknya yang dilengkapi dengan sepatu boot dan berlaku represif
pandangan atau aliran adalah bahasan dalam makalah singkat ini berdasarkan
BAB II
Pembahasan
yakni Karl Marx. Istilah ini dipopulerkan di kemudian hari oleh Paul Lafargue
yang tidak lain adalah menantu dari sang tokoh itu sendiri. Beberapa tokoh
marxisme yang terkenal antara lain dapat kita sebutkan : Kolakowsky, Karl
dapat dikatakan memiliki tiga bagian yang tak terpisahkan satu sama lainnya
yakni ekonomi politik, filsafat, dan sejarah. Senada dengan ungkapan Karl Marx
dalam kata pengantar pada sebuah sumbangan untuk kritik terhadap ekonomi
politik:
dalamnya dapat kita jumpai adanya determinisme ekonomi (tidak secara mutlak).
politik, dan hukum itu sendiri ada pada struktur atas (super structure). Meski
basis masyarakat.
ini dapat pula dijumpai bahwa : “he (Marx) attached primacy to the economic
system. This was the “base” or “infrastructure” and everyting else, political
Inggris klasik terutama teori nilai kerja yang diajukan Adam Smith dan David
Ricardo. Sedangkan untuk ajaran filsafat marxisme bersumber pada filsafat klasik
Jerman yang sampai pada dua nama besar yakni Hegel dan Feurbach. Sumbangan
kelas, buruh melawan pemodal, kaum proletar melawan kaum borjuis juga tengan
mode dan kekuatan produksi, dasar ekonomi dan ideologi golongan atas. Dalam
7Jon Elster, “Karl Marx : Marxisme – Analisis Kritis”, Prestasi Pustakaraya, 2000, hlm. 154.
8Jufrina Rizal dan Agus Brotosusilo, Loc. Cit.
6
barang mati dan memisahkan manusia yang satu dari manusia yang lainnya.
yang ada di luar dirinya secara mandiri, sebagai sesuatu yang asing
menentukan kesadaran mereka. Ini yang disebutkan oleh Marx : “...it is not
consciousness of men that determines their being, but, on the contrary, their social
Perlu dipahami di sini, bahwasanya Karl Marx sendiri tidak pernah menghasilkan
suatu karya yang dapat disebut sebagai “teori tentang hukum” yang utuh10. Marx
sendiri lebih tepat dikatakan sebagai seorang pemikir, filsuf, sekaligus aktivis di
bidang ekonomi dan politik11. Upaya untuk merancang secara lebih lengkap dan
menyeluruh teori hukum dalam wilayah pemikiran marxis dilakukan oleh para
9Karl Marx, “Preface to Contribution to Critique of Political Economy” hlm. 878, dalam Ibid.
10Alan Hunt, “Marxist Theory of Law”, dalam Dennis Patterson ed., A Companion to Philosophy
of Law and Legal Theory (Massachusetts: Blackwell Publishers Ltd., 2000), hlm. 356.
11Ken Budha Kusumandaru, Karl Marx, Revolusi, dan Sosialisme (Yogyakarta: Insist Press,
2003), hlm. 52.
7
these a legitimation”.12 Hukum nyata-nyata sebagai alat bagi kaum borjuis yang
Menurut Alan Hunt, terdapat beberapa tema pokok yang dijelaskan oleh
dari politik, atau bahkan dapat dikatakan, bahwa hukum itu adalah
yang berkuasa.
12EP Thomson Whigs and Hunters, “The Rule of Law”, dalam Jufrina Rizal dan Agus
Brotosusilo, Op.Cit, hlm. 908.
8
yang mengatakan bahwa negara adalah aktualisasi dari kebebasan dan sebagai
yang menjadi tujuan atau yang memberi warna bagi negara, dengan sendirinya
tujuan dan warna bagi birokrasi itu sendiri. Lebih lanjut, Marx mengatakan :
“Bureaucracy holds in its possesion the essence of the state, the spiritual
essence of society, it is its private property. The general spirit of
bureaucracy is secret, mystery, safeguarded inside itself by hierarchy and
outside by its nature as a closed corporation”.15
Tokoh-Tokoh Marxisme
Karya tulis Karl Marx telah membuktikan kekuatan “magis” daya tarik dan
akan pemikiran Karl Marx dapat coba kita ikuti melalui apa yang disebut sebagai
1. Karl Renner
luas yang terikat atas kontrak untuk melayani. Instusi hukum tidak
yang justru menjadi pelengkap dari institusi hukum yang ada, seperti
dalam membentuk kondisi sosial tertentu.18 Lebih dari itu, apa yang
2. Pashukanis
demikian.
18Ibid.
19Ibid.
20Ibid, hlm. 867.
11
commodities”.21
will be achieve. Secondly, there are those which point to the non-
Jika kita kembali kepada keenam pokok pemikiran marxis tentang hukum
itu sendiri maka kita akan dapati bahwa hukum itu inheren dengan politik. Bahkan
lebih lanjut disebutkan bahwa hukum senantiasa potensial bersifat memaksa dan
B. Critical Legal Studies (CLS) and The Search for a Modern Theory of Law
theory) yang berkembang pada tahun 1960-an yaitu Marxist, structualist dan post-
Studies (CLS).24
yang lebih luas dan lebih elaboratif dari gerakan American Legal Realism. CLS
lahir dari reaksi atas pemikiran hukum yang telah mengakar di Amerika, dan telah
memahami hukum, tidak hanya seperti pemahaman selama ini yang bersifat
Socratis.
Latar belakang berdirinya CLS sebagai nama payung bagi suatu arus
24Richard A. Posner , Frontier Legal Theory, Harvard University Press, 2001, hlm 13-15, dalam
Teori Hukum Mengingat, Mengumpulkan dan Mmebuka Kembali (Prof. Dr.H.R. Otje Salmas S.,
SH dan Anthon F. Sutanto, SH.,M.Hum. PT. Refika Aditama 2005. Hal. 124.
13
pemikiran hukum di kalangan ahli hukum Amerika yang tidak puas dan
menentang pemikiran liberalis yang sudah mapan dalam studi-studi hukum hukum
atau jurisprudence.
sedang berlaku saat itu25. Latar belakang berdirinya CLS sebagai nama payung
bagi suatu arus pemikiran hukum di kalangan ahli hukum Amerika yang tidak
puas dan menentang pemikiran hukum liberalis26 yang sudah mapan dalam studi-
Selain itu juga Mark Kelman (dalam A guide to Critical Legal Studies27)
berpendapat bahwa, liberalism dalam pandangan Crits adalah sebuah sistem dari
25Lihat pendapat Mark Kelman pada halaman 935 dari Bahan Bacaan Program Magister
FILSAFAT HUKUM Buku II bagi Program Pascasarjana Fakultas Hukum Universitas Indonesia,
yang disusun oleh Jufrina Rizal dan Agus Brotosusilo (September 2001).
26Ibid hal. 936.
27Ibid.
28Ibid.
29Ibid.
14
pandangan UNGERS30.
Kontradiksi antara sebuah komitmen pada gagasan tradisional liberal dimana nilai
komitmen yang kurang ideal yang kita dapat mengetahui kebenaran sosial dan
kebenaran etika secara obyektif. Atau harapan yang satu dapat melebihi perbedaan
yang lazim antara subyektif dan obyektif dari individu dalam pencarian
kebenaran moral.
2. Kontradiksi ketiga mengacu pada konflik lama antara kehendak bebas dan
determinisme.
kegiatan manusia adalah terlihat sebagai hasil dari keinginan untuk menentukan
menghormati jasa-jasa maupun kecaman karena hal itu lebih mudah menganggap
seseorang.
Menurut Unger ada "struktur mendalam" dari liberalisme yang terdiri dari
enam prinsip: (1) rasionalitas dan hawa nafsu ; (2) keinginan yang
32 Htttp://www.blogger.com/post.create.g?
16
Marxist atau tepatnya mewarisi kritik marxist terhadap hukum liberal yang
penggunaannya jelas dan pasti, sangat administratif, aturan umum dan bentuk
keadilan, dll.
umum atau lebih khusus dari pada yang lainnya. Semakin luas
33Ibid.
17
altruisme.
bahwa Hukum adalah sesuatu yang otonom (an autonomous) dan Hukum
sebagai berikut :
1. Nature of Conventionalism.
Hukum dan politik merupakan disiplin yang berbeda dan karenanya prinsipnya
terpisah satu dari yang lainnya, disini conventionalism, memiliki prinsip utama :
e) Subyek utama dari studi ilmu hukum adalah peraturan hukum (legal
sesuai kategorinya.
ada "struktur mendalam" dari liberalisme yang terdiri dari enam prinsip yaitu : (1)
rasionalitas dan hawa nafsu; (2) keinginan yang sewenang-wenang ; (3) Analisis ;
(4) Aturan-aturan dan nilai-nilai ; (5) nilai subyektif ; dan (6) individualisme.
merupakan kekuatan dari "regim" pemikiran hukum dari kalangan The Old
Kritik CLS terhadap netralias hukum adalah pembedaan antara publik dan privat.
Disini negara bisa melakukan intervensi atas urusan privat, sehingga bukan
semata-mata merupakan sesuatu yang netral dan tidak teralakan dari peraturan
huum publik.
dan menggunakan teori radikal dalam pemikiran radikal praktek hukum. CLS dan
Legal Theory sebagai kelompok The New Legal Scholars, yang memiliki
pemikiran hukum :
The Modern Theory law adalah kekuatan The new Scholarship yang
menyatukan antara Legal theory dan CLS. CLS memfokuskan diri pada sejarah
dan aspek kebudayaan dari legal thought. Legal Theory lebih memfokuskan pada
the sosial choice aspect of modern theory of law, the creation of legal technique,
kritik :
2. Kritik terhadap CLS, CLS hanya memiliki sebuah theory liberalism and
the political theory, sehingga CLS harus berlaih ke teori lain menjelaskan
sebuah teori mengenai hukum dan poltik CLS mengalami kesulitan ketika
konvenstionalisme dan formalise, yang mengangao hukum tidak netral dan hukum
tidak terkait dengan politik, hukum adalah disiplin semiautonomi dan hukum
mengandung sejarah serta tidak ada jawaban yang benar dalam hukum. 6 (enam)
Hukum pasti politik (law must be political), dimana hukum dan politik adalah
berkaitan.
b) The new Scholarship and the Politics of the modern Theory of Law.
(2) CLS dan Legal Theory menyadari bahwa Clasical liberalism yang
Hukum adalah disiplin yang semi otonom, walaupun hukum tidak otonom hukum
juga berbeda dengan politik. Legal culture harus konsisten dengan asumsi
hukum dengan nilai-nilai politik. Hubungan antara legal culture dengan politik
adalah konsisten.
Hukum mesti menjadi sejarah, perubahan yang bersifat mendasar pada suatu
peristiwa sejarah akan menjadi sumber legitimasi bagi hukum serta legitimasi
Hukum tidak perlu memberikan suatu jawaban yang sebenarnya, adanya berbagai
atau i-legitimated, dimana legal culture dalam tahap transisi. Walaupun political
structure yang mendukung common law leberalism tidak ada lagi tapi pemikiran
yang berhubungan dengan common law liberalism akan tetap timbul dan
menimbulkan masalah.
mengkaji subyek hukum lebih luas dari sekedar putusan pengadilan atau peraturan
Kategori klasik hukum telah kehilangan legitimasi, penafsiran tekstual dan analisa
kasus atau suatu isu hukum - tidak hanya terdiri dari teknik-teknik hukum saja.
24
BAB III
Kesimpulan
yang independen dan bahkan hampa dari berbagai anasir terutama politik
ia adalah milik kelas penguasa. Ini yang dicerminkan dalam semangat birokrasi
misteri, memberikan perlindungan diri ke dalam dari hierarki dan keluar dari alam
sebagai suatu badan hukum negara yang tertutup sehingga akan makin sulit
keadilan dicapai. Karena keadilan adalah suatu keadaan di mana penghisapan atas
pemikiran Karl Marx dengan gerakan atau aliran CLS yang akan dibahas dalam
bagian berikutnya. Kesamaan atau benang merah keduanya, tampak sekali pada
saat keduanya memandang hukum yang sarat dengan berbagai anasir terutama
sekali kepentingan politik. Jika Marx, secara tegas mengatakan ini adalah akal-
akalan semata kaum borjuis untuk melegitimasi penghisapan oleh negara. Tidak
halnya CLS, yang lebih pada upaya membongkar kungkungan kaum konservatif.
25
DAFTAR PUSTAKA
Brotosusilo Agus & Jufrina Rizal, Bahan Bacaan Program Magister Filsafat
Elster Jon, Karl Marx : Marxisme – Analisis Kritis, Jakarta: Prestasi Pustakaraya,
2000.
Hunt Alan, Marxist Theory of Law, dalam Dennis Patterson ed., A Companion to
Ltd., 2000.
Richard A. Posner , Frontier Legal Theory, Harvard University Press, 2001, hlm
13-15, dapat dilihat pada Salmas Otje dan Sutanto Anthon,dalam Teori
Hal. 124.
Sulistijo Surya Kirana, The Future Legal Scholarship and the Search for a
Marx Karl, “Kata Pengantar Pada Sebuah Sumbangan Untuk Kritik Terhadap
http://www.marxists.org/indonesia/archive/marx-engels/1859/pengantar-
kritik.htm.