Anda di halaman 1dari 5

Sosialisme

(Genealogi Konsep Sosialisme di dalam Sosiologi)

Oleh: Fauzan Anwar Sandiah

Dalam sejarah pemikiran, sosialisme merupakan suatu variasi yang banyak disebut
pada lapangan politik dan ekonomi. Dan oleh karena terdapat banyak cara untuk
memahami sosialisme, maka dibutuhkan beberapa data terkait dengan bagaimana
sosialisme sebagai sebuah istilah diperlakukan dalam literatur sebagai sistem
ekonomi dan sebagai sistem sosial. Secara umum, sosialisme dimaknai sebagai
doktrin yang berlawanan terhada kapitalisme. Kepemilikan pribadi atas alat-alat
produksi di dalam sistem kapitalisme ditentang oleh sosialisme yang menunjukkan
bahwa penguasaan pribadi terhadap alat-alat produksi dan sumber daya merupakan
sumber dari keburukan-keburukan sosial. Oleh karena pada umumnya sosialisme
dimaknai sebagai sebuah doktrin, maka dalam lapangan studi pemikiran
kontemporer, sosialisme masuk sebagai sebuah tema khusus. Bahkan ada suatu
kewajiban tertentu yang dipegang oleh para komentator sejarah pemikiran untuk
selalu menyinggung sosialisme dan Karl Marx.
Sosialisme pada 1700-an hingga 1900-an merupakan suatu upaya untuk
mengatasi berbagai macam persoalan yang terjadi di Eropa. Sosialisme membawa
sebuah pandangan bahwa kepentingan-kepentingan kolektif berada di atas
kepentingan pribadi. Sosialisme mendorong individu untuk mengekang sifat
egoisme yang bermuara dari atau sebagai motif utama penguasaan alat-alat
produksi atau penguasaan terhadap kekayaan. Oleh karenanya, di dalam sosialisme,
dimensi moral begitu kental. Sistem moral, yang dibawa sosialisme bermaksud
untuk melakukan kontrol terhadap industri dengan mengikatnya bersama negara.
Tentu saja, sejauh negara merupakan sebuah bentuk ril dari transformasi atas raison
d’etre. Maka sosialisme atau socializm secara konstitutif dikenal sebagai teori
ekonomi dan politik yang menyatakan bahwa tanah, transportasi, sumber daya alam
dan industri harus dimiliki dan diawasi oleh seluruh masyarakat atau oleh negara,
dan kesejahteraan harus dapat didistribusikan secara merata bagi seluruh
masyarakat.1
Sosialisme dalam konteks Indonesia dapat dilihat berdasarkan pada dua
pembabakan masa. Pertama adalah masa pra-proklamasi, yakni merujuk pada masa
pergerakan nasional. Kedua, adalah masa pasca-Proklamasi yang merujuk pada
masa pra-1967.2 Menurut Dawam Rahardjo, sosialisme di Indonesia pada masa

1
A S Hornby, Oxford Advanded Learner’s Dictionary, (Oxford University Press, 1995),
hlm.1127-1128.
2
Pembabakan ini dengan mempertimbangkan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1967
yang menyebut “Sosialisme Indonesia berdasar Pancasila”. Dikutip dari Rahardjo, Dawam, dalam
Kapitalisme Dulu dan Sekarang

1
pergerakan nasional merupakan cita masyarakat ekonomi yang terdapat pada
berbagai macam aliran dan organisasi.3
Usaha untuk memahami sosialisme juga berkaitan dengan berbagai macam
teori ekonomi-politik kontemporer dan beberapa tema-tema tertentu seperti dalam
lapangan filsafat dan ideologi negara. Untuk soal yang terakhir, yakni mengena
ideologi negara, sosialisme dan oposisinya, kapitalisme merupakan perbincangan
yang diperdebatkan hingga akhir abad ke-XX. Fukuyama yang berbasis filsafat
Hegelian dan posmodernisme melakukan penelaahan serius terhadap doktrin-
doktrin sosialisme dari kalangan Marxian ortodox yang sebagian berbasis filsafat
anti-Hegelian. Tentu saja, dalam perdebatan tersebut, sosialisme yang identik
dengan tujuan mengembalikan kepemilikan alat-alat produksi sepenuhnya semua
pihak karena berangkat dari analisa klas, menjadi ikut dikritik. Akhirnya,
kemenangan sistem kapitalisme atas sosialisme juga mengindikasikan beberapa
analisis yang menopang sosialisme ikut terbawa dalam kritik.
Penulis menyadari bahwa untuk melakukan sebuah penelaahan terhadap
sosialisme dibutuhkan upaya yang panjang. Maka penulis bersandar terhadap dua
teks utama yang membantu pemahaman terhadap sosialisme. Pertama melalui
komentar-komentar Anthony Giddens dalam karangannya, Kapitalisme dan Teori
Sosial Modern4. Kedua, melalui penelitian Joseph A.Schumpeter dalam
Kapitalisme, Sosialisme dan Demokrasi5. Selain kedua komentator tersebut,
penulis juga melakukan suatu pembacaan singkat atas beberapa karya Marx dan
Engels, antara lain, Das Capital Vol I, Ideologi Jerman dan The Holy Family.

Sosialisme Ilmiah Marx


Tulisan-tulisan awal mengenai sosialisme pra-Marx banyak terdapat di Eropa. The
Sacred History of Mankind (Die Heilige Geschicte der Menschheit) yang ditulis
oleh Moses Hess adalah salah-satunya. Tulisan-tulisan mengenai sosialisme pra-
Marx menurut perspektif Marxis merupakan model sosialisme utopis, sosialisme
mistik. Tetapi, tulisan-tulisan awal tersebut sudah memuat tentang polarisasi
proletariat dan kemungkinan revolusi proletariat.6 Sebagai sebuah doktrin,
sosialisme pada masa Marx juga mengalami tantangan yang berat terutama dari
kenyataan bahwa Partai Sosial Demokrat yang menganut Marxisme sejak tahun
1875 di Jerman kehilangan oritentasinya. Merespon hal tersebut, Engels dalam
Anti-Duhring menitikberatkan sifat ilmiah sosialisme Marx. Klaim terhadap
sosialisme ilmiah muncul dalam beberapa karangan yang secara sistemik ditulis
oleh Marx maupun Engels.

3
Rahardjo, Dawam (ed), dkk, Kapitalisme Dulu dan Sekarang, (Jakarta: LP3ES, 1987),
hlm.vii
4
Giddens, Anthony, Kapitalisme dan Teori Sosial Modern, terj. Soeheba Kramadibrata,
(Jakarta: UI Press, 2009)
5
Schumpeter, Joseph A, Capitalism, Socialism, & Democracy, USA: George Allen&
Unwin, 1976).
6
McLellan, David, Marx Before Marxism, Second Edition, (London: MacMillan Press,
1980),hlm.14.

2
Ide sosialisme ilmiah Marx berakar dari teori perkembangan sistem sosial
masyarakat yang ditulis oleh Marx dengan bantuan Engels dalam The Holy Family.
Marx menyatakan bahwa sosialisme merupakan sebuah keniscayaan dari
perkembangan masyarakat. Konflik-konflik di dalam masyarakat akan
menyebabkan suatu sistem mengalami transformasi. Marx mencontohkan konflik
di dalam masyarakat feodal akan membuka peluang bagi masyarakat kapitalis, dan
masyarkat kapitalis akan mengalami hal yang sama dengan masyarakat feodal
sehingga bertransformasi menjadi masyarakat sosialis. Dalam hal ini, Marx
meneliti mengenai kehancuran sistem perbudakan sebagai sebuah insititusi,
contohnya pada masa Romawi.
Perkembangan masyarakat ditentukan oleh perkembangan sumber daya
produksi. Marx dan Engels dalam Ideologi Jerman mencatat bahwa pembagian
kerja di dalam masyarakat sejalan dengan bentuk kepemilikan. Hubungan sosial di
dalam masyarakat ditentukan juga oleh basis material. Hubungan sosial di dalam
masyarakat kapitalis misalnya, ditentukan oleh hasil produksi. Hubungan sosial
ditentukan dari cara tiap individu mengolah relasinya dengan alam menjadi benda-
pakai. Seorang buruh, menjadi buruh karena ketiadaan hak dalam kepemilikan alat-
alat produksi. Pembagian kerja menjadi salah-satu masalah yang dianalisis oleh
Marx dan Engels untuk mengetahui bagaimana proses perpecahan antara
kepentingan individual dan kepentingan bersama.7
Perpecahan antara kepentingan individual dan kepentingan adalah salah-
satu cara bagaimana komunisme dan sosialisme dijelaskan pada bagian ini.
Sosialisme ilmiah Marx, mengkritik kontrak sosial ala Rousseau yang
menyebabkan borjuis kehilangan kepercayaan terhadap kemampuan politiknya dan
melakukan tindakan koruptif.8 Sosialisme ilmiah Marx yang dijelaskan secara
sistemik oleh Engels mengkritik sosialisme Herr-Duhring yang menyatakan bahwa
sosialisme bukan merupakan keharusan dari produk perkembangan sejarah.

Sosialisme dan Penelitian Durkheim


Secara umum, sosialisme dipandang sebagai alternatif dari penolakan
terhadap kapitalisme. Hal tersebut menunjukkan posisi sosialisme sebagai sebuah
sistem pada masyarakat kontemporer. Penjelasan umum tersebut sangat kental
dengan corak Durkheimian. Suatu analisa yang dilakukan oleh Giddens terhadap
karya Durkheim, The Division of Labour dan sejumlah tulisan Durkheim yang lain
akan memperlihatkan bagaimana perjalanan dan hasil penelitian Durkheim
terhadap istilah sosialisme, yang akan penulis gunakan untuk menjelaskan ide
sosialisme pada bagian ini.9 Penelitian Durkheim terhadap istilah sosialisme banyak

7
Marx, Karl dan Engels, Frederich, Ideologi Jerman, Jilid I Feurbach, terj. Nasikhul
Mutamanna, (Yogyakarta: Pustaka Nusantara, 2013), hlm.35.
8
Engels, Frederich, Anti-Duhring, terj. Oey Hay Djoen, (Jakarta: Hasta Mitra-Ultimus,
2005), hlm.341.
9
Giddens, Anthony, Kapitalisme dan Teori Sosial Modern, terj. Soeheba Kramadibrata,
(Jakarta: UI Press, 2009),hlm.81-130.

3
membantu sosiolog dalam meletakkan istilah tersebut di dalam literatur-litetur.
Terutama karena Durkheim sampai pada kesimpulan bahwa sosialisme merupakan
ahli waris dari komunisme meskipun memiliki perbedaan pengeoperasian prinsip
pengaturan (reglementation).
Durkheim meneliti sosialisme dengan menelusuri darimana asal teori-teori
sosialis berkembang. Menurut Durkheim, sosialisme berkembang dari suatu
perkembangan komunisme. Penelitian Durkheim dilakukan atas dua asumsi,
pertama, ide-ide komunisme sudah ada dalam banyak sejarah. Kedua, sosialisme
merupakan suatu tipe teori yang secara unik baru muncul pada masa kontemporer.
Pandangan ini dapat dibandingkan dengan Marx yang mengatakan bahwa
sosialisme merupakan sebuah lower-stage dari komunisme.
Usaha Durkheim tersebut bertujuan untuk melihat bagaimana kaitan antara
sosialisme dan komunisme. Berkaitan dengan hal tersebut, Durkheim menarik garis
perbedaan antara sosialisme dengan komunisme. Durkheim menemukan benang
utama yang mengaitkan sekaligus membedakan secara mendasar antara sosialisme
dan komunisme. Menurut Durkheim, antara sosialisme dan komunisme menolak
kemungkinan patologis di dalam masyarakat, tetapi menyimpan perbedaan-
perbedaan yang mencolok.
Untuk mengawali langkah tersebut, Durkheim mulai dengan meneliti ide-
ide komunisme di dalam tulisan-tulisan teoritikus seperti Platon, Thomas More dan
Campanela. Durkheim menemukan bahwa ide tentang komunisme telah dibangun
oleh para teoritikus tersebut. Platon misalnya mengatakan bahwa pemerintah tidak
punya hak untuk campur tangan dalam kegiatan ekonomi.10 Pembacaan Durkheim
terhadap ide-ide Platon mengenai distingsi antara kehidupan politik dan kehidupan
ekonomi tentu diawali oleh asumsi bahwa komunisme merupakan sebuah
pemikiran yang memisahkan antara kehidupan politik dan kehidupan ekonomi.
Asumsi Durkheim tersebut berasal dari karangan Durkheim Sociology and
Philosophy. selain itu, menurut Durkheim, sosialisme sebagai doktrin harus dikenai
analisa yang mengaitkannya dengan ide-ide lain.
Menurut Durkheim komunisme merupakan pemikiran yang berusaha
menanam moral pada negara dengan menghindarkannya dari kontak industri.
Sedangkan sosialisme justru bermaksud menanamkan moral pada industri dengan
mengaitkannya dengan negara. Komunisme dan sosialisme menetapkan operasi
pengaturannya (reglementation) untuk melakukan fungsi-fungsi tersebut. Ketika
melakukan analisa ini, Durkheim mencatat hal menarik, yakni, pada sosialisme,
produksi industri diatur melalui negara, tetapi konsumsi tidak. Produksi diatur
secara terpusat, tetapi konsumsi dibebaskan kepada masing-masing individu untuk
menggunakannya dalam rangka pemenuhan kebutuhan masing-masing.
Dalam The Division of Labour, menurut Giddens, Durkheim membahas
mengenai krisis masyarakat kontemporer. Tetapi, menurut Giddens, masalah
tersebut bagi Durkheim bukan mengenai krisis yang berakar dari ekonomi dan juga

10
Ibid, Giddens, Anthony, Kapitalisme...,hlm.2009.

4
berarti tidak dapat diselesaikan melalui tindakan ekonomi. Menurut pembacaan
Giddens, Durkheim beranggapan bahwa sosialisme melalui program-program yang
ditawarkan oleh para sosialis gagal memahami dan menghadapi abad modern.
Analisa Durkheim terhadap sosialisme menghasilkan pemikiran bahwa krisis di
dalam masyarakat bukan sekedar krisis ekonomi melainkan juga krisis moral. Oleh
karena itu, sosialisme sebagai sebuah upaya untuk mendistribusikan sumber daya
bagi masyarakat harus mempertimbangkan bagaimana sosialisme menghasilkan
instrumen-instrumen yang mendominasi negara dalam penyikapannya terhadap
institusi moral.

Anda mungkin juga menyukai