Anda di halaman 1dari 9

ESSAY

IDEOLOGI SOSIALISME, LIBERALISME DAN PANCASILA.


Dosen Pembimbing : Iya Bahtiar, S.Pd, M.Si., MM
Fajar Sidik (02A1A1220026)
Disusun untuk memenuhi tugas
PENGANTAR ILMU POLITIK
PENDAHULUAN
Ideologi adalah salah satu istilah yang memiliki cakupan yang luas karena istilah ideologi
sesungguhnya dapat dibicarakan dalam banyak aspek. Ideologi dapat dibicarakan dalam aspek
pendidikan, ilmu, dan tentu saja dalam aspek politik. Mengingat begitu luasnya cakupan istilah ideologi
tersebut, penting karenanya untuk disampaikan di awal penelitian ini bahwa ideologi yang dikaji dalam
penelitian ini adalah ideologi politik, yaitu ideologi yang menjadi landasan atau yang berkembang
dalam praktek kehidupan politik.
Ideologi adalah satu istilah penting yang menjadi salah satu fokus pembicaraan dalam
perbincangan tentang politik, atau dalam perbincangan yang terkait dengan kehidupan kenegaraan. Hal
ini tidak lain disebabkan karena ideologi merupakan salah satu faktor penting dan sekaligus bersifat
mutlak dalam rangka menjaga eksistensi dan kelangsungan hidup satu bangsa atau negara. Ideologi,
singkatnya, menjadi sumber nilai yang menjadi acuan dalam kehidupan masyarakat, yang pada
gilirannya menjadi pedoman tingkah laku warga negara melalui penjabaran dalam bentuk peraturan
hukum. Ideologi, dapat juga difungsikan sebagai kepribadian suatu bangsa dan atau negara karena
ideologi juga menunjukkan orientasi suatu masyarakat, yaitu terkait dengan nilai-nilai yang dianggap
penting oleh masyarakat tersebut.
Di era globalisasi seperti sekarang ini, persoalan ideologi memang jarang sekali dibicarakan
karena secara umum perhatian dunia mengarah pada persoalan pertumbuhan ekonomi dan kaitannya
dengan stabilitas ekonomi global. Namun, tidak berarti persoalan ideologi menjadi hilang begitu saja.
Disadari atau tidak, persoalan yang bersangkutan dengan ideologi masih ada, dan bahkan menjadi
semakin krusial di masa globalisasi ini karena terjadinya “percampuran” bermacam-macam ideologi.
Globalisasi telah membuka kran informasi sehingga segala hal yang berasal dari sumber asing bisa
dengan mudah masuk dan mempengaruhi kehidupan masyarakat, termasuk salah satunya ideologi
tersebut. Hal ini menimbulkan persoalan, khususnya bagi masyarakat atau negara yang tidak memiliki
basis ideologis kuat karena bisa menjadi rentan untuk terkontaminasi dengan berbagai ideologi yang
berasal dari luar. Berbicara tentang ideologi, ada berbagai macam ideologi yang berkembang dalam
sejarah manusia. Liberalisme, sosialisme, komunisme, fasisme, adalah beberapa nama ideologi yang
berkembang dalam sejarah umat manusia. Di antara ideologi-ideologi tersebut, ada ideologi yang
berkembang menjadi ideologi besar dan dianut oleh banyak negara, namun ada juga ideologi yang tidak
dianut oleh banyak negara sehingga tidak mampu bertahan dalam perkembangan dunia saat ini.
IDEOLOGI SOSIALISME, LIBERALISME DAN PANCASILA

Ideologi Sosialisme
Guna mendapatkan pemahaman yang komprehensif tentang ideologi ini, akan diuraikan
terlebih dahulu pengertian sosialisme dari tiga sudut pandang, yaitu sudut pandang etimologis, historis,
dan terminologis. Dari ketiga sudut pandang tersebut, peneliti selanjutnya akan berusaha untuk
menggali corak umum dari variasi-variasi sosialisme tersebut, sehingga didapatkan ciri-ciri pemikiran
sosialisme yang selanjutnya akan dijadikan sebagai objek utama analisis dalam penelitian ini.
Secara etimologi, istilah sosialisme atau dalam bahasa Inggris disebut dengan istilah socialism
berasal dari bahasa Perancis, yaitu “sosial” yang berarti “kemasyarakatan”. Secara historis, istilah
sosialisme pertama kali muncul di Perancis sekitar tahun 1830. Umumnya sebutan itu dikenakan bagi
aliran atau pandangan yang masing-masing hendak mewujudkan masyarakat yang berdasarkan pada
hak milik bersama terhadap alat-alat produksi, dengan maksud agar produksi tidak lagi diselenggarakan
oleh orang-orang atau lembaga perorangan atau swasta yang hanya memperoleh laba, semata-mata
untuk melayani kebutuhan masyarakat.
Secara terminologi, istilah sosialisme dipahami secara bermacam-macam oleh para tokoh.
Franz Magnis-Suseno misalnya, menulis bahwa sosialisme merupakan, (1) ajaran dan gerakan yang
menganutnya bahwa keadaan sosial tercapai melalui penghapusan hak milik pribadi atas alat-alat
produksi, (2) Keadaan masyarakat di mana hak milik pribadi atas alat-alat produksi telah dihapus (Franz
Magnis Suseno, 2001: 270).Selain itu ada juga Sosialisme Ilmiah yang diklaim oleh Karl Marx. Marx
mengklaim bahwa sosialismenya adalah sosialisme ilmi ah. Sosialisme ilmiah, sosialisme (dalam arti
(1) yang mau memperlihatkan dengan meniliti hukum-hukum perkembangan masyarakat bahwa
sosialisme (dalam arti (2)) pasti akan datang (Magnis Suseno, 2001: 270-271).
Secara historis atau dari segi sejarahnya, istilah sosialisme bukanlah istilah yang mudah untuk
dilacak dalam sejarah. Ebenstein, dalam bukunya Today's Isms, Communism, Fascism, Socialism,
Capitalism, menulis bahwa sebenarnya sulit untuk menentukan waktu yang tepat, kapan ide atau
gagasan tentang sosialisme tersebut muncul. Ada yang menganggap bahwa ide tentang sosialisme
sebenarnya sudah muncul dalam gagasan Plato sebagaimana tertulis dalam Republic; dan ada juga yang
mengatakan bahwa ide sosialisme sebenarnya berasal dari Bibel, khususnya dari Kitab Perjanjian Lama.
Cita-cita yang sekarang disebut dengan “sosialisme” itu sudah ditemukan dalam budaya Yunani kuno.
Kasta para filosof yang menurut Plato harus memimpin negara, tidak boleh mempunyai hak
milik pribadi dan tidak berkeluarga, memiliki segalanya bersama dan hidup menurut aturan yang sama.
Namun sosialisme ini terbatas pada kasta calon pemimpin. Masyarakat sendiri tertata secara hierarkis
dan tentu saja bebas mempunyai hak milik (Magnis Suseno, 2001:14). Selain itu contoh masyarakat
dalam kepemilikan bersama sudah dilakukan pada masa awal penganut Kristen, sistem seperti itu
disebut “komunisme purba”. Hingga abad pertengahan para teolog Kristen pun sependapat bahwa
pemilikan bersama merupakan cara hidup yang paling baik. Mulai dari zaman Stoa hingga abad
pertengahan pemilikan bersama merupakan suatu kodrat dan keadaan alamiah, sedangkan pemilikan
pribadi dianggap kemerosotan kehidupan manusia karena menurut filosof stoa, pada zaman emas
semula hanya ada milik bersama. Pada awalnya munculnya motif kaum sosialis di abad pertengahan
sangat berkaitan dengan religiusitas. Paham religius tidak dapat dipisahkan dari motif munculnya kaum
sosialis abad pertengahan karena berkaitan erat dengan pertimbangan bahwa untuk menyambut
kerajaan Allah, manusia harus bebas dari segala keterikatan. Motif tersebut mulai mengalami
pergeseran saat memasuki zaman Renaissance. Pergeseran itu diawali dengan munculnya tulisan yang
disebut “utopi” atau “utopis”. Kemunculan sosialisme yang baru tersebut diasosiasikan dengan karya
Thomas Moore, Utopia yang diterbitkan pada tahun 1516 di masa Renaissans (Ebenstein, 1965: 197).
Gagasan Thomas Moore tersebut belakangan disebut dengan sosialisme klasik karena memang
memiliki corak yang berbeda dengan sosialisme modern yang berkembang belakangan. Karl Marx,
belakangan menyebut sosialisme ini dengan sosialisme utopis, yang dilawankan dengan gagasan
sosialismenya sendiri, yang ia sebut dengan sosialisme ilmiah. Motivasi dasar di belakang cita-cita
utopis itu bersifat sosial, dan tidak lagi religius: ada kesadaran akan keadaan buruk kelas-kelas bawah,
keyakinan bahwa konflik-konflik sosial, ketidaksamaan dan penindasan bertentangan dengan kodrat
manusia dan karena itu dengan kehendak Allah maupun dengan tatanan alam, dan bahwa semuanya itu
adalah akibat hak milik 118 Jurnal Filsafat, Vol. 26, No. 1, Februari 2016 pribadi. Hak milik pribadi
membuat manusia egois dan menghancurkan keselarasan masyarakat yang alami. Cita-cita kaum utopis
seperti penghapusan hak milik pribadi, kewajiban setiap orang untuk bekerja, penyamaan pendapatan
dan hak semua orang, pengorganisasian produksi oleh negara sebagai saran untuk menghapus
kemiskinan dan penghisapan orang kecil tersebut selanjutnya akan menjadi cita-cita utama sosialisme
modern (Magnis Suseno, 2001:16). Berbeda dengan sosialisme klasik, sosialisme modern muncul
sebagai reaksi terhadap kondisi buruk yang dialami rakyat di bawah sistem kapitalisme liberal yang
tamak. Sosialisme modern berkembang pada awal abad ke-19 sebagai respon terhadap pengaruh sosial
industrialisasi yang terjadi di daratan Eropa. Bertolak belakang dengan perkembangan industri yang
sangat pesat, kesejahteraan kaum pekerja justru menurun (Adams, 1993: 159-160). Kondisi buruk
terutama dialami kaum pekerja atau buruh yang bekerja di pabrik-pabrik dan pusat-pusat sarana
produksi dan transportasi. Sejumlah kaum cendekiawan muncul untuk membela hak-hak kaum buruh
dan menyerukan persamaan hak bagi semua lapisan, golongan, dan kelas masyarakat dalam menikmati
kesejahteraan, kekayaan dan kemakmuran. Mereka menginginkan pembagian keadilan dalam ekonomi.
Orang pertama yang menyuarakan cita-cita masyarakat tersebut, yang akan menjadi acuan kaum
sosialis aliran keras adalah Francois Noel Babeuf. Babeuf memaklumkan “perang kaum miskin
melawan kaum kaya”. Nilai tertinggi Babouvisme, atau gerakan para pengikut Babeuf, adalah
kesamaan. Merekalah yang pertama kalinya menyuarakan tuntutan-tuntutan inti komunisme di
kemudian hari, seperti sosialisasi alat-alat produksi dan kediktaktoran ploretariat (Magnis Suseno,
2001:20) Meski ide-ide masyarakat sosialis sudah muncul sejak era Renaissans, abad pertengahan, dan
bahkan sejak masa Yunani Kuno, namun demikian Robert Marcus Owen, adalah orang pertama yang
menggunakan kata sosialisme. Dia dikenal sebagai pelopor sosialisme di Inggris. Dia adalah seorang
pengusaha kapas yang kaya raya yang menga wali kariernya dengan menjadi seorang penjaga toko.
Owen mengusulkan kepada pemerintah untuk mengganti kompensasi mereka Reno Wikandaru, Budhi
Cahyo 119 kepada para buruh miskin dengan membangunkan sebuah perkampungan yang layak yang
dilengkapi dengan unit industri yang bisa mereka gunakan untuk memproduksi barang-barang
kebutuhan sehari-hari mereka. Unit kerja ini berguna untuk melatih para buruh lebih mandiri dan tidak
bergantung pada kaum kapitalis yang menguasai perindustrian.
Gagasan atau ide-ide sosialisme adalah gagasan yang menarik perhatian banyak cendekiawan
di Eropa sekitar abad 18-20, yaitu seperti Francois-Emile Babeuf, Robert Owen, Blanqui, Piere-Joseph
Proudhon, Karl Marx, dan tokoh tokoh lainnya.
pandangan pokok atau ciri-ciri pandangan sosialisme.
a. Sosialisme beranggapan bahwa pemilikan bersama merupakan cara hidup yang paling baik, dengan
sedikit hak milik atau tidak ada hak milik sama sekali.
b. Sosialisme tidak menyukai adanya hak milik pribadi karena hak milik pribadi membuat manusia
egois dan menghancurkan keselarasan masyarakat yang alami.
c. Sosialisme menginginkan pengorganisasian produksi oleh negara sebagai saran untuk menghapus
kemiskinan dan penghisapan orang kecil.
d. Sosialisme menyerukan persamaan hak bagi semua lapisan, golongan, dan kelas masyarakat dalam
menikmati kesejahteraan, kekayaan dan kemakmuran.
e. Sosialisme menginginkan pembagian keadilan dalam ekonomi.
f. Tugas negara adalah mengamankan sebanyak mungkin faktor produksi untuk kesejahteraan seluruh
rakyat, dan bukan terpusat pada kesejahteraan pribadi.
g. Sosialisme menganggap bahwa negara adalah lembaga di atas masyarakat yang mengatur masyarakat
tanpa pamrih.
h. Sosialisme menganggap bahwa kapitalisme memiliki sifat yang jahat, yaitu: kapitalisme
menghasilkan sistem kelas; kapitalisme adalah sistem yang tidak efisien; dan kapitalisme merusak sifat
manusia karena cenderung membuat orang berlaku kompetitif, tamak, egois, dan kejam.
i. Nilai-nilai utama dalam sosialisme adalah kesamaan, kerja sama, dan kasih sayang.
j. Produksi dilakukan atas dasar kegunaan dan bukan untuk mencari keuntungan semata-mata.
k. Persaingan yang kompetitif digantikan dengan perencanaan.
l. Setiap orang bekerja demi komunitas dan memberi kontribusi pada kebaikan bersama sehingga
muncul kepedulian terhadap orang lain.
Sosialisme berusaha untuk merealisasikan gagasan di atas dalam level realitas melalui berbagai
tindakan, baik tindakan politik maupum tindakan ekonomi, dalam bentuk sistem ekonomi sosialis.
Pandangan-pandangan itulah yang kemudian akan menjadi pijakan bagi analisis berikutnya, yakni
tentang landasan ontologis yang melandasi berbagai pandangan sosialisme tersebut.
Kelebihan Ideologi Sosialisme
▪ Kemerataan Sosial Lebih Mudah Untuk Dicapai
▪ Rasa Solidaritas Dan Kebersamaan Yang Tinggi
▪ Tidak Ada Cara Kekerasan Dan Revolusi Yang Terjadi
Kekurangan Ideologi Sosialisme
▪ Pengembangan Diri Individu Sulit Terjadi
▪ Potensi Anak Bangsa Tersia-siakan
▪ Hak Asasi Manusia Rawan Untuk Diabaikan
▪ Agama Kurang Diakui Dalam Ideologi Sosialisme
▪ Birokrasi Yang Menghalangi Produktivitas
▪ Seringnya Muncul Bahasa-bahasa Kekerasan Dalam Menjalankan Prinsip
▪ Politik Internal Yang Sangat Tajam

Ideologi Liberalisme
Istilah liberalisme berasal dari bahasa Latin, libertas atau dalam bahasa Inggris disebut liberty
yang artinya kebebasan. Kebebasan yang dimaksud adalah kebebasan untuk bertempat tinggal,
kemerdekaan pribadi, hak untuk menentang penindasan, serta hak untuk mendapatkan perlindungan
pribadi dan hak milik. Selain itu, liberalisme juga didefinisikan sebagai suatu paham yang menghendaki
adanya kebebasan individu, baik dalam bidang ekonomi, politik, ilmu pengetahuan, kebudayaan,
agama, maupun kebebasan sebagai warga Negara dinamakan liberalisme.
Paham liberal maupun sebagai reaksi atas penindasan yang dilakukan oleh kaum bangsawan
dan agamawan pada masa perkembangan feodalisme dengan pemerintahan monarki absolute.
Pendukung utama paham liberal adalah kaum borjuis dan kaum-kaum terpelajar kota.
Mengutip Heru Nugroho dalam penelitiannya pada Jurnal Ilmiah Bestari dengan judul Tinjauan
Kritis Liberalisme dan Sosialisme (Vol. 13, 2000: 2), paham liberalisme mulai berkembang di pada
abad ke-18 dan 19 di Prancis dan Inggris. Sebagai suatu gerakan, liberalisme dimulai pada masa
renaissance yang memperjuangkan kebebasan manusia dari kungkungan gereja atau agama. Saat itu,
kekuasaan raja, bangsawan, dan gereja mendominasi seluruh kehidupan masyarakat. Rakyat tidak
memiliki kebebasan dalam berpendapat dan bertindak. Keadaan tertekan ini menimbulkan kritik dari
berbagai kalangan yang menginginkan kebebasan di semua bidang kehidupan. Mengutip modul Sejarah
Kelas XI (2020), konsep kebebasan dalam bidang politik melahirkan pemikiran tentang negara yang
demokrasi. Konsep bebas dalam bidang ekonomi membuat masyarakat menentang monopoli dan
campur tangan pemerintah, rakyat menginginkan ekonomi bebas.
Dalam bidang moral, liberalisme menjunjung tinggi kebebasan individu dan menentang
otoriterisme. Dalam bidang agama, kaum liberal menginginkan kebebasan memilih agama sesuai
dengan keyakinannya, bebas beribadah menurut agamanya, dan juga bebas untuk tidak menganut
agama apapun. Yang mana, urusan agama tidak boleh dicampur dengan urusan pemerintahan. Dwi
Siswanto dalam penelitiannya berjudul Konvergensi antara Liberalisme dan Kolektivisme sebagai
Dasar Etika Politik di Indonesia dalam Jurnal Filsafat (Vol. 38, 2004: 270), menyebutkan bahwa ada
empat unsur yang mendorong lahirnya liberalisme, yaitu perkembangan ilmu pengetahuan,
pemanfaatan alat-alat teknologi, perubahan sosial, dan timbulnya kesadaran memperbaharui cara hidup.
Beberapa tokoh yang mengusung terjadinya liberalisme dalam kehidupan saat itu, antara lain
Voltaire, Montesquieu, dan Rousseau. Salah satu peristiwa yang menjadi tanda lahirnya liberalisme di
Eropa ialah Revolusi Industri di Inggris (1760-1840) dan Revolusi Perancis (1789-1815).

Ciri-ciri Liberalisme
Mengutip kembali dari Dwi Siswanto (Jurnal Filsafat, Vol. 38, 2004: 271), disebutkannya ada lima ciri
liberalisme, yaitu:
▪ Bentuk pemerintahan demokrasi adalah yang terbaik.
▪ Masyarakat memiliki kebebasan intelektual penuh.
▪ Pengaturan yang dilakukan pemerintah hanya terbatas.
▪ Kekuasaan seseorang diartikan sebagai hal buruk dalam kehidupan.
▪ Kebahagiaan individu adalah tujuan utama.
Sementara itu, Heru Susanto membagi ciri-ciri liberalisme dalam beberapa bidang, antara lain sebagai
berikut:
▪ Bidang Politik: Munculnya demokratisasi.
▪ Bidang Sosial: Kebebasan berpendapat, kesamaan kesempatan dalam usaha, reformasi sosial,
dan perasaan egaliter.
▪ Bidang Seni dan Budaya: Kebebasan dalam berekspresi, seperti lukisan, drama, seni, musik,
dan lain-lain.
▪ Bidang Ekonomi: Ekonomi pasar yang demokratis.

Kelebihan Ideologi Liberalisme


1. Masyarakat memiliki keinginan dan inisiatif untuk berkembang agar lebih baik.
2. Setiap individu memperoleh hak dan kebebasan yang sama dalam hidup bermasyarakat
3. Persaingan yang terjadi di dalam masyarakat bersifat positif. Dengan demikian, setiap individu
berkeinginan untuk bersaing menghasilkan produk yang bermutu tinggi.
4. Setiap individu memiliki kebebasan untuk memilih partai politik tanpa adanya intervensi dari
orang lain.
5. Pers mempunyai hak serta kebebasan untuk mengkritik pemerintah secara tajam namun tetap
mematuhi etika pers dan batasan yang berlaku
6. Timbulnya motif untuk mencari keuntungan sehingga kegiatan ekonomi di dalam suatu negara
berjalan efektif dan efisien.
Kelemahan Ideologi Liberalisme
1. Menimbulkan adanya kesenjangan sosial di masyarakat karena adanya eksploitasi para pekerja
yang dilakukan oleh pihak-pihak yang mempunyai sumber daya
2. Munculnya monopoli pada masyarakat kecil dan miskin
3. Pihak-pihak tertentu memanfaatkan kebebasan pers untuk mendapatkan keuntungan
4. Adanya persaingan bebas sehingga sulit meratakan pendapatan masyarakat
5. Terbentuk kelompok masyarakat yang merasa memiliki derajat tinggi dari kelompok
masyarakat lainnya dan sebaliknya.

Ideologi Pancasila
Pancasila sebagai ideologi berarti Pancasila merupakan landasan/ide/gagasan yang
fundamental dalam proses penyelenggaraan tata pemerintahan suatu negara, mengatur bagaimana suatu
sistem itu dijalankan.visi atau arah dari kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia ialah
terwujudnya kehidupan yang menjunjung tinggi ketuhanan, nilai kemanusiaan, persatuan , kerakyatan
serta nilai keadilan. visi atau arah dari kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia ialah
terwujudnya kehidupan yang menjunjung tinggi ketuhanan, nilai kemanusiaan, persatuan , kerakyatan
serta nilai keadilan. seluruh warga negara Indonesia menjadikan pancasila sebagai dasar sistem
kenegaraan. seluruh warga negara Indonesia menjadikan pancasila sebagai dasar sistem kenegaraan.
Hubungan pancasila sebagai ideologi bangsa Indonesia adalah bahwa nilai-nilai yang
terkandung dalam ideologi Pancasila itu menjadi cita-cita normatif bagi penyelenggaraan bernegara.
Dengan kata lain, visi atau arah dari penyelenggaraan kehidupan berbangsa dan bernegara Indonesia
adalah terwujudnya kehidupan yang ber-Ketuhanan, yang ber-Kemanusiaan, yang ber-Persatuan, yang
ber-Kerakyatan, dan yang ber-Keadilan, Tokoh dari ideologi ini adalah orang yang merumuskan
Pancasila yaitu terdiri dari Ir. Soekarno, Moh. Hatta, Dr. Soepomo, Mohammad Yamin, dan K.H. Abdul
Wachid Hasyim
Pencasila sebagai dasar filsafat serta ideologi bangsa dan negara Indonesia, bukan terbentuk
secara mendadak serta bukan hanya diciptakan oleh seseorang sebagaimana yang terjadi pada ideologi-
ideologi lain di dunia, namun terbentuknya Pancasila melalui proses yang cukup panjang dalam sejarah
bangsa Indonesia. Secara kausalitas Pancasila sebelum disahkan menjadi dasar filsafat negara nilai-
nilainya telah ada dan berasal dari bangsa Indonesia sendiri yang berupa nilai-nilai adat istiadat,
kebudayaan dan nilai-nilai religius. Kemudian para pendiri negara Indonesia mengangkat nilai-nilai
tersebut dan dirumuskan secara musyawarah mufakat berdasarkan moral yang luhur, antara lain dalam
sidang-sidang BPUPKI pertama, sidang Panitia Sembilan yang kemudian menghasilkan piagam Jakarta
yang memuat Pancasila yang pertama kali, kemudian dibahas lagi dalam sidang BPUPKI yang kedua.
Setelah kemerdekaan Indonesia sebelum sidang resmi PPKI Pancasila sebagai calon dasar filsafat
negara dibahas serta disempurnakan kembali dan akhirnya pada tanggal 18 Agustus 1945 disahkan oleh
PPKI sebagai filsafat negara republik Indonesia.
Ditinjau secara kausalitas asal mula Pancasila dibedakan atas dua macam yaitu: asal mula
langsung dan asal mula tidak langsung. Asal mula langsung tentang pancasila adalah asal mula
terjadinya pancasila sebagai dasar filsafat negara yaitu asal mula sesudah dan menjelang proklamasi
Kemerdekaan yaitu sejak dirumuskan oleh para pendiri negara sejak sidang BPUPKI pertama, Panitia
Sembilan, sidang BPUPKI kedua serta sidang PPKI sampai pengesahannya. Asal mula tidak langsung
tentang Pancasila adalah asal mula sebelum proklamasi kemerdekaan, yaitu asal mula adanya nilai-nilai
pancasila yang terdapat dalam adat istiadat, dalam kebudayaan serta dalam nilai-nilai agama bangsa
Indonesia.
Nilai Pancasila sebagai Ideologi
1. Nilai Dasar Artinya sila-sila Pancasila bersifat universal sehingga didalamnya terkandung cita-
cita, tujuan serta nilai-nilai yang baik dan benar. sebuah nilai yang mendasar yang relatif tetap
dan tidak berubah dan ini terdapat dalam isi kelima sila dalam Pancasila.
2. Nilai Instrumental Artinya Pancasila dapat dijabarkan lebih lanjut secara kreatif dan dinamis
sehingga dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari dengan catatan, nilai nilai
penjabarannya tidak bertentangan dengan nilai-nilai dasar Pancasila.
3. Nilai Praktis Artinya Pancasila dapat diterapkan secara riil dalam kehidupan sehari-
hari.perwujudan nilai instrumental dalam bentuk nyata di dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, maupun bernegara. Dalam perwujudannya nilai praktis bersifat abstrak, misalnya
saling menghormati, bekerjasama, dan kerukunan antar sesama.

Keunggulan dan Kelemahan Ideologi Pancasila Keunggulan


▪ Memiliki sikap-sikap positif yang dimiliki ideology-ideologi lain yang ada di dunia
▪ Membela rakyat
▪ Peran serta negara tidak membuat rakyat menderita (seharusnya)
▪ Seluruh komponen masyarakat saling memiliki keterikatan
▪ Bersifat terbuka
▪ Memberi kebebasan kepada rakyat (dalam berpolitik dan beragama)
▪ Menjunjung tinggi hak asasi manusia tanpa menghilangkan hak orang lain, dll.
Kelemahan
Terlalu ditinggi-tinggikan (berlebihan)
Kelemahan Pancasila dibandingkan ideology-ideologi lain sangatlah sulit untuk dicari. Karena
Pancasila sendiri mengambil segala hal-hal positif yang ada dalam setiap ideology yang ada. Untuk
bangsa Indonesia Pancasila memang sudah tepat apabila dijadikan sebagai ideology bangsa, hanya saja
cara pengamalan bangsa kita saat ini terhadap Pancasila sudah salah kaprah. Segala sesuatu yang
menjadi makna atau nilai Pancasila tersebut seakan-akan sudah tidak ada lagi. Dan pratek untuk
mengamalkan nilai-nilai Pancasila lama-kelamaan mulai memudar.
DAFTAR BACAAN/PUSTAKA

https://id.wikipedia.org/wiki/Pancasila
https://thegorbalsla.com/pengertian-pancasila/
https://www.gurupendidikan.co.id/pancasila-sebagai-dasar-negara/
https://id.wikipedia.org/wiki/Ideologi
Mannheim, Karl, Ideologi dan Utopia: Menyingkap Kaitan Pikiran dan Politik (Yogyakarta: Kanisius,
1993)
Alfian, Pemikian dan Perubahan Politik Indonesia (Jakarta: Gramedia, 1981)
Nur Sayyid Santoso Kristeva, S.Pd.I, M.A.M, SEJARAH IDEOLOGI DUNIA: KAPITALISME,
SOSIALISME,KOMUNISME,FASISME,ANARKISME,ANARKISME DAN MARXISME,
KONSERVATISME
Reno Wikandaru Fakultas Filsafat, Universitas Gadjah Mada, LANDASAN ONTOLOGIS
SOSIALISME
Ridha Aida, Liberalisme dan Komunitarianisme: Konsep tentang Individu dan Komunitas
Prof. Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik
Cholisin, Dosen Jurusan PKn & Hukum FISE UNY, PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI NEGARA
DAN RELEVANSINYA DENGAN KONDISI SAAT INI
Kelebihan dan Kekurangan Ideologi Liberalisme (cerdika.com)
Ini Dia 10 Kelebihan Dan Kekurangan Ideologi Sosialisme Yang Wajib Diketahui! - GuruPPKN.com
Ideologi Liberalisme: Sejarah, Ciri-Ciri dan Contoh Penerapannya (tirto.id)

Anda mungkin juga menyukai