Anda di halaman 1dari 6

UJIAN TENGAH SEMESTER (UTS)

MATA KULIAH SOSIOLOGI

Nama : Dimas Jhodi Pradana (0101183169)


Kelas : KPI-D/ Semester V
Dosen Pengampu : Dr. H. Sahrul, M.Ag

RESUME MAKALAH KELOMPOK SOSIOLOGI


1. Makalah : Sejarah Sosiologi dalam Pandangan Islam dan Barat
a. Sejarah Sosiologi dalam Pandangan Islam
Sosiologi dalam pandangan Islam sudah diketahui sejak abad ke-14. Beberapa pihak
menganggap Ibnu Khaldun, seorang ilmuwan Islam Tunisia dari Afrika Utara; merupakan
bapak sosiologi islam pertama. Dia dinobatkan sebagai bapak sosiologi islam. Karyanya yang
berjudul Muqaddimah merupakan karya yang menjelaskan penalaran ilmiah atas kohesi sosial
dan konflik sosial.Ibnu Khaldun (1332–1406) terkenal dengan bukunya yang berjudul
Muqaddimah; yang kemudian diterjemahkan sebagai 'Prolegomena' dalam bahasa Latin. Buku
tersebut merupakan pengantar bagi tujuh volume analisis sejarah universal. Karyanya berisi
tentang filsafat sosial dan ilmu sosial terpadu yang pertama kali merumuskan teori kohesi
sosial dan konflik sosial. Dengan demikian, dia dianggap sebagai pelopor dalam ilmu
sosiologi.
b. Sejarah Sosiologi dalam Pandangan Barat
Sosiologi berkembang pesat di Eropa Barat pada abad 19. Perkembangan tersebut banyak
dipengaruhi oleh Revolusi Politik dan Revolusi Industri yang mengubah tatanan kehidupan
sosial secara dramatis. Minat kaum intelektual untuk mengetahui perubahan sosial masyarakat
saat itu menjadi poin penting dalam sejarah perkembangan sosiologi. Salah satu tokoh
berpengaruh dalam sosiologi adalah intelektual Inggris Karl Marx. Marx tidak pernah
mengklaim dirinya secara spesifik sebagai sosiolog. Ia studi dampak politik ekonomi dari
perubahan sosial di Eropa. Teorinya tentang perjuangan kelas memengaruhi perkembangan
teori sosiologi bahkan sampai hari ini. Teori-teori Marx melahirkan aliran Marxisme dalam
sosiologi. Perubahan sosial, dengan demikian menjadi faktor utama kelahiran sosiologi
sebagai ilmu pengetahuan modern.
Memasuki abad 20, terjadi ’migrasi tradisi ilmiah’ sosiologi dari Eropa Barat ke
Amerika Serikat. Sosiologi pada abad 20 berkembang pesat di Amerika Serikat. Perlu
diperhatikan pula konteks Amerika Serikat pada abad awal 20. Saat itu, industrialisasi dan
urbanisasi terjadi secara besar-besaran di perkotaan di Amerika Serikat. Akibat dari
industrialisasi ini adalah perubahan sosial dengan ekskalasi yang besar. Masyarakat desa dan
kota terlihat mencolok perbedaannya. Kondisi demikian memantik kaum intelektual Amerika
untuk mengkaji gejala-gejala sosial yang timbul akibat perubahan sosial. Sosiologi menjadi
salah satu studi ilmu sosial yang paling diminati.
2. Makalah : Kontribusi Ibn Kaldun, Ali Syariati dan Kuntowijoyo Tentang Sosiologi
a. Kontribusi Ibn Kaldun
Dalam perjalanannya, Ibn Khaldun telah menghasilan suatu himpunan karya dengan
banyak ide yang serupa dengan sosiologi kontemporer. Dia melakukan studi ilmiah terhadap
masyarakat, riset empiris, dan penyelidikan sebab-sebab fenomena sosial. Ia mencurahan
perhatian yang besar kepada berbagai lembaga sosial yaitu (politik dan ekonomi) dan antar
hubungan diantara mereka. Ibn Khaldun juga tertarik pada masyarakat primitif dan modern.
b. Kontribusi Al Syariati
Pemikiran sosiologi Islam Ali Syariati ini menarik, bukan hanya karena kritik tajamnya
terhadap sosiologi barat, namun juga pada kemampuannya untuk menjadikan doktrin dan
sejarah Islam sebagai sumber ilmu pengetahuan, khususnya untuk sosiologi, serta kaitannya
dengan pengelolaan pendidikan Islam yang memiliki tanggung jawab besar untuk
menyelesaikan dikotomi ilmu pengetahuan yang telah menjadi persoalan serius bagi umat
Islam di era modern ini. Penelitian ini memfokuskan diri pada relevansi pemikiran sosiologi
Islam Ali Syariati terhadap berbagai problematika pendidikan Islam di Indonesia.
c. Kontribusi Kuntowijoyo
Pandangan Kuntowijoyo terkait dengan Ilmu Sosial, tentu saja tidak dapat dipisahkan
dengan keyakinan keislaman dan gagasan pemikiran kemanusiaannya. Kuntowijoyo akui
bahwa dalam pandangan Islam, manusia adalah makluk yang merdeka dan bebas, dengan
bekal tersebut manusia menduduki posisi yang terhormat (khalifah) di antara makhluk Tuhan
di muka bumi ini. Predikat ini memberi gambaran bahwa solah-olah Tuhan mempercayakan
kekuasaan-Nya pada manusia untuk mengatur alam semesta.
3. Makalah : Kontribusi Para Ahli dalam Bidang Sosiologi
a. Kontribusi Aguste Comte
Kontribusi Aguste Comte dalam kajian ilmu sosial, Comte membaginya menjadi dua
pembahasan, yaitu statika sosial (social statics) dan dinamika sosial (social dynamic). Statika
sosial adalah teori tentang keteraturan yang tidak direncanakan dari masyarakat manusia
(theory of spontaneous order of human society) atau struktur-struktur sosial yang sudah ada.
Sedangkan Dinamika sosial adalah teori tentang kemajuan alami dari masyarakat manusia
(theory of natural progress of human society), atau teori tentang perkembangan dan kemajuan
masyarakat, atau studi mengenai tata urutan perkembangan manusia.
b. Kontribusi Herbert Spencer
Herbert Spencer, seorang sosiologi inggris mengemukakan Teori Evolusi Sosial, teori
evolusi Spencer dapat disederhanakan menjadi dua proporsi dasar. Pertama. Baik
perkembangan kehidupan organik maupun kehidupan sosial merupakan proses diversifikasi,
dalam arti berbagai bentuk kehidupan sosial itu telah berkembang dari jumlah yang besar
bentukbentuk aslinya yang lebih kecil. Proposisi ini jelas menekankan aspek kuantitatif teori
evolusi. Kedua. Terdapat kecenderungan umum dalam setiap perkembangan, dimana bentuk
bentuk struktur dan organisasi yang lebih kompleks muncul dari bentuk yang lebih sederhana.
Atau terjadi proses evolusi dari keserba-samaan yang tak teratuir menjadi keserba-anekaan
yang teratur. Proposisi ini menyatakan terjadinya perubahan kualitatif sebagai suatu keharusan
yang mengiringi pertumbuhan kuantitatif.
c. Kontribusi Emile Durkheim
Emile Durkheim mengembangkan konsep masalah pokok sosiologi menjadi penting dan
kemudian diujinya melalui studi empiris. Secara singkat, Pokok bahasan dari sosiologi adalah
studi atas fakta sosial. Fakta sosial adalah seluruh cara bertindak, baku maupun tidak, yang
dapat berlaku pada diri individu sebagai sebuah paksaan eksternal; atau bisa juga dikatakan
bahwa fakta sosial adalah seluruh cara bertindak yang umum dipakai suatu masyarakat, dan
pada saat yang sama keberadaannya terlepas dari manifestasi-manifestasi individual.
d. Kontribusi Karl Marx
Kontribusi Karl Marx dalam bidang sosiologi yaitu mengemukakan teori-teori antara lain:
kelas sosial, kesadaran sosial, dan perubahan sosial.
e. Kontribusi Marx Weber
Kontribusi Weber terhadap sosiologi dapat dilihat dari karya-karyanya seperti Basic
Sociological Terms, Objectivity in Social Science, The Protestant Ethic and the Spirit of
Capitalism, dan The Types of Legitimate Domination. Weber membahas tentang fokus kajian
sosiologi menurut dirinya adalah tindakan sosial. Weber menyatakan bahwa setiap tindakan
individu yang ditujukan kepada individu, atau kelompok lain memiliki makna yang bersifat
subjektif. Tujuan utama dari sosiologi adalah memahami secara mendalam (verstehen) makna
subjektif dari tindakan sosial yang dilakukan oleh individu tersebut.
f. Kontribusi George Simmel
Kontribusi satu di antara dari Simmel yang terkenal yaitu teori yang mengenai masyarakat
sebagai proses interaksi. Mayarakat menurut Simmel, dapat terbentuk karena adanya interaksi,
bukan adanya kelompok orang yang hanya diam. Simmel menganggap mastarakat terbentuk
dari interaksi yang nyata antarindividu. Menurut Simmel tipe sosial dalam masyarakat
diantaranya yakni orang miskin, orang asing, pemboros, petualang, dan bangsawan.
g. Kontribusi Ferdinan Tonnies
Kontribusi Ferdinan Tonnies yang diberikannya dalam bidang sosiologi yaitu berupa teori
yang merupakan pencetus istilah kelompok sosial masyarakat paguyuban (gemeinschaft) dan
patembayan gessellschaft). Menurut Ferdinand Tonnies Paguyuban merupakan bentuk
kehidupan bersama di mana anggota-anggotanya diikat oleh hubungan batin yang murni dan
bersifat alamiah serta bersifat kekal. Dasar hubungan tersebut adalah rasa cinta dan rasa
kesatuan batin yang memang telah dikodratkan. Bentuk terutama akan dapat dijumpai di
dalam keluarga, kelompok kekerabatan, rukun tetangga, dan lain sebagainya. Paguyuban
terdapat suatu kemauan bersama, ada suatu pengertian serta juga kaidah-kaidah yang timbul
dengan sendirinya dari kelompok tersebut. Apabila terjadi pertentangan antar anggota suatu
paguyuban, pertentangan tersebut tidak akan dapat diatasi dalam suatu hal saja.
h. Herbert Marcuse
Kontribusi Herbert Marcuse dalam bidang sosiologi yaitu diantaranya seperti teori yang
dikemukakan oleh Herbert Marcuse ini adalah teori yang didasari pada Sosiologi Modern
karna karyanya banyak mengeluarkan kritikan pedas terhadap masyarakat kapitalis. Kritikan
tersebut salah satunya ialah tentang kapitalisme yang bisa membuat masyarakat memiliki
banyak kebutuhan dan tingkat kesadaran yang rendah, sehingga dalam prosesnya akan
menciptakan budaya untuk memperbudak pekerja.
i. Leopold Von Wiese
Ia seorang sosiololog dari Jerman. Ia beranggapan bahwa sosilogi adalah ilmu
pengetahuan empiris yang berdiri sendiri.. Menurutnya “sosiologi” adalah penelitian terhadap
hubungan antar manusia yang merupakan kenyataan sosial. Objek sosiologi adalah interaksi
sosial atau proses sosial. Ia meneliti tentang klasifikasi proses-proses sosial, yang menekankan
pada proses sosial asosiatif dan disosiatif. Setiap kategori proses-proses sosial dibagi-bagi lagi
menjadi proses yang lebih kecil. Menurutnya Sosiologi harus memusatkan perhatian pada
hubungan-hubungan manusia tanpa mengaitkannya dengan tujuan-tujuan atau kaidah-kaidah.
Sosiologi harus mulai dengan pengamatan terhadap perilaku kongkrit tertentu. Ajarannya
bersifat empiris dan dia berusaha untuk mengadakan kuantifikasi, terhadap proses-proses
sosial yang terjadi. Proses sosial merupakan hasil perkalian dari sikap dan keadaan, yang
masing-masing dapat diuraikan ke dalam unsur-unsurnya secara sistematis. Ia juga meneniliti
tentang struktur sosial. Menurutnya struktur sosial merupakan saluran dalam hubungan antar
manusia. Hasil karyanya yaitu berjudul The basic of sociology: a critical examination of
Herbert spencer’s synthetic philosophy ( 1906 ) General sociologi, jilid.I Social relations (
1924 ) dan jilid II tahun 1929.
4. Makalah : Teori-Teori Sosiologi Klasik, Modern dan Islam
a. Teori Sosiologi Klasik
Teori sosiologi klasik muncul pertama kali sebagai konsep keterlibatan ilmu sosial dalam
memecahkan masalah. Ciri yang paling khas dari zaman ini yaitu apa yang dikemukakan
masih bersifat universal (menyeluruh) bukan pada satu bahasa konsep saja. Teori klasik pada
sosiologi dimaknai sebagai teori yang mewakili munculnya berbagai studi kemasyarakatan
(sosiologi), kemudian teori ini yang lahir sesudahnya, termasuk lahirnya teori modern. Tokoh
teori sosiologi klasik meliputi, Emile Durkheim, Aguste Comte dan Karl Marx.
b. Teori Sosiologi Modern
Teori sosiologi modern berbeda dari teori sosiologi klasik. Teori sosiologi klasik
memusatkan analisanya pada pemikiran tokoh-tokoh sosiologis sedangkan teori-teori sosiologi
modern memusatkan analisanya pada analisanya pada aliran sosiologi pergeseran dari para
ahli teori sosiologi secara individual kedalam aliran-aliran sosiologi menunjukkan bahwa
sosiologi mengalami perubahan.
c. Teori Sosiologi Islam
Teori Sosiologi Islam sebagai disiplin keilmuan dalam menganalisis konteks masyarakat di
Indonesia belum berakar kuat. Kajian sosial berbasiskan Islam dilakukan oleh Kuntowijoyo
mengenai Ilmu Sosial Profektif (ISP). Kajian ISP adalah upaya mengilmukan Islam dalam
melihat fenomena sosial, bukan proses Islamisasi ilmu. Pengilmuan Islam adalah upaya
membangun disiplin keilmuan yang untuh dalam mengkaji fenomena kemasyarakatan dari
Islam itu sendiri.
5. Makalah : Islam dan Interaksi Sosial
Interaksi sosial berarti hubungan dinamis antara individu dengan individu, individu dengan
kelompok dan kelompok dengan kelompok. Bentuknya seperti kerja sama, persaingan,
pertikaian, tolong menolong dan gotong royong. Soerjono Soekanto mengatakan interaksi
sosial adalah kunci dari seluruh kehidupan sosial. Oleh karena itu tanpa interaksi sosial tidak
akan mungkin terjadi kehidupan bersama. Interaksi terjadi antara orang-perorangan, kelompok
dengan kelompok dan individu dengan kelompok. Dalam Islam, interaksi sosial disebut
dengan istilah hablum minanmasi (hubungan manusia dengan sesama manusia), pengertiannya
juga tidak berbeda dengan interaksi sosial diatas, yaitu hubungan dengan individu, individu
dengan kelompok dan kelompok dengan kelompok. Contohnya saling sapa, berjabat tangan,
silaturahmi, solidaritas sosial, ukhwah islamiyah dan lain-lain. Interaksi sosial tidak hanya
terjadi dikalangan komunitas atau suatu kelompok saja tetapi juga diluar komunitasnya.
Dalam pandangan Islam ada tiga hubungan yang harus dilakukan yaitu hubungan kepada
Allah Ta’ala, hubungan kepada sesama manusia dan hubungan kepada alam semesta. Ketiga
hubungan ini harus seimbang dan bersinegri. Artinya, tidak boleh fokus pada satu bentuk
hubungan saja. Misalnya, mengutamakan hubungan kepada Allah saja tetapi hubungan
sesaama manusia di abaikan. Apabila hal itu diabaikan maka tidak lah sempurna keimanan
sesorang. Hubungan kepada Allah dari sudut sosiologi disebut dengan hubungan vertikal dan
hubungan sesama manusia disebut hubungan horizontal. Hubungan kepada sesama manusia
dalam istilah sosiologi disebut dengan interaksi sosial. Hubungan kepada alam semesta yaitu
tidak dibenarkan merusak lingkungan tetapi melestrikan dan menjaga dengan baik.
Dalam Islam, interaksi sosial berarti hubungan sosial. Bentuk hubungan yang mencakup
populer yaitu silaturrahim. Yang artinya hubungan kasih sayang. Silaturrahim sebagai bentuk
interaksi sosial banyak dilakukan umat islam pada kegiatan majlis taklim, menyambut bulan
suci ramadahan, penyambutan tahun baru Islam, hari Raya Idhul Fitri dan hari Raya Idul Adha
serta halal bi halal. Namun, harus digaris bawahi bahwa kegiatan silaturrahim tidak hanya
kegiatan itu saja. Tetapi dalam bentuk wirid yassin, atau serikat tolong menolong juga dapat
dikelompokkan kedalam silaturrahim karena setiap kamis malam selalu antara jama’ah, saling
kontak, saling bebicara dan saling berdiskusi.
6. Makalah : Islam dan Kebudayaan
Mengenai Islam dan Kebudayaan, yang Pertama, bahwa agama (Islam) bersumberkan
wahyu dan memiliki norma-norma sendiri. Karena bersifat normatif, maka cenderung menjadi
permanen. Sedangkan budaya adalah buatan manusia. Oleh sebab itu ia berkembang sesuai
dengan perkembangan zaman dan cenderung untuk selalu berubah. Sehingga budaya Islam
adalah budaya yang berdasar pada nilai-nilai Islam yaitu al-Qur’an dan Hadis. Kedua, dalam
perkembangannya, Kebudayaan Islam banyak dipengaruhi oleh kebudayaan lokal disekitar
semenanjung Arab yang telah lebih dulu berkembang, sehingga budaya Islam sendiri banyak
beralkulturasi dengan budaya-budaya lokal tersebut. Namun perkembangan kebudayaan
menurut Islam bukanlah value free (bebas nilai), tetapi justru value bound (terikat nilai).

Anda mungkin juga menyukai