Kelas : KPI-D/ Semester V Dosen Pengampu : Dr. H. Sahrul, M.Ag
RESUME MAKALAH KELOMPOK SOSIOLOGI
1. Makalah : Sejarah Sosiologi dalam Pandangan Islam dan Barat a. Sejarah Sosiologi dalam Pandangan Islam Sosiologi dalam pandangan Islam sudah diketahui sejak abad ke-14. Beberapa pihak menganggap Ibnu Khaldun, seorang ilmuwan Islam Tunisia dari Afrika Utara; merupakan bapak sosiologi islam pertama. Dia dinobatkan sebagai bapak sosiologi islam. Karyanya yang berjudul Muqaddimah merupakan karya yang menjelaskan penalaran ilmiah atas kohesi sosial dan konflik sosial.Ibnu Khaldun (1332–1406) terkenal dengan bukunya yang berjudul Muqaddimah; yang kemudian diterjemahkan sebagai 'Prolegomena' dalam bahasa Latin. Buku tersebut merupakan pengantar bagi tujuh volume analisis sejarah universal. Karyanya berisi tentang filsafat sosial dan ilmu sosial terpadu yang pertama kali merumuskan teori kohesi sosial dan konflik sosial. Dengan demikian, dia dianggap sebagai pelopor dalam ilmu sosiologi. b. Sejarah Sosiologi dalam Pandangan Barat Sosiologi berkembang pesat di Eropa Barat pada abad 19. Perkembangan tersebut banyak dipengaruhi oleh Revolusi Politik dan Revolusi Industri yang mengubah tatanan kehidupan sosial secara dramatis. Minat kaum intelektual untuk mengetahui perubahan sosial masyarakat saat itu menjadi poin penting dalam sejarah perkembangan sosiologi. Salah satu tokoh berpengaruh dalam sosiologi adalah intelektual Inggris Karl Marx. Marx tidak pernah mengklaim dirinya secara spesifik sebagai sosiolog. Ia studi dampak politik ekonomi dari perubahan sosial di Eropa. Teorinya tentang perjuangan kelas memengaruhi perkembangan teori sosiologi bahkan sampai hari ini. Teori-teori Marx melahirkan aliran Marxisme dalam sosiologi. Perubahan sosial, dengan demikian menjadi faktor utama kelahiran sosiologi sebagai ilmu pengetahuan modern. Memasuki abad 20, terjadi ’migrasi tradisi ilmiah’ sosiologi dari Eropa Barat ke Amerika Serikat. Sosiologi pada abad 20 berkembang pesat di Amerika Serikat. Perlu diperhatikan pula konteks Amerika Serikat pada abad awal 20. Saat itu, industrialisasi dan urbanisasi terjadi secara besar-besaran di perkotaan di Amerika Serikat. Akibat dari industrialisasi ini adalah perubahan sosial dengan ekskalasi yang besar. Masyarakat desa dan kota terlihat mencolok perbedaannya. Kondisi demikian memantik kaum intelektual Amerika untuk mengkaji gejala-gejala sosial yang timbul akibat perubahan sosial. Sosiologi menjadi salah satu studi ilmu sosial yang paling diminati. 2. Makalah : Kontribusi Ibn Kaldun, Ali Syariati dan Kuntowijoyo Tentang Sosiologi a. Kontribusi Ibn Kaldun Dalam perjalanannya, Ibn Khaldun telah menghasilan suatu himpunan karya dengan banyak ide yang serupa dengan sosiologi kontemporer. Dia melakukan studi ilmiah terhadap masyarakat, riset empiris, dan penyelidikan sebab-sebab fenomena sosial. Ia mencurahan perhatian yang besar kepada berbagai lembaga sosial yaitu (politik dan ekonomi) dan antar hubungan diantara mereka. Ibn Khaldun juga tertarik pada masyarakat primitif dan modern. b. Kontribusi Al Syariati Pemikiran sosiologi Islam Ali Syariati ini menarik, bukan hanya karena kritik tajamnya terhadap sosiologi barat, namun juga pada kemampuannya untuk menjadikan doktrin dan sejarah Islam sebagai sumber ilmu pengetahuan, khususnya untuk sosiologi, serta kaitannya dengan pengelolaan pendidikan Islam yang memiliki tanggung jawab besar untuk menyelesaikan dikotomi ilmu pengetahuan yang telah menjadi persoalan serius bagi umat Islam di era modern ini. Penelitian ini memfokuskan diri pada relevansi pemikiran sosiologi Islam Ali Syariati terhadap berbagai problematika pendidikan Islam di Indonesia. c. Kontribusi Kuntowijoyo Pandangan Kuntowijoyo terkait dengan Ilmu Sosial, tentu saja tidak dapat dipisahkan dengan keyakinan keislaman dan gagasan pemikiran kemanusiaannya. Kuntowijoyo akui bahwa dalam pandangan Islam, manusia adalah makluk yang merdeka dan bebas, dengan bekal tersebut manusia menduduki posisi yang terhormat (khalifah) di antara makhluk Tuhan di muka bumi ini. Predikat ini memberi gambaran bahwa solah-olah Tuhan mempercayakan kekuasaan-Nya pada manusia untuk mengatur alam semesta. 3. Makalah : Kontribusi Para Ahli dalam Bidang Sosiologi a. Kontribusi Aguste Comte Kontribusi Aguste Comte dalam kajian ilmu sosial, Comte membaginya menjadi dua pembahasan, yaitu statika sosial (social statics) dan dinamika sosial (social dynamic). Statika sosial adalah teori tentang keteraturan yang tidak direncanakan dari masyarakat manusia (theory of spontaneous order of human society) atau struktur-struktur sosial yang sudah ada. Sedangkan Dinamika sosial adalah teori tentang kemajuan alami dari masyarakat manusia (theory of natural progress of human society), atau teori tentang perkembangan dan kemajuan masyarakat, atau studi mengenai tata urutan perkembangan manusia. b. Kontribusi Herbert Spencer Herbert Spencer, seorang sosiologi inggris mengemukakan Teori Evolusi Sosial, teori evolusi Spencer dapat disederhanakan menjadi dua proporsi dasar. Pertama. Baik perkembangan kehidupan organik maupun kehidupan sosial merupakan proses diversifikasi, dalam arti berbagai bentuk kehidupan sosial itu telah berkembang dari jumlah yang besar bentukbentuk aslinya yang lebih kecil. Proposisi ini jelas menekankan aspek kuantitatif teori evolusi. Kedua. Terdapat kecenderungan umum dalam setiap perkembangan, dimana bentuk bentuk struktur dan organisasi yang lebih kompleks muncul dari bentuk yang lebih sederhana. Atau terjadi proses evolusi dari keserba-samaan yang tak teratuir menjadi keserba-anekaan yang teratur. Proposisi ini menyatakan terjadinya perubahan kualitatif sebagai suatu keharusan yang mengiringi pertumbuhan kuantitatif. c. Kontribusi Emile Durkheim Emile Durkheim mengembangkan konsep masalah pokok sosiologi menjadi penting dan kemudian diujinya melalui studi empiris. Secara singkat, Pokok bahasan dari sosiologi adalah studi atas fakta sosial. Fakta sosial adalah seluruh cara bertindak, baku maupun tidak, yang dapat berlaku pada diri individu sebagai sebuah paksaan eksternal; atau bisa juga dikatakan bahwa fakta sosial adalah seluruh cara bertindak yang umum dipakai suatu masyarakat, dan pada saat yang sama keberadaannya terlepas dari manifestasi-manifestasi individual. d. Kontribusi Karl Marx Kontribusi Karl Marx dalam bidang sosiologi yaitu mengemukakan teori-teori antara lain: kelas sosial, kesadaran sosial, dan perubahan sosial. e. Kontribusi Marx Weber Kontribusi Weber terhadap sosiologi dapat dilihat dari karya-karyanya seperti Basic Sociological Terms, Objectivity in Social Science, The Protestant Ethic and the Spirit of Capitalism, dan The Types of Legitimate Domination. Weber membahas tentang fokus kajian sosiologi menurut dirinya adalah tindakan sosial. Weber menyatakan bahwa setiap tindakan individu yang ditujukan kepada individu, atau kelompok lain memiliki makna yang bersifat subjektif. Tujuan utama dari sosiologi adalah memahami secara mendalam (verstehen) makna subjektif dari tindakan sosial yang dilakukan oleh individu tersebut. f. Kontribusi George Simmel Kontribusi satu di antara dari Simmel yang terkenal yaitu teori yang mengenai masyarakat sebagai proses interaksi. Mayarakat menurut Simmel, dapat terbentuk karena adanya interaksi, bukan adanya kelompok orang yang hanya diam. Simmel menganggap mastarakat terbentuk dari interaksi yang nyata antarindividu. Menurut Simmel tipe sosial dalam masyarakat diantaranya yakni orang miskin, orang asing, pemboros, petualang, dan bangsawan. g. Kontribusi Ferdinan Tonnies Kontribusi Ferdinan Tonnies yang diberikannya dalam bidang sosiologi yaitu berupa teori yang merupakan pencetus istilah kelompok sosial masyarakat paguyuban (gemeinschaft) dan patembayan gessellschaft). Menurut Ferdinand Tonnies Paguyuban merupakan bentuk kehidupan bersama di mana anggota-anggotanya diikat oleh hubungan batin yang murni dan bersifat alamiah serta bersifat kekal. Dasar hubungan tersebut adalah rasa cinta dan rasa kesatuan batin yang memang telah dikodratkan. Bentuk terutama akan dapat dijumpai di dalam keluarga, kelompok kekerabatan, rukun tetangga, dan lain sebagainya. Paguyuban terdapat suatu kemauan bersama, ada suatu pengertian serta juga kaidah-kaidah yang timbul dengan sendirinya dari kelompok tersebut. Apabila terjadi pertentangan antar anggota suatu paguyuban, pertentangan tersebut tidak akan dapat diatasi dalam suatu hal saja. h. Herbert Marcuse Kontribusi Herbert Marcuse dalam bidang sosiologi yaitu diantaranya seperti teori yang dikemukakan oleh Herbert Marcuse ini adalah teori yang didasari pada Sosiologi Modern karna karyanya banyak mengeluarkan kritikan pedas terhadap masyarakat kapitalis. Kritikan tersebut salah satunya ialah tentang kapitalisme yang bisa membuat masyarakat memiliki banyak kebutuhan dan tingkat kesadaran yang rendah, sehingga dalam prosesnya akan menciptakan budaya untuk memperbudak pekerja. i. Leopold Von Wiese Ia seorang sosiololog dari Jerman. Ia beranggapan bahwa sosilogi adalah ilmu pengetahuan empiris yang berdiri sendiri.. Menurutnya “sosiologi” adalah penelitian terhadap hubungan antar manusia yang merupakan kenyataan sosial. Objek sosiologi adalah interaksi sosial atau proses sosial. Ia meneliti tentang klasifikasi proses-proses sosial, yang menekankan pada proses sosial asosiatif dan disosiatif. Setiap kategori proses-proses sosial dibagi-bagi lagi menjadi proses yang lebih kecil. Menurutnya Sosiologi harus memusatkan perhatian pada hubungan-hubungan manusia tanpa mengaitkannya dengan tujuan-tujuan atau kaidah-kaidah. Sosiologi harus mulai dengan pengamatan terhadap perilaku kongkrit tertentu. Ajarannya bersifat empiris dan dia berusaha untuk mengadakan kuantifikasi, terhadap proses-proses sosial yang terjadi. Proses sosial merupakan hasil perkalian dari sikap dan keadaan, yang masing-masing dapat diuraikan ke dalam unsur-unsurnya secara sistematis. Ia juga meneniliti tentang struktur sosial. Menurutnya struktur sosial merupakan saluran dalam hubungan antar manusia. Hasil karyanya yaitu berjudul The basic of sociology: a critical examination of Herbert spencer’s synthetic philosophy ( 1906 ) General sociologi, jilid.I Social relations ( 1924 ) dan jilid II tahun 1929. 4. Makalah : Teori-Teori Sosiologi Klasik, Modern dan Islam a. Teori Sosiologi Klasik Teori sosiologi klasik muncul pertama kali sebagai konsep keterlibatan ilmu sosial dalam memecahkan masalah. Ciri yang paling khas dari zaman ini yaitu apa yang dikemukakan masih bersifat universal (menyeluruh) bukan pada satu bahasa konsep saja. Teori klasik pada sosiologi dimaknai sebagai teori yang mewakili munculnya berbagai studi kemasyarakatan (sosiologi), kemudian teori ini yang lahir sesudahnya, termasuk lahirnya teori modern. Tokoh teori sosiologi klasik meliputi, Emile Durkheim, Aguste Comte dan Karl Marx. b. Teori Sosiologi Modern Teori sosiologi modern berbeda dari teori sosiologi klasik. Teori sosiologi klasik memusatkan analisanya pada pemikiran tokoh-tokoh sosiologis sedangkan teori-teori sosiologi modern memusatkan analisanya pada analisanya pada aliran sosiologi pergeseran dari para ahli teori sosiologi secara individual kedalam aliran-aliran sosiologi menunjukkan bahwa sosiologi mengalami perubahan. c. Teori Sosiologi Islam Teori Sosiologi Islam sebagai disiplin keilmuan dalam menganalisis konteks masyarakat di Indonesia belum berakar kuat. Kajian sosial berbasiskan Islam dilakukan oleh Kuntowijoyo mengenai Ilmu Sosial Profektif (ISP). Kajian ISP adalah upaya mengilmukan Islam dalam melihat fenomena sosial, bukan proses Islamisasi ilmu. Pengilmuan Islam adalah upaya membangun disiplin keilmuan yang untuh dalam mengkaji fenomena kemasyarakatan dari Islam itu sendiri. 5. Makalah : Islam dan Interaksi Sosial Interaksi sosial berarti hubungan dinamis antara individu dengan individu, individu dengan kelompok dan kelompok dengan kelompok. Bentuknya seperti kerja sama, persaingan, pertikaian, tolong menolong dan gotong royong. Soerjono Soekanto mengatakan interaksi sosial adalah kunci dari seluruh kehidupan sosial. Oleh karena itu tanpa interaksi sosial tidak akan mungkin terjadi kehidupan bersama. Interaksi terjadi antara orang-perorangan, kelompok dengan kelompok dan individu dengan kelompok. Dalam Islam, interaksi sosial disebut dengan istilah hablum minanmasi (hubungan manusia dengan sesama manusia), pengertiannya juga tidak berbeda dengan interaksi sosial diatas, yaitu hubungan dengan individu, individu dengan kelompok dan kelompok dengan kelompok. Contohnya saling sapa, berjabat tangan, silaturahmi, solidaritas sosial, ukhwah islamiyah dan lain-lain. Interaksi sosial tidak hanya terjadi dikalangan komunitas atau suatu kelompok saja tetapi juga diluar komunitasnya. Dalam pandangan Islam ada tiga hubungan yang harus dilakukan yaitu hubungan kepada Allah Ta’ala, hubungan kepada sesama manusia dan hubungan kepada alam semesta. Ketiga hubungan ini harus seimbang dan bersinegri. Artinya, tidak boleh fokus pada satu bentuk hubungan saja. Misalnya, mengutamakan hubungan kepada Allah saja tetapi hubungan sesaama manusia di abaikan. Apabila hal itu diabaikan maka tidak lah sempurna keimanan sesorang. Hubungan kepada Allah dari sudut sosiologi disebut dengan hubungan vertikal dan hubungan sesama manusia disebut hubungan horizontal. Hubungan kepada sesama manusia dalam istilah sosiologi disebut dengan interaksi sosial. Hubungan kepada alam semesta yaitu tidak dibenarkan merusak lingkungan tetapi melestrikan dan menjaga dengan baik. Dalam Islam, interaksi sosial berarti hubungan sosial. Bentuk hubungan yang mencakup populer yaitu silaturrahim. Yang artinya hubungan kasih sayang. Silaturrahim sebagai bentuk interaksi sosial banyak dilakukan umat islam pada kegiatan majlis taklim, menyambut bulan suci ramadahan, penyambutan tahun baru Islam, hari Raya Idhul Fitri dan hari Raya Idul Adha serta halal bi halal. Namun, harus digaris bawahi bahwa kegiatan silaturrahim tidak hanya kegiatan itu saja. Tetapi dalam bentuk wirid yassin, atau serikat tolong menolong juga dapat dikelompokkan kedalam silaturrahim karena setiap kamis malam selalu antara jama’ah, saling kontak, saling bebicara dan saling berdiskusi. 6. Makalah : Islam dan Kebudayaan Mengenai Islam dan Kebudayaan, yang Pertama, bahwa agama (Islam) bersumberkan wahyu dan memiliki norma-norma sendiri. Karena bersifat normatif, maka cenderung menjadi permanen. Sedangkan budaya adalah buatan manusia. Oleh sebab itu ia berkembang sesuai dengan perkembangan zaman dan cenderung untuk selalu berubah. Sehingga budaya Islam adalah budaya yang berdasar pada nilai-nilai Islam yaitu al-Qur’an dan Hadis. Kedua, dalam perkembangannya, Kebudayaan Islam banyak dipengaruhi oleh kebudayaan lokal disekitar semenanjung Arab yang telah lebih dulu berkembang, sehingga budaya Islam sendiri banyak beralkulturasi dengan budaya-budaya lokal tersebut. Namun perkembangan kebudayaan menurut Islam bukanlah value free (bebas nilai), tetapi justru value bound (terikat nilai).