Anda di halaman 1dari 4

Nama : Daniel Yudhi Pratama

NIM : 031009302

UPBJJ-UT Banda Aceh

TUGAS 1
1. Jelaskan bagaimana sejarah teori sosiologi pada tahun-tahun awal perkembangannya!
2. Jelaskan perkembangan masyarakat menurut pemikiran August Comte!
-------------------------------------------------------

Jawaban :
1. Sejarah perkembangan sosiologi abad 19
Sejarah perkembangan sosiologi yang sering diajarkan adalah sosiologi sebagai ilmu pengetahuan modern
yang saintifik atau ilmiah. Istilah ilmiah sendiri baru muncul pada abad pencerahan di perancis.
Pencerahan memiliki konotasi rasional dan empiris. Ilmu pengetahuan bersifat rasional ketika berasal dari
pikiran manusia, bukan metafisik dan teologis. Ilmu pengetahuan bersifat empiris ketika bisa dicercap oleh
indra untuk diuji kebenarannya. Maka sosiologi sebagai ilmu pengetahuan ilmiah adalah sosiologi yang
rasional dan empiris.
Sebagai ilmu pengetahuan sosial yang rasional dan empiris, sosiologi berusia relatif lebih muda ketibang
ilmu sosial lainnya. Auguste Comte, tokoh intelektual Perancis dalam bukunya ”Course de philosophie
positive” (1838) mencetuskan istilah sosiologi yang saat itu memiliki konotasi fisika sosial. Hukum tiga
tahap yang dielaborasikan Comte menegaskan bahwa sosiologi atau fisika sosial adalah ilmu yang berada
pada tahap positif. Positif artinya rasional, empiris, dan bisa diteliti dengan hukum-hukum ilmiah seperti
pada ilmu alam. Berada di tahap positif artinya meninggalkan unsur teologis dan metafisis. Dengan
demikiran sejarah perkembangan sosiologi modern pada awal mula ditemukannya adalah ilmu
pengetahuan yang positif. Metodologinya mengikuti hukum-hukum dalam ilmu alam oleh karena itu
dinamakan fisika sosial.
Pada tahun 1876, intelektual Inggris Herbert Spencer menulis buku pertama yang menggunakan istilah
’sosiologi’ di judulnya ”Principle of Sociology”. Spencer adalah orang yang percaya pada teori evolusi
Darwin. Ia menerapkan hukum evolusi biologi pada sosiologi. Spencer mengenalkan teori besar tentang
evolusi sosial yang diterima secara luas beberapa tahun kemudian. Pada tahun 1883, intelektual Amerika
Lester F. Ward menulis buku berjudul ”Dynamic Sociology”. Buku tersebut dianggap sebagai buku pertama
tentang desain tindakan sosial yang harus dilakukan masyarakat untuk menuju kemajuan. Berikutnya,
pada 1895, Email Durkheim menerangkan secara detail metodologi ilmiah sosiologi dalam bukunya ”The
Rules of Sociological Mehod”.
Sosiologi berkembang pesat di Eropa Barat pada abad 19. Perkembangan tersebut banyak dipengaruhi
oleh Revolusi Politik dan Revolusi Industri yang mengubah tatanan kehidupan sosial secara dramatis.
Minat kaum intelektual untuk mengetahui perubahan sosial masyarakat saat itu menjadi poin penting dalam
sejarah perkembangan sosiologi. Salah satu tokoh berpengaruh dalam sosiologi adalah intelektual Inggris
Karl Marx. Marx tidak pernah mengklaim dirinya secara spesifik sebagai sosiolog. Ia studi dampak politik
ekonomi dari perubahan sosial di Eropa. Teorinya tentang perjuangan kelas memengaruhi perkembangan
teori sosiologi bahkan sampai hari ini. Teori-teori Marx melahirkan aliran Marxisme dalam sosiologi.
Perubahan sosial, dengan demikian menjadi faktor utama kelahiran sosiologi sebagai ilmu pengetahuan
modern.

Sejarah perkembangan sosiologi abad 20


Memasuki abad 20, terjadi ’migrasi tradisi ilmiah’ sosiologi dari Eropa Barat ke Amerika Serikat. Sosiologi
pada abad 20 berkembang pesat di Amerika Serikat. Perlu diperhatikan pula konteks Amerika Serikat pada
abad awal 20. Saat itu, industrialisasi dan urbanisasi terjadi secara besar-besaran di perkotaan di Amerika
Serikat. Akibat dari industrialisasi ini adalah perubahan sosial dengan ekskalasi yang besar. Masyarakat
desa dan kota terlihat mencolok perbedaannya. Kondisi demikian memantik kaum intelektual Amerika
untuk mengkaji gejala-gejala sosial yang timbul akibat perubahan sosial. Sosiologi menjadi salah satu studi
ilmu sosial yang paling diminati.
Sejarah perkembangan sosiologi di Amerika Serikat pada periode sebelum Perang Dunia pertama sampai
dengan kisaran 1930an didominasi oleh aliran Chicago School dengan tokoh utamanya Albion W. Small,
yang sekaligus menjadi inisiator jurnal sosiologi paling prestisius di dunia sampai saat ini, American Journal
of Sociology. Pada fase berikutnya, perkembangan Chicago School melahirkan tokoh besar Pitrim Sorokin
yang banyak berkontribusi memperluas aspek metodologi sosiologi. Sejumlah ahli sosiologi pasca Ward
muncul di Amerika Serikat, antara lain: W. I. Thomas, Robert E. Park, Charles Horton Cooley, George
Herbert Mead, Jane Addams, Charlotte Perkins Gilman, Anna Julia Cooper, Marianne Webber, Beatrice
Potter Webb, dan W. E. B. du Bois.
Perlu ditegaskan pula di sini, migrasi tradisi ilmiah sosiologi ke Amerika Serikat tidak lantas membuat
sejarah perkembangan sosiologi di Eropa Barat berhenti. Intelektual Jerman Max Weber mengkritik metode
ilmiah sosiologi yang muncul pada abad 19. Weber berpendapat, metode ilmu alam tidak relevan
diterapkan pada ilmu sosial. Ilmu sosial menjadikan manusia sebagai subjeknya, sehingga terkandung
unsur subjektivitas dalam ilmu sosial. Hal ini berbeda dengan ilmu alam yang mengedepankan unsur
objektivitas. Weber mengusulkan, alih-alih menjadikan masyarakat sebagai objek penelitian, sosiologi
seharusnya meneliti tindakan-tindakan sosial yang bersifat subjektif.

Secara kontras, unsur objektivitas sosiologi justru berkembang di Amerika Serikat melalui karya tokoh
besar Talcott Parsons. Pada 1937 Parsons menerbitkan buku ”The Structure of Social Action” yang secara
signifikan berpengaruh pada perkembangan teori sosiologi. Parsons banyak dipengaruhi oleh Dukheim dan
Weber, tanpa menaruh perhatian sama sekali pada Marx. Interpretasinya terhadap masyarakat Amerika
Serikat mempengaruhi perkembangan teori sosiologi Amerika beberapa tahun kemudian. Implikasinya,
teori Marxisme terkekslusi dari legitimasi ilmiah sosiologi Amerika. Parsons banyak mengelaborasikan teori
fungsionalisme struktural dalam menganalisis sistem sosial. Sosiologi yang berkembang di Amerika pada
periode Parsonian adalah sosiologi makro.
Perdebatan antara objektivitas-subjektivitas, agensi-struktur, dan mikro-makro dalam sosiologi berlangsung
sejak abad 20 sampai hari ini. Sejumlah aliran pemikiran ekstrem yang condong pada subjektivitas
mengkritik keras sosiologi pada awal berdirinya. Sosiologi positivistik yang dicetus oleh Comte belakangan
mulai ditinggalkan. Salah satu aliran pemikiran paling keras yang mengkritik sosiologi Comte adalah The
Frankfurt School, yang terdiri dari intelektual kritis dari Jerman. The Frankfurt School menapaki periode
popularitasnya pada pertengahan abad 20. Kritik paling pedas yang dilontarkan adalah sosiologi positivistik
tidak berkontribusi apa-apa pada sejarah manusia karena mengabaikan aspek transformatif dan
emansipatoris yang seharusnya menjadi agenda sosiologi. Ilmu sosial tidak bisa netral, melainkan harus
berpihak cita-cita transformasi sosial.

Sejarah perkembangan sosiologi era kontemporer


Menjelang abad 21, sosiologi sebagai ilmu pengetahuan modern mendapat serangan bertubi-tubi dari
aliran-aliran sosiologi yang menyandang label post-, seperti postmodernisme, poststrukturalisme,
postpositivisme, postkolonialisme, dan lain sebagainya. Memasuki abad 21, sejarah perkembangan
sosiologi menuju variasi aliran pemikiran dan disiplin yang semakin banyak. George Ritzer telah
memformulasikan sebelumnya sosiologi sebagai ilmu pengetahuan yang berparadigma multiple. Artinya,
cara pandang sosiologi tidak tunggal sehingga sosiologi secara historis adalah ilmu pengetahuan yang luas
cakupannya. Abad millenium menandai sosiologi sebagai ilmu yang sangat cair dan luas. Objek kajian
tidak sebatas pada perubahan struktur sosial dalam konteks industrialisasi, urbanisasi, perdesaan dan
perkotaan, melainkan juga sampai pada aspek dinamika masyarakat yang sifatnya kekinian. Seperti
misalnya, sosiologi pada masyarakat informasi. Sosiologi abad 21 adalah sosiologi kontemporer.
Indikasi semakin meluasnya ruang lingkup sosiologi bisa dilihat dari berkembang biaknya subdisiplin yang
menjadi cabang sosiologi. Beberapa diantaranya yang bisa disebutkan adalah Sosiologi Digital, Sosiologi
Turisme, Sosiologi Pemuda, Sosiologi Kesehatan, Sosiologi Olah Raga, Sosiologi Sastra, Sosiologi
Hukum, Sosiologi Ekonomi, Sosiologi Gender, dan Sosiologi kontemporer lainnya. Kecenderungan lain
yang bisa diidentifikasi adalah semakin menjauhnya sosiologi dari tradisi positivisme. Sejarah
perkembangan sosiologi di era kontemporer cenderung menolak relevansi hukum-hukum alam pada ilmu
sosial. Saat ini, fakultas-fakultas ilmu sosial di seluruh dunia mulai mengajarkan sosiologi terlepas dari
bapak pendirinya. Tak heran, tokoh-tokoh seperti Michel Foucault, Pierre Bourdieu dan Slavoj Zizek lebih
diminati ketimbang Auguste Comte dan Emile Durkheim yang memang makin usang.

2. Comte mengajukan tiga tahap perkembangan masyarakat yang dapat disebut hukum tiga tahap, yaitu:
teologis, metafisik, dan positif. Tahap-tahap perkembangan ini didasarkan pada cara berpikir masyarakat.
Cara berpikir yang berbeda-beda ini berpengaruh pada pola kelembagaan dan organisasi sosial
masyarakat. Jadi, watak struktur sosial masyarakat tergantung pada pandangan dunia atau cara mengenal
dan menjelaskan gejala yang dominan.
Penjelasan Comte mengenai tiga tahap perkembangan pikiran manusia adalah:

Teologis
Tingkat pemikiran manusia di mana ia memahami bahwa semua gejala di dunia ini disebabkan oleh hal-hal
supernatural. Cara pandang seperti ini tidak dapat diterapkan dalam ilmu pengetahuan.
Comte membagi tahap ini menjadi tiga periode, yaitu fetisisme (percaya pada kekuatan benda-benda),
politeisme (percaya pada banyak dewa), dan monoteisme (percaya pada satu kekuatan tertinggi).

Metafisik
Ini hanya merupakan bentuk lain dari tahap yang pertama. Bedanya, kalau yang pertama akal budi
mengandaikan yang supernatural secara absolut, tahap metafisik mengandaikan adanya kekuatan-
kekuatan abstrak, hal-hal yang benar-benar nyata melekat pada semua benda dan mampu menghasilkan
gejala-gejala yang ada di dunia. Dalam tahap ini, manusia belum berusaha untuk mencari sebab serta
akibat dan gejala-gejala.

Positif
Tahap ini mengandaikan manusia sudah dapat berpikir secara ilmiah. Akal budi manusia tidak lagi
memusatkan perhatian pada pengertian-pengertian absolut, asal dan tujuan alam semesta. Tapi
memusatkan perhatian pada studi tentang hukum-hukumnya yang tidak berubah. Sarana-sarana
pengetahuan ini adalah penggabungan antara penalaran dan pengamatan secara empiris.

Anda mungkin juga menyukai