Anda di halaman 1dari 3

Sejarah Perkembangan Sosiologi di Dunia

Kita mungkin bertanya bagaimana perkembangan sosiologi hingga mencapai bentuknya


seperti sekarang. Sosiologi awalnya menjadi bagian dari filsafat sosial. llmu ini membahas
tentang masyarakat. Namun saat itu, pembahasan tentang masyarakat hanya berkisar
pada hal-hal yang menarik perhatian umum saja, seperti perang, ketegangan atau konflik
sosial, dan kekuasaan dalam kelas-kelas penguasa. Dalam perkembangan selanjutnya,
pembahasan tentang masyarakat meningkat pada cakupan yang Iebih mendalam yakni
menyangkut susunan kehidupan yang diharapkan dan norma-norma yang harus ditaati oleh
seluruh anggota masyarakat. Sejak itu. berkembanglah suatu kajian baru tentang
masyarakat yang disebut sosiologi.
Menurut Berger dan Berger, sosiologi berkembang menjadi ilmu yang berdiri sendiri karena
adanya ancaman terhadap tatanan sosial yang selama ini dianggap sudah seharusnya
demikian nyata dan benar. L Laeyendeckermengidentifikasi ancaman tersebut meliputi:
 terjadinya dua revolusi, yakni revolusi industri dan revolusi Prancis,
 tumhuhnya kapitalisme pada akhir abad ke-15,
 peruhahan di bidang sosial dan politik,
 perubahan yang teijadi akibat gerakan reformasi yang dicetuskan Martin Luther.
 meningkatnya individualisme, lahirnya ilmu pengetahuan modern.
 berkembangnva kepercayaan pada diri sendiri.

Menurut Laeyendecker, ancaman-ancaman tersebut menyebabkan perubuhan-perubahan


jangka panjang yang ketika itu sangat mengguncang masyarakat Eropa dan seakan
membangunkannya setelah terlena beberapa abad. Auguste Comte, seorang filsuf
Prancis. melihat perubahan-perubahan tersebut tidak saja bersifat positif seperti
berkembangnva demokratisasi dalam masyarakat. tetapi juga berdampak negatif. Salah
satu dampak negatif tersebut adalah terjadinya konflik antarkelas dalam masyarakat.
Menurut Comte, konflik-konflik tersebut terjadi karena hilangnva norma atau pegangan
(normless) bagi masvarakat dalam bertindak. Comte berkaca dari apa yang terjadi dalam
masyarakat Prancis ketika itu (abad ke-19). Setelah pecahnva Revolusi Prancis,
masyarakat Prancis dilanda konflik antarkelas. Comte melihat hat itu terjadi karena
masyarakat tidak lagi mengetahui bagaimana mengatasi perubahan akibat revolusi dan
hukum-hukum apa saja yang dapat dipakai untuk mengatur tatanan sosial masyarakat.
Oleh karena itu, Comte menyarankan agar semua penelitian tentang masyarakat
ditingkatkan menjadi suatu ilmu yang berdiri sendiri. Comte membayangkan suatu
penemuan hukum-hukum yang dapat mengatur gejala-gejala sosial. Namun. Comte belum
berhasil rnengembangkan hukum-hukum sosial tersebut menjadi sebuah ilmu. Ia hanya
memberi istilah bagi ilmu yang akan lahir itu dengan istilah sosiologi. Sosiologi baru
berkembang menjadi sebuah ilmu setelah Emile Durkheim mengembangkan metodologi
sosiologi melalui bukunya Rules Of Sosiological Method. Meskipun demikian, atas jasanva
terhadap lahirnya sosiologi, Auguste Comte tetap disebut sebagai Bapak
Sosiologi.Meskipun Comte mendapatakan istiiah Sosiologi, Herbert Spencer-lah yang
mempopulerkan istilah tersebut melalui buku Principles of Sociology. Di dalam buku
tersebut, Spencer mengembangkan sistem penelitian tentang masyarakat. Ia menerapkan
teori evolusi organik pada masyarakat manusia dan mengembangkan teori besar tentang
evolusi sosial yang diterima secara luas di masyarakat. Menurut Comte, suatu organ akan
lebih sempurna jika organ itu bertambah kompleks karena ada diferensiasi (proses
pembedaan) di dalam bagian-bagiannya. Spencer melihat masyarakat sebagai sebuah
system yang tersusun atas bagian-bagian yang saling bergantung sebagaimana pada
organisme hidup. Evolusi dan perkembangan sosial pada dasarnya akan berarti jika ada
peningkatan diferensiasi dan integrasi, peningkatan pembagian kerja, dan suatu transisi
dan homogen ke heterogen dan kondisi yang sederhana ke yang kompleks. Setelah buku
Spencer tersebut terbit, sosiologi kemudian berkembang dengan pesat ke seluruh dunia,
termasuk Indonesia.
Sejarah Perkembangan Sosiologi di Indonesia
Sejarah ilmu Sosiologi di Indonesia sebenarnya telah berkembang sejak zaman dahulu.
Walaupun tidak mempelajari sosiologi sebagal ilmu pengetahuan, para pujangga dan tokoh
bangsa Indonesia telah banyak memasukkan unsur-unsur sosiologi dalam ajaran-ajaran
mereka. Sri Paduka Mangkunegoro IV, misalnva, telah memasukkan unsur tata hubungan
manusia pada berbagai golongan yang berbeda (intergroup relation) dalam
ajaran Wulang Reh. Selanjutnya, Ki Hadjar Dewantara yang dikenal sebagai peletak
dasar pendidikan nasional Indonesia banyak mempraktikkan konsep-konsep penting
sosiologi seperti kepemimpinan dan kekeluargaan dalam proses pendidikan di Taman
Siswa yang didirikannya. Hal yang sama dapat juga kita selidiki dan berbagai karya tentang
Indonesia yang ditulis oleh beberapa orang Belanda seperti Snouck Hurgronje dan Van
Volenhaven sekitar abad 19. Mereka menggunakan unsur-unsur sosiologi sebagai
kerangka berpikir untuk memahami masyarakat Indonesia. Snouck Hurgronje, misalnya,
menggunakan pendekatan sosiologis untuk memahami masyarakat Aceh yang hasilnya
dipergunakan oleh pemerintah Belanda untuk menguasai daerah tersebut.
Dari uraian di atas terlihat bahwa sejarah sosiologi di Indonesia pada awalnya, yakni
sebelum Perang Dunia II hanya dianggap sebagal ilmu pembantu bagi ilmu-ilmu
pengetahuan Iainnya. Dengan kata lain, sosiologi belum dianggap cukup penting untuk
dipelajari dan digunakan sebagai ilmu pengetahuan, yang terlepas dari ilmu-ilmu
pengetahuan yang lain. Secara formal, Sekolah Tinggi Hukum (Rechtsshogeschool) di
Jakarta pada waktu itu menjadi satu-satunya lembaga perguruan tinggi yang mengajarkan
mata kuliah sosiologi di Indonesia walaupun hanya sebagai pelengkap mata kuliah ilmu
hukum. Namun, seiring perjalanan waktu, mata kuliah tersebut kemudian ditiadakan
dengan alasan bahwa pengetahuan tentang bentuk dan susunan masyarakat beserta
proses-proses yang terjadi di dalamnya tidak diperlukan dalam pelajaran hukum. Dalam
pandangan mereka, yang perlu diketahui hanyalah perumusan peraturannya dan sistem-
sistem untuk menafsirkannya. Sementara, penyebab terjadinya sebuah peraturan dan
tujuan sebuah peraturan dianggap tidaklah penting.
Setelah proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945, sosiologi di Indonesia mengalami
perkembangan yang cukup signifikan. Adalah Soenario Kolopakingyang pertama kali
memberikan kuliah sosiologi dalam bahasa Indonesia pada tahun 1948 di Akademi Ilmu
Politik Yogyakarta (sekarang menjadi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik UGM). Akibatnya,
sosiologi mulai mendapat tempat dalam insan akademisi di Indonesia apalagi setelah
semakin terbukanya kesempatan bagi masyarakat Indonesia untuk menuntut ilmu di luar
negeri sejak tahun 1950. Banyak para pelajar Indonesia yang khusus memperdalam
sosiologi di luar negeri, kemudian mengajarkan ilmu itu di Indonesia. Buku sosiologi dalam
bahasa Indonesia pertama kali diterbitkan oleh Djody Gondokusumo dengan
judul Sosiologi Indonesia yang memuat beberapa pengertian mendasar dari sosiologi.
Kehadiran buku ini mendapat sambutan balk dan golongan terpelajar di Indonesia
mengingat situasi revolusi yang terjadi saat itu. Buku ini seakan mengobati kehausan
mereka akan ilmu yang dapat membantu mereka dalam usaha memahami perubahan-
perubahan yang terjadi demikian cepat dalam masyarakat Indonesia saat itu. Selepas itu,
muncul buku sosiologi yang diterbitkan oleh Bardosono yang merupakan sebuah diktat
kuliah sosiologi yang ditulis oleh seorang mahasiswa.

Anda mungkin juga menyukai