Anda di halaman 1dari 9

Mati Muda

Ciptaan Reza Nuriman

Jika menjadi pemuda adalah menjadi angka dalam algoritma sosial media
Maka biarkanlah aku menenggak sianida dan mati muda
Jika menjadi pemuda adalah sebatas perjalanan menuju tua
Maka izinkanlah aku mati tanpa harus melewati fase muda maupun tua

Persetan! Dengan definisi kalian ihwal arti kata pemuda


Tatkala PE hanyalah pemendekan kata nirmakna dan MUDA hanyalah sebuah latar masa
Persetan! Dengan sumpah yang kalian gaungkan berkala
Tatkala tumpah darah terjadi di setiap lini perbedaan
Tatkala bangsa hanyalah suara untuk mendapatkan kursi kekuasaan
Dan tatkala bahasa hanya menjadi alat pembenaran atas perampasan dan sejarah yang
diputarbalikan

Maka, di malam yang khidmat ini di hadapan tuan dan puan sekalian
Akan ku lukiskan arti pemuda dengan sebuah gambaran
Seorang sisifus yang ceria, yang masih menanggung beban perbudakan
Dan berpikir memang begitulah hidup harus berjalan

Aku bukanlah pemuda, sebagaimana pemahaman dangkal kalian perihal pemuda


Aku bukanlah pemuda yang sebatas mengglorifikasi sumpah usang yang dibacakan berkala
Aku pun bukanlah salahsatu dari sepuluh pemuda yang dapat mengguncang dunia
Aku hanyalah bagian generasi menolak tua dan lebih memilih mati muda

10 Oktober 2021
Didedikasikan untuk para pemuda yang tak memiliki sumpah
Deklarasi Untuk yang Dihempaskan
Ciptaan Talamariam

kami ada semenjak tuan membangun pagar

yang mengontrol apa yang pantas keluar masuk

halaman rumah pemikiran kami.

kami ada semenjak tuan mewajibkan kami mengkonsumsi teh merk ini,

sinetron monoton siang hari, berita-berita hasil laboratorium pemilik modal,

atau pakaian-pakaian ciptaan tuan.

kami ada semenjak tuan bertutur tentang batas,

tentang benteng, tentang penjara, tentang segala hal rancu,

tentang kosakata ambigu, tentang pelarangan imajinasi yang tabu,

atau tentang hewan yang harus dikandang.

kami ada semenjak tuan mengatur apa yang boleh kami baca,

apa yang boleh kami yakini, apa yang harus kami berhalakan di kemudian hari.

kami ada semenjak tuan menunggangi batara kala,

semenjak tuan berlagak mengatur hujan,

semenjak tuan memberhalakan diri tuan sendiri

dan dengan congkak mengatur lalu lintas rasi bintang.


ketika tuan merasa setiap kata adalah sabda,

maka kami berkerumun untuk menjadi pembangkang dari

setiap titik dan tanda seru yang tuan ucapkan.

ketika tuan merasa setiap wewenang adalah kalam,

kami bergerombol di tiap sudut gang untuk menjadi pembangkang

dari setiap peraturan yang tuan tegakkan.

kami kecil, namun kami lahir dari rahim pemberontak.

kami lemah, namun setiap saudara kami siap untuk mati

agar matahari dan bulan tidak jatuh ke tangan tuan.

kami adalah reinkarnasi dari para samin, para badui,

dan pribumi yang tidur di pangkuan semesta.

kami adalah minak jinggo, trunojoyo, pengging, dan mangir.

kami bukan merah, biru, atau kuning.

kami adalah hitam yang merangkum semua warna yang diabaikan.

kami bukan kanan, kiri, tengah, bawah, maupun atas.

kami adalah bayang-bayang yang membuat semua itu berdimensi.

kami adalah katalisator yang dimiliki alam semesta.

kami adalah gempa yang mengingatkan tuan,

bahwa tuan tak bisa mengendalikan gravitasi.


SAJAK SEBATANG LISONG
Ciptaan W.S. Rendra

Menghisap sebatang lisong


melihat Indonesia Raya,
mendengar 130 juta rakyat,
dan di langit
dua tiga cukong mengangkang,
berak di atas kepala mereka

Matahari terbit.
Fajar tiba.
Dan aku melihat delapan juta kanak-kanak
tanpa pendidikan.

Aku bertanya,
tetapi pertanyaan-pertanyaanku
membentur meja kekuasaan yang macet,
dan papantulis-papantulis para pendidik
yang terlepas dari persoalan kehidupan.

Delapan juta kanak-kanak


menghadapi satu jalan panjang,
tanpa pilihan,
tanpa pepohonan,
tanpa dangau persinggahan,
tanpa ada bayangan ujungnya.
…………………

Menghisap udara
yang disemprot deodorant,
aku melihat sarjana-sarjana menganggur
berpeluh di jalan raya;
aku melihat wanita bunting
antri uang pensiun.
Dan di langit;
para tekhnokrat berkata :

bahwa bangsa kita adalah malas,


bahwa bangsa mesti dibangun;
mesti di-up-grade
disesuaikan dengan teknologi yang diimpor

Gunung-gunung menjulang.
Langit pesta warna di dalam senjakala
Dan aku melihat
protes-protes yang terpendam,
terhimpit di bawah tilam.

Aku bertanya,
tetapi pertanyaanku
membentur jidat penyair-penyair salon,
yang bersajak tentang anggur dan rembulan,
sementara ketidakadilan terjadi di sampingnya
dan delapan juta kanak-kanak tanpa pendidikan
termangu-mangu di kaki dewi kesenian.

Bunga-bunga bangsa tahun depan


berkunang-kunang pandang matanya,
di bawah iklan berlampu neon,
Berjuta-juta harapan ibu dan bapak
menjadi gemalau suara yang kacau,
menjadi karang di bawah muka samodra.
………………

Kita harus berhenti membeli rumus-rumus asing.


Diktat-diktat hanya boleh memberi metode,
tetapi kita sendiri mesti merumuskan keadaan.
Kita mesti keluar ke jalan raya,
keluar ke desa-desa,
mencatat sendiri semua gejala,
dan menghayati persoalan yang nyata.
Inilah sajakku
Pamplet masa darurat.
Apakah artinya kesenian,
bila terpisah dari derita lingkungan.
Apakah artinya berpikir,
bila terpisah dari masalah kehidupan.

19 Agustus 1977
ITB Bandung
Potret Pembangunan dalam Puisi

Sajak ini dipersembahkan kepada para mahasiswa Institut Teknologi Bandung,


dan dibacakan di dalam salah satu adegan film “Yang Muda Yang Bercinta”,
yang disutradarai oleh Sumandjaya.
Cipacing RW 11
Ciptaan Reza Nuriman

Angin sore, kini tak lagi sama


Kunang-kunang pun entah kemana
Kampung yang ku kenal asri dan berseri
Kini berganti rupa menjadi kampung asing nan sepi

Cipacing RW 11 salah satu bukti kuasa tuhan


Dan aku bernasib sial mencintai kampung ini keterlaluan

Hai tuan! Kau mau jadikan apa kampungku ini?


Kampung leluhurku yang kaya akan segala
Hai puan! Kenapa kau biarkan kampungku jadi begini?
Jadi berbeda yang bermakna hina
Jadi sunyi layaknya tempat yang mati

Jika suatu hari nanti kampung ini tak lagi bisa jadi rumah untuk pulang
Ya tuhan! Izinkanlah hamba membakar kampung ini hingga hanya bersisa arang!
Jika suatu hari nanti kampung ini dihancurkan ataupun hilang
Maka izinkanlah aku mengenang kampung ini dalam luka dan ingatan

12 September 2021
AKU BERKISAR ANTARA MEREKA

Ciptaan Chairil Anwar

Aku berkisar antara mereka sejak terpaksa


Bertukar rupa di pinggir jalan, aku pakai mata mereka
pergi ikut mengunjungi gelanggang bersenda:
kenyataan-kenyataan yang didapatnya.
(bioskop Capitol putar film Amerika,
lagu-lagu baru irama mereka berdansa)
Kami pulang tidak kena apa-apa
Sungguhpun Ajal macam rupa jadi tetangga
Terkumpul di halte, kami tunggu trem dari kota
Yang bergerak di malam hari sebagai gigi masa.
Kami, timpang dan pincang, negatip dalam janji juga
Sandarkan tulang belulang pada lampu jalan saja,
Sedang tahun gempita terus berkata.
Hujan menimpa. Kami tunggu trem dari kota.
Ah hati mati dalam malam ada doa
Bagi yang baca tulisan tanganku dalam cinta mereka
Semoga segala sypilis dan segala kusta
(Sedikit lagi bertambah derita bom atom pula)
Ini buktikan tanda kedaulatan kami bersama
Terimalah duniaku antara yang menyaksikan bisa
Kualami kelam malam dan mereka dalam diriku pula.

1949
YANG MUDA DAN BERBAHAYA
Ciptaan Reza Nuriman

Serupa akar yang terus merambat 


Semangat kami terus bergerilya
Mengakumulasi semua dendam kesumat 
Pada setiap raga yang merindukan kemerdekaan yang nyata

Senada dengan gelora hasrat pembangkangan


kami adalah ancaman nyata para tiran
yang duduk manis di istana para setan

Seirama dengan gairah pembebasan 


Kami adalah Mahdi
Kami adalah Sabdo Palon
Kamilah insan yang selalu dinantikan jaya baya

Kamilah para pemuda yang akan selalu berjiwa muda


dan tentunya berbahaya

20 Oktober 2021
Saya Rafka
Salam pembebasan

Anda mungkin juga menyukai