Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH AGAMA ISLAM TENTANG

“ NAJIS MUGHALLADZAH ‘’

OLEH ;
LANI AFRIANI POHAN

DOSEN MATKUL ;

Drs. ZAHIRUDDIN .MA

KELAS : 1A

POLTEKKES KEMENKES MEDAN

PRODI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN MEDAN

TA.2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah Subhanallahu wa ta’ala, atas limpahan
rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Najis
Mughalladzah ” ini dengan lancar. Makalah ini bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas yang
diberikan oleh dosen pengampu mata kuliah Agama Islam. Tak lupa kami ucapkan terima kasih
kepada pengajar mata kuliah Agama Islam atas bimbingan dan arahan dalam penulisan makalah
ini. Juga kepada rekan-rekan mahasiswa/i yang telah mendukung sehingga dapat diselesaikannya
makalah ini. Kami harap, dengan membaca makalah ini dapat memberi manfaat bagi kita semua,
dalam hal ini dapat menambah wawasan kita mengenai Materi Makalah ini. Memang makalah
ini masih jauh dari sempurna, maka kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi
perbaikan menuju arah yang lebih baik.

Medan, 19 Agustus 2021


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................... ii

DAFTAR ISI ................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang............................................................................................ 4

1.2 Rumusan Masalah....................................................................................... 4

1.3 Tujuan Makalah.......................................................................................... 4

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Najis Mughalladzah ................................................................ 5


2.2 cara menyucikan najis Mughallazah Beserta Hadis-nya ........................... 5
2.3 Hadis Yang Menjelaskan Tentang Najis Mughallazah .............................. 7

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan .......................................................................................... 8

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Dalam ajaran Islam menegaskan bahwa sebelum melakukan beberapa ibadah
tertentu, terutama shalat disyaratkan harus suci terlebih dahulu, baik suci pada pada diri
orang yang melakukan ibadah itu sendiri (suci dari hadas) atau suci pada tempat dan
pakaian yang dia kenakan saat melaksanakan ibadah tersebut (suci dari najis). Hal ini
disyariatkan karena Islam selalu mengajarkan umatnya untuk selalu suci dan senantiasa
membersihkan diri baik lahir maupun batin.
Kebanyakan orang tidak mengetahui macam-macam najis dan cara
menghilangkannya.Dan yang nantinya akan berakibat bahwa ibadah yang dilakukan akan
menjadikan tidak sah.Maka dari itu saya menyusun makalah tentang “Najis
Mughallazah”.Semoga menambah wawasan dan bermanfaat bagi mahasiswa/i.

B.     Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Najis Mughallazah ?
2. Bagaimana Cara Menyucikan Najis Mughallazah ?
3. Apa Hadis yang menjelaskan tentang Najis Mughallazah ?

C.    Tujuan Makalah
1. Mengetahui apa pengertian najis Mughallazah.
2. Mengetahui Cara Menyucikan Najis Mughallazah.
3. Mengetahui Hadis yang menjelaskan tentang Najis Mughallazah.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Najis Mughalladzah


Najis Mughallazah merupakan jenis najis yang paling berat dan memerlukan cara khusus
dalam menyucikannya.Beberapa hal yang termasuk dalam najis berat ini, yaitu air liur, air
kencing, darah dan kotoran dari anjing dan babi.Apabila anak mama terkena salah satu najis
berat tersebut, baik di pakaian, tempat salat, atau perlengkapan salatnya, arahkanlah mereka
untuk bersuci sehingga dapat menunaikan ibadah salat secara sah.Anjuran untuk menyucikan diri
dari segala jenis najis ini diperintahkan oleh Allah SWT dalam surah Al-Baqarah ayat 125 yang
artinya:
“Dan (ingatlah), ketika Kami menjadikan rumah itu (Baitullah) tempat berkumpul bagi manusia
dan tempat yang aman. Dan jadikanlah sebahagian maqam Ibrahim tempat salat. Dan telah Kami
perintahkan kepada Ibrahim dan Ismail, "Bersihkanlah (sucikanlah) rumah-Ku untuk orang-
orang yang tawaf, yang i'tikaf, yang ruku' dan yang sujud.”

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, cara menyucikan najis Mughallazah


membutuhkan perilaku khusus karena tergolong sebagai najis berat. Tidak hanya membutuhkan
air, tetapi juga perlu campuran tanah atau debu yang suci untuk membersihkannya. Mengutip
laman NU Online, seorang umat Islam perlu menghilangkan najis 'ainiyahnya (wujud, warna,
bau, atau rasa) terlebih dahulu sebelum membasuh najis Mughallazah dengan air.Meski sudah
dihilangkan wujudnya, tetapi secara hukmiyah (hukum) najisnya masih ada di tempat yang
terkena najis tersebut karena belum dibasuh menggunakan air. Jadi, masih perlu dibasuh dengan
air sebanyak 7 kali basuhan.Di mana salah satunya harus dicampur dengan tanah atau debu yang
suci sehingga najisnya benar-benar hilang.
Pencampuran air dengan debu atau ini bisa dilakukan dengan 3 cara, yaitu:

| pertama, mencampur air dan debu atau tanah secara berbarengan, baru kemudian
diletakkan pada tempat yang terkena najis. Cara ini adalah cara yang lebih utama
dibanding cara lainnya,
| kedua, meletakkan debu atau tanah di tempat yang terkena najis, lalu memberinya air dan
mencampur keduanya, baru kemudian dibasuh hingga bersih,
| ketiga, memberi air terlebih dahulu di tempat yang terkena najis, lalu
memberinya debu atau dan mencampur keduanya, baru kemudian dibasuh
sampai najisnya hilang.

2.2 cara menyucikan najis Mughallazah Beserta Hadis-nya


Tata cara menyucikan najis Mughallazah telah didasarkan pada sebuah hadis.Dari Abi
Hurairah radhiyallahuanhu bahwa Rasulullah SAW bersabda yang artinya, “Bila anjing minum
dari wadah air milikmu harus dicuci 7 kali.(HR. Bukhari dan Muslim).Anjuran untuk membasuh
najis Mughallazah menggunakan air sebanyak 7 kali dan salah satunya dicampur dengan debu
atau tanah yang suci .Sehingga hilang ain, bau dan rasanya. Jika najis itu tidak hilang walaupun
telah dibasuh  beberapa kali, maka prosesnya hendaklah  diulang sehingga tiada kesan najis
tersebut.Proses ini dinamakan samak, atau sertu.

Mengapa kita perlu melakukan SAMAK ?

Ianya adalah perintah agama. Sebagai seorang yang beriman dengan hukum Allah, kita
mestilah mematuhi segala perintahnya. Disitulah terletaknya keimanan kita dengan hukum
Tuhan.Suruhan ini adalah berdasarkan pada hadith Rasulullah s.a.w yang bermaksud : "Sucinya
bekas/barangan salah seorang kamu apabila dijilat anjing dengan membasuhnya tujuh kali. Air
yang pertamanya hendaklah dicampur dengan tanah".   ( Riwayat Muslim)

Ada  juga kajian yang membuktikan bahawa di dalam najis mughallazah ini terdapat
sejenis kuman yang hanya boleh di matikan dengan hanya air yang mengandungi tanah. Maka
kajian ini membuktikan betapa setiap perintah Allah s.w.t  itu ada hikmah di sebaliknya yang di
luar jangkauan akal manusia.

Merujuk kepada persoalan najis mughallazah, Islam telah menetapkan kita larangan-


larangan tertentu terhadap anjing dan babi serta keturunan dari dari  keduanya. Maka sebagai
seorang muslim wajiblah kita mematuhinya. 
Jika dilihat dari sudut saintifiknya, memang banyak hikmah mengapa Islam melarang
umatnya mendekati babi(termasuk dagingnya, tabiat hidupnya, kandungan bakteria yang
memudaratkan sistem badan manusia dan lain-lain) semuanya berkaitan dengan babi. 

            Bagi anjing pula yang dianggap binatang peliharaan yang jinak jika dilihat dari sudut
saintifik dalam konteks pembelaannya, isi kandungan dagingnya, tabiat dan habitatnya. Kajian
telah membuktikan air liur anjing mengandungi bakteria yang membahayakan manusia. Ini
kerana anjing tidak berpeluh tetapi pengomoskawal-aturannya adalah melalui lelehan air liur dari
mulutnya yang sentiasa ternganga. 
           Satu kajian yang telah diterbitkan dalam journal sains barat telah membuktikan tentang
kesan gigitan anjing sebagai binatang peliharaan jika tidak dirawat segera
akan memudaratkan manusia.Rasulullah SAW sendiri menyuruh supaya dibunuh anjing
gila kerana penyakit merbahaya yang mungkin merebak dalam masyarakat akibat gigitannya. 

Air liur anjing merupakan najis mughollazah yang merbahaya, Nabi Muhammad SAW
telah menyuruh kita menyamak bekas yang dijilat oleh anjing, sebagaimana yang termaktub
dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh imam Muslim, dengan enam kali air bersih dan satu
kali air yang bercampur dengan lumpur atau tanah.

Anjing tidak boleh dimakan bukan sahaja kerana ia binatang yang najis tetapi juga
binatang yang bertaring dan menangkap binatang dengan cara menerkam. Walau bagaimanapun
jika anggota badan kita kering, tersentuh dengan bulu anjing yang juga kering, hukumnya tidak
najis. Anjing boleh digunakan untuk berburu dan bahagian yang digigit oleh anjing hendaklah
dibuang. Bakinya boleh dimakan.
2.3 Hadis Yang Menjelaskan Tentang Najis Mughallazah

Dalam hal ini Rasululllah saw bersabda:

ُ‫طَهُوْ ُر اِنَا ِء اَ َح ِد ُك ْم اِ َذا َولَ َغ فِ ْي ِه ْال َك ْلبُ اَ ْن يَ ْغ ِسلَه‬: ‫صلَّى هللاِ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم‬ َ َ‫ض َي هللاُ َع ْنهُ ق‬
َ ِ‫قَا َل َرسُوْ ُل هللا‬:‫ال‬ ِ ‫ع َْن أَبِى هُ َر ْي َرةَ َر‬
)‫ب (رواه مسلم‬ ُّ
ِ ‫ت اَوْ اَل ه َُّن بِالت َرا‬
ٍ ‫َس ْب َع َمرَّا‬

Artinya:
“Abu Hurairoh ra berkata,Rasulullah saw bersabda,Sucinya bejana seseorang di antara kamu
apabila telah dijilat anjing maka hendaklah dibasuh tujuh kali yang salah satu dari tujuh itu
dicampur dengan tanah.(HR.Muslim)
Meski kedua hadis hanya menyebutkan najis yang berasal dari anjing, tetapi babi juga
tetap termasuk dalam najis  Mughallazah.Berikut cara membersihkan najis Mughallazah dari
babi dalam kitab Al-Majmu’ Syarah Al-Muhadzdab, Al-Imam An-Nawawi.
“Bila babi minum (dari wadah) maka menurut Ibnu Al-Qash dalam qaul qadim cukup dicuci
sekali saja. Namun seluruh ulama kami (dalam mazhab Asy-Syaf’iyah) mengharuskan pencucian
7 kali. Kalaupun disebutkan bahwa dalam qaul qadim harus dicuci (tanpa menyebutkan 7 kali)
maka yang benar maksudnya adalah mencuci 7 kali. Adapun dalilnya bahwa babi itu lebih buruk
dari pada anjing sebagai yang telah kami sebutkan. Maka dari sisi jumlah pencuciannya harus
lebih dari anjing.”
Perlakuan yang sama pada najis yang berasal dari babi ini didasarkan pada firman Allah SWT
yang artinya:
“Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan bagimu bangkai, darah, daging babi, dan binatang
yang disebut selain Allah. Tetapi barangsiapa dalam keadaan terpaksa sedang dia tidak
menginginkannya dan tidak melampaui batas, maka tidak ada dosa baginya. Sesungguhnya Allah
Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Al-Baqarah: 173)
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian dan pembahasan hasil penelitian, maka dapat ditarik kesimpulan Najis
mughallaẓah yaitu najis yang berat, cara mensucikannya yaitu dengan mencuci menggunakan air
dan salah satunya menggunakan tanah. Misalnya terkena babi (menyentuh babi), terkena air liur
anjing baik disengaja maupun tidak disengaja dan hewan keturunan babi dan anjing. Tata cara
bersuci dari najis mughallaẓah Misalnya dalam hal membersihkan badan atau pakain dari air liur
anjing. Dalam syariat islam menetapkan bahwa cara mensucikannya yaitu dengan
membersihkan dengan air sebanyak tujuh kali salah satunya menggunakan tanah. Sedangkan
yang terjadi di masyarakat paddengngeng sekarang ini mereka cenderung tidak memperhatikan
ketentuan yang ada. hanya melakukannya berdasarkan apa yang mereka anggap mudah.
DAFTAR PUSTAKA

al-Fauzan, Saleh. Fiqih Sehari-Hari. Jakarta: Cendekia Sentra Muslim, 2007. al-Qardhawi ,
Yusuf al. Fiqhu at-Thaharah. Penerjemah samson Rahman. Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 2004.
Arikanto, Suharsimi. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta, 1992. Abu Malik Kamal bin
As-Sayyid Salim, Shahih Fikih Sunnah Lengkap, Judul: Shahih Fikih as-Sunnah Wa Adillatuhu
wa Taudhih Madzahib Al- A’immiah, Jilid 4, Cet. Pertama, Penerjemah, Jakarta: Pustaka
Azzam, 2007. Baihaqi A.K.p fiqhi Ibadah. Cet.1; Bandung:M25-Anggota IKAPI, 1996. Ibrahim,
Muhammad . Fatwa-Fatwa tentang Wanita, al-Fatwa al-Jami’ah Lil Mar’ah Ash-Shalihah.
Penerjemah Amin bin Yahya al-Wazan. Jakarta: Darul Haq, 2001.

Abdurrahman,M.Masykuri dan Mokh.Syaiful Bakhri.2006.Kupas Tuntas Salat.Jakarta :


Erlangga
Abidin,Slamet dan Moh.Suyono.1998.Fiqih Ibadah.Bandung : CV Pustaka Setia
Ahnan,Maftuh dan Maria Ulfa.Risalah Fiqih Wanita.Surabaya : Terbit Terang

Anda mungkin juga menyukai