SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Ujian Skripsi pada Jurusan
Pendidikan Sosiologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Makassar
Oleh
JUMARDI
10538 2519 12
2016
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Nama : JUMARDI
Setelah diperiksa dan diteliti ulang, skripsi ini dinyatakan telah memenuhi
persyaratan untuk diujikan dihadapan Tim Penguji Ujian Skripsi Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar.
Makassar, 2016
Disetujui oleh:
Pembimbing I Pembimbing II
Diketahui:
Dekan FKIP Ketua Jurusan
Unismuh Makassar Pendidikan Sosiologi
Nama : JUMARDI
Makassar, 2016
Disetujui oleh:
Pembimbing I Pembimbing II
Diketahui:
Nama : JUMARDI
Makassar, 2016
Yang Membuat Pernyataan
JUMARDI
Mengetahui,
Pembimbing I Pembimbing II
SURAT PERJANJIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
Makassar, 2016
Yang Membuat Perjanjian
JUMARDI
Mengetahui,
Ketua Prodi Pendidikan Sosiologi
Mengetahui,
Ketua Jurusan Pendidikan Sosiologi
Mengetahui,
Ketua Jurusan Pendidikan Sosiologi
RL.,*****
leielah ditcliti dan diperiksa ulang. skripsi ini telah n:emenuhi s.varat untrrtri
:rrcrtanggung jawa#<an di depan tim penguji skripsi Fakultas Keguruan dan llmu
Disahkan oleh:
Pembiuebing I
Mengetahui
NBM:951829
HALAMAN PENGESAHAN
iietua
Sekretaris
Fenguji
Mengetahui
Ketua Juntsan
rdikan Sosiologi
ffiuu"*utu-. rvr.si\
NBM:951829
\
ABSTRAK
Jumardi. 2016. Asumsi Masyarakat Suku Bugis Terhadap Ideologi Suku Tolaki
di Kolaka Utara. Jurusan Pendidikan Sosiologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Makassar. Dibimbing oleh Hj. Syahribulan dan Muhammad
Nawir.
Halaman
HALAMAN JUDUL................................................................................................ i
HALAMAN PENGESAHAN............................................................................... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING......................................................................... iii
SURAT PERNYATAAN...................................................................................... iv
SURAT PERJANJIAN........................................................................................... v
KARTU KONTROL BIMBINGAN SKRIPSI...................................................... vi
MOTTO DAN PERSEMBAHAN........................................................................viii
ABSTRAK............................................................................................................. ix
KATA PENGANTAR............................................................................................ x
DAFTAR ISI........................................................................................................ xiii
DAFTAR TABEL............................................................................................... xvii
DAFTAR BAGAN............................................................................................ xviii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang............................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah....................................................................................... 5
C. Tujuan Penelitian........................................................................................ 5
D. Manfaat Penelitian...................................................................................... 5
B. Asumsi ...................................................................................................... 9
C. Masyarakat ................................................................................................10
E. Ideologi .....................................................................................................17
G. Landasan Teori..........................................................................................25
A. Jenis Penelitian....................................................................................... 32
E. Sasaran Penelitian....................................................................................34
2. Keadaan Geografis.................................................................................. 38
4. Kesenian.................................................................................................. 46
5. Pendidikan............................................................................................... 47
6. Pariwisata ................................................................................................ 48
B. Deskripsi Khusus Masyarakat Bugis dan Masyarakat Tolaki di Kolaka Utara
49
............................................................................................................................ 59
A. Asumsi ................................................................................................ 96
C. Ideologi.............................................................................................. 102
A. Kesimpulan........................................................................................ 106
B. Saran.................................................................................................. 107
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................. 109
RIWAYAT HIDUP
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1.................................................................................................................10
Tabel 3.1.................................................................................................................39
Tabel 3.2................................................................................................................ 45
Halaman
Bagan 2.1.............................................................................................................34
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
memiliki beraneka ragam agama, bahasa, suku, ras, etnis, dan kebudyaan.Tak
Negara Indonesia merupakan salah satu daya tarik bagi Negara-negara lain,
keunikan ini didasarkan karena Negara Indonesi memiliki banyak pulau, suku,
ras, etnis dan budaya, dengan demikian Bangsa Indonesia selalu menjadi sorotan
Mungkin tak banyak warga negeri ini yang tahu, berapa persisnya jumlah
suku bangsa di Indonesia. Badan Pusat Statistik (BPS) ternyata telah melakukan
survei mengenai jumlah suku bangsa tersebut. Kepala BPS, Rusman Heriawan,
dalam rapat dengar pendapat (RDP) dengan Komisi XI DPR RI, Rabu (3/2),
Indonesia negeri yang kaya “gemah ripah loh jinawi”. Kekayaan itu tidak sebatas
pada hasil alam saja, tetapi juga pada ragam suku, bahasa, agama, kepercayaan,
dan adat istiadat. Misal untuk kekayaan suku bangsa, Indonesia memiliki ratusan
nama suku bahkan ribuan jika dirinci hingga subsukunya. Kemajuan teknologi
1
2
perubahan komposisi suku di suatu wilayah. Perubahan komposisi suku ini kerap
politik.Terkait hal itu, mengkaji data etnis menjadiurgen. Terlebih sejak tahun
Banyaknya suku yang dimiliki oleh suatu Negara akan memicu timbulnya
asumsi-asumsi masyarakat terhadap suku yang lain yang dapat memicu terjadinya
kesenjangan sosial dan konflik sosial seperti yang terjadi di Sulawesi Tenggara
ideologi suku Tolaki, masyarakat Bugis beranggapan atau berasumsi bahwa suku
Tolaki adalah suku yang memiliki derajat paling rendah dari pada suku-suku yang
lain sehingga dari dulu hingga sekarang asumsi negatif masyarakat terhadap suku
menjalin hubungan sosial kepada suku Tolaki, salah satu contoh suku Bugis tidak
beranggapan atau berasumsi bahwa apabila suku Bugis menikah dengan suku
Tolaki meraka akan bernasib sial bahkan rejekinya kurang baik. Sehingga
kesenjangan sosial antara suku Bugis dengan suku Tolaki berimbas ke anak-anak,
dan remaja karena mereka telah mencap bahwa suku Tolaki mempunyai budaya
yang kurang baik dan paling rendah stratanya dibandingkan dengan suku-suku
yang lainnya.
sehingga akan ditafsirkan berbeda oleh individu yang satu dengan yang lain.
didengar, atau dirasakan oleh indranya dalam bentuk sikap, pendapat, dan tingkah
laku atau disebut sebagai perilaku individu. Menurut Slameto (2010:102) Asumsi
adalah proses yang menyangkut masuknya pesan atau informasi kedalam otak
negatif masyarakat Bugis terhadap idelogi suku Tolaki bukan hal yang lumrah
lagi bagi masyarakat Bugis itu karena asumsi–asumsi ini telah berkembang sejak
Ideologi merupakan istilah yang berasal dari Yunani.Terdiri dari dua kata,
idea dan logi. Idea artinya melihat (idean), dan logi berasal dari kata logos yang
berarti pengetahuan atau teori. Dengan demikian dapat diartikan bahwa ideologi
adalah hasil penemuan dalam pikiran yang berupa pengetahuan atau teori.
Ideologi dapat pula diartikan sebagai suatu kumpulan konsep bersistem yang
kelangsungan hidup. Ideologi merupakan gabungan dua kata, yaitu idea dan logos.
Sedangkan logos berarti ilmu atau pengetahuan. Jadi, ideologi dapat diartikan
pengertian dasar (Kodhi dan Soejadi, 1988 : 49) Pengertian dari ideologi ini juga
4
dimaknai berbeda-beda oleh beberapa orang, diantaranya adalah: (1). Karl Marx
berdasarkan kepentingan golongan atau kelas sosial tertentu dalam bidang politik
atau sosial ekonomi. (2). Lanur menyatakan bahwa ideologi bisa dimasukkan
Jika diteliti dari dialek bebicara suku Tolaki bukan tampa alasan jika
masyarakat Bugis berasumsi bahwa suku Tolaki itu kasar karna memang cara
berbicara bernada cepat dan keras, mungkin itulah salah satu alasan mengapa
masyarakat Bugis berasumsi suku Tolaki itu berprilaku kasar tapi anehnya suku
Tolaki bisa bertahan hidup berdampingan dengan suku-suku yang lain, seperti
suku Bugis, jawa, Lombok, Bali, Toraja, Enrekang, Tator, luwu dll. Padahal suku
Tolaki sering dipandang sebelah mata oleh suku-suku yang lainnya khususnya
suku bugis yang sangat apatis terhadap kehadiran suku Tolaki padahal hampir
semua suku Tolaki pasih dan sering menggunakan bahasa bugis dalam
dan tindakan serius untuk membuktikan benar atau tidak asumsi-asumsi negatif
merupakan penduduk asli Kolaka Utara (Sulawesi Tenggara) dan telah lama hidup
B. Rumusan Masalah
Bertolak dari latar belakang yang telah dirumuskan di atas, maka masalah dalam
Tolaki?
C. Tujuan
suku Tolaki?
D. Manfaat
1. Manfaat Teoeritis
khususnya pada jurusan sosiologi dan sebagai bahan acuan bagi peneliti
selajutnya.
2. Manfaat Praktis
pengetahuan.
BAB II
KAJIAN TEORI
karya asli penulis. Adapun hal-hal yang membedakan dengan skripsi yang lain
antara lain:
1. Penelitian Syamsuddin
2. Penelitian Laxmi
Tolaki. Tombalaki adalah sebuah istilah atau julukan yang diberikan oleh
masyarakat kepada seorang laki-laki yang mempunyai sifat atau watak selalu
tidak memberikan hak kepada istri atau anggota keluarga untuk dikelola. Jika
7
8
psikologi, bahkan kekerasan fisik. Sebagai sebuah sifat atau watak, hal ini sangat
tombalaki. Dalam hukum adat Tolaki atau yang disebut dengan o’ sara telah diatur
hukuman yang dianggap layak jika seorang laki-laki mempunyai sifat tombalaki,
yaitu dengan cara dikucilkan dari pergaulannya atau tidak berkawan, begitupun
kepada lembaga adat setempat, maka istri berhak menggugat cerai suaminya atau
Kajian dalam tesis ini menerapkan cara penelitian kualitatif dalam proses
pengumpulan data yang telah dilakukan selama kurang lebih tiga bulan sejak
Januari hingga akhir Maret 2010 melalui metode etnografi, dengan menggali dan
informasi yang berhasil dihimpun oleh sejumlah informan yang rata-rata usianya
yang terlibat yaitu tonomotuo sebagai ketua pengadilan, tolea sebagai hakim
anggota, pabitara sebagai jaksa penuntut umum serta sesepuh adat setempat
tolea/pabitara.
9
B. Asumsi
sehingga akan ditafsirkan berbeda oleh individu yang satu dengan yang lain.
didengar, atau dirasakan oleh indranya dalam bentuk sikap, pendapat, dan tingkah
Adapun pengertian asumsi menurut para ahli sebagai berikut: (1). Menurut
Bimo Walgito Asumsi adalah suatu proses yang didahului oleh penginderaan
melalui alat indera atau juga disebut proses sensoris. (2). Menurut Slameto
inderanya, yaitu Indera pengelihat, pendengar, peraba, perasa, dan pencium. (3).
kesan yang diperoleh oleh individu melalui panca indera kemudian di analisa
beberapa hal melalui pengindraan. (5). Dalam kamus besar psikologi, asumsi
10
C. Masyarakat
berarti "masyarakat", lalu kata society berasal dari bahasa latin yaitu "societas"
yang berarti "kawan". Sedangkan masyarakat yang berasal dari bahasa arab
yaitu pengertian masyarakat dalam arti luas dan pengertian masyarakat dalam arti
sekelompok individu yang dibatasi oleh golongan, bangsa, teritorial, dan lain
masyarakat saling berhubungan atau berinteraksi satu sama lain, misalnya dengan
kita mengikuti pengertian masyarakat baik secara natural maupun kultural, maka
Dengan demikian, kita akan tahu bahwa unsur-unsur yang ada di dalam
mendukung antara berbagai unsur dan tidak bisa dipisahkan satu sama lain itulah
mengikuti hukum sebab akibat (kausal). Apabila ada perubahan pada salah satu
unsur atau aspek, maka unsur yang lain akan menerima konsekuensi atau
akibatnya, baik yang positif maupun yang negatif. Oleh karena itu, melihat
ciri-ciri masyarakat sebagai berikut: (a). Masyarakat adalah Manusia Yang Hidup
secara bersama dan membentuk kelompok. Kelompok ini lah yang nantinya
membentuk suatu masyarakat. Mereka mengenali antara yang satu dengan yang
hubungan sesama manusia ini. Seorang manusia tidak mungkin dapat meneruskan
12
melahirkan kebudayaan. Dalam konsepnya tidak ada masyarakat maka tidak ada
dan budaya itu pula diwarisi dari generasi ke generasi berikutnya dengan berbagai
perubahan yang terjadi karena faktor-faktor yang berasal dari dalam masyarakat
itu sendiri. Contohnya: dalam suatu penemuan baru mungkin saja akan
yang berinteraksi. Salah satu syarat perwujudan dari masyarakat ialah terdapatnya
hubungan dan bekerja sama di antara ahli dan ini akan melahirkan interaksi.
Interaksi ini boleh saja berlaku secara lisan maupun tidak dan komunikasi berlaku
apabila masyarakat bertemu di antara satu sama lain. (e). Masyarakat yang
kepemimpinan. Dalam hal ini pemimpin adalah terdiri daripada ketua keluarga,
ketua kampung, ketua negara dan lain sebagainya. Dalam suatu masyarakat
sosial yaitu meletakkan seseorang pada kedudukan dan juga peranan yang harus
Manusia yang hidup bersama, sekurang-kurangny terdiri atas dua orang. (b). Karl
Marx, Menurut Karl Marx pengertian masyarakat merupakan suatu sturktur yang
yang diorganisasikan dan mengikuti suatu cara hidup tertentu. (d). F.J. L. Gillin
sama. (e). Menurut Max weber, pengertian masyarakat merupakan suatu struktur
atau aksi yang pada pokoknya ditentukan oleh harapan dan nilai-nila yang
dominan pada warganya sendiri. (f). Selo Soemardjan sedangkan menurut Selo
D. Suku Bugis
tepatnya Yunan. Kata "Bugis" berasal dari kata To Ugi, yang berarti orang Bugis.
Penamaan "ugi" merujuk pada raja pertama kerajaan Cina yang terdapat di
Sattumpugi menamakan dirinya, maka mereka merujuk pada raja mereka. Mereka
Batara Lattu, ayah dari Sawerigading. Sawerigading sendiri adalah suami dari We
Cudai dan melahirkan beberapa anak termasuk La Galigo yang membuat karya
sastra terbesar di dunia dengan jumlah kurang lebih 9000 halaman folio.
Sawerigading Opunna Ware (Yang dipertuan di Ware) adalah kisah yang tertuang
Sawerigading juga dikenal dalam tradisi masyarakat Luwuk, Kaili, Gorontalo dan
bahasa, aksara, dan pemerintahan mereka sendiri. Beberapa kerajaan Bugis klasik
antara lain Luwu, Bone, Wajo, Soppeng, Suppa, Sawitto, Sidenreng dan Rappang.
Meski tersebar dan membentuk suku Bugis, tapi proses pernikahan menyebabkan
adanya pertalian darah dengan Makassar dan Mandar. Saat ini orang Bugis
tersebar dalam beberapa Kabupaten yaitu Luwu, Bone, Wajo, Soppeng, Sidrap,
dengan Mandar adalah Kabupaten Polmas dan Pinrang. Kerajaan Luwu adalah
kerajaan yang dianggap tertua bersama kerajaan Cina (yang kelak menjadi
Pangkajene Kepulauan).
15
Adat dan Kebudayaan Suku Bugis atau to Ugi‘ adalah salah satu suku di
bagian selatan. Namun dalam perkembangannya, saat ini komunitas Bugis telah
dan pedagang. Sebagian dari mereka yang lebih suka merantau adalah berdagang
dan berusaha (massompe‘) di negeri orang lain. Hal lain juga disebabkan adanya
faktor historis orang-orang Bugis itu sendiri di masa lalu. Orang Bugis zaman
dulu menganggap nenek moyang mereka adalah pribumi yang telah didatangi
titisan langsung dari “dunia atas” yang “turun” (manurung) atau dari “dunia
bawah” yang “naik” (tompo) untuk membawa norma dan aturan sosial ke bumi
(Pelras, The Bugis, 2006). Umumnya orang-orang Bugis sangat meyakini akan
hal to manurung, tidak terjadi banyak perbedaan pendapat tentang sejarah ini.
Sehingga setiap orang yang merupakan etnis Bugis, tentu mengetahui asal-usul
keberadaan komunitasnya. Kata “Bugis” berasal dari kata to ugi, yang berarti
orang Bugis. Penamaan “ugi” merujuk pada raja pertama kerajaan Cina (bukan
negara Cina, tapi yang terdapat di jazirah Sulawesi Selatan tepatnya Kecamatan
La Sattumpugi adalah ayah dari We‘ Cudai dan bersaudara dengan Batara
Lattu‘, ayahanda dari Sawerigading. Sawerigading sendiri adalah suami dari We‘
Cudai dan melahirkan beberapa anak, termasuk La Galigo yang membuat karya
16
kisah yang tertuang dalam karya sastra La Galigo dalam tradisi masyarakat Bugis.
Kisah Sawerigading juga dikenal dalam tradisi masyarakat Luwuk Banggai, Kaili,
dipengaruhi juga oleh kehidupan tokoh-tokohnya yang hidup di masa itu, dan
diceritakan dalam karya sastra terbesar di dunia yang termuat di dalam La Galigo
atau sure‘ galigo dengan jumlah kurang lebih 9000 halaman folio dan juga tulisan
harian, dan catatan lain baik yang berhubungan adat (ade‘) dan kebudayaan–
We‘ Cudai), We‘ Cudai (Istri Sawerigading), dan La Galigo (Anak Sawerigading
dan We‘ Cudai). Tokoh–tokoh inilah yang diceritakan dalam Sure‘ Galigo sebagai
kehidupan ini. Isinya lebih cenderung pada pesan yang mengatur norma sosial,
Konsep ade‘ (adat) merupakan tema sentral dalam teks–teks hukum dan
sejarah orang Bugis. Namun, istilah ade‘ itu hanyalah pengganti istilah–istilah
17
serta perjanjian yang berasal dari zaman itu. Masyarakat tradisional Bugis
norma yang terkait satu sama lain. Selain konsep ade‘ secara umum yang terdapat
We‘ Opu Sengngeng, dan lain-lain merupakan tokoh–tokoh yang hidup di zaman
spiritualitas yang terjadi di kala itu mengacu kepada kehidupan dewa-dewa yang
laut, sesaji pada pohon yang dianggap keramat, dan kepada roh-roh setempat
menunjukkan bahwa apa yang diyakini oleh masyarakat tradisional Bugis di masa
E. Ideologi
Ideologi merupakan istilah yang berasal dari Yunani. Terdiri dari dua kata,
idea dan logi. Idea artinya melihat (idean), dan logi berasal dari kata logos yang
berarti pengetahuan atau teori. Dengan demikian dapat diartikan bahwa ideologi
18
adalah hasil penemuan dalam pikiran yang berupa pengetahuan atau teori.
Ideologi dapat pula diartikan sebagai suatu kumpulan konsep bersistem yang
kelangsungan hidup.
Ideologi merupakan gabungan dua kata, yaitu idea dan logos. Idea berarti
gagasan, konsep, pengertian dasar, dan cita-cita, sedangkan logos berarti ilmu atau
pengetahuan. Jadi ideologi dapat diartikan sebagai ilmu pengetahuan tentang ide-
ide atau ajaran tentang pengertian-pengertian dasar (Kodhi dan Soejadi, 1988 : 49)
Pengertian dari ideologi ini juga dimaknai berbeda-beda oleh beberapa orang,
tertentu dalam bidang politik atau sosial ekonomi. (b). Lanur menyatakan bahwa
ideologi bisa dimasukkan dalam kategori pengetahuan yang subjektif. (c). Carl J.
dengan tindakan. (d). C.C Rodee menyatakan bahwa ideologi adalah sekumpulan
terbagi dalam dua macam watak ideologi, yaitu ideologi tertutup dan ideologi
terbuka. Dari kedua ideologi tersebut dapat dipahami tentang pengertian dan cirri
1. Ideologi Tertutup
19
Ideologi tertutup adalah ideologi yang bersifat mutlak. Dengan kata lain
bahwa Ideologi tertutup merupakan ajaran atau pandangan dunia atau filsafat yang
sebagai kebenaran yang tidak boleh dipersoalkan lagi, melainkan harus diterima
akan diubah sesuai dengan ideologi tersebut; (c). bersifat totaliter, artinya
mencakup mengurusi semua bidang kehidupan. Karena itu, ideologi tertutup ini
perilaku masyarakat;
2. Ideologi Terbuka
juga bahwa nilai-nilai dan cita-citanya tidak dipaksakan dari luar, melainkan
digali dan diambil dari kekayaan rohani, moral dan budaya masyarakatnya sendiri.
tetapi ditemukan dalam masyarakat sendiri; ia adalah milik seluruh rakyat, dan
bisa digali dan ditemukan dalam kehidupan mereka; (c). Isinya tidak langsung
operasional. Sehingga, setiap generasi baru dapat dan perlu menggali kembali
F. Suku Tolaki
Tolaki adalah salah satu suku yang ada di Sulawesi Tenggara. mendiami
daerah yang berada di sekitar kabupaten Kendari dan Konawe. Suku Tolaki
masyarakat nomaden yang handal, hidup dari hasil berburu dan meramu yang
dilaksanakan secara gotong-royong. Hal ini ditandai dengan bukti sejarah dalam
bentuk kebudayaan memakan sagu, yang hingga kini belum dibudidayakan atau
dengan kata lain masih diperoleh asli dari alam. Masakan asli Suku Tolaki
Kendari percaya bahwa garis keturunan mereka berasal dari daerah Yunan Selatan
yang sudah berasimilasi dengan penduduk setempat, walaupun sampai saat ini
belum ada penelitian atau penelusuran ilmiah tentang hal tersebut. Kini
untunglah mereka memiliki sungai terbesar dan terpanjang di provinsi ini. Sungai
21
ini dinamai sungai Konawe. yang membelah daerah ini dari barat ke selatan
Kendari, Konawe Selatan, Konawe Utara, Kolaka, Kolaka Utara, dan Kolaka
Sulawesi bagian Tenggara. Wilayah Sulawesi telah dihuni oleh manusia sejak
ribuan tahun yang lalu diperkirakan bahwa penduduk pada zaman purba ini
merupakan campuran berbagai ras yang datang dari berbagai penjuru. Ras Austro
Melanesoid yang datang dari arah selatan (migrasi dari pulau Jawa) dengan ciri
khaskapak genggam yang terbuat dari batu yang berbentuk lonjong dan senang
memakan binatang kerang, maupun ras Paleo Mongoloid yang datang melalui
arah utara (migrasi dari kepulauan sangir dengan ciri khas alat-alat flakes dan
ujung panah dan isinya bergerigi (R. Soekmono, Wedide 1973: 42). Termasuk
bagian utara maupun beberapa gua yang ada di daerah ini. Lokasi situs gua di
daerah ini umumnya terletak di Konawe bagian Utara seperti Asera, Lasolo,
Tengkorak II, gua Tengkorak III, gua Ladori, gua arang, gua Anawai Ngguluri,
22
gua Wawosabano, gua Tenggere, gua Kelelawar serta masih banyak situs gua
Dari hasil penelitian tim Balai Arkeologi Makassar dari tinggalan materi
uji artefak di Wiwirano berupa sampel dengan menggunakan metode uji karbon
bahwa daripada artefak di Wiwirano Konawe Utara berumur sekitar 7000 tahun
yang lalu atau dengan evidensi ini maka peradaban Tolaki di Konawe telah
manusia, alat kerja seperti alat-alat berburu, benda pemujaan, guci, tempayan,
gerabah, porselin baik itu buatan Cina, Thailan, VOC, Hindia Belanda, batu
tangan, gambar berburu, gambar sampan atau perahu, gambar manusia, gambar
perahu atau sampan, patung, terakota, dan sebagainya. Secara linguistik bahasa
rumpun bahasa Bungku laki, secara Antropologi manusia Tolaki merupakan Ras
Mongoloid, yang datang ditempat ini melalui jalur migrasi dari Asia Timur,
sebagai kebenaran yang tidak boleh dipersoalkan lagi, melainkan harus diterima
“KALO SARA” serta kebudayaan Tolaki ini yang lahir dari budi, tercermin
masyarakat Tolaki dituangkan dalam sebuah istilah atau perumpamaan, antara lain
sebagai berikut : (a). Budaya O’sara (Budaya patuh dan setia dengan terhadap
hal sengketa maupun pelanggaran sosial yang timbul dalam masyarakat Tolaki,
masyarakat tolaki merupakan masyarakat yang cinta damai dan selalu memilih
jalan damai dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi. (b). Budaya Kohanu
(budaya malu), Budaya Malu sejak dulu merupakan inti dari pertahanan diri dari
setiap pribadi masyarakat Tolaki yang setiap saat, dimanapun berada dan
bertindak selalu dijaga, dipelihara dan dipertahankan. Ini bisa dibuktikan dengan
sikap masyarakat Tolaki yang akan tersinggung dengan mudah jika dikatakan ,
pemalas, penipu, pemabuk, penjudi dan miskin, dihina, ditindas dan sebagainya.
Budaya Malu dapat dikatakan sebagai motivator untuk setiap pribadi masyarakat
tolaki untuk selalu menjadi lebih kreatif, inovatif dan terdorong untuk selalu
Budaya Merou (Paham sopan santun dan tata pergaulan), budaya ini merupakan
24
budaya untuk selalu bersikap dan berperilaku yang sopan dan santun, saling
Hal ini sesuai dengan filosofi kehidupan masyarakat tolaki dalam bentuk
perumpamaan antara lain sebagai berikut: (1). “Inae Merou, Nggoieto Ano Dadio
Toono Merou Ihanuno” Artinya : Barang siapa yang bersikap sopan kepada orang
lain, maka pasti orang lain akan banyak sopan kepadanya. (2). “Inae Ko Sara
Nggoie Pinesara, Mano Inae Lia Sara Nggoie Pinekasara”Artinya: Barang siapa
yang patuh pada hukum adat maka ia pasti dilindungi dan dibela oleh hukum,
namun barang siapa yang tidak patuh kepada hukum adat maka ia akan dikenakan
Barang siapa yang baik budi pekertinya dia yang akan mendapatkan kebaikan. (d).
warga negara, selalu bersatu, bekerjasama, saling tolong menolong dan bantu-
membantu. (e). Budaya “taa ehe tinua-tuay” (Budaya Bangga terhadap martabat
dan jati diri sebagai orang tolaki), budaya ini sebenarnya masuk kedalam “budaya
kohanu” (budaya malu) namun ada perbedaan mendasar karena pada budaya ini
tersirat sifat mandiri, kebanggaan, percaya diri dan rendah hati sebagai orang
tolaki.
25
G. Landasan Teori
bentuk jamak antara buddhi yang berarti ‘budi’ atau ‘akal’. Kebudayaan itu
sendiri diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan budi atau akal. Istilah ‘culture’
berasal dari ‘colere, yang artinya adalah mengolah atau mengerjakan , yang
Kata ‘colero’, kemudian menjadi culture, diartikan sebagai segala daya dan
kegiatan manusia untuk mengolah dan mengubah alam (Soerkanto, 1996: 188).
Komunikasi antar budaya memiliki tema pokok yang membedakannya dari studi
Konsekuensinya, jika ada dua orang yang berbeda budaya maka akan berbeda
bahwa kebudayaan mencakupi semua yang didapatkan dan dipelajari dari pola-
pola perilaku normatif artinya mencangkup segala cara atau pola pikir , merasakan
dan bertindak (dalam Soekanto, 1996: 189). Definisi yang paling sederhana dari
komunikasi antara dua orang atau lebih yang berbeda latar belakang kebudayaan,
dalam beberapa definisi komunikasi antar budaya yang paling sederana, yakni
komunikasi antar peribadi yang dilakukan oleh mereka yang berbeda latar
belakang kebudayaan.
mencapai tujuan tertentu sesuai dengan norma norma sosial yang berlaku dalam
masyarakat itu. Penyebaran tingka laku yang menyimpang itu ditentukan oleh
bagaimana upaya yang dianggap syah dalam mencapai tujuan tertentu, tingkat
penerimaan tujuan, dan upaya berbagai lapisan dalam masyarakat. Anomi secara
umum dapat diartikan sebagai suatu keadaan sosial dalam keterikatan pada aturan
sosial dimana terdapat beberapa ketidakserasian antara nilai nilai yang di akui
secara budaya dan cara cara yang diakui untuk pencapaian nilai-nilai ini.nomi
terjadi dimana penekanan yang berlebihan di letakkan pada suatu pilihan dengan
akan menyebabkan orang mengambil dengan cara apaun baik sah maupun tidak.
Penekanan ini pada pencapaian tujuan tujuan ekonomi, misalnya mungkin akan
mungkin akan digunakan cara cara yang kurang diterimah secara budaya dari
dapat menghasilkan perilaku yang konformis (sesuai dengan norma) dan sekaligus
2. Teori labelling
(1912:12) ini menjadi tokoh yang terkenal lewat sumbangsihnya dalam teori
tekanan psikis dari dalam. (b). Situational deviation, sebagai hasil stres atau
adalah penyimpangan yang disebabkan oleh pemberian cap atau label dari
pemberian label terhadap suatu jenis objek tertentu. Labelling adalah sebuah
definisi yang ketika diberikan pada seseorang akan menjadi identitas diri orang
tersebut, dan menjelaskan orang dengan tipe bagaimanakah dia. Teori Labelling
mengatakan bahwa terkadang proses labelling itu berlebihan karena sang korban
salah interpretasi itu bahkan tidak dapat melawan dampaknya terhadap dirinya.
3. Teori Sosialisasi
merupakan produk dari proses sosialisasi yang kurang sempurna atau gagal.
belajar perilaku menyimpang dengan mengamati dan meniru orang lain yang
29
agresif umumnya berasal dari keluarga yang orang tuanya terlalu keras dan
menyimpang dihasilkan oleh proses sosialisasi yang sama dengan perilaku itu.
Sementara itu, menurut Mark S. Gaylord dan john F. Galliher serta Edwin
memiliki ikatan sosial dengan orang lain yang memiliki perilaku menyimpang,
Kaum muda pada umumnya sangat terbuka terhadap norma, perilaku, dan
teman dekat merupakan sarana yang paling baik untuk memprediksi apakah
perilaku seorang anak muda sesuai dengan norma yang berlaku ataukah perilaku
menyimpang.
Albert Bandura dan Richard H. Walters bahwa kecendurunga seorang anak atau
suatu fakta yang dilihatnya entah itu perbuatan yang bersifat menyimpang akan
30
terus terekam dalam memorinya sehingga akan terbawa dalam jangka waktu yang
lama.
I. Kerangka Pikir
terhadap idelogi suku Tolaki sudah berlangsung sangat lama melalui proses yang
hingga saat ini, terkait mengeni kasus tersebut terjadi sebuah staratifikasi sosial
sehingga akan ditafsirkan berbeda oleh individu yang satu dengan yang lain.
didengar, atau dirasakan oleh indranya dalam bentuk sikap, pendapat, dan tingkah
Ideologi merupakan istilah yang berasal dari Yunani. Terdiri dari dua kata,
idea dan logi.Idea artinya melihat (idean), dan logi berasal dari kata logos yang
berarti pengetahuan atau teori. Dengan demikian dapat diartikan bahwa ideologi
adalah hasil penemuan dalam pikiran yang berupa pengetahuan atau teori.
31
Ideologi dapat pula diartikan sebagai suatu kumpulan konsep bersistem yang
kelangsungan hidup.
Adapun kerangka pemikir peneliti ini dapat di lihat pada gambar dibawah
ini.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Masyarakat Bugis terhadap ideologi suku Tolaki di kolaka utara ini adalah
baik lisan maupun tulisan. Metode penelitian kualitatif ini juga sering disebut
B. Lokasi Penelitian
Waktu dan lokasi penelitian yaitu di mulai pada bulan Juli 2016 sampai
C. Informan Penelitian
yang telah ditetapkan sebelumnya (Jamaluddin Arifin Dkk, 2015 : 21). Adapun
1). Masyarakat yang bertempat tinggal atau satu lokasi dengan suku Tolaki.
32
33
Jumlah Informan penelitian ini tidak dibatasi, jika telah memadai dan
mencapai “data jenuh”, yaitu tidak ditemukan informasi baru lagi dari subjek
Dari pendapat di atas adapun profil dari informan dalam penelitian ini
P/L
1 H. Bakri 56 Tahun L SD
2 H. Alwi 67 Tahun L SD
4 Baharuddin 57 Tahun L SD
8 Nursia 40 Tahun P SD
9 Hj.Junaida 70 Tahun P SD
10 Hj.Banong 73 Tahun P SD
Jumlah informan yakni 12 orang yang terdiri dari laki-laki dan peremuan
D. Fokus Penelitian
Fokus merupakan domain tunggal atau beberapa domain yang terkait dari
situasi. Berdasarkan pengertian tersebut, maka yang menjadi fokus atau titik
E. Sasaran Penelitian
F. Instrument Penelitian
1. Observasi
2. Kamera
3. Peneliti sendiri
35
Jenis data yang di gunakan dalam penelitian adalah jenis data primer yang
upaya apa yang di lakukan masyarakat setempat dalam pengguna bom ikan
gambaran yang lebih jelas yang sukar diperoleh dari metode lain.
partisipan.
1. Deskriptif yaitu tulisan yang diperoleh dari sumber data asli ketika
suku Tolaki di Kolaka Utara, ini kemudian dilakukan penafsiran data sesuai
pengecekan pengabsahan data dengan cara mengecek sumber data yang didapat
dan metode perolehan data sehingga data benar-benar valid sebagai dasar dan
BAB IV
LATAR PENELITIAN
Kolaka yang juga dikenal dengan nama “Patowanua” (artinya 4 wilayah yang
dipersatukan, yakni; wonua Lewawo, wonua Lato, wonua Watunohu, serta wonua
tangani oleh presiden Republik Indonesia kala itu, Megawati Soekarno Putri.
menyambutnya dengan haru penuh kegembiraan. Sambutan itu juga dating dari
37
38
kabupaten baru telah terwujud. Daerah baru yang membawa harapan dan cita-cita
baru bagi banyak kalangan. Warga Kolaka Utara yang berkarir diluar daerah pun
mengembangkanya.
2. Kondisi Geografis
Kolaka mencakup wilayah daratan dan kepulauan daerah Kabupaten Kolaka Utara
berada di daratan tenggara Pulau Sulawesi dan secara geografis terletak pada
bagian Barat. Kabupaten Kolaka Utara memanjang dari Utara ke Selatan berada
diantara 2o46'45" - 3o50'50" Lintang Selatan dan membentang dari Barat ke Timur
Sulawesi Selatan)
a. Topgrafi
dari gunung dan bukit yang memanjang dari utara ke selatan. Di antara gunung
umumnya dibawah 1.000 meter dari permukaan laut dan berada di sekitar daerah
khatulistiwa maka daerah ini beriklim tropis. Suhu udara minimum sekitar 10 °C
b. Geologi
km2 dan wilayah perairan laut membentang sepanjang teluk bone seluas 12,376
km2 Kabuaten kolaka memilik perairan laut seluas 12,376 km2 katerstik dasar
perairan yang landai, terjal dan sangat terjal dengan pesisir pantai terdiri dari
paparan batuan teluk dan muara serta daerah yang kaya organisme planton,
c. Hidrologi
(enam) kecamatan. Sungai tersebut pada umumnya memiliki potensi yang dapat
dijadikan sebagai sumber tenaga, kebutuhan idustri, kebutuhan rumah tangga, dan
1.000 meter dari permukaan laut dan berada didaerah khatulistiwa maka daerah
ini beriklim tropis minimum sekitar 10°C dan maksimum 31 ˚C-28 ˚C.
d. Kondisi Demografi
kecamatan yang memiliki kepadatan diatas 100 jiwa/km2 yaitu 123 jiwa/km2.
Rante angin, Wawo, Lambai, Kodeoha, Pakue, Pakue Tengah, Pakue Utara, Batu
Mahmud wakil bupati Boby Alimuddin. DAU Rp. 385. 721. 156.000.-(2013)
Luas: 3.391 km2 Populasi. Total: 113.317 jiwa/km2 Kepadatan: 33,42 jiwa/km2.
menciptakan masyarakat yang sejahtera di bidang sosial yang lebih baik. usaha
dalam bidang tersebut antara lain meliputi kegiatan yang berkaitan dengan
Jenis Kelamin
Kelamin
Tabel 1.2: jummlah penduduk dan rasio jenis kelamin menurut kecematan di
Kabupaten Kolaka Utara berjumlah 140 706 jiwa yang terdiri dari laki-laki 72 476
jiwa dan perempuan berjumlah 68 230 jiwa berdasarkan dan jummlah penduduk
Mata pencarian Kolaka Utara atau masyarakat Kolaka Utara Sumber ini
adalah perkubunan kakao, kelapa dan cengkeh sekitar 80% penduduk kabupaten
tinkat partisipasi masyarakat dalam bidang angkatan kerja menurut jenis kelamin
laki-laki jauh lebih tinggi yaitu 81,37% dan untuk perempuan 69,75 % jumlah
angkatan kerja yang bekerja menyerap sebanyak 83,91 % sedangkan pencari kerja
terdiri 127 desa dan kelrahan berjumlah 6 dari setiap kecemaan yang ada di
Kolaka Utara berjumlah 15 kecematan 127 desa 6 kelurahan dan setiap kecematan
meruakan hasil pemekaran dari Ranteangin, di ibu kota Katoi merupakan hasil
Ngapa, Pakue Tegah dan Pakue Utara merupakan hasil dari pemekaran dari
Menurut kecamatan dan agama yang dianut oleh masyarakat Kolaka Utara
155066 terdapat 143 unit tempat beribada yang terdiri dari 125 unit masjid, 20
unit mushola dan 1 buah gereja. Adapun jumlah penduduk menurut kecematan
Ranteangin 6208 12 - - -
Lambai 6387 5 - - -
Wawo 7248 98 1 -7 -
Katoi 7553 4 - -
Kodeoha 12597 12 - - -
Tiwu 4665 - - - -
46
Ngapa 221331 2 - - -
Watunohu 6745 8 - - -
Pakue 10877 39 - - -
Tolala 3197 23 - - -
Tabele 1.4: Jumlah Agama Yang Dianut Di Kabupaten Kolaka Utara Sumber
yang unsur-unsurnya adalah ayah, ibu dan anak. Kesatuan-kesatuan keluarga kecil
ini merupakan inti dari pada suatu masyarakat, Pembentukan rumah tangga baru
keturunan yang sama, dan ada juga bukan dari garis keturuna yang sama diluar
sukunya
4. Kesenian
Sistem Kesenian, tradisi tari Mollulo ini merupakan tarian khas orang
melakukan kunjungan kerja ke pelosok daerah Sultra dan ada suguhan tarian
Mollulo, tarian yang sampai kini tetap dilestarikan oleh orang Tolaki dan warga
masyarakat Sultra. Tari Molulo atau Tari Lulo adalah salah satu tarian tradisional
47
yang berasal dari Sulawesi Tenggara. Tarian ini merupakan tarian masyarakat
Suku Tolaki yang dilakukan secara masal dan bisa dilakukan oleh semua kalangan
baik pria maupun wanita, tua maupun muda. Tari Molulo juga merupakan salah
daerah Kendari, Kolaka, Kolaka Timur, Kolaka Utara, Konawe dan darah yang
5. Pendidikan
yang cukup baik sekolah yang ada di Kolaka Utara pada tahun 2015/2016 tingkat
taman kanak- kanak (TK) berjumlah 4,3 persen jumlah guru untuk taman kanak-
kanak disetip kecamatan berjumlah 31,7 persen dan jumlah murid disetia
kenaikan jika dibandingka dengan tahun ajaran 2014/2015 yaitu 109 sekolah
umlah guru juga megalami kenaikan sebesar 4,66 persen namun jumlah murid
mengalami penurunan sebesar 0,77 persen dari 16,234 pada tahun ajaran
Sedangkan pada tingkat Smp dan Mts pada tahun jaran 2015/2016
sebesar 0,95 persen namun jumlah murid mengalami peningkatan sebesar 2,13
48
persen adapun rasio umlah guru terhada jumlah sekolah tahun 2015/2016 sebayak
15 guru perseolah.
berumlah 6 jumlah ini sama dengan tahun sebelumyah jumlah guru mengalami
penigkatan dari 184 guru pada tahun 2013/2014 menjadi 219 guru pada tahun
sebesar 3,95 persen namun jumlah siswa mengalami penurunan yaitu sebesar 0,28
persen
2016 berumlah 2 unit yaitu pergruan tinggi oppu mapata dan universitas Sembilan
6. Pariwisata
maupun teman dalam menghilangkan rasa kejenuhan. Tempat rekreasi yang ada di
Kolaka Utara yaitu pantai pasir putih 130 kilumeter kearah utara tepanya berada
di kecematan Tolala kerasi alam yang unik yang lainya tersaji di desa Sarambu di
kecematan Katoi 112 kilumeter dari ibu kota kabupaten air terjun Ponggi
Sarambu, kecematan Batuh Putih 103 kilumeter dari ibu kota kabpaten terdapat
air terjun museriri pesona alam lainya yaitu air terjun tinuna, air terjun tangga
ruru, air terjun tangga, psunah alam lainya terdapat di kecamatan BatU Putih yaitu
49
air terjun batu putih, goa datuk luwu di kecematan Pakue Utara 86 kilumeter dari
ibu kota kabupaten megalir air terjun salamore dan pantai tumbuha 45 kilumeter
dari ibu kota kabupaten tepanya di kecematan Gama terdapat sebuh gua degan
ratuusan tengkorang manusia yaitu goa Lawolatu atau goa tengkorang kecematan
Katoi terletak sekitar 14 kilumeter dari ibu kota kabupaten permandian alam wae
batoei Katoi, Pantai tanjung Tobaku di kecematan Lasusua ibu kota Kabupaten
Kolaka Utara terdapat pantai tanjung toil-toli antara tanjung toli-toli ketika air
surut akan tersaj keindahan alam terdaat pulau karang Kolaka Utara meyajikan
wisata dayung danau kirambu 33 kilumeter dari arah selatan ibu kota kabupaten
Ranteangin 41 kilumeter dari ibu kota kabupaten terdapat dinding batu gua
danau biru.
Utara
Oleh karena itu setelah Larungpalangi menjadi raja (snskia), mereka menamai
Adat dan Kebudayaan Suku Bugis atau to Ugi‘ adalah salah satu suku di
bagian selatan. Namun dalam perkembangannya, saat ini komunitas Bugis telah
dan pedagang. Sebagian dari mereka yang lebih suka merantau adalah berdagang
dan berusaha (massompe‘) di negeri orang lain. Hal lain juga disebabkan adanya
bagian utara maupun beberapa gua yang ada di daerah ini. Lokasi situs gua di
daerah ini umumnya terletak di Konawe bagian Utara seperti Asera, Lasolo,
Tengkorak II, gua Tengkorak III, gua Ladori, gua arang, gua Anawai Ngguluri,
gua Wawosabano, gua Tenggere, gua Kelelawar serta masih banyak situs gua
Dari hasil penelitian tim Balai Arkeologi Makassar dari tinggalan materi
uji artefak di Wiwirano berupa sampel dengan menggunakan metode uji karbon
51
bahwa daripada artefak di Wiwirano Konawe Utara berumur sekitar 7000 tahun
yang lalu atau dengan evidensi ini maka peradaban Tolaki di Konawe telah
manusia, alat kerja seperti alat-alat berburu, benda pemujaan, guci, tempayan,
gerabah, porselin baik itu buatan Cina, Thailan, VOC, Hindia Belanda, batu
tangan, gambar berburu, gambar sampan atau perahu, gambar manusia, gambar
perahu atau sampan, patung, terakota, dan sebagainya. Secara linguistik bahasa
rumpun bahasa Bungku laki, secara Antropologi manusia Tolaki merupakan Ras
Mongoloid, yang datang ditempat ini melalui jalur migrasi dari Asia Timur,
sebagai kebenaran yang tidak boleh dipersoalkan lagi, melainkan harus diterima
Kendari, Konawe Selatan, Konawe Utara, Kolaka, Kolaka Utara, dan Kolaka
yang handal, hidup dari hasil berburu dan meramu yang dilaksanakan secara
52
gotong-royong. Hal ini ditandai dengan bukti sejarah dalam bentuk kebudayaan
memakan sagu, yang hingga kini belum dibudidayakan atau dengan kata lain
masih diperoleh asli dari alam. Masakan asli Suku Tolaki sebelum beras adalah
Kendari percaya bahwa garis keturunan mereka berasal dari daerah Yunan Selatan
yang sudah berasimilasi dengan penduduk setempat, walaupun sampai saat ini
belum ada penelitian atau penelusuran ilmiah tentang hal tersebut. Kini
untunglah mereka memiliki sungai terbesar dan terpanjang di provinsi ini. Sungai
ini dinamai sungai Konawe. yang membelah daerah ini dari barat ke selatan
“KALO SARA” serta kebudayaan Tolaki ini yang lahir dari budi, tercermin
masyarakat Tolaki dituangkan dalam sebuah istilah atau perumpamaan, antara lain
sebagai berikut : (a). Budaya O’sara (Budaya patuh dan setia dengan terhadap
hal sengketa maupun pelanggaran sosial yang timbul dalam masyarakat Tolaki,
53
masyarakat Tolaki merupakan masyarakat yang cinta damai dan selalu memilih
jalan damai dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi. (b). Budaya Kohanu
(budaya malu), Budaya Malu sejak dulu merupakan inti dari pertahanan diri dari
setiap pribadi masyarakat Tolaki yang setiap saat, dimanapun berada dan
bertindak selalu dijaga, dipelihara dan dipertahankan. Ini bisa dibuktikan dengan
sikap masyarakat Tolaki yang akan tersinggung dengan mudah jika dikatakan ,
pemalas, penipu, pemabuk, penjudi dan miskin, dihina, ditindas dan sebagainya.
Budaya Malu dapat dikatakan sebagai motivator untuk setiap pribadi masyarakat
tolaki untuk selalu menjadi lebih kreatif, inovatif dan terdorong untuk selalu
Budaya Merou (Paham sopan santun dan tata pergaulan), budaya ini merupakan
budaya untuk selalu bersikap dan berperilaku yang sopan dan santun, saling
Gaya hidup masyarakat Bugis sebagai pekerja keras, tekun, dan ulet dalam
membuka pola pikir masyarakat pribumi untuk menata kehidupan mereka yang
lebih baik, peningkatana dari sektor pendidikan. gaya hidup suku Bugis memberi
pengaruh sangat besar bagi perubahan pola pikir dan pola hidup masyarakat suku
54
Tolaki, dalam peningkatan kualitas hidup baik dari segi ekonomi maupun
Mekongga (Kolaka Utara) pola hidup masyarakat suku Tolaki masih sangat
seperti yang kita ketahui orang bugis dalam hal pemerintahan memang memiliki
peran yang sangat penting, dari tingkat Kabupaten, Kecamatan Maupun Desa.
ditingkat Kabupaten, Bupati Kolaka Utara dua priode dari tahun 2006-2011 dan
2011-2016 adalah orang Bugis (Bapak Drs. H. Rusda Mahmud M.h), sekertaris
daerah Kabupaten Kolaka Utara adalah orang Bugis Bone, dan beberapa kepala
Kabupaten Kolaka Utara diantaranya adalah orang Bugis sampai dengan para
kepala desapun sebagian besar adalah orang Bugis. Dalam hal ini bukanlah suatu
masalah bagi masyarakat pribumi yang harus dipimpin oleh pendatang, karena
masyarakat suku Tolaki terus mengalami peningkatan dari tahun ketahun, tak
55
Maupun desa, mayarakat suku Tolaki telah ikut andil dalam meningkatkatkan
semangat dan kerja kerja keras masyarakat Tolaki untuk mau berubah lebih baik
Utara Terhadap masyarakat Tolaki, dengan melihat dan belajar dari masyarakat
berbenah dan meningkatkat pendidikan sehingga hasil kerja keja keras masyarakat
Tolaki berbuah manis dan kini masyarakat Tolaki menjadi salah satu suku yang
dalam hal pemerintahan juga memiliki peran yang sangat penting, dari tingkat
pentingnya pendidikan.
Utara yakni, petani kakao dan cengkeh, nelayan, serta pedagang. Mengingat
Kolaka Utara memiliki kekeyaan sumberdaya alam yang melimpah dan tanah
yang subur, sehingga masyarakat Bugis betah dan menetap di Kolaka Utara.
56
Selain itu masyarakat Bugis juga mengisi birokrasi pemerintahan dan bidang
pendidikan.
kerbau dll. kemudian sebagai mata pencaharian sampingan, ada di antara mereka
ayam hutan, dan berbagai jenis burung, serta menangkap ikan di rawa dan di
sungai, sebagai makanan tambahan selain beras, masyarakat Tolaki juga menanam
nelayan dan sebagian besar juga menggeluti birokrasi pemerintahan dari bidang
adalah masyarakat yang selalu ingin hidup berdampingan seperti salah satu contoh
antara masyarakat Bugis dan masyarakat Tolaki dengan damai menjaga persatuan
dan kesatuan, sehingga stabilitas daerah tetap terjaga dengan baik, hal ini
perkembangan kota Kabupaten Kolaka Utara dimasa sekarang dan yang akan
perkembangan yang sangat pesat karena hubungan sosial masyarakat Bugis dan
57
masyarakat Tolaki terus terjaga dan bahkan sebagian besar masyarakat Tolaki
pernikahan masyrakat Bugis tapi namun disisi lain masih ada sebagian masyarakat
Dari urain diatas dapat diketahui bahwa hubungan sosial antara masyrakat
Bugis dan masyarakat Tolaki masih terjaga dengan baik hanya saja sebagiam
masyarakat Bugis membatasi diri dalam ikatan yang sakral seperti ikatan
pernikahan.
C. Profil Informan
Kolaka utara. Adapun profil informan berikut adalah beberapa daftar informan
P/L
1 H. Bakri 56 Tahun L SD
2 H. Alwi 67 Tahun L SD
4 Baharuddin 57 Tahun L SD
8 Nursia 40 Tahun P SD
9 Hj.Junaida 70 Tahun P SD
10 Hj.Banong 73 Tahun P SD
Jumlah informan yakni 12 orang yang terdiri dari laki-laki dan peremuan
BAB V
SUKU TOLAKI
A. Deskripsi Permasalahan
masyarakat Bugis di Kolaka Utara menganggap bahawa suku Tolaki derajat atau
strata sosialnya paling rendah dan anggapan ini berkembang dari nenek moyang
atau orang-orang tua terdahulu hingga sekarang. Terkait mengenai asumsi negatif
suku Bugis terhadap ideologi suku Tolaki bukan tampa alasan, masyarakat Bugis
beralasan bahwa dulu suku Tolaki hidupnya miskin dan sederhana bahkan
sebagian besar menjadi budak dan pengembala orang- orang Bugis dan juga suku
Tolaki mempunyai perinsip kerja yaitu kerja hanya untuk kebutuhan sehari dan
makan seadanya tampa memperhitungkan tuk masa depan dan suku Tolaki
tepatnya Yunan. Kata "Bugis" berasal dari kata To Ugi, yang berarti orang Bugis.
Penamaan "ugi" merujuk pada raja pertama kerajaan Cina yang terdapat di
Sattumpugi menamakan dirinya, maka mereka merujuk pada raja mereka. Mereka
59
60
Batara Lattu, ayah dari Sawerigading. Sawerigading sendiri adalah suami dari We
Cudai dan melahirkan beberapa anak termasuk La Galigo yang membuat karya
sastra terbesar di dunia dengan jumlah kurang lebih 9000 halaman folio.
Sawerigading Opunna Ware (Yang dipertuan di Ware) adalah kisah yang tertuang
Sawerigading juga dikenal dalam tradisi masyarakat Luwuk, Kaili, Gorontalo dan
bahasa, aksara, dan pemerintahan mereka sendiri. Beberapa kerajaan Bugis klasik
antara lain Luwu, Bone, Wajo, Soppeng, Suppa, Sawitto, Sidenreng dan Rappang.
Meski tersebar dan membentuk suku Bugis, tapi proses pernikahan menyebabkan
adanya pertalian darah dengan Makassar dan Mandar. Saat ini orang Bugis
tersebar dalam beberapa Kabupaten yaitu Luwu, Bone, Wajo, Soppeng, Sidrap,
dengan Mandar adalah Kabupaten Polmas dan Pinrang. Kerajaan Luwu adalah
kerajaan yang dianggap tertua bersama kerajaan Cina (yang kelak menjadi
Pangkajene Kepulauan).
Adat dan Kebudayaan Suku Bugis atau to Ugi‘ adalah salah satu suku di
bagian selatan. Namun dalam perkembangannya, saat ini komunitas Bugis telah
dan pedagang. Sebagian dari mereka yang lebih suka merantau adalah berdagang
dan berusaha (massompe‘) di negeri orang lain. Hal lain juga disebabkan adanya
faktor historis orang-orang Bugis itu sendiri di masa lalu. Orang Bugis zaman
dulu menganggap nenek moyang mereka adalah pribumi yang telah didatangi
titisan langsung dari “dunia atas” yang “turun” (manurung) atau dari “dunia
bawah” yang “naik” (tompo) untuk membawa norma dan aturan sosial ke bumi
(Pelras, The Bugis, 2006). Umumnya orang-orang Bugis sangat meyakini akan
hal to manurung, tidak terjadi banyak perbedaan pendapat tentang sejarah ini.
Sehingga setiap orang yang merupakan etnis Bugis, tentu mengetahui asal-usul
keberadaan komunitasnya. Kata “Bugis” berasal dari kata to ugi, yang berarti
orang Bugis. Penamaan “ugi” merujuk pada raja pertama kerajaan Cina (bukan
negara Cina, tapi yang terdapat di jazirah Sulawesi Selatan tepatnya Kecamatan
Jika diteliti dari dialek bebicara suku Tolaki bukan tampa alasan jika
masyarakat Bugis berasumsi bahwa suku Tolaki itu kasar karna memang cara
berbicara bernada cepat dan keras, mungkin itulah salah satu alasan mengapa
masyarakat Bugis berasumsi bahwa suku Tolaki itu berprilaku kasar tapi anehnya
suku Tolaki bisa bertahan hidup berdampingan dengan suku-suku yang lain,
62
seperti suku Bugis, jawa, Lombok, Bali, Toraja, Enrekang, Tator, luwu dll.
Padahal suku Tolaki sering dipandang sebelah mata oleh suku-suku yang lainnya
khususnya suku Bugis yang sangat apatis terhadap kehadiran suku Tolaki padahal
hampir semua suku Tolaki pasih dan sering menggunakan bahasa Bugis dalam
berkomunikasih atau berdialog dengan masyarakat lain, terkait dari masalah yang
ditimbulkan dan melihat budaya suku Tolaki sehingga orang Bugis bersaumsi
dan dipelajari dari pola-pola perilaku normatif artinya mencangkup segala cara
atau pola pikir , merasakan dan bertindak (dalam Soekanto, 1996: 189). Definisi
yang paling sederhana dari komunikasi antar budaya adalah menambahkan kata
budaya dalam pernyataan, komunikasi antara dua orang atau lebih yang berbeda
yang paling sederana, yakni komunikasi antar peribadi yang dilakukan oleh
tehadap ideologi suku Tolaki terus mencuak dikalangan masyrakat Bugis dan
masih di jadikan sebuah alasan untuk beanggapan yang negatif kepada suku
63
Tolaki tapi disisi lain dari dulu hingga sekarang suku Bugis dan suku Tolaki bisa
Sebelum kita melangkah lebih jauh mengenai asumsi negatif masyarakat Bugis
terhadap ideologi suku Tolaki terlebih dahulu kita harus tau sejarah suku Tolaki.
Tolaki adalah salah satu suku yang ada di Sulawesi Tenggara. mendiami
daerah yang berada di sekitar kabupaten Kendari dan Konawe. Suku Tolaki
masyarakat nomaden yang handal, hidup dari hasil berburu dan meramu yang
dilaksanakan secara gotong-royong. Hal ini ditandai dengan bukti sejarah dalam
bentuk kebudayaan memakan sagu, yang hingga kini belum dibudidayakan atau
dengan kata lain masih diperoleh asli dari alam. Masakan asli Suku Tolaki
Kendari percaya bahwa garis keturunan mereka berasal dari daerah Yunan Selatan
yang sudah berasimilasi dengan penduduk setempat, walaupun sampai saat ini
belum ada penelitian atau penelusuran ilmiah tentang hal tersebut. Kini
untunglah mereka memiliki sungai terbesar dan terpanjang di provinsi ini. Sungai
ini dinamai sungai Konawe. yang membelah daerah ini dari barat ke selatan
Kendari, Konawe Selatan, Konawe Utara, Kolaka, Kolaka Utara, dan Kolaka
Sulawesi bagian Tenggara. Wilayah Sulawesi telah dihuni oleh manusia sejak
ribuan tahun yang lalu diperkirakan bahwa penduduk pada zaman purba ini
merupakan campuran berbagai ras yang datang dari berbagai penjuru. Ras Austro
Melanesoid yang datang dari arah selatan (migrasi dari pulau Jawa) dengan ciri
khaskapak genggam yang terbuat dari batu yang berbentuk lonjong dan senang
memakan binatang kerang, maupun ras Paleo Mongoloid yang datang melalui
arah utara (migrasi dari kepulauan sangir dengan ciri khas alat-alat flakes dan
ujung panah dan isinya bergerigi (R. Soekmono, Wedide 1973: 42). Termasuk
bagian utara maupun beberapa gua yang ada di daerah ini. Lokasi situs gua di
Tengkorak II, gua Tengkorak III, gua Ladori, gua arang, gua Anawai Ngguluri,
gua Wawosabano, gua Tenggere, gua Kelelawar serta masih banyak situs gua
lain sebagai berikut: (1). “Inae Merou, Nggoieto Ano Dadio Toono Merou
65
Ihanuno” Artinya : Barang siapa yang bersikap sopan kepada orang lain, maka
pasti orang lain akan banyak sopan kepadanya. (2). “Inae Ko Sara Nggoie
Pinesara, Mano Inae Lia Sara Nggoie Pinekasara”Artinya: Barang siapa yang
patuh pada hukum adat maka ia pasti dilindungi dan dibela oleh hukum, namun
barang siapa yang tidak patuh kepada hukum adat maka ia akan dikenakan sanksi
hukuman. (3). “Inae Kona Wawe Ie Nggo Modupa Oambo”Artinya: Barang siapa
yang baik budi pekertinya dia yang akan mendapatkan kebaikan. (d). Budaya
sosial dan pemerintahan baik itu berupa upacara adat, pesta pernikahan, kematian
maupun dalam melaksanakan peran dan fungsinya sebagai warga negara, selalu
“taa ehe tinua-tuay” (Budaya Bangga terhadap martabat dan jati diri sebagai orang
Tolaki), budaya ini sebenarnya masuk kedalam “budaya kohanu” (budaya malu)
namun ada perbedaan mendasar karena pada budaya ini tersirat sifat mandiri,
pemikiran para individu itu sendiri, seperti yang diungkapkan oleh beberapa
rumusan masalah pertama berikut ini pandapat dari beberapa informan tentang:
66
arti dari kata asumsi. Ini dikarenakan karena manusia adalah makhluk sosial
dengan individu yang berbeda serta beragam sehingga perlu dibentuk adanya
suatu kelompok atau golongan yang membentuk suatu masyarakat seperti jika
kita ingin membuat suatu bangunan atau rumah. terkit mengenai masalah tersebut
(1912:12) ini menjadi tokoh yang terkenal lewat sumbangsihnya dalam teori
tekanan psikis dari dalam. (b). Situational deviation, sebagai hasil stres atau
67
adalah penyimpangan yang disebabkan oleh pemberian cap atau label dari
pemberian label terhadap suatu jenis objek tertentu. Labelling adalah sebuah
definisi yang ketika diberikan pada seseorang akan menjadi identitas diri orang
tersebut, dan menjelaskan orang dengan tipe bagaimanakah dia. Teori Labelling
mengatakan bahwa terkadang proses labelling itu berlebihan karena sang korban
salah interpretasi itu bahkan tidak dapat melawan dampaknya terhadap dirinya.
sebagai dasar pemikiran atau landasan berpikir karena dianggap benar, sesorang
dapat berasumsi negatif kepada orang lain jika melihat dan mendengar suatu
peristiwa yang pernah terjadi pada masa lampu dan menjadi sebuah patokan
dalam mengambil sebuah kesimpulan terhadap apa yang terjadi di masa sekarang
68
seperti yang di katakan Albert Bandura dan Richard dalam toerinya yakni teori
sosialisasi.
merupakan produk dari proses sosialisasi yang kurang sempurna atau gagal.
belajar perilaku menyimpang dengan mengamati dan meniru orang lain yang
agresif umumnya berasal dari keluarga yang orang tuanya terlalu keras dan
menyimpang dihasilkan oleh proses sosialisasi yang sama dengan perilaku itu.
Sementara itu, menurut Mark S. Gaylord dan john F. Galliher serta Edwin
memiliki ikatan sosial dengan orang lain yang memiliki perilaku menyimpang,
Kaum muda pada umumnya sangat terbuka terhadap norma, perilaku, dan
teman dekat merupakan sarana yang paling baik untuk memprediksi apakah
69
perilaku seorang anak muda sesuai dengan norma yang berlaku ataukah perilaku
menyimpang.
Albert Bandura dan Richard H. Walters bahwa kecendurunga seorang anak atau
suatu fakta yang dilihatnya entah itu perbuatan yang bersifat menyimpang akan
terus terekam dalam memorinya sehingga akan terbawa dalam jangka waktu yang
lama.
dan keadaan dari masing-masing individu, sehingga akan ditafsirkan berbeda oleh
individu yang satu dengan yang lain. Dengan demikian persepsi merupakan proses
indranya dalam bentuk sikap, pendapat, dan tingkah laku atau disebut sebagai
perilaku individu. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara dengan ibu Hj. Banong
dan Ibu Nurgama yang berada di kecematan Watunohu kabupaten Kolaka Utara
Artinya:
” yang saya tau itu suku Tolaki, dulu rendah sekali derajatnya karna
kebanyakan dari suku Tolaki menjadi budak dan juga suku Tolaki orangx
boros, miskin dan hidup seadanya, jadi biarpun bagi mana caranya
mencari uang tetap saja begitu-gitu saja ngga ada peningkatan,
kemumudian prinsip kerjanya suku Tolaki bekerja hanya untuk kebutuhan
hari ini tampa memperhitungkan untuk kebutuhan masa depan atau
kebutuhan jangka panjang dan dia beru bekerja ketika persediaannya
benar-benar habis beda kita orang Bugis sebelum habis persediaan
makanan kita terus bekerja bahkan persediaan masih cukup banyak kita
masih tetap bekerja. Padahal kalo dipikir suku Tolaki juga keturunan
bangsahwan atau raja yaitu raja Anakia tapi istilahnya bisa dikata
tingkatan kebansahwanannya paling rendah derajatnya tetapi sebagian juga
ada yang menjadi bangsahwan. Kalau kita berbicara kebangsahwanan
keturunan bugislah paling tinggi derajatnya. Jadi begitunyalah mengapa
mengapa kita menganggap suku Tolaki lebih rendah derajatnya di banding
suku Bugis” (Wawancara, 20 september 2016).
beasumsi atau menganggap suku Tolaki lebih rendah derajatnya karna meliahat
dari perinsip hidup dan budaya kerjanya serta pola hidup yang miskin dan
“Menuru ceritanna taue riolo, idi tau Ogie riaanggai detosisisuku Tolakie
rianggai toi maendah derajanna nasaba riolo mega suku Tolaki mancaji
ata sibawa kasiasi, riolomi makoro tapi makukue denna apanna megana
tona Tolaki meningka.”
Atinya:
“ Menuut cerita orang dulu, kita Bugis menganggap bahwa suku Tolaki
rendah derajatnya kerena dulu banyak suku Tolaki yang menjadi budak
dan hidup miskin, dulu begitu tapi sekarang tidak lagi sebab sekarng suku
Tolaki sudah banyak peningkatan” (Wawancara 20 Sebtember 2016).
suku Tolaki lebih rendah derajatnya di bandingkan dengan suku Bugis karena
71
dulu banyak suku Tolaki yang menjadi budak dan hidup miskin sehingga orang-
oang bugis menganggap rendah suku Tolaki. Dari penyataan bapak Bustam
masyarakat Bugis suku Tolaki hanya karna orang Bugis menganggap bahwa suku
Tolaki tidak sesuku dengannya padahal pada dasarnya suku Tolaki bagus karna
rata-rata beragama islam serta kebudayaan dan adatnya bagus. Dulu suku Tolaki
disebut dengan sebutan mingkoka bau sekang ini disebut suku Tolaki. Dan kalau
dipikir semua suku ada baik dan jeleknya begitupun kita orang Bugis ada baik dan
“ Riolo mega Ogi naita siwali mata Tolakie nasaba pappahangnna Ogie
denna sisuku sibawa Tolakie, kemudian naanggai alena Ogie ketuunang
arung arega darah biru makoro passabarengnna diangga rendahi Tolakie
okko Ogie. Engkato makeda Tolakie Makunrru-kunru dalle ako ipikiriki
engka manengje dallenna taue, padahal maka gellonna Tolakie okko Ogie
tapi idi tommi Ogie massali-Sali oko Tolakie”
72
Artinya:
“ Dulu banyak orang Bugis melihat sebelah mata suku Tolaki karna
pemahaman atau anggapan oang Bugis tidak sesuku dengan suku Tolaki,
kemudian menganggap dirinya orang bugis keturunun bansahwan dan
berdarah biru, begitulah sebabnya suku Tolaki direndahkan oleh orang
Bugis. Ada juga mengatakan suku Tolaki rejekinya kurrang bagus padahal
kalau kita pikir semua orang ada rejekinya, padahal betapa baiknya suku
Tolaki kepada orang Bugis” (Wawancara 18 September 2016).
masyarakat Bugis suku Tolaki hanya karna orang Bugis menganggap dulu banyak
orang Bugis melihat sebelah mata suku Tolaki karna pemahaman atau anggapan
oang Bugis tidak sesuku dengan suku Tolaki, kemudian menganggap dirinya
orang bugis keturunun bangsahwan dan berdarah biru sehingga dengan alasan
Tolaki, namun pada hakikatnya suku Tolaki tetap respon baik kepada orang bugis
“ Riolo maega Ogie naanggai suku Tolakie denna sederaja nasaba riolo
suku Tolake masipa padai laona manu-manue massuna rekko purani
masampe monro tuttunni bolae denna najama iyyapa najamasi rekko
cappu tongengnni agagangnna yarega duinna nasaba prnsina Tolakie
assaleng engkana dianre yae essoe, beda idi Ogie mauni engka mopa
agagangta arega duita tetteki majjama, tapi riolomi makkoro makukue
megana Tolaki meningka. Jadi makkuannaro Ogie naanggai denna
sebanding derajanna sibawa Tolakie"
Artinya:
" Dulu sebagian besar orang Bugis menganggap suku Tolaki tidak
sedaerajat dengan orang Bugis karena dulu suku Tolaki bersifat ibarat
seperti burung maksudnya ketika sudah paenen suku Tolaki hanya
tinggal di rumah saja dan tidak lagi bekerja selama persediaan
makanannya masih ada atau ketika uangnya masih adan setelah
persediaan makanannya atau uangnya benar-benar habis mereka baru
bekerja lagi karena prinsipnya suku Tolaki yaitu asalkan ada yang bisa
73
dimakan hari ini, berbedah kita orang Bugis biarpun persediaan makanan
ataukah uang masih ada kita tetap bekerja. Tapi dulu begitu sekarang
tidak lagi karena sudah banyak suku Tolaki udah mengalami
peningkatan.Dari alasan itulah sehingga Orang Bugis menganggap suku
Tolaki tidak sederjat dengannya" (Wawancara 20 September 2016).
masyarakat Bugis terhadap ideologi suku Tolaki karena sebagian besar oarng
Bugis menganggap tidak sederajat dengan suku Tolaki karena dulunya suku
Tolaki mempunyai sifat ibarat seperti sifat burung-burung yang maksudnya ketika
habis panen suku Tolaki hanya tinggal di rumanya dan tidak lagi bekerja selagi
persediaan makanan atau uang masih ada terkecuali ketika persediaan makanan
sudah benar-benar habis barulah mereka bekerja lagi karena prinsip suku Tolaki
yaitu asalkan bisa makan untuk hari ini saja dan berbedah dengan orang Bugis
biarpun persediaan makanan atau uang masih banyak mereka tetap berkerja tampa
" Memengi idi Ogie yasei derajata ibandingkang sulu Tolaki nasaba idi
Ogie arrungki tapi keturunang arrung metoje suku Tolakie nakia
matanre mopi darah arrungta ibandingkang suku Tolakie nasaba riolo
maega suku Tolaki mancaji ata, kasiasi, sibawa pakkampi tedong,
silsingeng idi Ogie maloang tanana sibawa mega warangparangnna.
Rekko mabicara arrungki paling mariawa laddeni arrungna suku Tolakie
ibandingkang idi Ogie, jadi makuannaro narianggai matanre dejata idi
Ogie ibandingkang Tolakie"
Artinya:
" Memang kita orang Bugis diatas derajatnya dibandingkan suku Tolaki
karena kita orang Bugis keturunan bangsahwan tapi sebenarnya suku
Tolaki juga keturnan Bansahwan tetapi masih lebih tinggi darah
bangsahwannya kita orang bugis dibandingkan suku Tolaki sebab dulu
banyak suku Tolaki yang mejadi budak, miskin dan pengembala kerbau,
beda kita orang bugis banyak tanahnya dan banyak hartanya. Jadi jika
kita bicara tentang keturunan bangsahwan paling dibawah tingkat
keturunan bangsahwannya suku Tolaki dibandingkan kita orang Bugis.
74
masyarakat Bugis terhadap ideologi suku Tolaki karena sebagian besar orang
luas dan mempunyai harta yang banyak dan menggap suku Tolaki tidak sedejat
dengan orang Bugis sebab dulu sebagian besar suku Tolaki banyak menjadi
budak, miskin dan pengembala kerbau padahal sebenarnya suku Tolaki juga
suku Tolaki lebih rendah karena orang Bugis menganggap darah bangsahwannya
lebih tinggi dibanding darah bangsahwan suku Tolaki. Kemudian Ismail yang
menyatakan:
" Setahu saya kenapa orang-orang Bugis menganggap suku Tolaki lebih
rendah derajatnya atau starata sosialnya karena orang Bugis menganggap
suku Tolaki tidak sesuku dengannya dan juga menganggap suku Tolaki
mempunyai prinsip kerja yang hanya bekerja ketika uangnya benar-benar
habis, juga hidup poya-poya, dan selalu sial, kemudian yang saya dengar
dari orang-orang tua katanya suku Tolaki dulunya budak, miskin,
pengembala kerbau sehingga orang Bugis membatasi diri dalam benntuk
ikatan sakral seprti ikatan pernihan, kemudian katanya suku Tolaki kurang
budaya pamalinya dan budaya malunya makanya mereka anak-anaknya
dibebaskan bergaul baik itu laki-laki maupun permpuan kerena mereka
memang tidak membatasi anak-anaknya berbedah orang Bugis yang
mempunya budaya malu yang tinggi dan banyak pamali sehingga anak-
anaknya di batasi pergaulannya terutama anak perempuannya, misayalnya
kita orang Bugis melarang anak permpuannya keluar malam besama anak
laki-laki berbedah dengan suku Tolaki membaskan anak perempuanya
keluar malam besama laki-laki" (Wawancara 26 September 2016).
75
Bugis menganggap suku Tolaki tidak sesuku denganya dan menganggap suku
Tolaki mempunyai prinsip kerja yaitu bekerja ketika uangnya benar-benar sudah
habis kemudian katanya dulu suku Tolaki sebagian besar menjadi budak, miskin,
pengembala sapi selau bernasib sial, kemudian katanya suku Tolaki kurang
pergaulan yang bebas sehingga anak- anak mereka tidak diberi batasan dalam
bergaul baik itu anak laki-laki maupun anak perempuannya misalnya anak
Bugis yang tidak membolehkan anak perempuan keluar malam apa lagi bersama
dengan laki-laki, karena alasan itulah sehingga orang Bugis menganggap suku
Tolaki lebih rendah derajanya dan membatasi diri dalam bentuk ikatan yang sakral
" Kebanyakan yang saya dengar dari orang tua dulu katanya suku Tolaki
suku yang paling rendah derajatnya dibandingkan dengan kita orang bugis
karena katanya dulu suku Tolaki kebanyakan menjadi budak dan
pengembala kerbau, kemudian suku Tolaki perinsipnya ketika habis
memanen merka hanya tinggal di rumah dan tidak bekerja lagi selama
hasil panennya belum habis dan nanti ketika hasil panennya benar-benar
habis baru lagi bekerja makanya kita orang-orang Bugis menganggap suku
Tolaki tidak sederajat denagan kita karena kita ini ketirunan arrungki dan
juga katanya orang tua dulu kita tidak seseku dengan suku Tolaki"
(Wawancara 26 September 2016).
umumnya masyarakat Bugis menganggap bahwa dulu suku Tolaki hanya budak
76
Tolaki tidak sedejat dengan orang Bugis kerena meraka berbedah suku atau tidak
" Kebanyakan yang saya dengar dari orang-orang tua bahwa kita orang
Bugis keturuna arrungki dan matanre sirinna atau tinggi rasa malunya
sehingga menganggap suku Tolaki lebih dibawah derajatnya karena
katanya dulu suku Tolaki rata-rata menjadi budak dan pengembala serta
boros sehingga biar bagi mana caranya mencari nafkah tetapji begitu-
begitu kehidupannya tapi itu dulu karena sekarang banyakmi juga suku
Tolaki yang meningkat bahkan adami yang menjadi pejabat tetapi sampai
sekarang masih ada sebagian orang Bugis masih memandang rendah suku
Tolaki karena perkataan orang tua terdahulu" (Wawancara 28 September
2016).
anggapan negatif terhadap suku Tolaki berawal dari mendengar kata-kata dari
orang tua terdahulu yang mengatakan bahwa suku Tolaki tidak sederajat dengan
orang Bugis karena mereka menganggap bahwa dulunya hampir semua suku
berkembang hingga sekarang tapi saat ini suku Tolaki sudah mengalami
peningkatan karena sudah banyak yang menjadi seorang pejabat dan lain
sebagainya namun masih ada sebagian suku Bugis yang masih mempertahankan
" Menurut pemahan saya yang saya dengar dari orang tua dulu bahwa
dulunya suku Tolaki dijadikan budak dan pengembala kerbau bahkan
kehidupannya sangat miskin dan mereka mempunyai prinsip jika selesai
memanen hasil kebunnya mereka hanya tinggal di rumah dan tidak bekerja
selama persediaan makanannya masih ada dan mereka baru bekerja jika
persediaan makanannya benar habis, dan katanya juga suku Tolaki itu
77
boros dan tidak tau menabung karena mereka memikirkan untuk masa
depan " (Wawancara 28 September 2016).
kesamaan pendapat atau argumen dapat di ketahui bahwa suku Bugis menganggap
suku Tolaki paling rendah derajatnya karena dulunya sebagian besar suku Tolaki
menjadi budak, pengembala dan miskin sehingga orang Bugis beranggapan tidak
sederajat dengan suku Tolaki dan juga suku Tolaki mempunyai prinsip ketika
habis panen mereka hanya tinggal di rumah bersantai-bersantai dan tidak bekerja
selama persediaan makanan masih cukup banyak dan ketika persediaan makanan
benar-benar sudah habis barulah mereka kembali bekerja berbeda dengan orang
Bugis yang berprinsip biarpun persediaan makanan masih cukup banyak mereka
tetap bekerja sehingga dengan alasan itu orang Bugis menganggap tidak sesuku
BAB VI
TOLAKI
A. Deskripsi Permasalahan
masyarakat Bugis tidak mau menikah dengan suku Tolaki kerena pada umumnya
masyarakat Bugis sangat anti tidak mau menikah dengan suku Tolaki masyarakat
Bugis beranggapan atau berasumsi bahwa suku Tolaki adalah suku yang memiliki
derajat paling rendah dari pada suku-suku yang lain sehingga dari dulu hingga
suku Tolaki, dalam bentuk ikatan sakral salah satu contoh suku Bugis tidak mau
atau berasumsi bahwa apabila suku Bugis menikah dengan suku Tolaki meraka
akan bernasib sial bahkan rejekinya kurang baik, tetapi uniknya suku Toalaki
mersepon baik dan mau menikah dengan orang Bugis bahkan jika suku Tolaki
namun disisi lain kesenjangan sosial antara suku Bugis dengan suku Tolaki
berimbas ke anak-anak, dan remaja karena mereka telah mencap bahwa suku
Tolaki mempunyai budaya yang kurang baik, miskin, pergaulan bebas, dan paling
lain sebagai berikut: (1). “Inae Merou, Nggoieto Ano Dadio Toono Merou
78
79
Ihanuno” Artinya : Barang siapa yang bersikap sopan kepada orang lain, maka
pasti orang lain akan banyak sopan kepadanya. (2). “Inae Ko Sara Nggoie
Pinesara, Mano Inae Lia Sara Nggoie Pinekasara”Artinya: Barang siapa yang
patuh pada hukum adat maka ia pasti dilindungi dan dibela oleh hukum, namun
barang siapa yang tidak patuh kepada hukum adat maka ia akan dikenakan sanksi
siapa yang baik budi pekertinya dia yang akan mendapatkan kebaikan. (d).
permasalahan sosial dan pemerintahan baik itu berupa upacara adat, pesta
warga negara, selalu bersatu, bekerjasama, saling tolong menolong dan bantu-
membantu. (e). Budaya “taa ehe tinua-tuay” (Budaya Bangga terhadap martabat
dan jati diri sebagai orang tolaki), budaya ini sebenarnya masuk kedalam “budaya
kohanu” (budaya malu) namun ada perbedaan mendasar karena pada budaya ini
tersirat sifat mandiri, kebanggaan, percaya diri dan rendah hati sebagai orang
tolaki.
Dewasa ini tak heran jika masih ada sebagian yang berfikir dua kali untuk
menikah denagan suku Tolaki kareana sebagian orang Bugis menganggap jika
orang Bugis menikah suku Tolaki maka rejeki orang Bugis kurang baik bahkan
bernasib sial dan akan hidup melarat, dari itu ada istilah dari kalangan anak muda
80
bersuku Bugis yaitu " jika ingin mencari pacar, carilah orang Tolaki tapi kalau
ingin mencari calon istri carilah selain suku Tolaki." terkit mengenai masalah
tersebut diperkut dengan adanya teori labelling yang di kemukakan oleh Edwin
M.
(1912:12) ini menjadi tokoh yang terkenal lewat sumbangsihnya dalam teori
tekanan psikis dari dalam. (b). Situational deviation, sebagai hasil stres atau
adalah penyimpangan yang disebabkan oleh pemberian cap atau label dari
81
pemberian label terhadap suatu jenis objek tertentu. Labelling adalah sebuah
definisi yang ketika diberikan pada seseorang akan menjadi identitas diri orang
tersebut, dan menjelaskan orang dengan tipe bagaimanakah dia. Teori Labelling
mengatakan bahwa terkadang proses labelling itu berlebihan karena sang korban
salah interpretasi itu bahkan tidak dapat melawan dampaknya terhadap dirinya.
Pendapat atau argumen setiap manusia sudah jelas tidaklah sama sesuai
dengan pemikiran para individu itu sendiri, seperti yang diungkapkan oleh
yang berujdul asumsi masyarakat Bugis terhadap ideologi suku Tolaki di Kolaka
Utara. rumusan masalah kedua berikut ini pandapat dari beberapa informan
tentang:
82
Manusia sebagai makhluk sosial yang mempunyai akal dan pikiran sangat
perlu memahami apa itu menikah atau pernikahan setelah memahami tentang arti
dari kata menikahi. Ini dikarenakan karena manusia adalah makhluk sosial dengan
individu yang berbeda serta beragam sehingga perlu dibentuk adanya suatu
keluarga dan menjalim hubungan yang sakral. seperti yang di katakan Albert
merupakan produk dari proses sosialisasi yang kurang sempurna atau gagal.
belajar perilaku menyimpang dengan mengamati dan meniru orang lain yang
agresif umumnya berasal dari keluarga yang orang tuanya terlalu keras dan
menyimpang dihasilkan oleh proses sosialisasi yang sama dengan perilaku itu.
83
Sementara itu, menurut Mark S. Gaylord dan john F. Galliher serta Edwin
memiliki ikatan sosial dengan orang lain yang memiliki perilaku menyimpang,
Kaum muda pada umumnya sangat terbuka terhadap norma, perilaku, dan
teman dekat merupakan sarana yang paling baik untuk memprediksi apakah
perilaku seorang anak muda sesuai dengan norma yang berlaku ataukah perilaku
menyimpang.
Albert Bandura dan Richard H. Walters bahwa kecendurunga seorang anak atau
suatu fakta yang dilihatnya entah itu perbuatan yang bersifat menyimpang akan
terus terekam dalam memorinya sehingga akan terbawa dalam jangka waktu yang
lama. Pengertian menikah secara umum yaitu suatu ikatan antara dua keluarga
yang menjalin sebuah ikatan keluarga secara sah dan sakral melaui berbagai
pensyaratan yang telah disepakati atau yang seuai dengan undang-undang atau
sesuai dengan hukum yang berlaku. Hal ini sesuai dengan wawancara dengan
" Riolo Ogie denaelo siala sibawa Tolakie nasaba dena sisuku makomiro
magai Ogie dena melo pasialai anana sibawa Tolakie, yaro makedae
makurang dalle apanna engkka manengje dallenna taue apa lagi
matanre laddetu elona Tolakie okko Ogie, idi tomma Ogie masali-sali
okko Tolakie"
Artinya:
" Dulu orang Bugis tidak mau menikah denga suku Tolaki karena
katanya tidak sesuku, begitulah orang Bugis tidak mau menikahkan
anaknya dengan suku Tolaki, yang mengatakan katanya suku Tolaki
kurang bagus rejekinya karena sebenarnya ada semuaje rejekinya orang
apalagi sebenarnya suku Tolaki sangat tinggi maunya kepada orang
Bugis cuman kitaji orang Bugis yang selalu membatasi diri dalam bentuk
pernikahan" (Wawancara 18 September 2016).
Dari hasil wawancara diatas dapat diketahui bahwa dulu orang Bugis tidak
mau menikah dengan suku Tolaki karena orang Bugis menganggap tidak sesuku
denagan suku Tolaki padahal sebenarnya suku Tolaki sangat tinggi kemaunnya
menjalin ikatan pernikahan dengan orang Bugis cuman orang Bugis yang selalu
" Akko ipikkiriki dememeng wedding siala Ogie sibawa Tolakie teapi
temma kua na siala Ogie na Tolakie apanna yatu Tolakie macuccu
masuna maui maga batemu masappa tette moi makotu degaga
peningkatan, tanra denawedding siala naengka bicara makkoro contona
sajitta H.Bada engka kapolona siala Tolakie dettu gaga peningkatanna
tette tommi makkasiasi.Riolo yatu Tolakie maega mancaji ata, pakampi
tedong istilana alena Tolakie iyyapa nasappa reko cappu tongengpi
nappasi massapa silaingeng idi Ogie mauni engka mopa tettemoki
massapa. Sebenarna Tolakie arung meto cuma marenda laddei darah
arrungna di dandingkang dara arrungna Ogie. Rekko sialai Ogie sibawa
Tolakie makurang makessing dallena, jadi makuannaro idi Ogie denaelo
siala Tolakie"
Artinya:
" Kalo dipikir memang kita orang Bugis tidak bisa menikah dengan suku
Tolaki kecuali dalam keadaan terpaksa karena suku Tolaki boros biarpun
bagi mana caranya dia berusaha tetap saja begitu-begitu saja tidak ada
peningkatan tetap saja moskin. Contohnya keluarga kita H. Bada yang
keponakannya menikah dengan suku Tolaki kehidupannya melarat. Dulu
suku Tolaki sebagian besar menjadi budak, pengembala kerbau dan
85
Dari hasil wawancara diatas dapat diketahui bahwa orang Bugis tidak
dibolehkan menikah dengan suku Tolaki kecuali dalam keadaan terpaksa karena
orang Bugis menganggap suku Tolaki boros biarpun bagi mana caranya berusaha
tetap saja begitu-begitu saja tidak ada peningkatan karena melihat salah satu
dengan anggota keluarga yang lainnya yang menikah sesama orang Bugis
hanya saja darah bangsahwannya lebih rendah dibandingkan dengan orang Bugis
kemudian orang Bugis menganggapa jika orang Bugis menikah dengan suku
Tolaki rejekinya kurang baik dan bernsib sial sehingga sebagian besar orang
Bugis tidak mau menikahkan anaknya dengan suku Tolaki. Selanjutnya H. Awi
menyatakan:
" Riolo maega Ogi dennamelo siala Tolaki nasaba masipa padai laona
manu-manue masunna rekko purani massampe moro tuttuni kobolae
iyyapa nassapa rekko cappu tongengpi agagangganna apa tapi riolomi
makkoro makukue denna apanna meningkanni Tolakie apanna engkan
sesa Ogie siala Tolakie jadi yamiro sabanna riolo denna maelo siala
Ogie sibawa Tolaki nasaba prinsinna Tolakie iyyapa nassapa rekko
cappu tonengpi agagangnna silaingeng idi Ogie"
Artinya:
" Dulu banyak orang Bugis tidak mau menikah dengan suku Tolaki sebab
suku Tolaki berprinsip ibarat seperti burung-burung yakni ketika habis
paenen mereka hanya tinggal di rumah saja dan tidak lagi bekerja selagi
86
Dari argumen yang di lontarkan oleh bapak H.Alwi dapat diketahui bahwa
dulu orang Bugis tidak mau menikah denagan suku Tolaki karena suku Tolaki
berprinsip ibarat seperti burung-burung yakni ketika habis panen mereka hanya
tianggal di rumah dan tidak lagi bekerja selagi masih banyak persediaan makanan
dan tika persediaan sudah benar-benar habis barulah kembali bekerja berbedah
dengan orang Bugis walaupun persediaan makanan masih banyak tetap bekerja,
jadi sebab prinsip itulah sehingga dulu orang Bugis tidak mau menikah dengan
suku Tolaki tapi sekarang suku Tolaki sudah menagalami peningkatan dan
sebagian orang Bugis sudah mulai menikah dengan suku Tolaki. Kemudian bapak
Bustam menyatakan:
" Menurut cerita orang dulu kenapa orang Bugis tidak mau menikah
dengan suku Tolaki karena orang Bugis menganggap tidak sesuku dengan
suku Tolaki dan menganggap suku Tolaki lebih rendah derajatnya tapi itu
dulu karena suku Tolaki sudah menagalami peningkatan tapi masih ada
juga sebagian yang orang Bugis yang tidak mau menikah dengan suku
Tolaki tapi sebagian juga udah ada yang menikah denagan suku Tolaki
karena pada dasarnya suku Tolaki sangat tinggi kemaunnya untuk menikah
dengan suku Bugis" (Wawancara 20 September 2016).
Dari hasil wawancara diatas dapat diketahui bahwa menurut cerita orang-
orang terdahulu orang Bugis tidak mau menikah dengan suku Tolaki karena orang
Bugis menganggap tidak sesuku dengan suku Tolaki sehingga orang Bugis
87
menganggap suku Tolaki paling rendah derajatnya tapi sekarang suku Tolaki
sudah mengalami peningkatan namun masih ada sebagian orang Bugis yang
masih belum mau menikah denagn suku Tolaki tetapi sebagian juga sudah ada
orang Bugis yang menikah dengan suku Tolaki karena pada dasarnya suku Tolaki
sangat besar kemaunnya untuk menikah dengan orang Bugis. Selanjutnya ibu
Nurgama menyatakan:
" Menurut orang tua dulu itu orang Tolaki bisa dipersuamikan tapi tidak
boleh diperistri karena peruan suku Tolaki nda tau menyimpang uang dan
boros, yang saya dengar begitu nda tau benar atau tidak tapi yang saya
lihat selama ini bagusji juga penghidupanya dan memang katanya sesama
sukunya natemani menikah bagusji ekonominya tapi kalau suku Bugis
menikah dengan suku Tolaki pasti kehidupanya baik atau jauh dari
kesejateraan begitunyami kenapa orang bugis tidak mau menikah dengan
suku Tolaki nabilang orang-orang dulu katannya begitu menurut
pemahamnnya. kenapa kita Orang bugis tidak mau menikah dengan suku
Tolaki karena karena katanya suku Tolaki boros bedah dengan suku Bugis
perhitungan tentang ekonomi jadi kalau dapatmi orang Tolaki nda bisami
katanya. Padahal sebenarnya suku Tolaki sangat senang jika menikah
dengan orang Bugis, kalau berbicara keturunan suku Tolaki juga ada
keturunan bansahwannya yaitu anakia dan memang kita orang bugis tidak
bisa menikahi suku Tolaki , coba perhatiakan orang Bugis yang menikah
dengan suku Tolaki pasti kehidupan ekonominya jauh dari kesejateraan
karena pernah saya telusuri katanya suku Tolaki itu suku yang dikutuk dan
kalau orang tua dulu yang kutukki nyata itu dan terbukti kutukanya
kemudian prisipnya mereka nanti berusaha cari uang jika uangnya benar-
benar habis bedah kita orang Bugis sebelum habis berusahamq mencari
kalu perlu ada simpanan untuk masa depan" (Wawancara 21 September
2016).
Dari hasi wawancara diatas dapat diketahui bahwa Menurut orang tua dulu
itu orang Tolaki bisa dipersuamikan tapi tidak boleh diperistri karena perempuan
suku Tolaki tidak tahu menyimpang uang dan boros, dia mendengar begitu tapi
belum pasti benar atau tidak tapi yang dan dia melihat selama ini penghidupanya
cukup bagus dan memang katanya ketika sesama suku Tolaki menikah
88
penghidupan ekonominya cukup bagus tetapi jikalau suku Bugis menikah dengan
suku Tolaki pasti kehidupanya kurang baik atau jauh dari kesejateraan oleh sebab
itu kenapa orang bugis tidak mau menikah dengan suku Tolaki karena mendengar
perkataan orang tua terdahulu, orang Bugis tidak mau menikah dengan suku
Tolaki karena menganggap suku Tolaki boros bedah dengan suku Bugis
yaitu anakia dan memang kita orang bugis tidak bisa menikahi suku Tolaki , coba
perhatiakan orang Bugis yang menikah dengan suku Tolaki pasti kehidupan
ekonominya jauh dari kesejateraan dan orang Bugis juga beranggapan bahwa suku
Tolaki adalah suku yang dikutuk sehingga sebagian besar orang Bugis membatasi
diri dalam bentuk hubnungan ikatan pernikahan, padahal sebenarnya sangat besar
keinginan suku Tolaki untuk menikah dengan suku Bugis. Prisip suku Tolaki
berusaha cari uang jika uangnya benar-benar habis bedah dengan orang Bugis
sebelum habis berusahamq mencari kalu perlu ada simpanan untuk masa depan.
" Dulu kenapa orang Bugis tidak mau menikah dengan suku Tolaki karena
dulu suku Tolaki kebanyakan menjadi babu atau budak orang Bugis dan
pengembala kerbau karena dulu suku Tolaki misakin bedah dengan orang
Bugis luas tanahnya dan banyak hartanya tapi sekarang tidak seperti itumi
sebab banyak suku Tolaki meningkat penghidupannya dan juga suku
Tolaki berprinsip ketika habis paenen mereka hanya tinggal di rumah dan
tidak bekerja selama persediaan makanannya masih banyak berdah
dengan orang Bugis bekerja walaupun persdiaan makanan masih banyak
justru makin banyak makin ditambah jadi karena itu orang bugis tidak mau
menikah dengan suku Tolaki sebab suku Tolaki hanya budak dan orang
Bugis pantang untuk menikah dengan budak tapi sekarang tidak begitu lagi
karena suku Tolaki sudah meningkat bahkan sudah ada sebagian orang
Bugis menikah dengan suku Tolaki karena sebenarnya suku Tolaki sangat
89
senang jika menikah dengan orang Bugis hanya kitaji sebagian orang
Bugis yang membatsi diri untuk menikah dengan suku Tolaki. contohnya
dikampung ini sudah banyak suku Tolaki yang menikah dengan orang
Bugis" (Wawancara 21 September 2016).
Dari hasil wawancara diatas dapat diketahui bahwa dulu sebagian besar
orang Bugis tidak mau menikah sebab orang Bugis menganggap bahwa suku
Tolaki hanya budak dari orang Bugis dan pengembala kerbau dan juga suku
Tolaki miskin berbedah dengan orang Bugis yang mempunyai tanah yang luas
dan harta yang banyak sehingga orang bugis pantang mau menikah dengan
seorang budak, kemudian alasan lain kenapa orang Bugis tidak mau menikah
dengan suku Tolaki sebab suku Tolaki mempunya prinsip ketika habis paenen
merekah hanya tinggal di rumah dan tidak bekerja ketika persediaan makanan
masih banyak dan bekerja jika persediaan benar-benar sudah habis berbedah
dengan orang Bugis yang terus bejkerja walaupaun persediaan makanan masih
cukup banyak. Tetapi suku Tolaki sudah mulai mengalami banyak perkembangan
dan sekarang sebagian orang bugis sudah ada yang menikah dengan suku Tolaki
karena pada dasarnya suku Tolaki sangat besar kemauannya untuk menikah
denagan orang Bugis hanya saja sebagian orang Bugis membatasi diri dengan
" Memang kita orang Bugis diatas derajatnya dibandingkan suku Tolaki
karena kita orang Bugis keturunan bangsahwan tapi sebenarnya suku
Tolaki juga keturnan Bansahwan tetapi masih lebih tinggi darah
bangsahwannya kita orang bugis dibandingkan suku Tolaki sebab dulu
banyak suku Tolaki yang mejadi budak, miskin dan pengembala kerbau,
beda kita orang bugis banyak tanahnya dan banyak hartanya. Makanya
pamali sekali kita orang Bugis menikah dengan suku Tolaki, jadi jika kita
bicara tentang keturunan bangsahwan paling dibawah tingkat keturunan
bangsahwannya suku Tolaki dibandingkan kita orang Bugis. Jadi begitulah
alsannyalebih tinggi derajatnya orang Bugis di banding suku Tolaki"
(Wawancara 22 September 2016).
90
Dari hasil wawancara diatas dapat di ketahui bahwa sebagian besar orang
Bugis pamali atau sangat tidak boleh menikah denagan suku Tolaki sebab
menganggap dirinya keturunan bangsahwan yang mempunyai tanah yang luas dan
mempunyai harta yang banyak dan menggap suku Tolaki tidak sedejat dengan
orang Bugis sebab dulu sebagian besar suku Tolaki banyak menjadi budak, miskin
Tolaki lebih rendah karena orang Bugis menganggap darah bangsahwannya lebih
" Setahu saya kenapa orang-orang Bugis tidak mau menikah dengan suku
Tolaki sebab menganggap suku Tolaki lebih rendah derajatnya atau starata
sosialnya karena orang Bugis menganggap suku Tolaki tidak sesuku
dengannya dan juga menganggap suku Tolaki mempunyai prinsip kerja
yang hanya bekerja ketika uangnya benar-benar habis, juga hidup poya-
poya, dan selalu sial, kemudian yang saya dengar dari orang-orang tua
katanya suku Tolaki dulunya budak, miskin, pengembala kerbau sehingga
orang Bugis membatasi diri dalam benntuk ikatan sakral seprti ikatan
pernihan.
Kemudian katanya suku Tolaki kurang budaya pamalinya dan
budaya malunya makanya mereka anak-anaknya dibebaskan bergaul baik
itu laki-laki maupun permpuan kerena mereka memang tidak membatasi
anak-anaknya berbedah orang Bugis yang mempunya budaya malu yang
tinggi dan banyak pamali sehingga anak-anaknya di batasi pergaulannya
terutama anak perempuannya, misayalnya kita orang Bugis melarang anak
permpuannya keluar malam besama anak laki-laki berbedah dengan suku
Tolaki membaskan anak perempuanya keluar malam besama laki-laki"
(Wawancara 26 September 2016).
Dari hasil wawancara dengan Ismail argumentasi dari Ismail bahwa orang
Bugis tidak mau menikah karena menganggap suku Tolaki tidak sesuku
denganya dan menganggap suku Tolaki mempunyai prinsip kerja yaitu bekerja
91
ketika uangnya benar-benar sudah habis kemudian katanya dulu suku Tolaki
sebagian besar menjadi budak, miskin, pengembala sapi selau bernasib sial,
kemudian katanya suku Tolaki kurang budaya pamalinya dan budaya malunya.
pergaulan yang bebas sehingga anak- anak mereka tidak diberi batasan dalam
bergaul baik itu anak laki-laki maupun anak perempuannya misalnya anak
Bugis yang tidak membolehkan anak perempuan keluar malam apa lagi bersama
dengan laki-laki, karena alasan itulah sehingga orang Bugis menganggap suku
Tolaki lebih rendah derajanya dan membatasi diri dalam bentuk ikatan yang sakral
" Menurut pemahaman saya itu suku Tolaki bagus karena rata-rata islam
semua, mengenai sebab kenapa orang Bugis tidak mau menikah denngan
suku Tolaki saya kurang tau kenapa, mungkin kaena orang Bugis
menganggap tidak sesuku dengan suku Tolaki. Dulu suku Tolaki disebut
mingkoka baru sekaang ini di sebut Tolaki. Setau saya suku Tolaki itu
bagus karena kalo dilihat dari kebudayaannya bagus juga adatnya karna
kalau di pikir semua suku ada baik dan jeleknya begitupun kita orang
bugis ada baik dan jeleknya” (Wawancara 15 September 2016).
Dari hasil wawancara diatas dapat di ketahui bahwa orang Bugis tidak
mau menikah dengan suku Tolaki karena menganggap bahwa suku Tolaki tidak
sesuku dengannya padahal pada dasarnya suku Tolaki bagus karna rata-rata
beragama islam serta kebudayaan dan adatnya bagus. Dulu suku Tolaki disebut
dengan sebutan mingkoka bau sekang ini disebut suku Tolaki. Dan kalau dipikir
92
semua suku ada baik dan jeleknya begitupun kita orang Bugis ada baik dan
" Kebanyakan yang saya dengar dari orang tua dulu katanya orang Bugis
tidak mau menikah dengan suku Tolaki sebab suku Tolaki suku yang
paling rendah derajatnya dibandingkan dengan kita orang bugis karena
katanya dulu suku Tolaki kebanyakan menjadi budak dan pengembala
kerbau, kemudian suku Tolaki perinsipnya ketika habis memanen merka
hanya tinggal di rumah dan tidak bekerja lagi selama hasil panennya
belum habis dan nanti ketika hasil panennya benar-benar habis baru lagi
bekerja makanya kita orang-orang Bugis menganggap suku Tolaki tidak
sederajat denagan kita karena kita ini ketirunan arrungki dan juga katanya
orang tua dulu kita tidak seseku dengan suku Tolaki" (Wawancara 26
September 2016).
umumnya masyarakat Bugis menganggap bahwa dulu suku Tolaki hanya budak
dan pengembala kerbau serta suku Tolaki mempunya prinsip ketika habis
memanen merka hanya tinggal di rumah dan tidak bekerja lagi selama hasil
panennya belum habis dan nanti ketika hasil panennya benar-benar habis baru lagi
dengan orang Bugis kerena berbedah suku atau tidak serumpung, sehingga orang
Bugis membatasi diri dalam bentuk ikatan yang sakral salah satunya orang tidak
mau menikah dengan suku Tolaki anggapan ini dirperkuat karena katanya
menyatakan:
" Kebanyakan yang saya dengar dari orang-orang tua bahwa kita orang
Bugis keturunan arrungki dan matanre sirinna atau tinggi rasa malunya
sehingga menganggap suku Tolaki lebih dibawah derajatnya karena
katanya dulu suku Tolaki rata-rata menjadi budak dan pengembala serta
93
boros sehingga biar bagi mana caranya mencari nafkah tetapji begitu-
begitu kehidupannya dan jika orang Bugis menikah dengan suku Tolaki
rejekinya kurang baik dan bernasip sial makanya orang tua dulu tidak mau
menikahkan anaknya dengan suku Tolaki tapi sekarang adami orang Bugis
sebagian yang menikah dengan suku Tolaki karena sekarang banyakmi
juga suku Tolaki yang meningkat bahkan adami yang menjadi pejabat
tetapi sampai sekarang masih ada sebagian orang Bugis masih memandang
rendah suku Tolaki" (Wawancara 28 September 2016).
Dari hasil wawancara diatas dapat diketahui bahwa orang Bugis tidak mau
menikah dengan suku Tolaki karena mendengar kata-kata dari orang tua terdahulu
yang mengatakan bahwa suku Tolaki karena jika menikah dengan suku Tolaki
rejekinya kurang baik dan bernasip sial kemudian katnya suku Tolaki tidak
sederajat dengan orang Bugis karena mereka menganggap bahwa dulunya hampir
semua suku Tolaki hanya budak dan pengembala kerbau sehingga anggapan-
anggapan itu berkembang hingga sekarang tapi saat ini suku Tolaki sudah
mengalami peningkatan karena sudah banyak yang menjadi seorang pejabat dan
lain sebagainya namun masih ada sebagian suku Bugis yang masih tidak mau
menikah dengan suku Tolaki namun sebagian juga orang Bugis sudah ada yang
" Menurut pemahan saya yang saya dengar dari orang tua dulu bahwa kita
orang Bugis tidak mau bahkan tidak dibolehka menikah dengan suku
Tolaki karena dulunya suku Tolaki dijadikan budak dan pengembala
kerbau bahkan kehidupannya sangat miskin dan mereka mempunyai
prinsip jika selesai memanen hasil kebunnya mereka hanya tinggal di
rumah dan tidak bekerja selama persediaan makanannya masih ada dan
mereka baru bekerja jika persediaan makanannya benar habis, dan katanya
juga suku Tolaki itu boros dan tidak tau menabung karena mereka
memikirkan untuk masa depan makanya itu kita orang Bugis jarang ada
yang mau menikah dengan suku Tolaki.
Yang paling sering saya dengar dari orang tua dulu bahwa katanya
jika orang Bugis menikah dengan suku Tolaki rejekinya kurang baik dan
94
Dari hasil wawancara diatas dapat di ketahui bahwa orang Bugis tidak mau
menikah dengan suku Tolaki karena menganggap bahwa suku Tolaki dulunya
seorang budak, pengembala kerbau, boros dan miskin kemudian suku Tolaki
berprinsip jika sehabis memanen hasil kebunnya mereka hanya tinggal di rumah
dan tidak bekerja ketika persediaannya masih tetap ada dan jika persediaan sudah
benar-benar habis barulah mereka kembali bekerja, orang Bugis juga beranggapan
jika menikah dengan suku Tolaki rejekinya kurang baik bahkan penghidupan
ekonominya jauh dari kesejateraan, itu dulu karena sekarang ini suku Tolaki
beberapa orang yang mempunyai pendapat atau argumen yang sama yakni
pendapat bapak Baharuddin , Kardi, Ambo dalle, Bustam, dan ibu Hj. Banong,
" Kata orang tua terdahulu bahwa kita orang Bugis menganggap suku
Tolaki paling rendah derajatnya kerena dulunya suku Tolaki sebagian
besar menjadi budak, miskin dan pengembala sehingga kita orang Bugis
menganggap tidak sederajat dengan suku Tolaki, dan katanya jika orang
Bugis menikah dengan suku Tolaki rejekinya kurang baik dan benasip sial
kemudian juga suku Tolaki mempunya preinsip ketika habis panen mereka
hanya tinggal di rumah bersantai-santai dan tidak bekerja lagi selagi
persediaan makanan masih banyak berbedah denagan kita orang Bugis
biarpun persediaan masih cukup banyak kita tetap bekerja sehingga dari
situlah orang Bugis mengaggap tidak sesuku dengan suku Tolaki"
kesamaan pendapat atau argumen dapat di ketahui bahwa suku Bugis menganggap
95
suku Tolaki paling rendah derajatnya karena dulunya sebagian besar suku Tolaki
menjadi budak, pengembala dan miskin sehingga orang Bugis beranggapan tidak
sederajat dengan suku Tolaki dan katanya jika orang Bugis menikah dengan suku
Tolaki rejekinya kurang baik dan benasip sial kemudian juga suku Tolaki
mempunyai prinsip ketika habis panen mereka hanya tinggal di rumah bersantai-
bersantai dan tidak bekerja selama persediaan makanan masih cukup banyak dan
bekerja berbeda dengan orang Bugis yang berprinsip biarpun persediaan makanan
masih cukup banyak mereka tetap bekerja sehingga dengan alasan itu orang Bugis
menganggap tidak sesuku dengan suku Tolaki dan sebenarnya suku Tolaki sangat
respon baik bahkan senang jika menikah dengan orang Bugis hanya saja orang
Bugis yang selalu membatasi diri dalam dengan suku Tolaki dalam bentuk
pernikahan.
96
BAB VII
keterkaitan teori-teori dengan permasalahan yang diangkat dalam judul " Asumsi
A. Asumsi
Asumsi adalah dugaan yang diterima sebagai dasar pemikiran atau landasan
akan ditafsirkan berbeda oleh individu yang satu dengan yang lain. Dengan
didengar, atau dirasakan oleh indranya dalam bentuk sikap, pendapat, dan tingkah
laku atau disebut sebagai perilaku individu. Menurut Slameto (2010:102) Asumsi
adalah proses yang menyangkut masuknya pesan atau informasi kedalam otak
lingkungannya.
Adapun pengertian asumsi menurut para ahli sebagai berikut: (1). Menurut
Bimo Walgito Asumsi adalah suatu proses yang didahului oleh penginderaan
98
97
melalui alat indera atau juga disebut proses sensoris. (2). Menurut Slameto
inderanya, yaitu Indera pengelihat, pendengar, peraba, perasa, dan pencium. (3).
kesan yang diperoleh oleh individu melalui panca indera kemudian di analisa
beberapa hal melalui pengindraan. (5). Dalam kamus besar psikologi, asumsi
Dari uraian diatas dapat dikaitkan dengan teori labelling, teori ini
kepadanya. Maksudnya adalah pemberian julukan atau cap yang biasanya negatif
(1912:12) ini menjadi tokoh yang terkenal lewat sumbangsihnya dalam teori
tekanan psikis dari dalam. (b). Situational deviation, sebagai hasil stres atau
adalah penyimpangan yang disebabkan oleh pemberian cap atau label dari
pemberian label terhadap suatu jenis objek tertentu. Labelling adalah sebuah
definisi yang ketika diberikan pada seseorang akan menjadi identitas diri orang
tersebut, dan menjelaskan orang dengan tipe bagaimanakah dia. Teori Labelling
mengatakan bahwa terkadang proses labelling itu berlebihan karena sang korban
salah interpretasi itu bahkan tidak dapat melawan dampaknya terhadap dirinya.
lemert, labeling adalah pemberian cap negatif atau asumsi-asumsi tentang orang-
99
B. Masyarakat
berarti "masyarakat", lalu kata society berasal dari bahasa latin yaitu "societas"
yang berarti "kawan". Sedangkan masyarakat yang berasal dari bahasa arab
masyarakat dalam arti luas dan pengertian masyarakat dalam arti sempit. (1).
yang dibatasi oleh golongan, bangsa, teritorial, dan lain sebagainya. Pengertian
satu sama lain, misalnya dengan melakukan kerja sama guna memenuhi
ciri-ciri masyarakat sebagai berikut: (a). Masyarakat adalah manusia yang hidup
stratifikasi sosial.
dalam suatu wilaya tertentu yang melakukan sebuah hubungan sosial dan
teori komunikasi antar budaya. Kata ‘budaya’ berasal dari bahasa sansakerta
buddhaya yang merupakan bentuk jamak antara buddhi yang berarti ‘budi’ atau
‘akal’. Kebudayaan itu sendiri diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan budi atau
akal. Istilah ‘culture’ berasal dari ‘colere, yang artinya adalah mengolah atau
tanah atau bertani. Kata ‘colero’, kemudian menjadi culture, diartikan sebagai
segala daya dan kegiatan manusia untuk mengolah dan mengubah alam
(Soerkanto, 1996: 188). Komunikasi antar budaya memiliki tema pokok yang
budaya maka akan berbeda pula perilaku komunikasinya dan makna yang
dimilikinya.
bahwa kebudayaan mencakupi semua yang didapatkan dan dipelajari dari pola-
pola perilaku normatif artinya mencangkup segala cara atau pola pikir , merasakan
dan bertindak (dalam Soekanto, 1996: 189). Definisi yang paling sederhana dari
komunikasi antara dua orang atau lebih yang berbeda latar belakang kebudayaan,
dalam beberapa definisi komunikasi antar budaya yang paling sederana, yakni
komunikasi antar peribadi yang dilakukan oleh mereka yang berbeda latar
belakang kebudayaan.
mencapai tujuan tertentu sesuai dengan norma norma sosial yang berlaku dalam
masyarakat itu. Penyebaran tingka laku yang menyimpang itu ditentukan oleh
bagaimana upaya yang dianggap syah dalam mencapai tujuan tertentu, tingkat
102
penerimaan tujuan, dan upaya berbagai lapisan dalam masyarakat. Anomi secara
umum dapat diartikan sebagai suatu keadaan sosial dalam keterikatan pada aturan
sosial dimana terdapat beberapa ketidakserasian antara nilai nilai yang di akui
secara budaya dan cara cara yang diakui untuk pencapaian nilai-nilai ini.nomi
terjadi dimana penekanan yang berlebihan di letakkan pada suatu pilihan dengan
akan menyebabkan orang mengambil dengan cara apaun baik sah maupun tidak.
Penekanan ini pada pencapaian tujuan tujuan ekonomi, misalnya mungkin akan
mungkin akan digunakan cara cara yang kurang diterimah secara budaya dari
dapat menghasilkan perilaku yang konformis (sesuai dengan norma) dan sekaligus
C. Ideologi
Ideologi merupakan istilah yang berasal dari Yunani. Terdiri dari dua kata,
idea dan logi. Idea artinya melihat (idean), dan logi berasal dari kata logos yang
berarti pengetahuan atau teori. Dengan demikian dapat diartikan bahwa ideologi
adalah hasil penemuan dalam pikiran yang berupa pengetahuan atau teori.
Ideologi dapat pula diartikan sebagai suatu kumpulan konsep bersistem yang
kelangsungan hidup.
bahwa dulu suku Tolaki hidupnya miskin dan sederhana bahkan sebagian besar
menjadi budak dan pengembala orang-orang Bugis dan juga suku Tolaki
mempunyai perinsip kerja yaitu kerja hanya untuk kebutuhan sehari dan makan
seadanya tampa memperhitungkan tuk masa depan dan suku Tolaki umumnya
sudah berlangsung sangat lama melalui proses yang sangat panjang sehingga
sampai sekarang asumsi-asumsi tersebut masih bertahan hingga saat ini, terkait
104
mengeni kasus tersebut terjadi sebuah staratifikasi sosial dan kesenjangan sosial
merupakan produk dari proses sosialisasi yang kurang sempurna atau gagal.
belajar perilaku menyimpang dengan mengamati dan meniru orang lain yang
agresif umumnya berasal dari keluarga yang orang tuanya terlalu keras dan
menyimpang dihasilkan oleh proses sosialisasi yang sama dengan perilaku itu.
Sementara itu, menurut Mark S. Gaylord dan john F. Galliher serta Edwin
memiliki ikatan sosial dengan orang lain yang memiliki perilaku menyimpang,
Kaum muda pada umumnya sangat terbuka terhadap norma, perilaku, dan
teman dekat merupakan sarana yang paling baik untuk memprediksi apakah
105
perilaku seorang anak muda sesuai dengan norma yang berlaku ataukah perilaku
menyimpang.
Albert Bandura dan Richard H. Walters bahwa kecendurunga seorang anak atau
suatu fakta yang dilihatnya entah itu perbuatan yang bersifat menyimpang akan
terus terekam dalam memorinya sehingga akan terbawa dalam jangka waktu yang
lama.
Dari urain diatas dapat diketahui bahwa hubungan sosial antara masyrakat
Bugis dan masyarakat Tolaki masih terjaga dengan baik hanya saja sebagiam
masyarakat Bugis membatasi diri dalam ikatan yang sakral seperti ikatan
pernikahan. Seperti yang terjadi antara hubungan sosial masyarakat Bugis dan
masyarakat Tolaki terus terjaga dan bahkan sebagian besar masyarakat Tolaki
pernikahan masyrakat Bugis tapi namun disisi lain masih ada sebagian masyarakat
BAB VIII
A. Simpulan
1. Masyarakat Bugis berasumsi atau menganggap bahwa suku Tolaki lebih rendah
derajatnya tetapi mereka tetap hidup berdampingan dan menjalin hubungan sosial
secara normal tampa adanya pertikaian bahkan hampir semua suku Tolaki fasih
berbahasa Bugis.
pengembala kerbau dan miskin sehingga sebagian besar orang Bugis tidak mau
menikah dengan suku Tolaki tetapi suku Tolaki merespon baik dan senang jika
4. Asumsi negatif orang Bugis terhadap ideologi suku Tolaki muncul karena
mendengar perkatan orang-orang tua dulu sehingga asumsi atau anggapan tersebut
lebih tinggi dari pada darah kebangsahwanan suku Tolaki sehingga sebagian
orang Bugis membatasi diri dalam bentuk hubungan yang sakral seperti dalam
106
107
6. Sebagian besar masyarakat Bugis tidak mau menikah dengan suku Tolaki sebab
orang Bugis berasumsi atau beranggapan bahwa suku Tolaki tidak sesuku, tidak
sederajat dengannya dan jika orang Bugis menikah dengan suku Tolaki rejekinya
kurang baik dan bernasip sial, dan juga katanya suku Tolaki mempunyai prinsip
yakni ketika selesai memanen hasil kebunnya mereka hanya tinggal dirumah dan
masih cukup banyak mereka tetap bekerja tepai sekarang suku Tolaki sudah mulai
sebagian orang bugis sudah ada yang mau menikah denga suku Tolaki namun
disisi lain masih ada sebagian orang Bugis yang masih belum mau menikah
terhadap ideologi suku Tolaki dengan alasan perbedaan suku dan derajat atau
strata sosial.
B. Saran
hendaknya kita harus saling menghargai antara satu suku dengan suku yang lain,
2. Sebagai manusia yang mempunya akal dan pikiran tentunya kita harus
menggunakan akal dan pikiran kita secara serta pola pikir yang lebih dewasa
3. Perbedaan suku atau ras bukan suatu hambatan untuk mejalankan sautu ikatan
pernikahan tetapi yang terpenting adalah seagama dan seeiman, menikah dengan
suku manapun tidak akan memperburuk rejeki ataupun nasib seseorang dan baik
buruknya rejeki ataupun nasib seseorang yaitu tergantung dari usaha dan doanya
masing-masing.
menghidarai asumsi-asumsi negatif terhadap orang lain dan berusaha untuk selalu
positif terhadap ideologi suku yang lain kareana setiap individu ataupun
masyarakat akan terus mengalami peningkat ideologi ataupun pola pikir sehingga
asumsi-asumsi dimasa lalu bukanlah patokan untuk mencap sesorang atau suatu
DAFTAR PUSTAKA
Achmad, Yusdi, 2006, Manusia sebgai Makhluk individu dan Makhluk Sosial,
makalah, Lokakarya Dosen ISBD, Dikti Depdiknas, Batam.
Abdullah, A.W .1986. Topik-topik Masalah Sosial Bahan Bacaan Mata Kuliah
Ilmu Sosial Dasar.Jakarta: Akademika presindo.
Ahmad, Amrullah, Bustanul. Arifin, 1996. Dimensi Hukum Islam System Hukum
nas mengenang 65 tahun . Jakarta: gema insanipress.
Group.
109
110
Garna, Judistira. 1996. Ilmu Sosial Budaya. Bandung: Katalog dalam Terbitan.
Kodhi dan Soejadi, 1988.Ilmu social budaya dasar. Jakarta: PT Citra Aditya .
Frondizi, Risieri, 2001. Pengatar filsafat Etika, Terjemahan Cuk Ananta Wijaya,
Yogyakarata.Pustaka Pelajar.
Kolip, Usman dan Setiadi Elly M. (2010). Pengatar Sosiologi. Jakarta: Kencana
Prenada Kencana Group.
Narwoko J. Dwi dan Bagong Suyanto. (2011). Sosiologi Teks Pengetahuan dan
Terapan.Jakarta: Kencana Prenada Media Group.