Anda di halaman 1dari 19

Prosiding Seminar Nasional SATIESP 2021

No.ISBN: 978-602-53460-8-8

Strategi Pengembangan Industri Gula Aren di Desa Nanga Menterap,


Kecamatan Sekadau Hulu, Kabupaten Sekadau

Nilam Nurhijjah1
Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Tanjungpura, Indonesia
Erni Panca Kurniasih2
Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Tanjungpura, Indonesia

ABSTRACT
This study purpose to analyze the strengths, weaknesses, opportunities, and threats of the palm
sugar industry in Nanga Menterap Village, as well to find out the right strategy in developing the
palm sugar industry. The data used are primary and secondary data. The method used in this study
is the SWOT analysis method. The sample was determined by purposive random sample. The
sample used in this study were 25 respondents who were palm sugar craftsmen in the village of
Nanga Menterap. Based on the results of the analysis of internal factors which are strengths and
weaknesses and external factors which are opportunities and threats related to the development
strategy of the palm sugar industry in Nanga Menterap Village, Sekadau Hulu District, Sekadau
Regency based on the SWOT Cartesian diagram, the results show that the palm sugar industry is
in quadrant IV position. With the WT strategy or defense strategy. The implementation of this
strategy is to optimize the handling of raw materials by increasing the amount of production,
increasing promotions so that they have a broad marketing reach.
JEL: D00, D20.
Keywords: Development Strategy, Palm sugar industry, SWOT analyis.

1. PENDAHULUAN
Dalam pengembangan ekonomi lokal dapat dicapai dari berbagai sektor, salah satu sektor
yang umum dijumpai di pedesaan adalah sektor pertanian. Industri gula aren merupakan
perwujudan dari hasil produksi sektor pertanian. Industri gula aren selama ini menjadi salah satu
sumber mata pencaharian utama bagi para petani di Desa Nanga Menterap. Keberadan agroindustri
di daerah pedesaan berperan sebagai tambahan dalam membangun perekonomian masyarakat
melalui pemanfatan sumber daya yang ada dengan menggunakan alat dan metode yang bersifat
sederhana. Agroindustri cenderung ditemukan di daerah pedesaan yang berada dekat dengan bahan
mentah yang merupakan hasil pertanian untuk kemudian menjadi bahan baku dari industri tersebut.
Agroindustri pengolahan hasil dari tanaman aren merupakan salah satu agroindustri potensial
untuk dikembangkan. Aliudin dkk. (2011) menyatakan bahwa produksi gula cetak di Kabupaten
Lebak Provinsi Banten mampu memberikan nilai tambah sebesar 74 persen. Gula aren memiliki
potensi untuk menjadi komoditas substitusi gula pasir dalam negeri selain berperan untuk menekan
ketergantungan terhadap impor gula. Produksi gula aren memiliki potensi cukup besar untuk
dikembangkan, namun potensi tersebut belum dimanfaatkan dengan maksimal. Tanaman aren di
Indonesia sudah berlangsung lama pemanfaatannya, namun untuk menjadi komoditas agroindustri
agak lama perkembangannya karena sebagian besar tanaman aren yang diusahakan merupakan
tanaman yang tumbuh secara alami atau belum dibudidayakan.

1
E-mail: nilamnurhijjah@student.untan.ac.id
75
Prosiding Seminar Nasional SATIESP 2021
No.ISBN: 978-602-53460-8-8

Desa Nanga Menterap merupakan salah satu daerah potensial dalam memproduksi olahan
aren. Namun, para petani aren di Desa Nanga Menterap belum menjadikan tanaman aren sebagai
komoditi unggulan. Tanaman aren masih diolah dengan cara tradisional dan masih mengandalkan
bibit dari pohon aren yang tumbuh secara alami di kebun. Tanaman aren yang paling umum
dikembangkan adalah air nira yang kemudian diolah menjadi produk gula aren dan memiliki
jangkauan pemasaran yang luas sehingga permintaan pasar sangat tinggi, akan tetapi hasil
produksinya masih belum mampu memenuhi permintaan pasar karena kurangnya minat
masyarakat untuk mau mengelolanya diakibatkan berbagai macam faktor. Pengembangan industri
gula aren selain dapat meningkatkan pendapatan bagi pelaku usaha, juga dapat menciptakan
lapangan pekerjaan secara otomatis bagi siapa saja dan mampu mengurangi tingkat pengangguran.
Namun masukan ilmu dan teknologi pada industri gula aren ini masih sangat minim. Strategi
pengembangan industri gula aren harus menyesuaikan dengan kekhasan dan permasalahan
masing-masing industri, strategi pengembangan akan berpengaru dalam upaya menjaga daya saing
dan kelangsungan usaha agar dapat memberikan kontribusi bagi perekonomian keluarga (Saputra,
Fitriana, & Bahar, 2012). Di setiap daerah memiliki jenis industri yang berbeda-beda, perbedaan
ini dipengaruhi adanya perbedaan karakteristik sumber daya pada masing-masing daerah.
Kabupaten Sekadau memiliki jumlah industri kecil dengan berbagai jenis kelompok industri. Data
jumlah industri kecil di Kabupaten Sekadau disajikan pada tabel 1.
Tabel 1.Kelompok Industri Kecil Kabupaten Sekadau Tahun 2020
No Kelompok Industri Jumlah Usaha Tenaga Kerja
1 Makanan 350 570
2 Minuman 44 81
3 Furnitur 97 338
4 Kimia Dan Bahan Bangunan 72 183
5 Sandang 82 133
6 Aneka Dan Kerajinan 186 215
7 Logam 86 142
8 Mesin 92 268
9 Elektronika 4 7
10 Alat Angkut 6 6
Jumlah 1019 1943
Sumber: Disprindangkop Kab. Sekadau tahun 2020

Tabel 1. menunjukkan bahwa industri yang paling banyak jumlah unit usaha dan
penyerapan tenaga kerja di Kabupaten Sekadau adalah industri makanan dengan jumlah 350 unit
usaha dengan penyerapan tenaga kerja sebanyak 570 orang. Berdasarkan data dari Dinas
Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Kabupaten Sekadau, industri makanan meliputi: Industri
olahan makanan seperti kue, roti keripik dan lain-lain. Industri kecil pembuatan gula aren termasuk
dalam industri olahan makanan. Industri gula aren di Kabupaten Sekadau di antara lain: Desa
Semabi, Desa Mungguk, Desa Nanga Menterap, dan Rawak hilir. Jumlah unit usaha industri
pembuatan gula aren yang berada di Kabupaten Sekadau dapat dilihat pada tabel 2.
Pada tabel 2 menunjukan bahwa jumlah unit usaha industri gula aren di Kabupaten
Sekadau sebanyak 45 unit usaha, Desa Nanga Menterap memiliki jumlah unit usaha industri gula
aren terbanyak yaitu sebanyak 25 unit usaha, Desa Mungguk berada di urutan kedua dengan jumlah
unit usaha yaitu sebanyak 14 unit usaha, di Desa Semabi mempunyai 4 unit usaha, dan yang
terakhir di Desa Rawak Hilir dengan 2 unit usaha. Berdasarkan uraian latar belakang sebelumnya,
maka masalah utama penelitian ini adalah apa saja kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman

76
Prosiding Seminar Nasional SATIESP 2021
No.ISBN: 978-602-53460-8-8

dalam pengelolaan industri gula aren di Desa Nanga Menterap. Serta, strategi apa yang bisa
digunakan untuk mengembangkan industri gula aren di Desa Nanga Menterap.
Tabel 2. Jumlah Unit Usaha Industri Gula Aren di Kabupaten Sekadau Tahun 2020
No Desa Jumlah Unit Usaha
1 Semabi 4
2 Mungguk 14
3 Nanga Menterap 25
4 Rawak Hilir 2
Jumlah 45
Sumber: Disprindangkop kab. Sekadau tahun 2020

2. KAJIAN LITERATUR
2.1. Teori Produksi
Teori produksi yang diperkenalkan Cobb, C.W dan Douglas, P. H pada artikelnya yang
berjudul “A theory of production” (1928) memiliki matematis fungsi produksi yang ditulis sebagai
berikut (Soekartawati, 2003):
Q=f (K, L, T)
Keterangan: Q= Produksi (gula aren)
f = Konstanta
K= Tenaga Kerja
L= Luas lahan
T= Teknologi

Berdasarkan fungsi Cobb Douglas tersebut, dapat diketahui jumlah produksi (output)
dapat meningkat tidak hanya dikarenakan oleh satu faktor saja yaitu tenaga kerja, hasil produksi
(output) dapat meningkat, setidaknya terdapat 4 faktor penentu meningkatnya produksi yang ada,
antara lain: 1) Modal/biaya, 2) Tenaga kerja, 3) Teknologi, dan 4) Luas lahan perkebunan. Jumlah
bahan baku mentah yang tersedia di kebun menjadi modal utama bagi para pengrajin gula aren
dalam menjalankan kegiatan produksinya dan biaya produksi yang dikeluarkan sangat minim.
Minimnya biaya produksi membuat para pengrajin gula aren di Desa Nanga Menterap memilih
melakukan kegiatan produksi sendiri tanpa adanya tenaga kerja. Akibat keterbatasan biaya dalam
memberi upah membuat para pengrajin gula aren tidak menyerap tenaga kerja dari luar dan apabila
diperlukan maka hanya akan menggunakan tenaga kerja dari dalam keluarga yang dapat diberi
upah seadanya atau terkadang tanpa memberi upah.
Akibat dari minimnya biaya yang dikeluarkan, teknologi yang digunakan dalam
memproduksi gula aren di Desa Nanga Menterap masih menggunakan alat yang sederhana
sehingga waktu dan tenaga yang diperlukan dalam proses produksi lebih banyak. Keterbatasan
teknologi tersebut menjadi kendala karena membuat proses produksi menjadi tidak maksimal.
Bahan baku yang tersedia di kebun dengan luas rata-rata 1,5 hektar apabila tidak dikelola atau
dimanfaatkan dengan baik maka akan mengalami kerugian.
2.2. Konsep Produksi
Teori produksi ilmu ekonomi membagi analisisnya menjadi 2 pendekatan antara lain:
(Sukirno. 2005)

77
Prosiding Seminar Nasional SATIESP 2021
No.ISBN: 978-602-53460-8-8

a. Teori produksi satu faktor berubah


Teori produksi secara sederhana menjabarkan hubungan antara tingkat produksi dengan
tenaga kerja yang digunakan. Dalam analisis ini dimisalkan faktor produksi yang jumlahnya tetap
adalah biaya, teknologi, dan tanah, yang jumlahnya dianggap tidak berubah. Faktor produksi yang
jumlahnya dapat diubah hanya tenaga kerja
b. Teori produksi dua faktor berubah
Misalkan ada dua jenis faktor produksi yang jumlahnya dapat diubah, misalnya tenaga
kerja dan modal. Misalnya, penggunaan faktor-faktor ini dapat dibalik. Jika kita juga mengetahui
harga tenaga kerja dan pembayaran unit untuk faktor modal, analisis bagaimana perusahaan dapat
meminimalkan biaya komersialnya untuk mencapai tingkat produksi tertentu
2.3. Konsep Industri
Proses pembangunan industri dengan menggunakan suatu strategi yang diarahkan guna
mendongkrak proses transformasi sektor agraris menuju sektor industri melalui growth centre,
sekaligus memposisikan industri sebagai leading sector. Industri kecil dianggap mampu untuk
menjadi bagian dari industri yang memiliki potensi untuk lebih dikembangkan. Industri kecil
berperan dalam upaya meningkatkan jumlah pendapatan, memperluas kesempatan kerja, adanya
peluang dalam kesempatan membangun usaha dan mengatasi masalah kemiskinan (Rahayu, 2018).
Menurut Azhary dalam Asri (2010) terdapat sejumlah alasan kuat yang menjadi dasar dari
pentingnya peran industri kecil dan indusrti rumah tangga dalam kegiatan perekonomian
Indonesia, antara lain:
1) Sebagian besar industri kecil dan industri rumah tangga berada di pedesaan, jika ada kondisi
nyata bahwa luas lahan pertanian berkurang, industri kecil dan industri rumah tangga di
pedesaan dapat menerima pekerja dari daerah yang sama.
2) Kegiatan industri kecil dan industri rumah tangga menggunakan bahan baku yang diperoleh
dari sumber daya lokal, sehingga mengurangi biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi
3) Dengan tingkat pendapatan yang cenderung rendah serta harga produk dari industri kecil dan
industri rumah tangga yang relatif murah, maka akan dapat memberikan peluang untuk tetap
bertahan.
4) Industri kecil dan industri rumah tangga tetap memiliki permintaan yang berasal dari
konsumen terhadap produk yang diproduksi tidak secara besar-besaran.
Industri gula aren termasuk dalam pasar persaingan sempurna. Pasar persaingan sempurna
adalah salah satu model pasar tertua dan paling banyak digunakan dalam kehidupan bisnis. Model
pasar ini dianggap sebagai teori dan banyak digunakan untuk meramalkan kondisi ekonomi.
Bentuk murni dari pasar persaingan jarang ditemukan, bahkan dapat dikatakan keberadaannya
tidak nyata, namun menurut Wihana (1990) dengan mempelajarinya maka diperoleh manfaat
antara lain:
a. Persaingan sempurna merupakan pasar dengan model paling sederhana yang menggabungkan
konsep pendapatan dan biaya yang telah dipelajari. Persaingan sempurna merupakan sebuah
permulaan bagi analisis penentuan harga output dari berbagai bentuk pasar lainnya.
b. Kesimpulan dari penentuan harga dan output pada pasar persaingan sempurna akan
memberikan standar efisiensi yang dapat dievalusai dan dibandingkan.
c. Asumsi-asumsi model pasar persaingan sempurna
1. Terdapat penjual dan pembeli dalam jumlah banyak sehingga baik penjual ataupun pembeli
tidak dapat mempengaruhi harga.

78
Prosiding Seminar Nasional SATIESP 2021
No.ISBN: 978-602-53460-8-8

2. Barang produksi bersifat homogen sehingga tidak ada alasan bagi pembeli untuk lebih
suka terhadap satu barang dibandingkan barang lain.
3. Baik penjual maupun pembeli memiliki pengetahuan akan keadaan pasar seperti
perubahan harga, kualitas dan kuantitas dari barang, dan lain-lain.
4. Penjual dan pembeli bebas untuk keluar masuk pasar.
5. Yang dicari produsen adalah keuntungan maksimal, sedangkan yang dicari konsumen
adalah kepuasan maksimal.
6. Tidak ada biaya maupun manfaat eksternal yang berhubungan dengan barang di pasar.
Ruang lingkup pemasaran dalam memasarkan produk gula aren oleh para pengrajin gula
aren di Desa Nanga Menterap adalah pasar tepian Kapuas Kabupaten Sekadau. Pada pasar tepian
Kapuas tersebut terdapat produsen dan konsumen dalam jumlah banyak dan keduanya bebas keluar
masuk pasar. Barang yang dijualpun bersifat homogen, salah satunya adalah produk gula aren.
Selain produk gula aren yang diproduksi oleh pengrajin dari Desa Nanga Menterap, terdapat pula
produk gula aren yang merupakan hasil produksi dari desa lain seperti Desa Mungguk, Rawak
Hilir, Semabi,dll.
2.4. Kajian Empiris
Penelitian terdahulu yang telah dilakukan merupakan penelitian yang memiliki tujuan
untuk mencari strategi seperti apa yang paling tepat dalam upaya pengembangan suatu industri
yang menghasilkan sebuah produk. Berikut merupakan hasil penelitian terdahulu berdasarkan
kelompok strategi yang disarankan. Kelompok dengan strategi SO yang menggunakan semua
kekuatan internal dalam memanfaatkan semua peluang yang ada antara lain: Penelitian dengan
judul Studi Kasus Prospek Usaha Kerupuk Ikan di Kampung Semanting Kabupaten Berau
menunjukan faktor dominan dalam kegiatan pengembangan industri pengolahan kerupuk ikan
yaitu faktor kekuatan dan peluang yang mendukung strategi (SO) (Husna, 2012). Hasil dari
penelitian di Desa Sumberharjo Kecamatan Moilong Kabupaten Banggai menunjukkan bahwa
strategi yang perlu dikembangkan oleh industri pengolahan gula aren Desa Sumberharjo
Kecamatan Moilong Kabupaten Banggai adalah strategi SO yaitu suatu strategi yang
memanfaatkan segala kelebihan untuk memperoleh peluang dari lingkungan eksternal (Rahim,
2019). Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Wongkar, Dumais dan Katiandagho (2017) di
Desa Tondei 1, dari penelitian tersebut didapatkan hasil bahwa Agroindustri gula aren di Desa
Tondei 1 memiliki kekuatan dan peluang sehingga dapat memanfaatkan peluang yang ada dengan
menggunakan kekuatan yang dimiliki. Hasil penelitian Wahida (2012) dalam judul penelitian
Strategi Pengembangan Usaha Abon Pada UKM Mutiara di Kota Palu menunjukan strategi yang
dapat digunakan dalam pengembangan usaha abon adalah dengan menggunakan strategi SO
dimana UKM Mutiara memiliki kekuatan dan dapat memanfaatkan seluruh peluang yang ada.
Kemudian penelitian yang dilakukan di Kota Palu dengan menggunakan strategi yang sama yaitu
strategi SO, dengan hasil penelitian yaitu dengan menjaga kualitas produk, menjaga hubungan
kerjasama serta dukungan dari pemerintah, membuka jaringan distribusi diluar daerah, menjaga
reputasi merk di pasar, dan menciptakan pengembangan produk (Khotimah, 2013).
Selanjutnya penelitian dengan strategi WT yang menekan semua kelemahan sekaligus
mencegah semua ancaman yang ada. Dalam penelitian yang dilakukan di Kecamatan Basidondo
Kabupaten Tolitoli. Hasil penelitian menyatakan Strategi yang dapat diterapkan adalah strategi
defensif, yaitu dengan menghindari kehilangan penjualan serta kehilangan profit yang berasal dari
ancaman yang ada. Kemudian penelitian dengan hasil strategi ST yang memanfaatkan seluruh
kekuatan internal untuk menghindari semua ancaman. Penelitian yang dilakukan oleh Aji (2012)
79
Prosiding Seminar Nasional SATIESP 2021
No.ISBN: 978-602-53460-8-8

dengan judul penelitian Strategi Pengembangan Agroindustri Keripik Pisang Di Kecamatan


Tawangmangu Kabupaten Karanganyar. Strategi yang dihasilkan adalah dengan menjaga kualitas
produksi dan diversivikasi produk. Strategi yang menjadi prioritas adalah menjaga kualitas produk
dan pengembangan pasar.
2.5. Kerangka Konseptual
Industri gula aren di Desa Nanga Menterap menjadi suatu sektor potensial dalam
memperbaiki ekonomi masyarakat. Dalam mengembangkan industri gula aren di Desa Nanga
Menterap perlu dilakukan analisis kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman dengan tujuan
mengetahui strategi seperti apa yang dapat digunakan dalam pengembangan industri gula aren di
Desa Nanga Menterap.
Untuk mempermudah dalam menggambarkan kerangka pemikiran, dibuatlah sebuah
skema dengan harapan dapat memberikan gambaran bagaimana jalannya penelitian secara
menyeluruh serta dapat mengetahui lebih jelas dan terarah. Kerangka pemikiran ditampilkan pada
gambar 1.

Gambar 1. Kerangka Pemikiran

3. METODE PENELITIAN
3.1. Bentuk Penelitian
Metode penelitian ini bersifat sistematis dan terencana, dengan mengikuti konsep ilmiah
yang bertujuan untuk dapat mengumpulkan keterangan maupun data yang dibutuhkan. Metode
yang digunakan dalam melakukan penelitian ini yaitu metode deskriptif dengan berbagai kegiatan
penelitian antara lain dokumentasi dan wawancara, dengan melakukan metode penelitian ini maka
kebutuhan informasi mengenai data-data yang berkaitan dengan penelitian bisa diperoleh.
Wawancara bertujuan untuk memperoleh data milik pengusaha industri gula aren di Desa Nanga
Menterap. Data yang dikumpulkan dari kegiatan wawancara antara lain, data kekuatan, kelemahan,
peluang dan ancaman dari industri gula aren.
Kegiatan penelitian selanjutnya dengan menggunakan angket dan kuesioner. Sugiyono
(2010) mendefinisikan angket sebagai suatu teknik dalam mengumpulkan data dengan
membagikan sejumlah pertanyaan kepada beberapa responden untuk kemudian dijawab. Teknik
kuesioner dalam melakukan penelitian ini adalah dengan pemberian nilai bobot dan rating dari
faktor internal dan faktor eksternal industri gula aren di Desa Nanga Menterap, kuesioner ini diisi
oleh para pengrajin gula aren atau pemilik industri gula aren.

80
Prosiding Seminar Nasional SATIESP 2021
No.ISBN: 978-602-53460-8-8

3.2. Tempat Penelitian


Penelitian ini dilakukan di Desa Nanga Menterap, Kecamatan Sekadau Hulu, Kabupaten
Sekadau, Provinsi Kalimantan Barat.
3.3. Data
Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan
sekunder. Data primer adalah data yang berasal dari sumber aslinya dan dikumpulkan langsung
saat Anda mengunjungi situs. Data sekunder, di sisi lain, adalah data yang sebelumnya
dikumpulkan oleh pihak atau lembaga pengumpul data dan kemudian tersedia untuk umum.
3.4. Populasi dan Sampel
Indriantoro dan Supomo (1999) mendefinisikan populasi sebagai sekelompok orang atau
masyarakat, kejadian atau segala hal yang memiliki karakteristik tertentu. Masalah populasi timbul
pada penelitian yang menggunakan metode survei sebagai teknik mengumpulkan data. Populasi
pada penelitian ini adalah industri gula aren di Desa Nanga Menterap, Kabupaten Sekadau.
Dipilihnya daerah tersebut karena terdapat pengelola industri gula aren paling banyak dengan
jumlah 25 unit usaha sebagai sampel dalam penelitian ini.
Sampel adalah bagian yang menjadi subjek penelitian yang sebenarnya, dan cara
pemilihan serta memasukkan industri dalam sampel yang representatif disebut sampling (Soeratno
dan Arsyad, 1999). Sampel ditentukan menggunakan purposive random sample dengan harapan
responden bisa memberikan jawaban objektif mengenai faktor-faktor strategis yang memiliki
pengaruh dan berbagai macam jawaban permasalahan yang ada serta implikasinya terhadap
pengembangan industri gula aren sekaligus produknya di Desa Nanga Menterap.
3.5. Variabel Penelitian
Variabel penelitian merupakan berbagai hal yang menjadi objek penelitian. Menurut
Sugiyono (2009), pengertian variabel adalah segala hal dengan bentuk apapun yang telah
ditentukan sendiri oleh peneliti untuk kemudian dipelajari lalu dikumpulkan segala informasi
mengenai hal tersebut, yang kemudian untuk ditarik kesimpulannya.
Adapun variabel yang diteliti yaitu strategi pengembangan industri kecil gula aren di Desa
Nanga Menterap Kecamatan Sekadau Hulu Kabupaten Sekadau yaitu:
1. Kekuatan
Kekuatan yaitu mencakup kekuatan internal yang mendorong pengembangan usaha. Kekuatan
yang dimiliki oleh industri gula aren di Desa Nanga Menterap diantaranya yaitu:
a) Ketersediaan bahan baku
b) Cita rasa
c) Mutu dan kualitas terjaga
d) Pemasaran tidak sulit
e) Harga
f) Hubungan dengan pemasok baik
2. Kelemahan
Kelemahan mencakup kelemahan internal yang dapat berpengaruh terhadap pengembangan
industri gula aren. Kelemahan internal pada industri gula aren di Desa Nanga Menterap terdiri dari:
a) Tenaga kerja keluarga
b) Sistem produksi sederhana

81
Prosiding Seminar Nasional SATIESP 2021
No.ISBN: 978-602-53460-8-8

c) Bahan baku produksi bersifat musiman


d) Kurangnya promosi
e) Penanganan bahan kurang optimal
3. Peluang
Peluang dapat dimanfaatkan oleh industri kecil untuk meningkatkan usaha. Peluang yang
dimiliki oleh industri terdiri dari:
a) Meningkatkan kondisi perekonomian masyarakat
b) Permintaan konsumen yang cenderung meningkat
c) Potensi pasar cukup besar
d) Ketersediaan lahan dan bahan baku
e) Membuka kesempatan kerja bagi masyarakat sekitar
4. Ancaman
Ancaman merupakan faktor eksternal yang dapat menghambat kelancaran pengembangan
usaha. Ancaman yang dihadapi oleh industri kecil gula aren di Desa Nanga Menterap terdiri dari:
a) Kurangnya bimbingan dan pembinaan usaha intensif dari pemerintah daerah
b) Pengaruh musim
c) Penurunan jumlah produksi
d) Munculnya pesaing dengan mutu produksi dan daya jangkau pemasaran luas
e) Adanya produk yang sama di daerah lain.

3.6. Metode Analisis


1. Analisis Deskriptif
Arikunto (2000) menjelaskan analisis deskriptif sebagai metode yang digunakan dalam
mendeskripsikan variabel-variabel yang menjadi subjek pelitian, hasil penelitian ini hanya
dimaksudkan untuk menjabarkan keadaan subjek penelitian menurut keataan nyata yang terlihat
atau sebagaimana mestinya. Analisis ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang
berpengaruh terhadap perkembangan industri gula aren di Desa Nanga Menterap Kabupaten
Sekdau.
2. Analisis SWOT
Menurut Rangkuti (1998), analisis swot digunakan untuk mengidentifikasi berbagai faktor
secara sistematis dalam merumuskan faktor yang menjadi pendorong dan penghambat dalam
tumbuh dan kembang sektor industri. Dasar dari analisis ini adalah logika yang bisa
memaksimalkan kekuatan (strength) dan peluang (opportunities), namun di waktu yang sama juga
mampu untuk meminimalkan kelemahan (weakness) dan ancaman (threats). Analisis SWOT juga
dapat disebut analisis situasi. Model yang paling populer dalam melakukan analisis situasi adalah
dengan analisis SWOT. Analisis SWOT membandingkan faktor eksternal berupa peluang
(opportunities) dan ancaman (threats) dengan faktor internal berupa kekuatan (strength) dan
kelemahan (weaknesses) untuk menghasilkan analisis yang sesuai.
Berikut adalah langkah-langkah setelah memperoleh analisis terhadap kekuatan,
kelemahan, peluang dan ancaman pada sektor industri gula aren.Tempatkan setiap bobot pada
skala dari 1,0 (paling penting) hingga 0,0 (paling tidak penting) berdasarkan efek ini. Semua bobot
yang ada tidak boleh melebihi skor total 1,00. Pemeringkatan masing-masing faktor pada skala 4
banding 1 berdasarkan pengaruh faktor-faktor tersebut terhadap keadaan sektor industri gula aren.
Nilai peringkat untuk faktor positif kekuatan dan peluang diberi peringkat 4. Namun, jika kecil,
82
Prosiding Seminar Nasional SATIESP 2021
No.ISBN: 978-602-53460-8-8

diberi peringkat 1. Peringkat kelemahan dan ancaman yang negatif diberi peringkat 1, tetapi jika
kecil diberi peringkat 4.
Setelah mengumpulkan berbagai data yang akan mempengaruhi kelangsungan usaha
industri gula aren, langkah selanjutnya adalah memasukkan informasi tersebut ke dalam
perumusan strategi. Matriks ini dengan jelas menggambarkan porsi ancaman dan peluang
eksternal yang mereka hadapi dan kemudian disesuaikan berdasarkan kekuatan dan kelemahannya.
Matriks ini dapat menghasilkan 4 kemungkinan sel strategi alternatif sebagai berikut:
Tabel 3. Alternatif Pengembangan SWOT Secara Matrik
Faktor Eksternal
Kekuatan (S) Kelemahan (W)
Faktor Internal
Kekuatan yang ada Memanfaatkan peluang
Peluang (O) digunakan untuk mengisi yang ada dengan
peluang yang tersedia (SO) menanggulangi
kelemahanya (WO)

Kekuatan yang dimiliki Meminmalkan kelemahan


Ancaman (T) untuk mengatasi ancaman dan menghindari ancaman
yang dihadapai (ST) (WT)

Keterangan:
Strengths (S) = Kekuatan, adalah poin internal dan positif dari unit usaha. Salah satu faktor
kekuatan adalah kepemilikan keunggulan komparatif. Ini merupakan hal-hal yang berada dalam
kendali satuan unit usaha.
Weakness (W) = Kelemahan, adalah faktor negatif yang mengurangi kekuatan unit usaha,
antara lain seperti keterbatasan atau kekurangan dalam hal sumber daya, keterampilan, dan
kemampuan yang menjadi penghalang bagi penampilan kinerja yang memuaskan. Ini adalah hal-
hal yang mungkin perlu agar aktivitas bisnis menjadi lebih kompetitif.
Opportunity (O) = Peluang, adalah faktor eksternal dengan berbagai bentuk situasi dalam
lingkungan bisnis yang cenderung memiliki kontribusi terhadap kesuksesan bisnis.
Threats (T) = Ancaman, adalah faktor eksternal yang tidak menguntungkan dalam suatu
satuan bisnis dan tidak dapat dikendalikan. Unit usaha tetap harus mempertimbangkan hal ini
untuk dapat menempatkan serangkaian rencana darurat dalam menangani masalah yang menimpa.

4. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


4.1. Analisis Kekuatan dan Kelemahan
Analisis faktor kekuatan dan kelemahan merupakan faktor yang berpengaruh terhadap
pengembangan industri gula aren di Desa Nanga Menterap Kabupaten Sekadau.
1. Kekuatan (strengts) yang dimiliki industri gula aren di Desa Nanga Menterap ialah:
a) Ketersediaan bahan baku
Bahan baku yang dibutuhkan dalam proses produksi selalu ada atau tersedia. Jumlah
pohon aren sebagai bahan baku utama dalam membuat gula aren tersedia dalam jumlah banyak
yang tumbuh secara alami di hutan. Ketersediaan jumlah bahan baku menjadi kekuatan dalam

83
Prosiding Seminar Nasional SATIESP 2021
No.ISBN: 978-602-53460-8-8

proses produksi gula aren. Dengan luas kebun sebesar 1,5 hektar, para pengrajin gula aren dapat
dengan leluasa memanfaatkan potensi dari tersedianya pohon aren yang berada di kebun masing-
masing secara bebas tanpa harus khawatir akan kehabisan bahan baku utama. Kebanyakan para
pengrajin gula aren di Desa Nanga Menterap memiliki kebun yang berlokasi tidak jauh dari
rumahnya, sehingga menghasilkan nilai minimum dalam hal biaya transportasi.
b) Cita rasa
Gula aren sebagai bahan pemanis alami memiliki cita rasa dengan aroma khasnya yang
harum dan dapat dilelehkan dalam tekstur yang kental maupun cair, dimana hal ini berbeda dengan
pemanis alami lainnya. Gula aren memiliki ciri khasnya sendiri sehingga kerap ditambahkan
sebagai pemanis dalam suatu olahan makanan dimana tidak semua jenis pemanis lainnya dapat
ditambahkan dalam olahan tersebut. Sebagai contoh, olahan makanan dan minuman seperti cendol,
kolak, kue putu, kelepon, dan lain-lain hanya bisa menggunakan gula aren sebagai pemanis,
dimana jenis gula lain seperti gula pasir bukanlah bahan pemanis utama di dalam olahan makanan
dan minuman tersebut. Dengan ini, cita rasa merupakan sebuah kekuatan ataupun keunggulan yang
dimiliki dari gula aren itu sendiri.
c) Mutu dan kualitas terjaga
Air nira sebagai bahan baku utama dalam pembuatan gula aren yang dihasilkan dari pohon
aren selalu dijaga kualitasnya agar saat diolah dapat menghasilkan gula aren dengan mutu tinggi.
Produk gula aren yang dihasilkan memiliki mutu yang terjamin tanpa bahan pengawet, dengan
menggunakan bahan- bahan alami sehingga produk sehat untuk dikonsumsi. Meskipun ruang
lingkup pemasarannya pada pasar persaingan sempurna yang barang produksinya bersifat
homogen, namun memiliki produk dengan mutu dan kualitas yang baik merupakan sebuah
keunggulan dari produk gula aren yang dihasilkan, dan hal ini akan memunculkan rasa puas serta
kepercayaan dari konsumen.
d) Pemasaran tidak sulit
Para pengrajin gula aren tidak mengalami kesulitan dalam melakukan pemasaran
produknya, hal ini disebabkan permintaan yang tersedia terkadang lebih tinggi dari jumlah gula
aren yang diproduksi. Jaringan pemasaran yang digunakan oleh para pengrajin gula aren adalah
para pedagang yang berada di pasar tepi sungai kapuas Kecamatan Sekadau Hilir, yang membeli
dalam jumlah banyak untuk kemudian dijual kembali. Pada pasar tepian sungai Kapuas terdapat
banyak penjual dan pembeli, serta produsen dan konsumen bebas untuk keluar masuk pasar sesuai
dengan salah satu asumsi dari pasar persaingan sempurna. Jadi, jenis pasar yang tepat dalam
memasarkan produk gula aren adalah pasar persaingan sempurna.
e) Harga
Industri gula aren merupakan bagian dari indutri kecil menengah, sehingga dalam
memasarkan gula aren harga ditentukan sendiri oleh produsen. Dalam hal ini para pengrajin gula
aren dapat memperkirakan berapa keuntungan yang akan diperoleh sebelum menentukan harga
jual dari produk gula aren yang diproduksi. Harga yang dipatok untuk satu kilogram gula aren
cetak berkisar Rp. 35.000, sedangkan untuk gula semut berkisar Rp. 40.000/1kg. Produsen juga
dapat mematok harga yang lebih rendah untuk menarik konsumen dari golongan menengah
kebawah. Penerapan harga secara bebas menjadi kekuatan karena produsen dapat menyesuaikan
dengan keadaan pasar maupun kondisi perekonomian konsumen. Sesuai dengan salah satu asumsi
pasar persaingan sempurna dimana produsen mencari keuntungan maksimal, sedangkan konsumen
mencari kepuasan maksimal.

84
Prosiding Seminar Nasional SATIESP 2021
No.ISBN: 978-602-53460-8-8

f) Hubungan baik dengan pemasok


Sebagai penjual, tentunya perlu untuk menjaga kepercayaan para pembeli agar dapat terus
mengkonsumsi produk yang dihasilkan. Terjalinnya hubungan yang baik dengan pemasok dapat
membuat pengrajin gula aren memiliki pelanggan tetap sehingga pengrajin gula aren dapat terus
melakukan kegiatan produksi. Para pemasok yang menjadi membeli langsung dari pengrajin gula
aren di Desa Nanga Menterap adalah para pedagang yang ada di Wilayah Kabupaten Sekadau baik
pedagang yang membeli untuk dijual kembali maupun pedagang yang memproduksi olahan gula
aren. Seluruh pengrajin gula aren memiliki hubungan yang baik dengan pemasok dan sudah
menjadi pelanggan tetap.
2. Kelemahan (Weakness) yang dimiliki industri gula aren di Desa Nanga Menterap ialah:
a) Tenaga kerja keluarga
Ketidakmampuan dalam memberi upah terhadap tenaga kerja menjadi sebab dari alasan
para pengrajin gula aren lebih memilih memanfaatkan tenaga kerja keluarga dan tenaga kerja
disekitar tempat tinggalnya dibandingkan dengan menyerap tenaga kerja dari luar. Para pengrajin
gula aren di Desa Nanga Menterap mengalami keuntungan akibat hal ini dikarenakan tidak
membayar upah tenaga kerja.
b) Sistem produksi sederhana
Terdapat alat-alat yang digunakan dalam proses produksi gula aren, alat-alat tersebut
antara lain seperti parang, alat saring, kayu bakar, wajan besar, tungku api, jerigen, papan cetak
yang terbuat dari bambu, dan lain-lain. Alat produksi yang digunakan dalam proses pembuatan
gula aren masih menggunakan alat atau bahan yang sederhana sehingga waktu dan tenaga yang
diperlukan dalam pembuatan gula aren lebih banyak. Hal ini menjadi kendala dalam proses
produksi, dan terkadang para pengrajin gula aren tidak dapat memenuhi permintaan konsumen
sesuai waktu yang telah dijanjikan.
c) Penanganan bahan kurang optimal
Bahan baku yang tersedia diolah dengan cara yang kurang optimal merupakan salah satu
kelemahan yang dimiliki pengrajin gula aren di Desa Nanga Menterap. Beberapa faktor yang
berpengaruh terhadap kurang optimalnya penanganan bahan baku antara lain sistem produksi yang
dimiliki masih sangat sederhana dan kurangnya tenaga dalam kegiatan produksi. Penanganan yang
kurang optimal tersebut berpengaruh terhadap hasil produksi, baik dari kualitas maupun waktu
yang diperlukan.
d) Bahan baku produksi bersifat musiman
Pohon aren sebagai bahan baku utama dalam produksi, akan mengeluarkan air nira yang
kemudian akan diolah menjadi gula aren. Tandan bunga jantan pohon enau yang mengeluarkan
Air nira yang sebelumnya sudah diambil untuk diolah menjadi gula aren memerlukan waktu untuk
bisa memproduksi air nira kembali, hal ini membuat air nira menjadi bahan baku yang bersifat
musiman. Akibat dari lambatnya pohon aren dalam memproduksi air nira, para pengrajin gula
menjadi terhambat untuk melakukan proses produksi.
e) Kurangnya promosi
Meskipun memiliki pemasaran yang baik, namun promosi juga diperlukan agar produk
dapat lebih dikenal. Kurangnya kegiatan promosi membuat kegiatan pemasaran gula aren belum
bisa mencapai ke pasar yang lebih luas, dalam hal ini seperti pasar di kota besar maupun pasar di
daerah lain, atau bahkan ke pasar internasional. Lokasi yang strategis tidak menjamin suatu usaha
akan cepat berkembang bila promosi yang dilakukan masih minim. Akibat dari kurangnya
85
Prosiding Seminar Nasional SATIESP 2021
No.ISBN: 978-602-53460-8-8

promosi, pengrajin gula aren di Desa Nanga Menterap sampai saat ini masih memasarkan
produknya hanya sebatas kepada para pemasok yang berdomisili di Kabupaten Sekadau.
4.2. Analisis Peluang dan Ancaman
Analisis faktor peluang dan ancaman merupakan faktor yang berpengaruh terhadap
perkembangan industri gula aren di Desa Nanga Menterap Kabupaten Sekadau.
1. Peluang (Opportunities) yang dimiliki industri gula aren di Desa Nanga Menterap ialah:
a) Meningkatkan kondisi perekonomian masyarakat
Masyarakat yang bermukim di daerah tempat pohon aren tumbuh dalam jumlah besar
seperti di Desa Nanga Menterap dapat memanfaatkannya untuk turut memproduksi gula aren.
Masyarakat tidak perlu untuk mengeluarkan modal dalam jumlah besar dalam proses produksi,
karena dalam memproduksi gula aren dapat dilakukan hanya dengan menggunakan alat-alat dapur
biasa sekalipun. Hal ini tentunya akan menjadi peluang dalam memperbaiki perekonomian dari
masyarakat.
b) Permintaan konsumen yang cenderung meningkat
Meningkatnya jumlah permintaan di pasar merupakan sebuah peluang bagi pengrajin gula
aren di Desa Nanga Menterap. Para pengrajin gula aren dapat melakukan kegiatan produksi secara
terus menerus untuk memenuhi permintaan di pasar. Permintaan pasar dalam jumlah besar dan
terus meningkat merupakan kebahagiaan tersendiri bagi pengrajin gula aren dalam melakukan
pemasaran produknya.
c) Potensi pasar cukup besar
Permintaan dari konsumen terkadang lebih tinggi dibandingkan jumlah gula aren yang
diproduksi, hal ini menandakan bahwa akan selalu ada permintaan terhadap gula aren. Peluang ini
dapat dimanfaatkan oleh pengrajin gula aren untuk terus melakukan produksi akibat besarnya
potensi pasar dalam memasarkan produk gula aren. Dengan melakukan proses produksi secara
terus menerus maka akan selalu memiliki tempat di pasar.
d) Ketersediaan lahan dan bahan baku
Jumlah lahan yang tersedia dapat dimanfaatkan untuk memperbanyak serta memperluas
pohon aren yang tumbuh. Masing-masing pengrajin gula aren di Desa Nanga Menterap memiliki
kebun pohon aren dengan luas rata-rata sebesar satu hektar atau lebih. Dengan luas lahan sebesar
itu, besar kemungkinan pohon aren dapat lebih berkembang. Semakin banyak pohon yang tumbuh
maka bahan baku yang tersedia juga akan meningkat. Tentunya hal ini menjadi aset jangka panjang
bagi pengrajin gula aren.
e) Membuka kesempatan kerja bagi masyarakat sekitar
Kurangnya jumlah tenaga kerja yang dimiliki pengrajin gula aren berpengaruh terhadap
proses produksi. Jumlah bahan baku yang diolah dalam jumlah besar membuat pengrajin
memperlukan tenaga tambahan dalam kegiatan memproduksi gula aren, sehingga secara langsung
membuka lapangan pekerjaan. Rata-rata para pengrajin gula aren di Desa Nanga Menterap
menyerap tenaga kerja dari Desa Nanga Menterap itu sendiri.
2. Ancaman (Treats) yang dimiliki industri gula aren di Desa Nanga Menterap ialah:
a) Kurangnya bimbingan maupun pembinaan usaha intensif dari pemerintah daerah
Perhatian pemerintah sangat berpengaruh terhadap perkembangan industri gula aren di
Desa Nanga Menterap, pemerintah daerah dengan kebijakannya dapat membantu pengusaha dalam

86
Prosiding Seminar Nasional SATIESP 2021
No.ISBN: 978-602-53460-8-8

melakukan usahanya dengan adanya penyuluhan dari pemerintah, standarisasi harga, kualitas
produk, teknologi, akses permodalan, pembinaan dan lain-lain yang semuanya bertujuan untuk
kesejahteraan industri gula aren.
b) Pengaruh cuaca/musim
Dalam proses produksi gula aren tentu tidak selamanya mendapatkan kualitas yang baik
dimana untuk mendapatkan kualitas air nira yang bagus terkadang mengalami kendala-kedala
seperti faktor cuaca dimana faktor cuaca tersebut sangat mempengaruhi mutu gula aren. Saat
musim hujan dengan kadar air hujan yang tinggi, dapat mempengaruhi kualitas dari air nira yang
dihasilkan, hal ini karena air hujan dapat bercampur dengan air nira sehingga mempengaruhi
kualitas air nira yang dimana merupakan bahan baku utama dalam proses produksi gula aren
tersebut.
c) Penurunan jumlah produksi
Jumlah gula aren yang diproduksi dapat mengalami penurunan apabila air nira yang
diproduksi oleh pohon aren lebih sedikit. Hal ini terjadi diakibatkan lambatnya proses
pertumbuhan tangkai bunga jantan pohon enau sehingga memerlukan waktu lebih apabila ingin
mendapatkan air nira dalam jumlah banyak.
d) Munculnya pesaing dengan mutu produksi dan daya jangkau pemasaran luas
Jumlah penduduk dalam jumlah besar menjadi modal bagi pembangunan jika memiliki
tingkat produktivitas yang tinggi. Pertumbuhan penduduk akan berpengaruh terhadap penambahan
jumlah tenaga kerja. Meningkatnya tenaga kerja akan berdampak minimnya jumlah tenaga kerja
yang dapat diserap oleh perusahaan swasta maupun pemerintah, jika tidak diimbangi peningkatan
lapangan kerja. Kondisi ini menyebabkan masyarakat berinisiatif membuka usaha sendiri atau
berwirausaha dengan jenis usaha yang tergolong kedalam skala rumah tangga. Besar kemungkinan
muncul usaha serupa mengingat prospek usaha gula aren cukup baik dan ini merupakan sebuah
ancaman bagi pengrajin gula aren karena jumlah pesaing akan bertambah, bahkan ada
kemungkinan gula aren yang diproduksi memiliki mutu dan pemasaran yang lebih baik.
e) Adanya produk yang sama di daerah lain.
Selain di Desa Nanga Menterap, terdapat sejumlah desa yang juga terdapat pengrajin gula
aren seperti Desa Semabi, Desa Mungguk, dan Desa Rawak Hilir. Keberadaan pengrajin gula aren
yang berasal dari desa lain dapat menjadi ancaman bagi keberlangsungan pengrajin gula aren di
Desa Nanga Menterap. Apabila pengrajin Gula Aren di Desa Nanga Menterap tidak mampu
menjaga kualitas dan kuantitas gula aren yang diproduksi maka ada kemungkinan akan kalah
dalam persaingan dengan desa lain.
4.3. Analisis SWOT
Teknik pengumpulan data diperoleh dari data penelitian observasi, wawancara dan
kuesioner. Untuk membuat langkah awal analisis SWOT serta mengambil keputusan, teknik
pengumpulan data menggunakan pengumpulan data dari kuesioner sebanyak 25 sampel, yang
berasal dari masing-masing variabel SWOT.
1. Evaluasi faktor Internal (Kekuatan dan kelemahan)
Berdasarkan pengisian kuesioner dan penilaian yang sebelumnya sudah dilakukan oleh
semua responden terhadap variabel atau faktor-faktor strategis lingkungan internal industri gula
aren, didapatkan tabel hasil perhitungan yang ditampikan pada tabel 4.

87
Prosiding Seminar Nasional SATIESP 2021
No.ISBN: 978-602-53460-8-8

Tabel 4. Evaluasi Faktor Internal (IFAS)


Faktor strategi internal (IFAS) Bobot Rating Skor
Kekuatan (S)
1 Ketersediaan bahan baku 0,10 3 0,3
2 Cita rasa 0,10 4 0,4
3 Mutu dan kualitas terjaga 0,09 3 0,27
4 Pemasaran tidak sulit 0,08 3 0,24
5 Harga 0,08 3 0,24
6 Hubungan baik dengan pemasok 0,09 3 0,27
Total kekuatan 0,54 1,72
Kelemahan (W)
1 Tenaga kerja keluarga 0,10 3 0,3
2 Sistem produksi sederhana 0,09 3 0,27
3 Penanganan bahan kurang optimal 0,08 3 0,24
4 Bahan baku produksi bersifat musiman 0,10 3 0,3
5 Kurangnya promosi 0,09 3 0,27
Total kelemahan 0,46 1,38
Total faktor internal (IFAS) 1,00 3,1

Berdasarkan hasil analisis pada tabel 4 menunjukan bahwa jumlah total nilai yang
diperoleh dari perhitungan evaluasi faktor internal IFE adalah senilai 3,1. Posisi nilai tersebut
berada diatas nilai rata-rata tertimbang sebesar 2,5. Posisi ini menunjukkan bahwa, secara internal
industri gula aren di Desa Nanga Menterap saat ini cukup baik dalam memanfaatkan faktor
kekuatan-kekuatan dan berupaya untuk mengatasi kelemahan-kelemahan yang ada.
Industri gula aren di Desa Nanga Menterap menunjukan bahwa kekuatan yang
mempunyai pengaruh besar terhadap pengembangan industri gula aren adalah cita rasa gula aren
yaitu dengan nilai skor (0,4) yang merupakan faktor kekuatan utama yang harus dipertahankan.
Faktor-faktor kekuatan lainnya yang seharusnya dapat ditingkatkan dan dikembangkan pada
kegiatan industri gula Aren di Desa Nanga Menterap ini antara lain, ketersediaan bahan baku (0,3),
terjaganya mutu dan kualitas gula aren (0,27). Lebih lanjut terkait faktor kekuatan adalah terjalinya
hubungan baik dengan pemasok (0,27), proses pemasarannya yang tidak sulit (0,24) dan harga
(0,24).
Sedangkan kelemahan yang mempunyai pengaruh terhadap pengembangan industri gula
aren di Desa Nanga Menterap adalah dimulai dari memakai tenaga kerja keluarga dan bahan baku
produksinya yang bersifat musiman dengan nilai skor (0,3), proses pengolahan / produksi gula aren
yang saat ini masih memakai peralatan yang sederhana dan promosi yang dilakukan masih kurang
(0,27), serta penanganan bahan baku yang masih kurang optimal (0,24).
2. Evaluasi Faktor Eksternal (Peluang dan Ancaman)
Berdasarkan pengisian kuesioner dan penilaian yang sudah dilakukan oleh para responden
terhadap variabel strategis lingkungan eksternal industri gula aren, didapatkan tabel hasil
perhitungan yang ditampikan dan dijelaskan sebagai berikut pada tabel 5.

88
Prosiding Seminar Nasional SATIESP 2021
No.ISBN: 978-602-53460-8-8

Tabel 5. Evaluasi Faktor Eksternal (EFAS)


Faktor strategi eksternal (EFAS) Bobot Rating Skor
Peluang (O)
1 Meningkatkan kondisi perekonomian
0,11 3 0,33
masyarakat
2 Permintaan konsumen yang cenderung
0,11 3 0,33
meningkat
3 Potensi pasar cukup besar 0,11 3 0,33
4 Ketersediaan lahan dan bahan baku 0,11 3 0,33
5 Membuka kesempatan kerja bagi
0,11 3 0,33
masyarakat sekitar
Total Peluang 0,55 1,65
Ancaman (T)
1 Kurangnya bimbingan dan pembinaan
0,09 2 0,18
usaha intensif dari pemerintah daerah
2 Pengaruh cuaca/musim 0,06 1 0,06
3 Penurunan jumlah produksi 0,10 3 0,3
4 Munculnya pesaing dengan mutu produksi
0,10 3 0,3
dan daya jangkau pemasaran luas
5 Adanya produk yang sama di daerah lain 0,10 3 0,3
Total Ancaman 0,45 1,14
Total faktor eksternal (EFAS) 1,00 2,79

Berdasarkan tabel 5, jumlah total nilai yang diperoleh dari Evaluasi Faktor Eksternal EFE
adalah senilai 2,79. Posisi nilai tersebut masih berada di atas nilai rata-rata tertimbang yaitu sebesar
2,5. Posisi ini menunjukkan bahwa secara eskternal, industri gula aren di Desa Nanga Menetrap
saat ini masih mampu dalam memanfaatkan faktor-faktor peluang dan masih mampu juga dalam
upaya mengatasi segala ancaman-ancaman yang ada.
Dari penilaian tersebut, didapatkan bahwa kelima (5) faktor-faktor peluang pada kegiatan
industri gula aren di Desa Nanga Menetrap ini yang seharusnya dapat dimanfaatkan oleh para
pengrajin antara lain, dapat meningkatakan kondisi perekonomian masyarakat, permintaan
konsumen cenderung meningkat, potensi pasar cukup besar, ketersediaan lahan dan bahan baku,
serta membuka kesempatan kerja bagi masyarakat sekitar, yaitu 0,33, skor yang dimiliki dari lima
faktor peluang tersebut sama-sama memiliki skor 0,33 Hal ini merupakan bahwa kelima faktor
peluang tersebut merupakan modal utama dalam pengembangan industri gula aren di Desa Nanga
Menterap
Faktor-faktor yang menjadi ancaman bagi industri gula aren di Desa Nanga Menterap yang
seharusnya mampu untuk diantisipasi dan dihindari supaya industri ini dapat terus berlangsung dan
tidak terjadi kendala dalam realisasi strategi pengembangannya antara lain, terjadinya penurunan
jumlah produksi, munculnya pesaing dengan mutu produksi dan daya jangkau pemasaran luas, dan
adanya produk yang sama di daerah lain (0,3) selanjutnya terkait keadaan cuaca atau musim yang
buruk dapat mempengaruhi perolehan bahan baku dan kualitas produk (0,06), serta terbatasnya
ilmu yang diberikan oleh pemerintah daerah atau kurangnya bimbingan dan pembinaan usaha
intensif dari pemerintah daerah (0,18).

89
Prosiding Seminar Nasional SATIESP 2021
No.ISBN: 978-602-53460-8-8

3. Diagram Cartesius Analisis SWOT

Gambar 2. Diagram Kartesius

Hasil pembobotan, evaluasi dan skoring untuk masing-masing faktor internal dan eksternal
ditunjukkan pada Tabel 4 dan Tabel 5. Tabel 4 menunjukkan bahwa skor untuk faktor kekuatan
adalah 1,72 dan skor untuk faktor kelemahan adalah 1,38. Sebaliknya, Tabel 5 menunjukkan
bahwa skor untuk faktor peluang adalah 1,65 dan skor untuk faktor ancaman adalah 1,14. Nilai
skor kekuatan adalah 0,34 di atas nilai skor kelemahan, sedangkan skor peluang adalah 0,51 di atas
skor ancaman. Tanda negatif diberikan karena selisih yang diterima lebih kecil dari 1. Dari hasil
identifikasi faktor-faktor tersebut dan penentuan selisih skor, yang kemudian ditampilkan dalam
diagram SWOT, dimana faktor kekuatan dan peluang mendapat nilai positif (+), sedangkan faktor
kelemahan dan ancaman mendapat nilai negatif (-). Diagram SWOT ditunjukkan pada gambar 2.
Berdasarkan diagram kartesius SWOT pada gambar 2, diketahui bahwa industri gula aren
di Desa Nanga Menterap Kabupaten Sekadau berada pada kuadran IV artinya bahwa strategi
pengembangan industri gula aren adalah strategi WT, yaitu strategi untuk menekan semua
kelemahan (weakness) sekaligus untuk mencegah semua ancaman (threat). Strategi ini dikenal
pula dengan istilah strategi bertahan (defend). Strategi WT atau strategi defend ini harus digunakan
oleh para pengrajin gula aren di Desa Nanga Menterap untuk bertahan dari kelemahan dan
ancaman yang ada. Kelemahan yang dialami oleh para pengrajin gula aren di Desa Nanga
Menterap adalah seperti bahan baku dalam pembuatan gula aren bersifat musiman, air nira yang
berasal dari tandan bunga jantan pohon enau diambil setiap harinya untuk diproduksi sehingga
tandan yang dipotong setiap hari akan habis, hal tersebut membuat para pengrajin harus menunggu
sampai tandan bunga jantan tumbuh kembali untuk bisa diambil, hal ini membuat jumlah produksi
berbeda setiap harinya yang mengakibatkan pengrajin susah untuk meningkatkan jumlah
produksinya. Meskipun terkadang ada masa dimana bahan baku produksi tersedia dalam jumlah
banyak, namun penangananya tetap saja kurang optimal.
Penanganan bahan baku yang kurang optimal ini diakibatkan karena sistem produksi yang
digunakan masih sederhana sehingga dalam proses produksi memerlukan waktu yang lama. Hal
ini bisa saja diatasi dengan menambah tenaga kerja agar proses produksi tetap optimal walau hanya
menggunakan alat sederhana. Namun ketidakmampuan dalam memberi upah membuat para
pengrajin gula aren lebih memilih mengerjakannya sendiri meskipun terkadang terdapat kondisi
yang mengharuskan untuk menggunakan tenaga kerja tambahan. Tenaga kerja yang digunakan
merupakan tenaga kerja keluarga yang sekiranya memiliki waktu untuk turut ikut membantu
proses produksi. Kurangnya promosi menjadi kelemahan lain yang dimiliki para pengrajin gula
aren di Desa Nanga Menterap. Ruang lingkup pemasarannya hanya wilayah sekitar, dan paling
jauh hanya sampai pasar tepian Kapuas Kabupaten Sekadau. Hal yang dapat disarankan kepada
para pengrajin gula aren di Desa Nanga Menterap adalah melakukan pertahanan produk presisi

90
Prosiding Seminar Nasional SATIESP 2021
No.ISBN: 978-602-53460-8-8

dengan mengoptimalkan penanganan bahan baku dengan meningkatkan jumlah produksi dan
meningkatkan promosi agar memiliki daya jangkauan pemasaran yang luas.
4. Formulasi Strategi
Rumusan formulasi strategi pengembangan industri gula aren di Desa Nanga Menterap
Kecamatan Sekadau Hulu Kabupaten Sekadau dilakukan dengan menggunakan matriks SWOT
(strength, weaknesses, opportunities, threats), yakni dengan cara memadukan antara faktor
strategis internal berupa kekuatan dan kelemahan faktor stategis eksternal berupa peluang dan
ancaman. Dari hasil analisa matriks SWOT diperoleh formulasi strategis seperti di tabel 6.
Tabel 6. Alternatif Pengembangan SWOT Secara Matrik
Faktor Internal Kekuatan (S) Kelemahan (W)
a. Ketersediaan bahan baku a. Tenaga kerja
b. Cita rasa b. Sistem produksi
c. Mutu dan kualitas terjaga sederhana
d. Pemasaran tidak sulit
c. Penanganan bahan kurang
e. Harga
f. Hubungan baik dengan optimal
pemasok d. Bahan baku produksi
bersifat musiman
e. Kurangnya promosi
Faktor Eksternal
Peluang (O) Strategi SO Strategi WO
a. Pemanfaatan sumber daya a. Mengurangi angka
a. Meningkatkan kondisi
alam, dengan ketersediaan pengangguran melalui
perekonomian masyarakat lahan dan tenaga kerja penyerapan tenaga kerja
b. Permintaan konsumen yang
b. Memaksimalkan b. Memaksimalkan
cenderung meningkat permintaan pasar penggunaan bahan baku
c. Potensi pasar cukup besar
c. Menarik pelanggan tetap guna memenuhi
d. Ketersediaan lahan dan dengan menjaga mutu dan permintaan pasar
bahan baku
kualitas c. Memanfaatkan
e. Membuka kesempatan kerja ketersediaan lahan untuk
bagi masyarakat sekitar
memenuhi kebutuhan
bahan baku
Ancaman (T) Strategi ST Strategi WT
a. Kurangnya bimbingan dan a. Meningkatkan mutu dan a. Mengoptimalkan
pembinaan usaha intensif kualitas agar memiliki ciri penanganan bahan baku
dari pemerintah daerah khas sebagai pembeda dengan meningkatkan
b. Pengaruh cuaca/musim dengan perusahaan lain jumlah produksi
c. Penurunan jumlah produksi b. Membangun hubungan b. Meningkatkan promosi
d. Munculnya pesaing dengan baik dengan pemasok agar memiliki daya
mutu produksi dan daya guna mengatasi jangkau pemasaran
jangkau pemasaran luas persaingan yang luas
e. Adanya produk yang sama c. Tetap dapat melakukan
di daerah lain pemasaran secara mudah
meskipun kekurangan
pengetahuan akan strategi
promosi

Berdasarkan tabel 6, hasil analisis matriks SWOT bahwa kinerja pengrajin dapat
ditentukan oleh kombinasi faktor lingkungan ekternal dan faktor lingkungan internal, kombinasi
kedua faktor tersebut adalah strategi W-T. Strategi WT merupakan strategi yang menekan semua
kelemahan sekaligus mencegah semua ancaman yang ada. Kelemahan dan ancaman yang dimiliki
oleh para pengrajin gula aren di Desa Nanga Menterap dapat ditekan dengan menggunakan
sejumlah strategi berikut:
91
Prosiding Seminar Nasional SATIESP 2021
No.ISBN: 978-602-53460-8-8

a. Mengoptimalkan penanganan bahan baku dengan meningkatkan jumlah produksi.


Ketersediaan bahan baku yang melimpah di alam terkadang tidak dikelola secara optimal
sehingga tidak dimanfaatkan dengan baik. Agar bahan baku yang tersedia dapat terus dikelola
maka perlu untuk meningkatkan jumlah produksi, sehingga bahan baku dapat diolah secara
optimal.

b. Meningkatkan promosi agar memiliki daya jangkau pemasaran yang luas.


Ruang lingkup pasar dalam memasarkan gula aren yang diproduksi oleh para pengrajin
gula aren di Desa Nanga Menterap hanya sebatas wilayah Kabupaten Sekadau. Perlu untuk
dilakukannya peningkatan promosi yang bertujuan untuk mengenalkan produk ke pasar yang lebih
besar sehingga jangkauan pemasaran pun dapat diperluas.

5. SIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis data pada industri gula aren di Desa Nanga Menterap
Kecamatan Sekadau Hulu Kabupaten Sekadau, maka diperoleh faktor-faktor internal dan eksternal
antara lain: 1) Faktor internal yang menjadi kekuatan dan kelemahan dalam industri gula aren
terdiri dari: ketersediaan bahan baku, cita rasa, mutu dan kualitas terjaga, pemasaran tidak sulit,
harga, hubungan baik dengan pemasok, tenaga kerja keluarga, sistem produksi sederhana,
penanganan bahan kurang optimal, bahan baku produksi bersifat musiman, kurangnya promosi; 2)
Faktor eksternal yang menjadi peluang dan ancaman dalam industri gula aren terdiri dari :
meningkatkan perekonomian masyarakat, permintaab konsumen yang cenderung meningkat,
potensi pasar cukup besar, ketersediaan lahan dan bahan baku, membuka kesempatan kerja bagi
masyarakat sekitar, kurangnya bimbingan dan pembinaan usaha intensif dari pemerintah daerah,
pengaruh cuaca/musim, penurunan jumlah produksi, munculnya pesaing dengan mutu produksi
dan jangkauan pemasaran luas, adanya produk yang sama di daerah lain; 3) Berdasarkan hasil
analisis faktor internal dan eksternal terkait strategi pengembangan pada industri gula aren di Desa
Nanga Menterap Kecamatan Sekadau Hulu Kabupaten Sekadau, pada diagram kartesius SWOT
diperoleh hasil bahwa industri gula aren berada pada posisi kuadran IV dengan strategi WT atau
strategi bertahan (Defend). Implementasi strategi ini caranya adalah mengoptimalkan penanganan
bahan baku dengan meningkatkan jumlah produksi, meningkatkan promosi agar memiliki daya
jangkauan pemasaran yang luas.
Meskipun industri gula aren di Desa Nanga Menterap berada pada kuadran IV yang
merupakan kuadran dengan banyak kelemahan dan ancaman sehingga dalam posisi ini para
pengrajin gula aren harus dapat bertahan dari ancaman tersebut. Hal-hal yang dapat disarankan
kepada para pengrajin gula aren di Desa Nanga Menterap untuk mengembangkan industri gula
aren adalah dengan selalu memanfaatkan seluruh kekuatan dan peluang yang dimiliki untuk dapat
bertahan dari segala kelemahan yang ada. Para Pengrajin gula aren di Desa Nanga Menterap
hendaknya dapat meningkatkan jumlah produksi agar bahan baku yang dimiliki dapat dikelola
secara optimal, serta memikirkan strategi promosi yang baik agar dapat lebih mengenalkan produk
gula aren. Kepada pihak instansi maupun Dinas Pemerintahan terkait, hendaknya dapat
memberikan sosialisasi secara baik dan merata kepada setiap daerah Kabupaten Sekadau mengenai
kiat pengembangan industri gula aren. Pemerintah Kabupaten Sekadau juga diharapkan dapat
mengadakan pameran lokal yang bertujuan untuk mengenalkan kearifan lokal tersebut secara
berkelanjutan, sehingga produk gula aren diharapkan bisa lebih dikenal luas serta dapat menuju ke
pasar internasional.

92
Prosiding Seminar Nasional SATIESP 2021
No.ISBN: 978-602-53460-8-8

DAFTAR PUSTAKA
Aji, B. P. (2012). Strategi pengembangan agroindustri keripik pisang di Kecamatan Tawangmangu
Kabupaten Karanganyar. E-Jurnal Agrista – ISSN 2302-1713. Vol. 1 No. 2, 2012
Anggraini, Rahayu, dan Nusril. (2017). Strategi pengembangan industri rumah tangga gula kelapa
di Desa Pal 30 Kecamatan Lais Kabupaten Bengkulu Utara. Undergraduated thesis,
Universitas Bengkulu.
Heryani, Hesty, A. N. (2015). Strategi pengembangan standarisasi pada umkm gula aren di
Kalimantan Selatan . Prosiding Seminar Agroindustri dan Lokakarya Nasional FKPT-TPI
Program Studi TIP-UTM, 2-3.
Husna, Aulia. (2012). Studi kasus prospek usaha kerupuk ikan di kampung Semanting Kabupaten
Berau. Jurnal Ilmu Perikanan Tropis, Vol. 18 (2).
Khotimah, H., Mappatoba, dan Rauf. (2013). Strategi pengembangan usaha abon ikan melalui
pendekatan marketing mix pada industri raja bawang di Kota Palu. e-J. Agrotekbis 1 (5):
464 - 470
Rangkuti, Freddy. (1998). Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis, Jakarta: PT. Gramedia
Pustaka Utama.
Rahim, M. A. (2019). Strategi pengembangan usaha gula aren di Desa Sumberharjo Kecamatan
Moilong. Agrobisnis, Vol 2(1), 33-42.
Rahayu, Srikandi. (2018). Pengertian Industri Kecil Serta Karakteristik Dan Kategorinya.
Saputra, A., Ramlawati, dan Hilmi. (2020). Strategi pengembangan industri kecil gula aren di
Kecamatan Basidondo Kabupaten Tolitoli. Economy Deposit Journal (E-DJ.)
Setyowati, Nuning. (2011). Analisis usaha dan strategi pengembangan agroindustri keripik ketela
ungu sebagai produk unggulan di Kabupaten Karanganyar. Jurnal Unipdu, Vol. 1 (1).
Siregar, Gustina. (2014). Strategi pengembangan usaha tahu rumah tangga. Agrium, Vol 19 (1).
Soekartawi (1989). Prinsip Dasar Ekonomi Pertanian Teori dan Aplikasi. Cetakan kedua. Jakarta:
CV. Rajawali.
Soekartawi (1991). Agribisnis; Teori dan Aplikasinya. Jakarta. PT. Raja Grafindo Persada.
Statistik, B. P. (2012). Statistik Indonesia 2012. BPS-Statistik Indonesia
Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif & RND. Bandung: Alfabeta.
Sugiyowati, L., Karno, dan Titik Ekowati. (2015). Strategi pengembangan agroindustri gula aren
di Kabupaten Kendal. Agromedia, Vol. 33 (1).
Sukirno, Sadono. (2005), Mikroekonomi Teori Pengantar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Wahida, Firawati. (2012). Strategi pengembangan usaha abon pada ukm mutiara di Kota Palu. e-
J. Agrotekbis 1 (3), 295-300
Wongkar, Novita, Joachim N. K. Dumais, dan Theodora M. Katiandagho. (2017). Strategi
pengembangan agroindustri gula aren di Desa Tondei 1. Jurnal Agrisosio Ekonomi,
UNSRAT, Vol. 13, (3A).

93

Anda mungkin juga menyukai