Anda di halaman 1dari 37

PABRIK GULA BERKELANJUTAN DENGAN GREEN

ENERGY DAN WASTE TREATMENT

STUDIO PERANCANGAN DESAIN TEMATIK


(AR 4727)
Laporan Konseptual Perancangan

Oleh :

Veronica Christina Yunita Sari


19.A1.0111

Pembimbing:
Ir. Yulita TS, MT

MT

PROGRAM STUDI ARSITEKTUR


FAKULTAS ARSITEKTUR DAN DESAIN
UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA
SEMARANG
2022
BAB 1
PENDAHULUAN

I. Isu Permasalahan
Dalam menghadapi era industry 4.0 ini, perusahaan di dunia pada masa kini
tidak hanya mengandalkan kerja mesin untuk dapat menghasilkan produk yang
berkualitas namun juga mengandalkan sumber daya manusia yang menjadi subjek
dalam melakukan sebuah pekerjaan. Berbagai macam posisi di dalam perusahaan
semakin beragam dan semakin terbuka lebar untuk lowongan pekerjaan baik bagi
masyarakan lokal maupun masyarakat luar. Salah satu pekerjaan yang berpeluang di
Indonesia pada pasar bebas ASEAN adalah pekerjaan di sektor industry.
Negara Indonesia sendiri masih mengandalkan sektor agraris dan melakukan
ekspor ke negara maju. Hal ini merupakan pandangan oleh sebagian kecil untuk
melihat kemajuan suatu negara. Pastinya terdapat keuntungan dan kerugian dari
sektor industry, di satu sisi dapat menyerap cukup banyak tenaga kerja, namun di satu
sisi belum dapat mengatasi pencemaran atau kerusakan lingkungan.
Mengenai peningkatan industry yang berbahan baku agraris sudah pernah
dilakukan di negara lain, maka akibarnya terjadi ketergantungan terhadap negara
tersebut. Hal ini juga menjadi salah satu permasalahan industry yang ada di
Indonesia. Lokasi industri yang tidak strategis juga menjadi salah satu permasalahan,
dimana lokasi industri tidak sesuai dengan geografi industry. Maka berakhir dengan
banyaknya hasil industri dari negara lain yang kemudia relokasi ke negara lain
diakibatkan oleh biaya ekonomi yang tinggi bagi pengusaha sendiri. Permasalahan
yang kerap ditemui dalam bidang industry yaitu banyaknya hasil industry dari negara
lain yang masuk ke Indonesia dengan harga yang relative murah.
Dari penjabaran masalah industry tersebut kita dapat menyimpulkan bahwa
diperlukan adanya pemikiran serta tanggapan mengenai keberadaan industry sendiri
dalam negeri, sehingga sektor industri di negara kita ini dapat menunjang kehidupan
masyarakat dan perekonomian suatu negara.
Membahas mengenai sektor industry pabrik gula, Peneliti Center for
Indonesian Policy Studies (CIPS) mengatakan bahwa pemerintah sebaiknya fokus
dalam membenahi permasalahan gula nasional, dari segi produktivitas (on farm)
maupun tingkat rendemen (off farm). Kedua masalah inilah yang menyebabkan gula
nasional makin sulit bersaing dengan impor.
Berdasarkan data dari United States Department of Agriculture (USDA)
2018, produktivitas perkebunan tebu di Indonesia hanya mencapai 68,29 ton per
hektar di tahun 2017. Jumlah ini dapat dikatakan lebih rendah dibandingkan negara-
negara lain penghasil gula seperti Brazil, yang menghasilkan sebesar 68,94 ton per
hectare. Selain itu, India juga sebesar 70,02 ton per hectare dalam periode yang sama
pula.
Permasalahan lain dalam sektor pabrik gula adalah produktivitas yang perlu
ditingkatkan efisiensi nya dan juga minimnya pengawasan terhadap subsidi pertanian.
Dimana perusahaan gula cukup kesulitan untuk mendapatkan lahan pertanian yang
lokasinya berdekatan dengan pabrik gula dan penggilingan tebu.
Rendahnya produktifitas lahan dan rendemen gula di sebagian PG-PG milik
PTPN/PTRNI dibanding dengan PG-PG swasta. Selain itu bahan baku raw sugar
untuk industry gula rafinasi masih seluruhnya diimpor dari negara lain. Pada
umumnya dalam bidang produksi, mesin produksi yang digunakan untuk perusahaan
gula putih sudah tua dan program revitalisasi belu berjalan sebagaimana menstinya.
Area industry tentunya memiliki lingkungan yang cukup berbeda. Dampak
dari area industry adalah polusi yang dihasilkan, terlebih oleh pabrik industry skala
besar. Polusi ini menimbulkan dampak yang besar bagi lingkungan kita sendiri.
Selain dapat mencemari air minum, juga dapat melepaskan racun ke udara serta
mengurangi kualitas tanah. Polusi air yang diakibatkan oleh hasil buangan pabrik ini
dapat mempengaruhi ekosistem hingga bertahun tahun kemudian. Air yang sama
kemudian digunakan oleh para petani untuk keperluan irigasi, dan kemudian
mempengaruhi kualitas makanan yang dihasilkan. Polusi tanah juga dapat
menghancurkan vegetasi lokal serta masalah kesehatan kronis bagi orang orang yang
bersentuhan dengan tanah yang tercemar setiap hari. Dan banyak dampak lainnya,
dari pemanasan global, hilangnya keanekaragaman hayati, desposisi atmosfer, dan
lainnya.

II. Latar Belakang


Gula merupakan suatu karbohidrat sederhana yang menjadi sumber energi
dan komoditas perdagangan utama. Gula sendiri palung banyak diperdagangkan
dalam bentuk kristal sukrosa padat. Sejak diberlakukannya Undang-Undang Agraria
pada tahun 1870 di Hindia Belanda, wilayah Jawa bagian tengah dan timur menjadi
lokasi strategis bagi para investor dan pihak perkebunan swasta asal Eropa untuk
mendirikan pabrik Gula. Hal ini dikarenakan iklim dan kondisi lahan di Jawa bagian
tengah dan juga timur sangat baik dan cocok untuk ditanamai tebu sebagai bahan
dasar gula.
Indonesia sendiri berpotensi sebagai produsen gula dunia dikarenakan
dukungan agroekosistem, luas lahan dan juga tenaga kerja. Disamping itu prospek
pasar gula di Indonesia cukup menjanjikan dengan konsumsinya yang sebesar 4,2-4,7
juta ton/tahun. Gula merupakan salah satu kebutuhan pokok bagi masyarakat dan
industry yang saat ini masih terus menjadi masalah dikarenakan kekurangan produksi
dalam negri, sementara kebutuhan terus meningkat.

Produksi Gula Nasional yang belum memenuhi angka konsumsi nasional


Sumber : tempo.com
Pabrik gula yang berada di pulau Jawa relative memiliki umur yang cukup
tua, sehingga sudah mulai kurang produktif. Hampir seluruh pabrik gula di Indonesia
sangat bergantung kepada petani tebu dan juga lahan yang terbatas di pulau Jawa.
Sedangkan pabrik gula Rafinasi yang berjumlah sekitar 8 pabrik belum dapat
memproduksi secara optimal, dimana utilisasi kapasitas sekitar 40% - 60% pada
tahun 2008.
Perkembangan kebutuhan gula meningkat dengan sangat pesat, sementara
peningkatan produksi relative belum seimbang menjadikan Indonesia sebagai
importir gula baik untuk gula kristal mentah (raw sugar) maupun gula industry atau
refined sugar.
Pengembangan industry gula sendiri termasuk pengolahan tebu harus
dilakukan secara terpadu mulai dari perkebunan, pengolahan, pemasaran dan
distribusi yang didukung oleh para pemilik kepentingan termasuk lembaga
pendukung seperti litbang, SDM, keuangan atau perbankan, dan juga transportasi.
Kecenderungan global industry gula dunia pada tahun 2008 sebesar 166,3
juta ton dimana untuk Indonesia sendiri produksinya mencapai sebesar 2,67 juta ton
gula putih dan 1,256 juta ton untuk gula rafinasi. Jika ditinjau dari sektor konsumsi
gula dapat mencapai 163 juta ton. Produksi gula dunia adalah 70% dari tebu sisanya
dari beet.
Impor gula Indonesia pada tahun 2008 sebesar 2,3 juta ton setara raw sugar,
terdiri dari white sugar, refined sugar dan raw sugar. Asal negara impor adalah
Thailand, Brazil, Uni eropa, Korea, Malaysia, Australia, dan Afrika Selatan.
Faktor daya saing untuk domestic di Indonesia (white sugar dan refined
sugar) mencapai 3,92 ton (2008) dan dapat diperkirakan menjadi 4,37 juta ton pada
tahun 2009. Untuk estimasi perumbuhan industry gula sebesar 6% setahun antara lain
didasarkan pada perkiraan peningkatan permintaan gula konsumsi untuk mencukupi
kebutuhan industry makanan, minuman dan farmasi di dalam negeri. Realisasi
produksi gula pada tahun 2008 sebesar 2,67 juta ton untuk gula konsumsi dan 1,256
juta ton gula rafinasi, dengan penyerapan tenaga kerja sebesar 900.000 orang.
Disamping itu pabrik gula juga menyebabkan permasalahan lingkungan
seperti limbah air, buangan gas dan limbah padat yang perlu segera diselesaikan
untuk dapat mengurangi dampak pada lingkungan.

III. Perumusan Masalah


1. Bagaimana perancangan sebuah pabrik gula dengan efisiensi mesin produksi yang
baik sehingga dapat memberikan hasil yang optimal?
2. Bagaimana implementasi desain dalam penyelesaian masalah lingkungan yang
kerap ditimbulkan oleh limbah buangan pabrik?

IV. Tujuan
1. Mendukung program revitalisasi pabrik gula melalui perancangan sebuah pabrik
gula swasta dengan efisiensi mesin produksi sehingga dapat memberikan hasil
yang optimal dalam meningkatkan volume produksi gula putih di Indonesia.
2. Mewujudkan rancangan pabrik gula berkelanjutan yang dapat meminimalisir
dampak lingkungan akibat limbah buangan yang dihasilkan

V. Pengguna
1. Pekerja lapangan
2. Operator
3. Pengelola
BAB II
GAMBARAN UMUM PROYEK

I. Gambaran Umum Pabrik Gula


Perancangan proyek kali ini adalah merancang sebuah bangunan pabrik gula.
Dimana pabrik gula merupakan pabrik yang mengolah tebu menjadi gula putih atau
gula coklat. Dapat juga diartikan sebagai tempat untuk menghancurkan batang gula
tebu dan mengestrak sarinya. Pabrik gula terdiri dari beberapa industry, yaitu 59
pabrik gula (PG) dan 8 pabrik gula rafinasi (PGR).

II. Proses Pengolahan Gula


Pabrik gula saat ini telah beralih menggunakan proses karbonatasi untuk
menghasilkan gula putih layak konsumsi (konsumsi secara langsung). Pabrik gula
karbonatasi merupakan pabrik gula yang menggunakan proses karbonatasi dalam
proses pemurniannya sehingga diperoleh gula kualitas GKP dengan ICUMSA 80-300
yang sudah dapat layak konsumsi. Seperti hal nya pabrik gula dengan sistim sulfitasi,
PG dengan proses karbonatasi dalam proses pemurniannya tidak hanya menggunakan
gas karbondioksida (CO2) sebagai agen pemurni, namun juga dilakuka proses
defekasi. Secara singkat untuk proses pemurnian sistem defekasi remelt karbonatasi
(DRK) dapat dilihat dalam diagram dibawah ini.
Proses pemurnian sistem defekasi remelt karbonatasi (DRK)
Sumber : sucrotech.com
Dimana proses pemurnian sistem karbonatasi tidak sama dengan pemurnian sistem
defekasi remelt karbonatasi (DRK) yang akhir akhir ini sedang menjadi tren dimana
beberapa pabrik gula sulfitasi yang ada beralih proses nya dengan sistem DRK.
Dengan berkembangnya teknologi sulfitasi yang lebih ekonomis dibandingkan
proses karbonatasi pada masa itu membuat pabrik gula-pabrik gula sulfitasi yang ada
merubah prosesnya menjadu karbonatasi ke sulfitasi sehingga pada saat ini Indonesia
sudah tidak ada lagi yang menggunakan proses karbonatasi. Seiring berjalannya
waktu dan munculnya isu tuntutan untuk memproduksi gula non-belerang (non-
sulfur), beberapa pabrik gula sulfitasi yang ada di Indonesia mulai beralih ke proses
ke sistem DRK.
Proses karbonatasi merupakan proses perlakuan nira mentah dengan gas
karbondioksida (CO2), dengan kebutuhan gas CO2 untuk proses karbonatasi nira
mentah membutuhkan jumlah gas CO2 yang banyak dan hanya bisa dipenuhi bila
pabrik gula memiliki unit pembakar kapur mentah mnejadi kapur tohor. Proses
pembakaran kapur mentah tersebut membutuhkan energi atau sumber panas
pembakaran yang sangat tinggi dengan menggunakan bahan bakar batu bara yang
memiliki kadar karbon tinggi biasanya disebut dengan kokas. Pembuatan kokas
sendiri membutuhkan biaya yang tinggi sehingga pabrik gula dengan sistem
pemurnian karbonatasi dinilai sudah tidak ekonomis lagi untuk digunakan dalam
proses pengolahan sehingga sudah ditinggalkan dan beralih ke proses pemurnian
defekasi remelt karbonatasi.
Dalam pabrik gula sendiri terdapat beberapa tahapan proses dalam pengolahan nira,
sebagai berikut :
1. Cane Preparation and Handling System
Merupakan proses penerimaan tebu dari truk pengangkut. Dimana truk diparkir
dalam truk tippers yang berfungsi sebagai hidrolik miring 45 derajat sehingga
dapat dengan mudah memindahkan muatan tebu yang berada dalam truk.
Kemudian tebu yang telah dipindahkan dibawa melalui cane leveler dan
dilakukan pencacahan dengan primary cane cutter. Selanjutnya dilakukan
beberapa kali pencacahan dengan knife cane yang disalurkan melalui belt
conveyor. Selanjutnya dilakukan pemerasan sebanyak 4 kali untuk menghasilkan
perasan air tebu yang maksimal
2. Steam boiler and Bagasse and Ash Conveyors System
Hasil pemerasan selain air tebu dihasilkan juga limbah tebu yang telah diperas
menghasilkan yang kemudian digunakan sebagai bahan bakar untuk merebus di
boiler. Uap yang dihasilkan oleh boiler berisi air panas akan disalurkan dalam
memenuhi supply power untuk menjalankan seluruh mesin dalam pabrik.

3. Milk of Lime Preparation


Milk of Lime merupakan air kapur yang nantinya digunakan sebagai campuran
untuk air tebu. Kemudian air kapur yang siap dicampurkan disalurkan ke Milk of
Lime Holding Tank

4. Lime Saccharate Preparation


Raw Syrup dimasukkan ke Heater, kemudian dosalurkan ke Raw Syrup Constant
Head Tank. Selanjutnya Milk of Lime (air kapur) dimasukkan bersama sama ke
dalam Lime Saccharate Preparation Tank.

5. Juice Defecation and Heating


Hasil dari Milk of Lime yang telah dimasukkan ke dalam Lime Saccharate
Preparation Tank kemudian dimasukkan ke dalam Primary Juice Receiving Tank,
lalu dicampurkan di dalam Static Mixer of Juice and Lime. Ixed Juice sebagai
hasil perasan tebu kemudian ditimbang di Mixed Juice Weigh Scale, dan
dimasukkan ke Weighed Mixed Juice Tank. Kemudian di pompa dan masuk ke
dalam Primary Juice heater untuk dipanaskan. Setelah panas, kemudian
dimasukkan ke dalam Primary Juice Receiving Tank dan dicampurkan di dalam
Static Micer of Juice and Lime. Selanjutnya dipanaskan kembali di dalam First
Stagr Secondary Juice heater. Kembali dimasukkan ke dalam First Stage
Secondary Heater Receiving Tank dan pemanasan terakhir dimasukkan di dalam
Second Stage Secondary Juice Heater.

6. Juice Clarification
Hasil dari Juice yang sudah dicampurkan tadi kemudian masuk ke dalam Juice
Push Tank untuk dihilangkan uap nya. Diamsukkan ke dalam Juice Flash Tank
sambil dicampuri flokulan dari Body for Flocculant Preparation Tank untuk
mengendapkan kotoran-kotoran padat dan cairan yang ada di dalam Juice
Clarifier. Hasil yang telah dipisahkan dari kotoran kemudian melewati Clarified
Juice Screen dan masuk ke dalam Clarified Juice Tank. Endapan kotoran hasil
penyaringan dimasukkan ke dalam Body for Mud Overflow Receiving Tank.
Hasil kotoran dalam Body for Mud Overflow Receiving Tank di pompa dan
dimasukkan ke dalam Bagacillo/Mud Mixer, dicampur dengan Bagacillo Cyclone.
Setelah tercampur dimasukkan ke dalam Rotary Vacuum Filter. Kotoran yang
keluar dari Rotary Vacuum Filter kemudian masuk ke dalam Cake Conveyor, dan
dibuang ke luar, dapat digunakan sebagai pupuk, dan fungsi lainnya.
Hasil yang diambil dari Rotary Vacuum Filter masuk ke dalam Filtrate Receiving
tank. Dari Filtrate Receiving tank masuk kembali ke dalam Filtrate Juice.

7. Steam Transformer
Steam Transformer berfungsi untuk menkondensasikan uap dari exhaust turbin
menjadi kondensat dan masuk ke dalam Condensate Receiving Tank dan
dikembalikan ke Boiler untuk di uap kan kembali. Uap air yang berasal dari
Steam Transformer kemudian digunakan sebagai pemanas untuk menguapkan
Juice di evaporator, Vacuum Pan, dll.

8. Juice Evaporator System


Dari Clarified Juice Tank kemudian dimasukkan ke dalam Evaporator 1, 2, 3, 4, 5
hingga dicapai kekentalan tertentu. Kemudian dari Evaporator 5 atau terakhir
kemudian dimasukkan ke Raw Syrup Receiving Tank.

9. A-Sugar Crystallization and Purging


Dari Raw Syrup Head Tank, kemudian dimasak kembali di dalam A-Vacuum
Pan. Di dalam A-Vacuum Pan dilakukan pengkristalan. Setelah mengkristal
dengan ukuran tertentu dimasukkan ke dalam A-Massecuite Feed Distributor.
Kemudian dipisahkan antara Molase dengan gula di dalam A-Massecuite
Centrifugals. Gula A dimasukkan ke dalam A-Sugar Bucket Elevator. Molasis
sendiri akan dipompa ke dalam Molasis Receiving Tank kemudian masuk ke
dalam A-Molasses Head Tank.

10. Affination and Melting


Dari Raw Sugar Bucket Elevator kemudian disalurkan menuju ke dalam Raw
Sugar Weighing Scale untuk ditimbang. Dan kemudian dimasukkan ke dalam
Raw Sugar Buffer Bin melalui Raw Sugar Belt conveyor. Kemudian dimasukkan
kembali ke dalam Raw Sugar Bucket Elevator untuk ditimbang kembalu di Raw
Sugar Weighing Scale, dan dilanjutkan ke dalam Weighed Sugar Receiver
melalui Weighed Sugar Screw Conveyor dan dimasukkan ke dalam Body for
Affination Mingler untuk dilebur dengan dicampurkan dengan Mingling Syrup.
Kemudian dimasukkan ke dalam Feed Distributir for Affination Centrifugal untuk
dipisahkan antara gula dan molasisnya. Molasis yang telah dipisahkan kemudian
dimasukkan ke dalam Green Molasis Head Tank.
Gula yang telah dihasilkan dimasukan ke dalam Body for Raw Sugar Melter. Dari
Body for Raw Sugar Melter kemudian disirkulasi ke dalm Raw Liquor Direct
Contact Heater hingga mencapai temperature tertentu. Yang telah tercampur
dengan baik kemudian akan mengalir ke dalam Raw Melt Liquor Receiving Tank.

11. Raw Liquor Decolorisation by Carbonation System


Dari Raw Melt Liquor Receiving Tank kembali dimasukkan ke dalam Raw Melt
Heater Before Carbonator dan dimasukkan ke dalam Liquor Liming Unit untuk
dicampurkan ke air kapur. Untuk hasil yang telah tercampur dimasukkan ke
dalam Body for Liquor and Liming Tank. Dari Liquor and Liming Tank yang
telah tercampur dimasukkan ke dalam Carbonator 1, dilanjutkan ke Carbonator 2,
untuk kemudian dihilangkan warna nya menjadi lebih putih. Dari Carbonator 2
masuk ke dalam Post Reaction Tank, kemudian dimasukkan ke dalam Carbonate
Liquor Heater. Setelah dipanaskan dimasukkan ke dalam Body for Carbonate
Liquor Receiving Tank. Kemudian di saring di dalam Filter for First Filtration.
Haisl filtrasi kemudian dimasukkan ke dalam Brown Liquor Tank. Kemudian
disaring kembali di dalam Filter for Second Filtration dan masuk ke dalam Brown
Liquor Tank 2. Kemudian dicampurkan ke dalam PreCoat Preparation Tank.
Kemudian hasil kotor dari Filter for Second Filtration dimasukkan ke dalam Filter
Press untuk memisahkan antara Sludge(endapan kotoran) dengan air gula.
Kotoran nya kemudian dibuang ke dalam Cake Conveyor dan dapat digunakan
sebagai pupuk atau kegunaan yang lain. Air gula sendiri masuk ke dalam Sweet
Water Tank.

12. Liquor Evaporation


Dari Brown Liquor 2 dimasukkan ke dalam Pre Heater for Evaporator, kemudian
dimasukkan ke Liquor Evaporator 1 untuk uapkan agar lebih kental lagi.
Selanjutnya dimasukkan ke dalam Evaporator nomor 2, untuk di uapkan agar
lebih kental lagi sebelum dimasukkan ke dalam Fine Liquor Head Tank.

13. White Sugar Boiling


Dari Fine Liquor Head Tank dimasukkan ke dalam White Sugar Vacuum Pan
untuk di kristalkan dengan dicampurkan dengan Molasis. Setelah mengkristal
dengan ukuran tertentu kemudian dimasukkan ke dalam Body for White Mass
Strike Receiver. Kemudian masuk ke dalam Feed Distributor for White
Centrifugal dan masuk ke dalam White Sugar Centrifugal untuk dipisahkan antara
gula dan molasis.Molasis dari hasil pemisahan dimasukkan ke dalam B1 Molasis
Receiving Tank. Kemudian di pompa ke dalam Molasses Head Tank. Gula yang
dipisahkan kemudian dimasukkan ke dalam feed Screw melalui White Sugar
Screw Conveyor melalui Feed Screw dan dimasukkan ke dalam W-Sugar Dryer.
Untuk gula yang telah kering melalui Bucket Elevator kemudian di Vibrating
Screen untuk memisahkan ukuran gula yang besar dan yang kecil. Kemudian
didinginkan di dalam W-Sugar Cooler. Hasil gula yang telah dingin dimasukkan
ke dalam W-Sugar Packing Bin. Kemudian ditimbang di Weighing and Bagging
Macchine untuk di packing di dalam pack 1 kg dan 50 kg.

III. Limbah
Limbah yang dihasilkan dalam pabrik gula berupa limbah padat dan limbah cair, yang
dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
1. Limbah padat berupa blotong dan abu sisa pembakaran pada mesin ketel uap.
Blotong merupakan padatan yang tercampur dalam nira mentah yang tertahan di
filter berbentuk padat dan coklat. Dapat dimanfaatkan untuk pembuatan pupuk
organic, sedangkan abu sisa pembakaran adalah dari sisa pembakaran ampas yang
dibakar pada mesin ketel uap. Debu ini akan ikut terbuang melalui udara. Untuk
mengurangi pencemaran udara maka debu tersebut akan ditangkap menggunakan
alat dust collector, abu sisa pembakaran biasanya dimanfaatkan masyarakat
sekitar pabrik gila sebagai campuran pembuatan batu bata.
2. Limbah cair berupa tetes tebu, pengolahan limbah cair di pabrik gula dilakukan
di Unit Pengolahan Limbah Cair (UPLC) dengan perpaduan proses pengolahan
limbah cair secara fisis, kimiawi dan biologi. Tetes tebu atau yang disebut sebagai
molase merupakan stroop terakhir yang memiliki kadar kandungan gula yang
rendah. Tetes masih memiliki nilai ekonomi yang cukup tinggi, dikarenakan tetes
tebu banyak dimanfaatkan untuk berbagai kebutuhan seperti alcohol dan
penyedap rasa masakan.
3. Limbah Gas pada pengolahan gula kristal meliputi gas CO2, CO, SO2 dan asap
dari cerobong, gas tersebut keluar dari cerobong ke udara bebas. Sama seperti
debu pembakaran, alat dust collector dibutuhkan untuk menangkap debu yang
keluar dari cerobong untuk mengurangi pencemaran udara.

IV. Regulasi
Regulasi yang mengatur terkait Industri Pabrik Gula tercantum dalam :
 Peraturan Menteri Perindustrian Republik Indonesia Nomor
10/M-IND/PER/3/2017 tentang Fasilitas Memperoleh Bahan Baku dalam
Rangka Pembangunan Industri Gula
 Peraturan Menteri Perindustrian Bab II Pasal 2
(1) “Perusahaan Industri Gula memanfaatkan Gula Kristal mentah sebagai
bahan baku untuk memproduksi Gula Kristal Rafinasi dan atau Gula
Kristal Putih
(2) Gula kristal mentah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bersumber dari
hasil produksi dalam negeri atau impor
(3) Perusahaan Industri Gula harus memanfaatkan Gula Kristal Mentah
sebagaimana yang dimaksud dalam ayat (1) secara efisien dengan
memaksimalkan penggunaan bahan baku tebu dari dalam negeri.
 Peraturan Menteri Perindustrian Bab 2 Pasal 3
(1) Perusahaan Industri gula baru dan Perluasan harus terintegrasi dengan
perkebunan tebu
(2) Perkebunan tebu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus merupakan
milik sendiri dan/atau merupakan pola kemitraan dengan petani

V. Studi Preseden
A. Pabrik Gula di Bombana, Sulawesi Selatan (PT Prima Alam Gemilang)
Pabrik gula terbesar yang ada di Indonesia merupakan pabrik gula
milik PT Prima Alam Gemilang di Kabupaten Bombana. Kapasitas giling
pabrik ini mencapai 12.000 ton cane per hari (TCD) sehingga dapat dikatakan
sebagai pabrik gula terbesar di Indonesia. Untuk PT PAG Bombana sendiri
telah menggunakan teknologi canggih yang didukung automosasi. Hal ini
sesuai dengan implementasi peta jalan Making Indonesia 4.0.

Dengan kapasitas produksi sebesar itu, pabrik gula tersebut dapat


berkomitmen untuk dapat memenuhi kuota gula Indonesia bagian timur
dengan harga dibawah HET. Selain itu keberadaan perusahaan telah mampu
untuk dapat mengangkat harkat dan kesejahteraan warga. Selain itu
menciptakan lapangan kerja di tengah ancaman resesi ekonomi dan PHK
akibat dari dampak pandemic Covid-19.
Sebesar 20% bahan baku industry merupakan hasil dari perkebunan
tebu sekitar. Kemenperin telah mencatat produksi gula di Indonesia saat ini
telah mencapai 2,2 juta ton per tahun, sementara kebutuhan gula nasional
mencapai 5,8 juta ton per tahun. Dimana gula merupakan salah satu
kebutuhan pokok masyarakat yang dapat dikonsumsi secara langsung, baik
sebagai bahan baku industry yang kebutuhannya tiap tahun makin meningkat
seiring dengan pertumbuhan penduduk dan pertumbuhan industry makanan
dan minuman.
Proses pembangunan pabrik gula Bombana
Sumber : Dokumen Pribadi
Kawasan Pabrik Gula Bombana
Sumber : Dokumen Pribadi

B. Rio Grande Valley Sugar Growers, Inc (RGVSG)


Merupakan satu dari 10 produsen gula mentah teratas di Amerika
Serikat, yang juga menjadi koperasi milik anggota yang terdiri dari lebih dari
126 petani di wilayah tiga kabupaten. Setiap tahunnya pabrik ini mengolah
lebih dari 1,5 juta ton tebu setiap tahunnya, dan menghasilkan hampir
160.000 ton gula mentah dan 60.000 ton tetes tebu.
Rio Grande Valley Sugar Growners Inc, Santa Rosa, Texas, US
Sumber : Zaubee.com

Dengan adanya pabrik ini telah menciptakan lapangan kerja dan


menumbuhkan ekonomi mereka. Yang berbeda dan menjadi dayatarik dari
pabrik gula ini adalah bagaimana mereka mengolah limbah hasil produksi
yang merupakan sisa tebu yang dihancurkan akan dibawa ke boiler pabrik
dan digunakan untuk menghasilkan uap dan listrik. Ditinjau dari bagaimana
mereka mengelola kembali produk sampingan tebu ini menciptakan proses
hemat energi yang menghemat biaya bahan bakar pabrik dalam jumlah besar.
Energi listrik yang dihasilkan ini kemudian menjadi power supply yang
disalurkan ke area sekitar pabrik di area Santa Rosa.

Sisa gilingan tebu yang akan digunakan sebagai bahan bakar


penghasil listrik
VI. Gambaran Aktivitas Pengguna
Dalam sebuah pabrik gula, terdapat aktivitas pengguna yang dipimpin oleh pemimpin
pabrik dengan 5 (lima) Kepala Bagian (Kabag), yaitu Bagian Tata Usaha dan
keuangan, Bagian Teknik, Bagian Fabrikasi, Bagian Tanaman, dan Quality Control.
Kepala bagian sendiri membawahi Kepala Seksi dan Kepala Sub Seksi (Kasubsi).
Untuk kegiatan masing masing pengguna dapat diamati dalam table berikut :

Pengguna Keterangan

Pemimpin Pabrik Merupakan pimpinan tertinggi pabrik gula yang


bertugas melaksanakan keputusan dan kebijakan
pengolaan pabrik gula dan bertanggung jawab kepada
direksi.
Kepala Bagian Tata Memiliki tanggung jawab meliputi pebukuan, keuangan,
Usaha dan Keuangan pergudangan serta administrasi umum yang dibagi
menjadi beberapa seksi, yaitu Seksi Personalia, Seksi
Rumah Tangga dan Umum, Seksi Akutansi, Seksi PDE
(Pengolahan Data Elektronik), dan Seksi Logistik.
Kepala Bagian Fabrikasi Merupakan bidang yang bertanggungjawab atas
terselenggaranya efektivitas dan efisiensi pelaksanaan
pabrik. Pembagian tugas terbagi berdasarkan waktu
giling.
Kepala Bagian Teknik Bertanggungjawab terhadap pelaksanaan teknik
operasional pembagian tugas bagian teknik berdasarkan
waktu produksi,
Kepala Bagian Tanaman Memiliki tanggungjawab terhadap kesediaan dan
kelancaran pasokan tebu giling, areal, kultur, teknis atau
mekanisasi, pembibitan, riset dan pengembangan,
tebang dan angkut tanaman tebu. Terdiri dari beberapa
seksi, yaitu Biro Tanaman, Seksi Bina Produksi, Seksi
Bina Wilayah, Seksi Tebang dan Angkut, Seksi Litbang

Jam operasional pabrik gula terbagi menjadi beberapa jadwal, dan dibagi berdasarkan
bagian masing masing. Berikut merupakan jam operasional khusus di bagian fabrikasi
dan instalasi pada saat masa giling :
 Shift I : Pukul 05.00 – 13.00 WIB
 Shift II : Pukul 13.00 – 21.00 WIB
 Shift III : Pukul 21.00 – 05.00 WIB

Sedangkan untuk bagian TUK dan bagian tanaman berikut jadwal operasional :
a. Senin – Kamis Pagi Pukul 07.00 – 11.30 WIB
Istirahat Pukul 11.30 – 12.30 WIB
Siang Pukul 12.30 - 15.00 WIB
b. Jumat Pagi Pukul 07.00 – 11.30 WIB
Istirahat Pukul 11.30 – 13.00 WIB
Siang Pukul 13.00 - 15.30 WIB
c. Sabtu Pagi Pukul 07.00 – 12.00 WIB

VI. Kebutuhan Ruang


Area Publik
 Parkir Tamu dan karyawan
 Parkir truk
 Ruang Timbang Truk
 Klinik
 Masjid
 Kantin
 Bengkel
 Unit Pemadam Kebakaran
Area Privat
 Kantor Utama
 Kantor teknik dan produksi
 Laboratorium
 Area Produksi
 Control Room
 Utility Control
 Gudang bahan baku
 Gudang Alat
 Gudang Product

Area Servis
 Toilet
 Kantor keamanan (CCTV)
 Mechanical Electrical
 Pos satpam
 Gudang kebersihan

Unit Pendukung Pabrik


Unit Pengolahan Air
Unit Penyediaan steam dan pendingin
Unit penyediaan udara
Unit penyediaan listrik
Unit penyediaan bahan bakar

VII. Persyaratan Kebutuhan ruang


Dalam merancang sebuah pabrik, diperlukan tata letak peralatan proses pada pabrik.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan berikut ini:
1. Aliran bahan baku dan produk
Jalannya aliran bahan baku dan produk yang tepat dapat memberikan keuntungan
ekonomis yang besar serta dapat menunjang kelancaran serta keamanan produksi.
2. Aliran udara
Aliran udara di dalam atau sekitar area produksi perlu diperhatikan
kelancarannya. Hal ini bertujuan agar terhindar dari hal stagnasi udara pada suatu
tempat berupa penumpukan atau akumulasi bahan kimia berbahaya yang dapat
membahayakan keselamatan pekerja.
3. Pencahayaan
Pencahayaan dalam seluruh pabrik harus memadai, terlebih di area produksi yang
berbahaya atau beresiko tinggi harus diberi pencahayaan tambahan.
4. Lalu lintas manusia dan kendaraan
Dalam perancangan layour peralatan proses perlu diperhatikan agar pekerja dapat
mencapai seluruh alat proses dengan cepat dan juga mudah agar apabila terjadi
gangguan pada alat proses dapat segera diperbaiki. Disamping itu, keamanan
pekerja selama menjalankan tugasnya perlu diprioritaskan.
5. Pertimbangan ekonomi
Dalam menempatkan alat alat proses pada pabrik, diusahakan agar dapat menekan
biaya operasi dan kelancaran terjamin serta keamanan produksi pabrik dapat
menguntungkan dari segi ekonomi.
6. Jarak antar alat proses
Untuk antar alat proses yang mempunyai suhu dan tekanan operasi tinggi, lebih
baik dapat dipisahkan dari alat proses lainnya sehingga apabila terjadi kebakaran
atau ledakan pada alat tersebut tidak membahayakan alat proses lainnya.

VIII. Pelayanan Teknik Utilitas (Fasilitas Pendukung)


Utilitas adalah sekumpulan unit-unit atau bagian dari sebuah pabrik yang memiliki
penunjang dalam proses produksi. Keberadaan utilitas sangatlah penting dimana
merupakan kebutuhan pokok dalam sebuah pabrik.
Unit pendukung dalam perancangan pabrik terdiri dari :
1. Unit pengolahan air
Air yang dibutuhkan meliputi air pendingin, air umpan boiler, dan air untuk
keperluan kantor dan rumah tangga. Air untuk pemadam kebakaran serta air
cadangan. Air yang digunakan diperoleh dari sungai terdekat dengan lokasi pabrik
yang kemudian diolah terlebih dahulu sehingga memenuhi persyaratan sebelum
digunakkan.
Terdapat beberapa proses seperti pengendapan, penggumpalan, penyaringan,
demineralisasi, dan deaerasi.

2. Unit penyediaan steam dan pendingin


Kebutuhan steam ini dipenuhi oleh boiler utilitas. Sebelum dimasukkan ke dalam
boiler, air harus dihilangkan kasadahannya dikarenakan air yang sadah akan
meninggalkan kerak di dalam boiler.

3. Unit penyediaan udara


Udara diolah terlebih dahulu di dalam sebuah penngolahan udara sebelum
digunakan. Untuk sibutuhkan untuk alat-alat control dalam hal menggerakkan
valve dan keperluan lain seperti pembakaran dalam pembangkit steam dan
generator listrik.
4. Unit pemyediaan listrik (Power Supply)
Untuk kebutuhan listrik sendiri dibutuhkan alat proses dan utilitas seperti Pompa,
Tangki, Belt Conveyor, Bucket elevator, Blower, pompa utilitas, tangka
kesadahan, tangka klorinator, fan, cooling tower, kompresor

5. Unit penyediaan bahan bakar


Bahan bakar dibutuhkan untuk keperluan pembakaran pada bpiler dan diesel
untuk generator pembangkit listrik. Untuk bahan baku bouler sendiri
menggunakan fuel oil, sedangkan bahan bakar untuk generator membutuhkan
bahan bakar solar.
IX. Standar Dimensi/Besaran Ruang
Dalam sebuah pabrik tentunya terbagi menjadi beberapa area sesuai dengan fungsi.
Untuk area akan terbagi menjadi beberapa area sebagai berikut:
a. Area Penerimaan
Di dalam area penerimaan ini merupakan area pertama sebagai penyalur tebu
yang berasal dari truk pengangkut untuk disalurkan ke dalam mesin pengangkut
dan pencacah.
Pada area penerimaan terdapat berbagai mesin yang berfungsi untuk menyalurkan
tebu dari truk. Berikut merupakan jenis mesin-mesin yang digunakan di area
penerimaan:
1. Weighbridge for Truck
2. Truck Tippers
3. Cane Unloading Gantry Crane
4. Cane Feed Table
5. Side Cane Carrier
6. Cane Leveller of Side Cane Carrier
7. Primary Cane Cutter
8. Kicker Top On Main Cane Carrier
9. Knife Cane Belt Conveyor
10. Cane Shredder’s Drive
11. Heavy Duty Cane Shredder
12. Shredder Feed Chute

b. Steam Boiler and Bagasse and Ash Conveyors System


Merupakan proses untuk memasak hasil limbah tebu yang telah digiling untuk
kemudian dijadikan sebagai pembangkit listrik tenaga uap
Pada area ini beberapa alat atau mesin yang digunakan adalah sebagai berikut:
1. Water Tube Bagase/ Coal Fire Boiler
2. Ash Conveyor for Boiler
3. Chimney
4. Boiler Instrument Control
5. Main Ash Conveyor
6. Ash Hopper
7. Tripper belt Conveyor
8. Reclaim Bagasse conveyor
9. Belt Conveyor No.2 for Fine Coal Feed to Boiler
10. Coal Conveyor
11. Coal Crusher System With Screen
12. Belt Conveyor for Coal Feed from bin
13. Coal Storage Bin for Boiler Feed
14. Excess Bagasse Conveyor no 1
15. Excess Bagasse Conveyor No 2
16. Excess Bagasse Conveyor No.3

c. Milk of Lime Preparation


Dalam area ini merupakan area untuk persiapan air kapur yang kemudian
dicampurkan ke dalam hasil perasan air tebu sebagai campuran nantinya.
Berikut merupakan peralatan yang digunakan di dalam area Milk of Lime
Preparation, sebagai berikut:
1. Quick Lime Storage Bin
2. Quick lime Belt Conveyor No.1
3. Quick Lime Belt Conveyor No.2
4. Quicj Lime Hopper
5. Lime Slaker
6. Quick Lime Feed
7. Milk of Lime Screen
8. Milk of Lime Preparation Tank

d. Lime Saccharate Preparation


Merupakan proses untuk mencampur keduanya, aik air kampur dan juga air
perasan tebu. Berikut merupakan mesin alat yang digunakan dalam Lime
Saccharate Preoaration:
1. Milk of Lime Holding Tank
2. Stirrer for Milk of Lime Head Tank
3. Body for Milk of Lime Head Tank
4. Stirrer for Lime Saccharate Preparation Tank
5. Body for Lime Saccharate Preparation Tank
6. Raw Syrup Cooler
7. Raw Syrup Constant Head Tank
8. Mixed Juice Weighing Scale
9. Weighed Mixed Juice Tank
10. Primary Juice Heater
11. Primary Juice Receiving Tank
12. Static Mixer of Juice and Lime
13. First Stage Secondary Juice Heater
14. First Stage Secondary heater Receiving Tank
15. Second Stage Secondary Juice Heater

e. Juice Clarification
Dalam Juice Clarification ini merupakan proses untuk membersihkan kotoran
kotoran yang tercampur selama proses pencampuran. Berikut alat alat yang
digunakan selama prose Juice Clarification:
1. Stirrer for Flocculant Preparation Tank
2. Body for Flocculant PreparationTank
3. Eductor for Flocculant
4. Juice Flash Tank
5. Scraper for Juice Clarifier
6. Body for Juice Clarifier
7. Clarified Juice Screen
8. Strirrer for Mud Overflow Receiving Tank
9. Body for Mud Overflow Receiving Tank
10. Clarified Juice Tank
11. Bagacillo Screen with Collecting Hood
12. Bagasses Elevator from Mill to Boiler
13. Bagacillo Fan
14. Bagacillo Cyclone
15. Agitation for BAgacillo/Mud Mixer
16. Body for Bagacillo/Mud Mixer

f. Mud Filtration
Dalam proses ini dilakukan penyaringan sisa kotoran yang masih ada selama
Juice Clarification berlangsung. Berikut ini merupakan mesin yang digunakan
dalam Mud Filtration, yaitu:
1. Filtrate Pick Up Tank
2. Filtrate Receiving Tank
3. Rotary Vacuum Filter
4. Cake Conveyor
5. Main Cake Belt Conveyor
6. Cake Bin
7. Hot Water Head Tank
8. Liquor Separator
9. Condenser For RVF
10. Liquid Separator
11. Vacuum Pump for RVF
12. Sealing Water Receiving Tank for All Vacuum Pump

g. Steam Transformer
Proses ini berfungsi untuk menkondensasikan uap dari exhaust turbin menjadi
kondensat. Berikut mesin yang digunakan dalam proses Steam Transformer.
1. Condensate Receiving Tank from Steam Transformer
2. Steam Transformer
3. Receiving Tank From Steam Transformer Blow Down
4. Sweet Condensate Tank for Steam Transformer

h. Juice Evaporator System


Dalam proses ini merupakan proses evaporasi untuk mengkristalkan air gula yang
telah diolah dan disaring. Berikut mesin yang digunakan selama proses evaporasi:
1. Pure Condensate Receiving Tank
2. Calandria and Accessories for evaporation
3. Condensate Receiving Tank
4. Condenstae Flash Tank for Evaporation
5. Condensate Tank for Last Effect Evaporation
6. Raw Syrup Receiving Tank
7. Raw Syrup Sampling Box
8. Caustic Soda Holding Tank
9. Stirrer for Caustic Soda Preparation Tank
10. Body for Caustic Soda Preparation Tank

i. A-Sugar Crystallization and Purging


Merupakan proses pemasakan kembali gula sehingga menjadi gula A yang siap
untuk dikonsumsi. Sisa pengolahan kemudian dapat dijadikan menjadi olahan
makanan lain, seperti alcohol, garam, dll. Berikut merupakan mesin yang
digunakan dalam Sugar Crystallization and Purging.
1. Excess Condensate Tank
2. Hot Water Preparation
3. Direct Contrat Heater for Hot Water
4. Hot Water head Tank
5. Centrifugal Washing Water Preparation Tank
6. Raw Syrup Head Tank
7. Agitator for Excess Magma Melter
8. Body for Excess Magma Melter
9. Pan Condensate Tank
10. W3 mol/Green Mol head Tank
11. Agitatator for A-Mass Strike receiver
12. Body for A-Mass Strike receiver
13. A-Vacuum Pan
14. Condenser for A-Vacuum Pan
15. A-Massecuite feed Distributor
16. A-Massecuite Centrifugals
17. A-Sugar Screw Conveyor
18. Stirrer for A-Molasses Receiving Tank
19. Body for A-Molasses Receiving Tank
20. A-Molasses Head Tank
21. Agitator for C-Magma Tank
22. Body for C-Magma Tank
23. Sweet Water Tank for Pan Watching
24. Calandria for B-Vacuum Pan
25. B-Vacuum Pan f
Analisa Besaran Ruang
Berikut merupakan Analisa kebutuhan luas dalam proyek pabrik gula
Besaran Ruang
No Ruang Perhitungan Unit Luas (m2) Total (m2)
AREA PUBLIK
1 Parkir Tamu dan K: 200 orang 1 1.050 m2 1.050 m2
Karyawan - Mobil (35% x
kapasitas 50 orang =
18 unit
- Motor (65% x
kapasitas = 150 unit
Maka,
- Roda 4 (2,5 m x 5 m x
18 = 225 m2
- Motor (1 m x 2 m x
150 unit = 300 m2
U : 525 m2
S : 200%
2 Parkir Truk K : 20 truk 1 524,4 m2 524,4 m2
- Truk tebu :
5,7 m x 2,3 m = 13.11
m2
U : 13,11 m2 x 20 = 262,2 m2
S : 200%
3 Ruang Timbang K : 2 truk 1 198 m2 198 m2
Truk - Weighedbridge size :
3 m x 22 m = 66 m2
U : 2 x 66 m2= 132 m2
S : 150%
4 Kantin K : 150 orang 1 384 m2 384 m2
1,6 m2/orang = 240 m2
U : 240 m2
S : 60 %
5 Mushola K : 50 orang 1 119 m2 119 m2
1,6 m2/orang = 80 m2
- Tempat wudhu 15 m2
U : 80 m2
S : 30%
6 Unit Pemadam
Kebakaran

AREA SERVIS
1 Toilet K : 20 orang 2 74,4 m2 148,4 m2
1,6 m2/orang = 32 m2
- Toilet=1,5 x 1,9 = 2,85
m2
- Urinal=0,5 x 0,4 = 0,20
m2
- Wastafel=0,4x0,6=2,4
m2
U : 37,2
S : 30%
2 Kantor CCTV K : 4 orang
1,6 m2
3 Mechanical
Electrical
4 Pos Satpam
5 Gudang
kebersihan
BAB III
PEMROGRAMAN
I. Kriteria Pemilihan Lokasi
Dalam memilih suatu lokasi sangat menentukan kelangsungan dan
perkembangan pabrik di masa yang akan datang. Dimana terdapat beberapa faktor
yang harus dipertimbangkan dalam menentukan lokasi pabrik agar pabrik yang
dirancang dapat mendatangkan keuntungan yang besar. Faktor utama dalam
menentukan lokasi sebuah pabrik adalah jangkauan pabrik terhadap bahan baku/raw
material yang akan digunakan. Sedangkan dalam faktor pendukung lokasi pabrik
perlu adanya untuk sarana transportasi, pemukiman penduduk, dan Sumber Daya
Manusia.
Pabrik gula ini akan dibangun di Jl. Pemuda 8, Klaiwesi, Ngareanak, Kec.
Singorojo, Kabupaten Kendal, Jawa Tengah.

1. Penyediaan Bahan Baku


Berdasarkan data dari Kementan, tanaman tebu terbanyak berada di jawa
Timur dan Jawa Tengah sehingga pemilihan lokasi di Kecamatan Singorojo
ini dinilai cukup strategis. Bahan baku yang merupakan tetes tebu dapat
diperoleh dari sekitar wilayah tersebut.
2. Sarana Transportasi
Pertimbangan pemilihan lokasi pabrik ini dikarenakan lokasinya yang cukup
berdekatan dengan jalur transportasi darat maupun laut. Hal ini dikarenakan
pertimbangan dalam penyaluran produk ke berbagai daerah di Indonesia dan
memudahkan akses melalui transportasi yang ada, Lokasi ini berjarak sekitar
37 KM menuju ke pelabuhan Tanjung Mas, dan berjarak sekitar 33 KM
menuju ke Bandara Udara Jenderal Ahmad Yani.
3. Utilitas
Untuk kebutuhan air dapat diperoleh melalui sumber PDAM serta terdapat
aliran sungai di sekitar pendirian pabrik yang nantinya dapat digunakan untuk
menopang kebutuhan utilitas pabrik.
4. Kondisi Wilayah
Kondisi wilayah perlu diperhatikan, apabila di masa mendatang perlu adaya
ddilakukan perluasan wilayah pabrik dengan menambah kapasitas produksi.
Hal tersebut sangat memungkinkan untuk dilakukan karena kedepannya
kebutuhan akan konsumsi gula akan terus meningkat. Wilayah Kecamatan
Singorojo belum terdapat banyak pabrik, hanya terdapat 1 buah pabrik yang
merupakan industry kayu sengon dan berjarak sekitar 1.3 KM dari lokasi
pabrik gula.
5. Permukiman Penduduk
Berdasarkan penentuan lokasi pabrik, kemungkinan permukiman penduduk
juga perlu diperhatikan. Hal tersebut perlu diketahui karena untuk dapat
mengetahui jarak aman kegiatan industry terhadap permukiman di sekitar
wilayah pabrik.
6. Tenaga Kerja
Di dalam pendirian suatu pabrik, tenaga kerja dibutuhkan dalam menjalankan
pabrik yang didirikan. Tenaga kerja sendiri merupakan pekerja lapangan dan
operator. Pemenuhan tenaga kerja ini dapat berasal dari penduduk sekitar
yang diperoleh dari institusi pendidikan seperti SMA/SMK/MA sederajat dan
perguruan tinggi di Provinsi Jawa Tengah.

Peta Lokasi Kecamatan Singorojo, Kabupaten Kendal, Jawa Tengah


Pengguna Kegiatan

Pemimpin Pabrik  Bertanggungjawab dalam tugas manajerial


secara keseluruhan kepada direksi, baik dalam
teknis maupun administratif
 Membuat rencana kerja yang terperinci
Kepala Bagian Tata Dalam bidang ini diabgi menjadi beberapa seksi sebagai
Usaha dan Keuangan berikut :
 Seksi Personalia
 Melakukan pelayanan terhadap
administrasi karyawan
 Melakukan evaluasi kerja karyawan
 Pengawasan terhadap hak dan kewajiban
karyawan serta berhak dalam hal rotasi
dan rekrutmen karyawan
 Seksi Rumah Tangga dan Umum
 Mengawasi kegiatan rumah tangga mulai
dari pemeliharaan dan pelayanan
 Bertanggungjawab terhadap inventaris
pabrik
 Seksi Akutansi
 Melakukan pembukuan
 Kontrol anggaran dan realisasi
 Melakukan costing bulanan, jurnal
bulanan dan tutup buku
 Mengerjakan perpajakan
 Otorisasi dokumen/kas bon
 Seksi PDE (Pengolahan Data Elektronik)
 Melakukan pengolahan data elektronik
harian, bulanan hingga tahunan
 Maintenance terhadap alat computer dan
jaringan
 Seksi Logistik
 Pengadaan barang dan jasa
 Melakukan pengolahan data elektronik
harian, bulanan dan tahunan
 Penyaluran produksi gula, tetes dan
ampas.

Kepala Bagian Fabrikasi  Dalam masa giling bertugas sebagai pelaksana


kegiatan operasional produksi yang telah
dipersiapkan sebelum masa giling
 Di luar masa giling, fabrikasi bertugas dalam
persiapan data administrasi dan mempersiapkan
timbangan truk dan tetes.
Kepala Bagian Teknik  Bertanggungjawab dalam pelaksanaan teknik
operasional pembagian tugas bagian teknik
menurut waktu produksi. Dibagi menjadi di luar
masa gilung dan dalam masa giling.
 Di luar masa giling, bagian teknik memilki
tugas:
 Menyiapkan mesin produksi agar siap
digunakan selama proses produksi
 Memperbaiki segala kerusakan yang
terjadi dalam peralatan produksi
 Pemeliharaan bangunan dan investasi
pabrik.

Anda mungkin juga menyukai