INDUSTRI GULA
Nama Kelompok :
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, dapat disimpulkan
beberapa rumusan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana perkembangan industri gula di Indonesia?
2. Apa saja sumber-sumber gula?
3. Bagaimana proses pembuatan Gula Kristal Putih (GKP)?
4. Bagaimana proses pembuatan gula Rafinasi?
C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, dapat disimpulkan
beberapa tujuan sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui perkembangan industry gula di
Indonesia
2. Untuk mengetahui sumber-sumber gula
3. Untuk mengetahui proses pembuatan Gula Kristal Putih
4. Untuk mengetahui proses pembuatan gula Rafinasi
BAB II
LANDASAN TEORI
Sukrosa Gula atau gula meja sukrosa yang kita kenal berasal dari hasil
ekstraksi tanaman. Dua tanaman gula yang paling penting adalah tebu
(Saccharum spp.) dan bit (Beta vulgaris), dengan kadar gula bisa mencapai 12%
- 20% dari berat kering tanaman. Beberapa tanaman gula komersial lainnya
termasuk kurma (Phoenix dactylifera), sorgum (Sorghum vulgare), dan mapel
(Acer saccharum).
Tebu
Budidaya tanaman tebu membutuhkan iklim tropis atau subtropis
dengan curah hujan paling sedikit 600 mm per tahun. Tanaman ini
memiliki kemampuan fotosintesis yang paling efisien dibandingkan
dengan seluruh jenis tanaman lainnya, dan dimana dapat mengubah
sebanyak 2% energi matahari menjadi biomasa. Jumlah tebu Tebu
diperbanyak dibiakkan dari pemotongan batang-batangnya dan bukan
dari benih. Setiap potong paling tidak musti harus mengandung satu ruas
bakal-tanaman (bud), dan potongan-potongan tersebut biasanya ditanam
secara manual dengan tangan. Dalam sekali tanam, satu batang tebu
dapat dipanen hingga beberapa kali; setelah tiap kali pemanenan, anakan
tebu akan tumbuh menjadi batang-batang baru dinamakan ratoons. Hasil
yang didapat pada pemanenan berikutnya biasanya lebih rendah, oleh
karena itu dilakukan penanaman kembali.
Pada tiap penanaman, panen dapat dilakukan 2 hingga 10 kali
tergantung pada praktik pertanian yang dilakukan. Rata-rata tebu yang
dihasilkan adalah 100 ton tebu per hektar atau 10 ton gula per hektar.
Tebu dapat dipanen secara manual dengan tangan atau menggunakan
mesin. Lebih dari separuh produksi tebu di dunia dipanen secara manual
dengan tangan, khususnya yang dilakukan di negara-negara yang
berkembang. Pemanenan cara ini diawali dengan pembakaran lahan. Api
yang menyebar cepat akan membakar daun-daun, tetapi meninggalkan
batang-batang yang kaya air dan akar juga tidak rusak. Para pemanen
kemudian memotong batang tepat di atas tanah dengan parang. Pemanen
tebu yang sudah terlatih dapat memotong 500 kg tebu dalam satu jam.
Pemanenan
2. Bit
Bit(Beta..vulgaris L.)..termasuk..dalam..anggota..sub..famili Che
nopodiaceae dan famili Amaranthaceae. Bit merupakan tanaman yang
umbinya
mengandung..sukrosa..dalam..jumlah..yang..dengan..konsentrasi..tinggi..
Bit..secara..langsung..memiliki..hubungan..dengan beetroot, chard dan f
odder beet.
Bit merupakan tanaman umbi biennial (tanaman yang memiliki
siklus 12 hingga 24 bulan) dari wilayah beriklim sedang (temperate).
Tanaman ini menghasilkan gula selama tahun pertama pertumbuhan dan
kemudian muncul bunga-bunga dan benih di tahun kedua. Oleh karena
itu bit mulai ditanam pada musim semi dan dipanen pada permulaan
musim gugur atau awal musim dingin. Bit mengandung gula yang
tersimpan dalam umbi yang memiliki suatu kemiripan mirip
dengan parsnip (semacam wortel) bulat.
Kandungan gula di dalam bit umumnya adalah 17% dari berat,
tetapi angka ini tergantung dari varietas dan juga bervariasi dari tahun ke
tahun dan dari satu lokasi ke lokasi lainnya. Secara mendasar Pada
dasarnya, jumlah ini lebih besar dari kandungan gula tebu yang sudah
dewasa tetapi hasil dari bit per hektar jauh lebih kecil dari tebu, sehingga
hasil yang diharapkan untuk menghasilkan gula hanya sekitar 7 ton per
hektar.
Bit
Sampai dengan akhir pertengahan abad ke-20, pembudidayaan
bit membutuhkan buruh dalam jumlah yang sangat banyak, karena
penanganan gulma dilakukan dengan mengatur tanaman dengan jarak
yang rapat, yang kemudian harus dipangkas secara manual dengan sabit/
parang tiap dua atau tiga kali selama musim tanam. Pemanenan juga
membutuhkan banyak pekerja. Meskipun akar umbinya dapat diambil
keluar dengan alat seperti bajak yang bisa ditarik oleh sekelompok kuda,
namun pekerjaan selanjutnya musti menggunakan tangan. Para pekerja
membersihkan bit-bit dengan memegang daun-daunnya kemudian
dihentakkan untuk menghilangkan sisa-sisa tanah yang menempel, dan
kemudian menaruhnya dalam sebuah barisan/lajur, umbi akar di satu sisi
dan bagian berdaun di sisi yang lain. Para pekerja yang lain dilengkapi
dengan semacam pengait untuk mengangkat bit-bit tersebut dan
memotong mahkota dan daun-daun dari umbi akar dalam sekali potong.
Para pekerja ini kemudian menempatkan barisan bit yang kemudian dapat
diangkut ke dalam gerobak.
.
3. Kurma
4. Sorgum
Sorgum merupakan genus yang terdiri dari 20 spesies rumput-
rumputan, berasal dari kawasan tropis hingga subtropis di Afrika Timur,
dengan satu spesies di antaranya berasal dari Meksiko. Tanaman ini
dibudidayakan di Eropa Selatan, Amerika Tengah dan Asia Selatan. Gula
dapat diekstrak dari biji-bijinya, tetapi seperti halnya kurma, ekstraksi ini
hanya dilakukan secara lokal dalam skala kecil.
Sorgum
5. Maple
Pohon mapel
Ada tiga cara yang dapat dilakukan untuk proses pemurnian gula
yaitu cara defekasi, sulfitasi dan karbonatasi. Pada umumnya pabrik gula
di indonesia memakai cara sulfitasi. Cara sulfitasi menghemat biaya
produksi, bahkan pemurnian mudah di dapat dan gula yang dihasilkan
adalah gula putih atau SHS (Superieure Hoofd Sumber).
5. Kristalisasi
Nira kental dari sari stasiun penguapan ini diuapkan lagi dalam
suatu pan vakum, yaitu tempat dimana nira pekat hasil penguapan
dipanaskan terus-menerus sampai mencapai kondisi lewat jenuh, sehingga
timbul kristal gula. Sistem yang dipakai yaitu ABD, dimana gula A dan B
sebagai produk,dan gula D dipakai sebagai bibit (seed), serta sebagian lagi
dilebur untuk dimasak kembali. Pemanasan menggunakan uap dengan
tekanan dibawah atmosfir dengan vakum sebesar 65 cmHg, sehingga suhu
didihnya 650c. Jadi kadar gula (sakarosa) tidak rusak akibat terkena suhu
yang tinggi. Hasil masakan merupakan campuran kristal gula dan larutan
(Stroop). Sebelum dipisahkan di putaran gula, lebih dulu didinginkan pada
palung pendinginan (kultrog).
Bahan bakar pembangkit tenaga uap adalah ampas tebu yang berasal
dari proses pemerahan nira. Ampas tebu yang di hasilkan dari proses
pemerahan nira tersebut sekitar 30% tebu. Ampas tebu mengandung kalori
sekitar 18000 kca/kg dan kekurangannya di tambah BBM (F,O).
1. Tahap..Afinasi
Menurut Baikow (1978), tahap permulaan pengolahan raw sugar
adalah proses afinasi yaitu penghilangan lapisan molasses yang
melapisi kristal gula. Raw sugar dicampurkan dengan syrup bersuhu
700 C dengan kemurnian sedikit lebih tinggi sehingga tidak melarutkan
kristal. Pencucian raw sugar dengan kelebihan penggunaan syrup dapat
menurunkan efisiensi dari afinasi. Hal ini dikarenakan volume magma
yang diputar bertambah sedangkan kapasitas mesin tetap.
Tujuan afinasi adalah mencuci kristal raw sugar agar lapisan
molases yang melapisi kristal berkurang sehingga warnanya semakin
cerah atau nilai ICUMSA lebih kecil. Pencucian dilakukan dalam mesin
sentrifugal yaitu setelah raw sugar dicampur dengan sirup
menjadi magma. Penurunan intensitas warna yang dicapai pada stasiun
ini berkisar 30-50 %. Gula kristal mentah yang telah dicuci dilebur
dengan mencampur dengan air atau sweet water menghasilkan leburan
(liquor) dengan brix sekitar 65 ( Anonim, 2009).
2. Tahap.Klarifikasi
Pengoperasian unit ini bertujuan untuk membuang semaksimal
mungkin pengotor non sugar yang ada dalam leburan (melt liquor). Ada
dua..pilihan..teknologi..yaitu..fosflotasi..dan..karbonatasi,..keduanya..ba
nyak..dipakai, fosflotasi pada umumnya digunakan di pabrik rafinasi di
negara Amerika Latin dan beberapa di Asia sedangkan selebihnya
menggunakan teknologi karbonatasi, termasuk pabrik rafinasi di
Indonesia.
a.…Teknologi..Fosflatasi
Pada proses ini digunakan asam fosfat dan kalsium hidroksida yang
akan membentuk gumpalan (primer) kalsium fosfat, reaksi ini
berlangsung di reaktor. Penambahan flokulan (anion) sebelum tangki
aerator dilakukan untuk membantu pembentukan gumpalan sekunder
yang terbentuk dari gumpalan-gumpalan primer yang terikat oleh rantai
molekul flokulan. Pembentukan gumpalan sekunder dapat
menyerap berbagai pengotor : zat warna, zat anorganik, partikel yang
melayang dan lain-lain. Untuk memisahkan gumpalan tersebut oleh
karena dalam media liquor yang kental (brix: 65-70) maka gumpalan
tidak diendapkan melainkan diambangkan. Proses pengambangan
berlangsung dengan bantuan partikel udara yang dibangkitkan dalam
aerator, proses pengambangan terjadi pada clarifier. Pada clarifier ini
juga pemisahan gumpalan yang mengambang (scum) terjadi, yaitu
dengan sekrap yang berputar pada permukaan clarifier dan
menyingkirkan scum ke kanal yang dipasang pada sekeliling clarifier.
b..Teknologi..Karbonatasi
Pada proses karbonatasi leburan dibubuhi kapur {Ca(OH)2}
kemudian dialiri gas CO2 dalam bejana karbonatasi, sehingga terbentuk
endapan kalsium karbonat yang akan menyerap pengotor termasuk zat
warna. Sumber gas CO2 berasal dari gas cerobong ketel yang sudah
dimurnikan melalui scrubber. Proses karbonatasi dilakukan dua tahap,
pertama dilakukan pembubuhan kapur sebanyak 0,5% brix bersamaan
dengan pengaliran CO2 ekivalen dengan jumlah kapur yang
ditambahkan. Kedua pada karbonator akhir menyempurnakan reaksi
dengan aliran CO2 sampai pH turun di sekitar 8,3. Selanjutnya liquor
ditapis pada penapis bertekanan (leaf filter) menghasilkan filter liquor
dan mud ( Anonim, 2009).
Proses karbonatasi adalah salah satu metode pemurnian yang
dapat memisahkan kotoran berupa koloida yang terdapat pada leburan
gula. Proses tersebut juga dapat menyerap atau menghilangkan warna
yang mempunyai berat molekul yang tinggi yang berasal dari raw
sugar. Dengan pencampuran susu kapur dan gas karbondioksida yang
ditambahkan pada raw liquor sehingga terbentuk gumpalan yang
mengikat sebagian bukan gula (Baikow, 1978). Suhu turut berperan
penting dalam proses karbonatasi. Hal ini dikarenakan suhu dapat
menyebabkan terbentuknya warna dan mempengaruhi proses filtrasi
pada carbonated liquor. Priono (2003) menyatakan bahwa semakin
tinggi suhu maka penghilangan warna akan semakin rendah. Hal ini
disebabkan karena selama penghilangan warna tersebut, terjadi pula
pembentukan warna.
3.…Tahap..Filtrasi
Pemisahan campuran antara cairan dengan zat padat tidak terlarut
melalui media penapis (filter) yang meloloskan cairan namun menahan zat
padatnya pada permukaan penapis (filter) disebut filtrasi. Menurut Priono
(2003), penggunaan rotary leaf filter dalam proses filtrasi di pabrik gula
memiliki keuntungan, yaitu filter cake yang dihasilkan memiliki ukuran
yang sama yang disebabkan oleh bingkai-ningkai filter yang ikut berputar.
4.…Tahap..Dekolorisasi
Penghilangan warna merupakan titik kritis dalam produksi gula
rafinasi. Penghilangan warna dilakukan dengan pertukaran ion.
Pertukaran ion adalah suatu proses perempelan ion-ion bebas pada
sekelompok..ion tidak bebas yang berada pada polaritas yang berbeda. Ion
yang menempel digantikan oleh ion lain yang berasal dari kelompok ion
tidak bebas.(Baikow, 1978).
Pada stasiun dekolorisasi pada prinsipnya ada dua teknologi yang
lazim digunakan yaitu karbon aktif dan penukar ion, masing-masing
dengan keunggulan dan kelemahannya. Kedua teknologi tersebut dapat
menurunkan..warna..sekitar..75-85..%,..pemilihan..teknologi..harus
disesuaikan..dengan..kondisi..lokal. Untuk menghilangkan zat warna dapat
dilakukan dengan cara yaitu:
a.…Dengan..granul..karbon..aktif.
Kandungan karbon aktif sekitar 60 % dan dicampur dengan 5%
MgO untuk mencegah turunnya pH. Karbon aktif ini dapat digunakan
selama 3-6 minggu tergantung dari kualitas dan jumlah bahan yang masuk.
Kemampuan karbon aktif dalam mereduksi zat warna sangat tinggi, namun
bahan ini tidak mampu menghilangkan zat anorganik yang terlarut.
b.…Resin..penukar..ion..(Ion-Exchange..Resin)
Bahan ini mudah diregenerasi dan dalam penggunaannya
mempunyai kapasitas lebih besar dibandingakan dengan karbon aktif
maupun bone char, Selain itu penggunaan air juga lebih efisien. Ada dua
jenis resin yang digunakan dalam refinery yaitu :Resin anion yang
berfungsi mereduksi warna dan resin kation untuk menghilangkan
senyawaan anorganik ( Anonim, 2009)
5..Tahap.Evaporasi
Evaporasi bertujuan menurunkan kadar air dan meningkatkan brix.
Semakin kecil kandungan air bahan maka brix bahan akan semakin tinggi.
Peningkatan brix bertujuan untuk mempermudah dan mempercepat proses
kristalisasi yang terjadi dalam vacuum pan (Baikow, 1978)
6..Tahap.kristalisasi
Menurut de Man (1997), proses kristalisasi bertujuan untuk
merubah molekul-molekul sukrosa dalam fine liquor menjadi kristal gula
dengan kehilangan minimum dan proses sesingkat mungkin. Makin murni
larutan gula makin mudah gula mengkristal. Faktor yang mempengaruhi
pertumbuhan kristal sukrosa adalah kelewatjenuhan larutan, suhu,
kecepatan nisbi kristal dan larutan, sifat permukaan kristal. Kristalisasi
dilakukan di bejana vakum (65 cm Hg) dengan penguapan liquor pada
suhu sekitar 70-80 C sampai mencapai supersaturasi tertentu. Pada kondisi
tersebut dimasukkan bibit kristal secara hati-hati sehingga inti kristal akan
tumbuh mencapai ukuran yang dikehendaki tanpa menumbuhkan kristal
baru. Campuran kristal sukrosa dengan liquor disebut masakan ( Anonim,
2009).
7..Tahap.Sentrifugasi
Kristal gula dengan molasses dipisahkan menggunakan centrifugal.
Prinsip kerja centrifugal ini menggunakan gaya sentrifugasi, dimana kristal
yang terdapat dalam basket putaran akan terlempar dan akan tertahan
disaringan, sedang larutannya akan lolos melalui saringan (Chen Chou,
1993).
Pemisahan kristal dilakukan dengan cara memutar masakan dalam
mesin sentrifugal menghasilkan kristal (gula A) dan sirop A. Selanjutnya
sirop A dimasak seperti yang dilakukan sebelumnya menghasilkan gula B
dan sirop B. Demikian seterusnya secara berjenjang menghasilkan gula A,
B dan C yang masuk dalam katagori gula rafinasi ( Anonim, 2009).
8..Tahap.Pengeringan.dan.Pendinginan
Pengeringan bertujuan untuk menurunkan kadar air yang tersisa
pada gula sampai dengan kadar 0,05%. Setelah proses pengeringan
diperlukan pendinginan dikarenakan gula yang keluar suhunya masih
relatif tinggi. Apabila langsung dikemas mengakibatkan gula menjadi
rusak (Baikow, 1978). Menurut Winarno (1993), penurunan kadar air pada
gula sampai dengan batas tertentu dapat berlangsung dengan baik jika
pemanasan terjadi di setiap tempat dari bahan tersebut dan uap air yang
diambil berasal dari semua permukaan bahan keluar. Faktor-faktor yang
mempengaruhi laju pengeringan antara lain :
a..Luas.Permukaan.Bahan
Apabila bahan yang dikeringkan kecil atau tipis maka pengeringan
berlangsung lebih cepat. Karena partikel-partikel yang kecil atau lapisan
yang kecil akan mempercepat perpindahan panas menuju pusat bahan dan
mempermudah perpindahan air.
b..Kelembaban
Relatif humidity juga menentukan besarnya penurunan kadar air
dari produk pangan yang dikeringkan.
c..Waktu.Pengeringan
Semua metode pengeringan menggunakan panas sedangkan unsur-
unsur dalam bahan pangan sensitif terhadap panas maka perlu menentukan
batas waktu maksimum pengeringan untuk mempertahankan kualitas
bahan
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Anonim.2007.PT.MADUBARU.Yogyakarta:Padokan.
http://putrandaputranda.blogspot
http://teknologietanol.blogspot.
indonetwork.co.id
Nurlaela,Ela.Marlina,dkk.1998.makalah.Sukaresmi.