Pembuatan Gula Cair dari Singkong dan Kulit Singkong Bagian Dalam dan
Perancangan Tangki Berpengaduk Pada Proses Likuifikasi dan Proses
Evaporasi
Disusun oleh :
PALEMBANG
2017
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Permasalahan pangan merupakan hal yang sangat kompleks dalam
kehidupan manusia. Bahan pangan ini harus dipenuhi untuk kelangsungan hidup
manusia itu sendiri. Indonesia merupakan salah satu negara dengan penduduk
terbanyak di dunia, tentu memerlukan bahan pangan yang banyak pula. Sehingga
dalam pemenuhan bahan pangan, berbagai cara dilakukan seperti penggunaan
bibit unggul sampai perluasan lahan produksi. Bahkan jika produksi dalam negeri
tidak mencukupi kebutuhan pangan nasional, impor pun menjadi jalan terakhir.
Indonesia sendiri masih tergantung pada impor untuk lima bahan pokok, salah
satunya adalah gula. Produksi gula dalam negeri masih belum mampu memenuhi
kebutuhan gula nasional, apalagi di Indonesia para produsen gula masih
mengeluhkan biaya produksi yang mahal dan hasilnya pun belum mampu
bersaing dengan gula impor baik dalam kualitas maupun kuantitas.
Pemanis alternatif yang berpotensi adalah gula cair. Gula cair mudah
dibuat dari hidrolisis pati. Sumber pati pun melimpah seperti singkong (Dr. Nur
Richana, periset di Balai Besar Pascapanen Pertanian). Namun, sumber pati tidak
hanya terdapat pada daging singkongnya saja, tetapi juga ada dalam kulit
singkong. Pada penelitian kali ini dilakukan pembuatan gula cair dengan
menggunakan daging singkong dan kulit bagian dalam singkong. Selama ini kulit
singkong hanya menjadi limbah. Mengapa kulit singkong? Kulit singkong
memiliki kandungan karbohidrat tinggi yang dapat dikonsumsi pula oleh manusia.
Presentase jumlah limbah kulit singkong sendiri untuk bagian luar sebesar 0,5-2%
dari berat total singkong segar dan limbah kulit bagian dalam sebesar 8-15%.
Kulit bagian dalam inilah yang digunakan untuk dijadikan gula cair. Limbah kulit
singkong ini dapat menjadi alternatif lain sehingga produksi singkong tidak hanya
difokuskan pada isinya saja sedangkan kulitnya hanya terbuang percuma.
Selain itu pada penelitian ini juga dirancang alat untuk pemasakan pada
proses likuifikasi tujuannya untuk memudahkan pada proses pengadukan.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana proses pembuatan gula cair dari singkong dan kulit singkong ?
2. Bagaimana cara membuat perancangan tangki berpengaduk pada proses
likuifikasi dan proses evaporasi ?
1.3 Tujuan
1. Memanfaatkan singkong menjadi gula cair
2. Memanfaatkan limbah yang dianggap tidak berguna menjadi olahan
makanan yang bermanfaat.
3. Mengolah singkong dan kulit singkong menjadi gula cair
4. Menjelaskan proses pembuatan singkong dan kulit singkong menjadi gula
cair
5. Gula cair sebagai solusi alternatif pengganti glukosa
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Sumber : http://ptpn10.co.id/blog/2015-impor-gula-indonesia-capai-2882811-ton
diakses tanggal 18 Mei 2017
Dari data di atas kebutuhan gula nasional setiap tahun semakin meningkat,
untuk itu perlu dilakukan pembuatan gula alternatif baik dari buah-buahan
ataupun dari pati seperti dari singkong.
2.2 Singkong
Singkong Merupakan umbi atau akar pohon yang panjang dengan fisik
rata-rata bergaris tengah 2-3 cm dan panjang 50-80 cm, tergantung dari jenis
singkong yang ditanam. Daging umbinya berwarna putih atau kekuning-kuningan.
Umbi singkong tidak tahan simpan meskipun ditempatkan di lemari pendingin.
Gejala kerusakan ditandai dengan keluarnya warna biru gelap akibat terbentuknya
asam sianida yang bersifat racun bagi manusia.
Umbi akar singkong banyak mengandung glukosa dan dapat dimakan
mentah. Rasanya sedikit manis, ada pula yang pahit tergantung pada kandungan
racun glukosida yang dapat membentuk asam sianida. Umbi yang rasanya manis
menghasilkan paling sedikit 20 mg HCN per kilogram umbi akar yang masih
segar, dan 50 kali lebih banyak pada umbi yang rasanya pahit. Pada jenis
singkong yang manis, proses pemasakan sangat diperlukan untuk menurunkan
kadar racunnya. Dari umbi ini dapat pula dibuat tepung tapioka (Anonima,2010).
Singkong sebagai sumber pati ketersediaannya memadai. Luas penanaman
singkong cenderung meningkat. Pada 2008, luas tanam kerabat jarak itu 1.204.933
ha meningkat dari setahun sebelumnya yang 1.201.481 ha. Harganya pun lebih
murah ketimbang sumber pati lain seperti jagung. Selain itu rendemen juga sangat
tinggi, mencapai 8095%. Artinya dari sekilo tapioka menghasilkan 800-950 gram
gula cair. Untuk memproduksi gula cair, produsen dapat memanfaatkan tapioka
alias tepung singkong. Dari sekilo singkong menghasilkan 250-300 g pati
(Anonimb, 2010).
Tabel 2.2 Komposisi kandungan kimia per 100 gr singkong
Unsur Kimia Kandungan Kimia
Kalori 146 kal
Protein 1,2 gr
Lemak 0,3 gr
Hidrat Arang 34,7 gr
Kalsium 33 mg
Fosfor 40 mg
Zat Besi 0,7 mg
Vitamin B1 0,06 mg
Vitamin C 30 mg
Dari kandungan tersebut 75 % bagian buah atau umbi dapat dimakan . (Thomas
A.N.S 1989).
Saat ini harga gula pasir Rp 14.000 per kg. Gula asal tebu Sacharum
officinarum merupakan sumber pemanis utama. Kebutuhan gula nasional
mencapai 4,3-juta ton per tahun. Padahal, produksi dalam negeri hanya 2,72-juta
ton per tahun, sehingga untuk mencukupi kebutuhan Indonesia harus mengimpor.
Pantas bila harga gula cenderung melonjak karena hampir 50% kebutuhan
nasional bergantung pada impor. Bila harga gula di pasar dunia naik, maka harga
di dalam negeri pun ikut melonjak. Oleh karena itu konsumen-terutama dunia
industri-melirik sumber pemanis alternatif.
Menurut Dr Nur Richana, periset di Balai Besar Pascapanen Pertanian,
pemanis alternatif yang berpotensi adalah gula cair. ‘Gula cair dapat mudah dibuat
dari hidrolisis pati. Sumber pati pun melimpah seperti singkong, kata Richana
(Anonimc, 2010). Hidrolisis langsung dapat dijadikan sebagai proses alternatif
pengolahan singkong guna mengoptimalkan pemanfaatan singkong.
Melalui proses ini, sejumlah tahapan proses seperti ekstraksi dan
pengeringan pati, serta penanganan onggok atau limbah cairnya dapat
dikurangi. Produk hasil hidrolisis dapat berupa hidrolisat pati dan serat pangan
(dietary fiber). Hidrolisat pati dapat dimanfaatkan untuk keperluan
industriindustri pembuatan sirup glukosa, high fructose syrup, high glucose
syrup, dan lainlain sementara serat pangan dapat diaplikasikan di industri-
industri pengolahan pangan.
3.1.1. Likuifikasi
Proses likuifikasi adalah proses perubahan pati dari kental menjadi encer.
Campuran pati dan air (suspensi pati) yang dipanaskan sampai mendidih akan
berubah bentuk menjadi kental yang disebut tergelatinisasi. Perbandingan antara
air dan tepung yaitu 3:1 kemudian diaduk sampai tercampur rata. Selanjutnya ke
dalam tangki tersebut dimasukan sejumlah enzim alfa amilosa sebanyak 1 ml/kg
pati.
Pengaturannya pH yaitu antara pH 6.2-6.4 dengan penambahan kapur
tohor satu sendok makan. Proses likuifikasi dapat dihentikan apabila larutan
sudah betul-betul cair dan berwarna coklat bening.
3.1.2. Sakarifikasi
Proses sakarifikasi adalah proses perubahan dekstrin menjadi gula. Pati
telah terpecah menjadi desktrin selanjutnya didinginkan dari 105oC menjadi 60oC.
Larutan pati selanjutnya dimasukan ke dalam tangki sakarifikasi dengan
penambahan enzim amiloglukosidase sebanyak 1 ml/kg pati. Enzim ini berfungsi
untuk memecah rantai desktrin menjadi glukosa. Proses sakarifikasi
membutuhkan waktu maksimal 76 jam.
Proses sakarifikasi selesai bila telah tercapai nilai kekentalan 30-35 Brix.
Nilai tersebut dapat diukur dengan meneteskan cairan gula pada alat baumeter .
Semakin rendah kandungan glukosa maka semakin tinggi kandungan dekstrin dan
maltosannya.
Singkong
Proses Penghalusan
Singkong dan kulit
singkong bagian dalam
Pati Ampas
Proses pengedapan
sampai terpisah Air
antara pati dan air
Pati
Pati
Penambahan enzim
amiloglukosidase sebanyak 1
ml/kg pati selama 76 jam pH
4-4,6
Gula Cair
Gambar 3.2 Flow Diagram Gula Cair dari Singkong dan Kulit singkong
3.2 Perancangan tangki berpengaduk pada proses likuifikasi dan proses
evaporasi
Peralatan pada pengolahan gula cair dari singkong dan kulit singkong
skala industri rumah mengunakan tangki berpengaduk yang berfungsi sebagai
wadah untuk proses likuifikasi atau proses perubahan pati dari kental menjadi
encer. Campuran pati dan air (suspensi pati) yang dipanaskan sampai mendidih
akan berubah bentuk menjadi kental yang disebut tergelatinisasi.
4.2 Saran
1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk makalah ini selain
mengetahui komposisi yang pas serta kualitas produk yang sesuai dengan
standar gula.
2. Untuk rancangan alat perlu dilakukan perhitungan lebih detil untuk
menghitung kapasitas, energi yang dipakai serta kecepatan pengadukan
agar didapatkan produk gula cair yang diinginkan.
DAFTAR PUSTAKA
http://ptpn10.co.id/blog/2015-impor-gula-indonesia-capai-2882811-ton
diakses tanggal 18 Mei 2017