TINJAUAN PUSTAKA
Keju mozzarella merupakan salah satu jenis keju pasta vilata (curd
yang elastis) dan merupakan keju asli Italia. Keju ini sangat terkenal karena cara
pembuatannya dengan pemasakan dan pemuluran curd segar dalam penangas air
kemuluran yang tinggi (DMI, 1998). Standart keju mozarella yaitu memiliki
kandungan air 52,0 – 60,0 %, lemak < 10,8 %, garam 1,2 %, Ph 5,3, citarasa : A
mild pleasing flavor, bodi dan teksturnya smooth, pliable, dan tanpa lubang, pada
ketampakan tidak ada tanda – tanda dicetak, warna putih alami hingga krem muda,
pengujian pada suhu 2320 C keju dapat meleleh dengan sempurna dan memiliki
peningkatan kadar minyak bebas, yaitu naik 24,1 % pada saat suhu air mencapai
550 C menjadi 34,5 % pada saat air mencapai suhu 750 C. suhu lebih tinggi dapat
menyebabkan matriks protein menjadi kurang elastik dan lebih lembek, sehingga
lemak bergabung dalam gumpalan yang lebih besar dan dapat meyebabkan
mikrostruktur globula lemak yang besar dipengaruhi oleh suhu pemasakan dan suhu
a) Pasteurisasi Susu
bertujuan untuk mematikan semua organisme yang bersifat patogen dan sebagian
yang ada sehingga tidak merubah cita rasa maupun komposisi susu (Adnan, 1984).
Menurut Meyer (1982), terdapat dua metode dalam melakukan pasteurisasi, yaitu :
suhu 710 C selama 15 detik. Dalam SNI (1995), susu segar, susu rekonstruksi, susu
minimum 30 menit atau pada temperatur 720 C selama 15 detik (BSN, 1995),
b) Pengasaman
Langkah selanjutnya ialah penambahan asam, hal ini dilakukan jika suhu susu
sudah mencapai temperatur 50-400 C pada Ph 5,8-6. Curd keju akan terbentuk
dibawah temperatur 380 C, curd keju yang terbentuk dalam proses ini bersifat lunak
mengendap dan membentuk agar-agar atau cairan yang berwujud kental (Buckle et
al., 1987). Dosis pemberian rennet harus diukur secara pasti karena jika terlalu
banyak, akan menyebabkan curd keras dan susah untuk diolah. Pemberian rennet
d. Pembentukan Curd
merupakan hasil dari proses fermentasi yang berasal dari kinerja rennet, bakteri
asam laktat atau melalui perpaduan rennet dan bakteri asam laktat (Eckles et al.,
1980). Pembentukan curd ini memerlukan waktu 30 menit sampai satu jam
tergantung pada volume susu yang digunakan. Temperatur yang sesuai untuk
e. Pemotongan Curd
Setelah proses penambahan rennet, susu yang awalnya berwujud cair akan
terbentuk dua lapisan yaitu curd dan whey. Curd ialah protein susu yang berhasil
diendapkan berbentuk semi padat, lunak, dan bewarna putih, sedangkan whey ialah
protein susu yang tidak mengendap yang biasanya berbentuk cair dan bewarna putih
Indonesia, 2013).
Scalding ialah pemanasan kembali curd keju pada suhu 420 C. Selama proses
kehilangan air dan akhirnya habis, suhu pemanasan yang lebih tinggi akan
menghasilkan curd keju yang lebih keras dan mempunyai mutu simpan yang lebih
lama (Buckle et al., 1987). Proses scalding menyebabkan matriks protein mengecil
g. Pemisahan Whey
Langkah selanjutnya jika sudah tercapai pH yang sesuai, maka curd dan whey
harus dipisahkan. Whey adalah protein yang tidak menggumpal saat penambahan
enzim, tujuan pemisahan whey dan curd adalah untuk mendapatkan curd yang kesat
sehingga akan mudah diolah. Pemisahan whey dapat dilakukan dengan mengalirkan
penyaringan bisa dilakukan dengan kain bersih. Whey yang terpisahkan biasanya
masih mengandung laktosa dan garam kecuali ion Ca2+ yang masih tersisa di dalam
matriks protein. Besarnya kandungan laktosa dan garam yang tersisa pada keju
tersisa pada keju sangat berpengaruh terhadap keasaman dan kekerasan keju
(Widodo, 2003).
h. Pencampuran (Mixing)
Pencampuran ini mencampurkan curd keju dengan garam serta sedikit whey
untuk melemaskan keju. Fungsi dari pemberian garam sebagai pengawet keju
karena akan menghambat pertumbuhan mikroba, juga garam akan menambah cita
rasa gurih dalam keju. Tujuan lainnya ialah untuk meningkatkan sineresis atau
pemisahan whey dan mengurangi kadar air sehingga menjadi penentu kadar air
produk akhir keju Pemberian garam umumnya diberikan 1-3% dari total berat curd
i. Pemadatan
masih lunak menjadi massa yang cukup kompak, serta mengeluarkan whey yang
khas, tekstur yang kompak, serta menyempurnakan jaringan curd (Rahman et al.,
1992). Pemadatan keju bertujuan untuk memberikan bentuk pada keju, memisahkan
whey dari curd, menjadikan curd lebih padat dan agar keju memiliki struktur yang
homogen terutama jika partikel curd sangat kering sebelum dipres (Spenberg and
Ingham, 1988).
j. Peregangan (Stretching)
atau stretching. Proses ini dilakukan dengan cara dilakukan dengan panas 800-850
C sambil dilakukan penarikan atau stretching. Sebelum proses ini dilakukan, curd
ditambahkan air panas dengan suhu 750-800 C secukupnya untuk menghasilkan keju
yang memiliki tekstur liat. Proses stretching ini biasanya akan menghasilkan keju
dengan tekstur mulur saat dipanaskan, keju yang tidak mengalami proses stretching
k. Pencetakan
dilapisi oleh plastik food grade agar mudah dilepas (GREENFIELDS Indonesia,
2013).
l. Penyimpanan
2013).
BAB IV
4.2 Pembahasan
Keju Mozzarella adalah keju yang berasal dari susu dan memiliki tekstur khas
seperti elastis, berserabut dan lunak. Hal ini sesuai dengan pernyataan Legowo ,
dkk (2009) yang menyatakan Keju adalah protein susu yang diendapkan atau
dikoagulasikan dengan menggunakan rennet atau enzim lain, fermentasi laktat, dan
sehingga terbentuk curd. Menurut Willman dan Willman (1993), ciri-ciri keju
mozzarella yaitu elastis, berserabut, dan lunak. Karena memiliki ciri tersebut keju
mozzarella dimasukan dalam jenis keju lunak. Menurut purwadi (2008), Keju
rata pH susu yang digunakan sebagai bahan baku Mozzarella memenuhi standard
SNI oleh BSN (2011) yaitu berkisar 6,30-6,80. Namun ada pH susu yang tidak
sesuai dengan standard yaitu susu yang pH awalnya 5,85. Penyebab rendahnya pH
disebabkan karena tingginya asam laktat yang diproduksi oleh bakteri. pH yang
rendah ini mengindikasikan bahwa susu yang digunakan mengandung bakteri yang
masih tinggi. Hal ini sesuai dengan pernyataan Sasongko, dkk (2012) bahwa jumlah
bakteri dalam susu akan berpengaruh terhadap pH susu, semakin banyak bakteri
yang mencemari susu maka kualitas susu akan menurun dan ditunjukkan dengan
peran starter dalam pengasaman susu. Pengasaman susu dilakukan untuk memenuhi
kondisi optimal untuk penambahan enzim rennin. Enzim rennin merupakan enzim
protease asam yaitu enzim yang keaktifannya pada pH asam. Enzim rennin stabil
dalam pH 5,3 – 6,3 dan optimum pada pH 6,0. Hal ini sesuai dengan pernyataan
Al-Awwaly, dkk (2008) yang menyatakan aktivitas optimum enzim rennin dicapai
protein susu. Protein susu yang menjadi substrat enzim rennin adalah kasein.
substrat. Oleh sebab itu, pada data hasil pengamatan terdapat kenaikan jumlah curd
yang terbentuk dari susu yang ditambahkan susu skim. Susu skim yang
enzim juga merupakan bahan tambahan untuk meningkatkan BKTL yang akan
mempengaruhi nilai rendemen keju. Hal ini sesuai dengan pernyataan Bylund
(2003) Skim Milk Powder (SMP) atau susu skim bubuk berfungsi sebagai penambah
kadar padatan bukan lemak (milk solid non fat). Menurut Komar, dkk (2009) nilai
rendemen keju mozzarella yang dihasilkan dipengaruhi oleh komposisi curd itu
sendiri yaitu persentase lemak, bahan kering tanpa lemak, garam, air serta kadar
protein.
Mozzarella. Penurunan ini terjadi karena susu skim sebagai substrat sudah terlalu
kecepatan reaksi enzim menurun. Ketiks kecepatan enzim rennin menurun sebagian
substrat tidak dapat dibentuk menjadi produk sehingga curd yang terbentuk menjadi
lebih sedikit. Hal ini sesuai dengan pernyataan Kuchel dan Gregory (2002), pada
Bylund G. 2003. Dairy Processing Handbook. 2nd ed. Tetra Pak Processing
System AB. Lund, Sweden. 436 hlm.
Komar, N., L. C. Hawa dan R. Prastiwi. 2009. Karakteristik Termal Produk Keju
Mozzarella (Kajian Konsentrasi Asam Sitrat). Jurnal Teknologi Pertanian
10 (2):78-87.
Kuchel, P.W. and B.R. Gregory. 2002. Biokimia. Erlangga. Jakarta. 49-56.
Legowo, A. M, Kusrahayu. Teknologi Pengolahan Susu. Universitas Diponegoro.
Semarang
Purwadi.2008. elektroforesis protein whey dan air pemulur dalam pembuatan keju
mozzarella. Jurnal Teknologi Hasil Ternak. 5(1):23-31
Sasongko, D.A., T.H. Suprayogi dan S.M. Sayuthi. 2012. Pengaruh Berbagai
Konsentrasi Larutan Kaporit (CaHOCl) untuk dipping putting susu
kambing perah terhadap total bakteri dan pH susu. Journal of Animal
Agriculture. 1(2) :93-99.