Anda di halaman 1dari 36

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Industri Gula Gula merupakan salah satu kebutuhan pokok masyarakat Indonesia yang berperan sebagai pemanis dan sumber kalori dalam struktur konsumsi masyarakat selain bahan pangan. Pentingnya gula bagi masyarakat di Indonesia tercermin pada kebijakan pemerintah yang menetapkan bahwa gula pasir adalah salah satu dari sembilan bahan pokok kebutuhan rakyat secara global. Sebagai komoditi strategis, gula senantiasa dicermati oleh pemerintah terutama dalam hal pergerakan harganya dan pemerintah pun berkewajiban untuk menjamin ketersediaan gula di pasar domestik pada tingkat harga yang terjangkau bagi seluruh masyarakat. Diantara komoditi pokok lainnya seperti beras, tepung terigu, minyak goreng, dan kedelai, komoditi gula ini paling unik. Harga gula terus meningkat dari waktu ke waktu dan hampir tidak pernah terjadi penurunan harga gula. Ketersediaan gula domestik sangat penting dalam menentukan harga gula. Permasalahan ini mengharuskan Pemerintah melakukan upaya untuk menjaga kestabilan harga gula. Salah satu upaya yang dilakukan pemerintah adalah dengan melakukan impor gula. Namun fakta di lapangan menunjukkan bahwa upaya pemerintah ini sia-sia. Harga gula tetap saja tinggi bahkan terus meningkat dan tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan gula skala nasional, sehingga Pendirian pabrik gula dengan kapasitas yang cukup besar dirasa perlu, selain karena tingkat impor yang masih cukup tinggi, kebutuhan akan gula dalam mencukupi kebutuhan pokok dan industri makanan cenderung meningkat setiap tahunnya. ( Arifin,B.2009 )

1.2 Sejarah Industri Gula

SEJARAH INDUSTRI GULA

Abad Ke- 6

Abad Ke- 7 - 10

Abad Ke- 11-12

gula pertama dikenal oleh orang-orang Polinesia dan menyebar ke India

Rahasia tanaman tebu dari India akhirnya terbongkar setelah terjadi ekspansi besarbesaran oleh orangorang Arab.

Gula dikenal oleh orang-orang barat Erpa sebagai hasil dari perang salib. Gula dikenal oleh Inggris.

Abad Ke- 13 14

Gula dianggap sebagai obat oleh bangsa Eropa.

Abad Ke- 15 17

Abad Ke- 18 - 19

Pemurnian gula Eropa umumnya dilakukan di Venice.

Akhir abad ke-18 terdapat 120 pabrik pemurnian gula yang beroperasi di Britaraya.

Abad Ke- 20 Sampa sekarang Pabrik gula di indonesia mulai di kelola oleh BUMN, dan konsumsi gula saat ini berkisar 120 juta ton/tahun dan terus bertambah.

sumber: http://www.sejarahguladunia.com

1.3 Pabrik Industri Gula di Indonesia Indonesia pernah dikenal sebagai salah satu negara eksportir gula terkemuka di dunia dengan memiliki pabrik pengolahan mencapai 179 unit yang tersebar di seluruh Indonesia dengan kapasitas produksi saat itu mencapai 3 juta ton gula pertahun. Kisah sukses tersebut kini hanya tinggal kenangan, industri gula dalam negeri dihadapkan oleh banyak persoalan yang akan terus dibenahi, salah satunya dengan pembentukan holding Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang memiliki industri gula. Hingga akhir 2011 lalu Indonesia masih memiliki 62 unit pabrik gula tebu yang masih aktif. ( http://www.suaramerdeka.com ) Berikut ini adalah daftar pabrik Gula di Indonesia : JAWA TENGAH Tabel 1.3.1 Tabel Pabrik Gula di Jawan Tengah NAMA PERUSAHAAN BUDI LUMBUNG CIPTATANI GENDHIS MULTI MANIS KEBON AGUNG PT. LAJU PERDANA INDAH PT. DHARMAPALA USAHA SUKSES PT. INDUSTRI GULA NUSANTARA PT. KEBON AGUNG PG. TRANGGIL PTPN IX PESERO/PG SUMBER HARJO PG. TASIK MADU LAMPUNG Tabel 1.3.2 Tabel Pabrik Gula di Lampung NAMA PERUSAHAAN GUNUNG MADU PLANTATIONS PEMUKASAKTI MANISINDAH PT. SUGAR LABINTA SORINI AGRO ASIA CORPORINDO TBK. SUGAR LABINTA SWEET INDOLAMPUNG
3

JENIS PRODUKSI (KAPASITAS) 100 ton/hari 4000 ton/hari 15.000 ton/hri 3000 ton/hari 800 ton/hari 500 ton/hari 15.000 ton/hari 7000 ton/hari 3000 ton/hari

JENIS PRODUKSI (KAPASITAS) 4000 ton/hari 4000 ton/hari 10.000 ton/hari 10.000 ton/hari 10.000 ton/hari 4000 ton/hari

PT. TUNAS BARU LAMPUNG

600 ton/hari

GORONTALO Tabel 1.3.3 Tabel Pabrik Gula di Gorontalo NAMA PERUSAHAAN JENIS PRODUKSI (KAPASITAS) PABRIK GULA GORONTALO 3000 ton/hari

JAWA BARAT Tabel 1.3.4 Tabel Pabrik Gula di Jawa Barat NAMA PERUSAHAAN JENIS PRODUKSI (KAPASITAS) ANDALAN FURNINDO LOTTE INDONESIA PERFETTI VAN MELLE INDONESIA PT. ASSOCIATED BRITISH BUDI SINDE BUDI SENTOSA YUPI INDO JELLY GUM 3000 ton/hari 3000 ton/hari 3000 ton/hari 3000 ton/hari 3000 ton/hari 3000 ton/hari

SULAWESI SELATAN Tabel 1.3.5 Tabel Pabrik Gula di Sulawesi Selatan NAMA PERUSAHAAN JENIS PRODUKSI (KAPASITAS) MAKASSAR TENE SEMESTA MARGAREKSA PT. RAJAWALI RAFINASI PT. AGEL PRODUCT 3000 ton/hari 3000 ton/hari 3000 ton/hari 3000 ton/hari

SUMATERA UTARA Tabel 1.3.6 Tabel Pabrik Gula di Sumatera Utara NAMA PERUSAHAAN MEDAN SUGAR INDUSTRY SUMATERA TONGGI JAWA TIMUR Tabel 1.3.7 Tabel Pabrik Gula di Jawa Timur NAMA PERUSAHAAN SORINI AGRO ASIA CORPORINDO TBK. PTPN III, PTPN XI, PTPN XI ( GLENMORE ) PTPN X PT. RAJAWALI NUSANTARA INDONESIA PAPUA Tabel 1.3.8 Tabel Pabrik Gula di Papua NAMA PERUSAHAAN PT. CENDRAWASIH JAYA MANDIRI PT. KARYA BUMI PAPUA Sumber : www.daftar_pabrik_gula_di_Indonesia.com 1.4 Pabrik Industri Gula di Dunia Perdagangan gula dunia, baik gula tebu maupun gula beet, selalu diwarnai oleh gejolak harga akibat ketidak seimbangan yang berkesinambungan permintaan dan penawaran. Sumber gejolak tersebut adalah masalah pergulaan yang dihadapi tiap-tiap negara konsumen dan produsen gula, baik negara maju maupun negara berkembang. Gula adalah salah satu komoditas pangan yang penting yang dikonsumsi oleh semua negara di dunia. Namun tidak semua negara memproduksi gula sehingga selalu ada negara-negara yang sepenuhnya bergantung pada impor. Selain itu, semua negara selalu mengupayakan pasokan gula yang cukup di dalam JENIS PRODUKSI (KAPASITAS) 12.000 ton/hari 12.000 ton/hari JENIS PRODUKSI (KAPASITAS) 100 ton/haari 7000 ton/hari 7000 ton/hari 6000 ton/hari JENIS PRODUKSI (KAPASITAS) 1000 ton/hari 1000 ton/hari

negeri sehingga industri gula adalah industri yang paling diatur dan diawasi oleh pemerintahnya masing-masing. ( http://www.sejarahguladunia.com )

Gambar 1.4.1 Perkembangan Produksi, Konsumsi dan Neraca Gula Dunia Sumber :http://www.sejarahguladunia.com

Hampir semua negara produsen gula di dunia selalu mengupayakan perlindungan bagi industri gula lokalnya, misalnya dengan memberikan subsidi terselubung dan proteksi impor. Pengaturan harga gula juga dilakukan melalui perjanjian bilateral maupun regional. Banyak negara berkembang yang

mengandalkan ekspor gula sebagai penghasil devisa utama sehingga selalu diekspor meskipun harga jatuh. Negara maju seperti Amerika Serikat dan Uni Eropa juga menerapkan kebijaksanaan yang melindungi industri gulanya. Akibatnya gula yang diperdagangkan di pasar dunia adalah hanya berkisar 30%35% dari produksi dunia dan harganya di pasar bebas juga tidak selalu proporsional dengan biaya produksinya, bisa lebih rendah dan bisa juga lebih tinggi. ( http://www.sejarahguladunia.com )

Tabel 1.4.1 Perkembangan Produksi, Konsumsi gula di dunia

Sumber : http://www.sejarahguladunia.com

Eksportir gula terbesar adalah Brazil sehingga harga Brazil menjadi salah satu patokan penting dalam pembentukan harga di pasar dunia. Berbagai faktor iklim, lahan, tenaga kerja serta kebijaksanaan pemerintah menyebabkan Brazil mampu memasok dunia dengan harga yang sangat kompetitif. Berikut Daftar Pabrik pabrik Gula di Dunia : Tabel 1.4.2 Tabel Daftar Pabrik Gula di Dunia NAMA PERUSAHAAN Agrana Beteiligungs AG (AGR) Agrana Beteiligungs AG (AGB1) Andhra Sugars Ltd/The (ASG) Bajaj Hindusthan Ltd (BJH) Bajaj Hindusthan Ltd (BAJA) Balrampur Chini Mills Ltd (BRCM) Bannari Amman Sugars Ltd (BNRI) Baotou Huazi Industry Co Ltd (600191) Belapur Industries Ltd (BSU) BIOSEV SA (BSEV3) Bogo-Medellin Milling Co Inc (BMM) Cosan Ltd (CZZ) Cosan Ltd (C3Q1) Cosan Ltd (CZLT33) Cosan SA Industria e Comercio (CSAN3) Dalmia Bharat Sugar & Industries Ltd (DCB) Dangote Sugar Refinery PLC (DANGSUGA) Dhampur Sugar Mills Ltd (DSM) Dhampure Speciality Sugars Ltd (DSSL) Dharani Sugars & Chemicals (DSC) Dwarikesh Sugar Industries Ltd (DSIL) Eastern Sugar & Industries Ltd (ESID) NEGARA Austria Germany India India UK India India China India Brazil Philippines USA Germany Brazil Brazil India Nigeria India India India India India

Sumber : http://www.bloomberg.com/markets/companies/sugar/

BAB II PEMILIHAN PROSES 2.1 Jenis jenis Proses Pembuatan Industri Gula Proses pembuatan industri gula pada umumnya yaitu proses pemerahan (gilingan), pemurnian, penguapan, kristalisasi, pemisahan dan penyelesaian (sugar handling). ( http://putrandaputranda.blogspot,) 1.EKSTRAKSI Langkah pertama dalam proses pembuatan gula adalah pemerahan tebu di gilingan. Pada proses ini tebu yang ditebang dari kebun dicacah menggunakan alat pencacah tebu.

Gambar 2.1.1 Penggilingan Tebu Sumber : http://unik Boss Proses pembuatan gula.htm

Prinsip Kerja : Pembuatan gula tebu adalah ekstraksi jus atau sari tebu. Caranya dengan menghancurkan tebu dengan mesin penggiling untuk memisahkan ampas tebu dengan cairannya. Cairan tebu kemudian dipanaskan dengan boiler. Jus yang dihasilkan masih berupa cairan yang kotor: sisa-sisa tanah dari lahan, serat-serat berukuran kecil dan ekstrak dari daun dan kulit tanaman, semuanya bercampur di dalam gula. Fungsinya : Untuk menghancurkan tebu agar bisa di pisahkan ampas dengan cairannya.

Proses:

Gambar 2.1.2 Proses Penggilingan Sumber : http://unik Boss Proses pembuatan gula.htm

Jus dari hasil ekstraksi mengandung sekitar 50 % air, 15% gula dan serat residu, dinamakan bagasse, yang mengandung 1 hingga 2% gula. Dan juga kotoran seperti pasir dan batu-batu kecil dari lahan yang disebut sebagai abu 2. PEMURNIAN Setelah tebu diperah dan diperoleh nira mentah (raw juice), lalu dimurnikan.

Gambar 2.1.3 Proses Pengendapan Sumber : http://unik Boss Proses pembuatan gula.htm

Prinsip Kerjanya : Jus tebu dibersihkan dengan menggunakan semacam kapur (slaked lime) yang akan mengendapkan sebanyak mungkin kotoran, kemudian kotoran ini dapat dikirim kembali ke lahan. Proses ini dinamakan liming. Jus hasil ekstraksi dipanaskan sebelum dilakukan liming untuk mengoptimalkan proses penjernihan. Kapur berupa kalsium hidroksida atau Ca(OH)2 dicampurkan ke dalam jus dengan
9

perbandingan yang diinginkan dan jus yang sudah diberi kapur ini kemudian dimasukkan ke dalam tangki pengendap gravitasi sebuah tangki penjernih (clarifier). Jus mengalir melalui clarifier dengan kelajuan yang rendah sehingga padatan dapat mengendap dan jus yang keluar merupakan jus yang jernih. Kotoran berupa lumpur dari clarifier masih mengandung sejumlah gula sehingga biasanya dilakukan penyaringan dalam penyaring vakum putar (rotasi) dimana jus residu diekstraksi dan lumpur tersebut dapat dibersihkan sebelum dikeluarkan, dan hasilnya berupa cairan yang manis. Jus dan cairan manis ini kemudian dikembalikan ke proses. Fungsinya : untuk mendapatkan cairan yang jernih. ( http://unik Boss Proses pembuatan gula.htm )

3. KARBONASI

Gambar 2.1.4 Proses Karbonasi Sumber : http://unik Boss Proses pembuatan gula.htm

Prinsip Kerjanya: Tahap pertama pengolahan cairan (liquor) gula berikutnya bertujuan untuk membersihkan cairan dari berbagai padatan yang menyebabkan cairan gula keruh. Pada tahap ini beberapa komponen warna juga akan ikut hilang. Salah satu dari dua teknik pengolahan umum dinamakan dengan karbonatasi. Karbonatasi dapat diperoleh dengan menambahkan kapur/ lime [kalsium hidroksida, Ca(OH)2 ke dalam cairan dan mengalirkan gelembung gas karbondioksida ke dalam campuran tersebut. Gas karbondioksida ini akan bereaksi dengan lime membentuk partikelpartikel kristal halus berupa kalsium karbonat yang menggabungkan berbagai padatan supaya mudah untuk dipisahkan. Supaya gabungan-gabungan padatan

10

tersebut stabil, perlu dilakukan pengawasan yang ketat terhadap kondisi-kondisi reaksi. Gumpalan-gumpalan yang terbentuk tersebut akan mengumpulkan sebanyak mungkin materi-materi non gula, sehingga dengan menyaring kapur keluar maka substansi-substansi non gula ini dapat juga ikut dikeluarkan. Setelah proses ini dilakukan, cairan gula siap untuk proses selanjutnya berupa penghilangan warna. Selain karbonatasi, teknik yang lain berupa fosfatasi. Secara kimiawi teknik ini sama dengan karbonatasi tetapi yang terjadi adalah pembentukan fosfat dan bukan karbonat. Fosfatasi merupakan proses yang sedikit lebih kompleks, dan dapat dicapai dengan menambahkan asam fosfat ke cairan setelah liming seperti yang sudah dijelaskan di atas. Fungsinya : untuk membersihkan cairan dari berbagai padatan yang menyebabkan cairan gula keruh. ( http://unik Boss Proses pembuatan gula.htm )

4. PENGUAPAN Hasil dari proses pemurnian adalah nira jernih (clear juice). Langkah selanjutnya dalam proses pengolahan gula adalah proses penguapan. Penguapan dilakukan dalam bejana evaporator. Tujuan dari penguapan nira jernih adalah untuk menaikkan konsentrasi dari nira mendekati konsentrasi jenuhnya.

Gambar 2.1.5 Proses Penguapan Sumber : http://unik Boss Proses pembuatan gula.htm

Prinsip Kerjanya : Setelah mengalami proses liming, proses evaporasi dilakukan untuk mengentalkan jus menjadi sirup dengan cara menguapkan air menggunakan uap
11

panas (steam). Terkadang sirup dibersihkan lagi tetapi lebih sering langsung menuju ke tahap pembuatan kristal tanpa adanya pembersihan lagi. Jus yang sudah jernih mungkin hanya mengandung 15% gula tetapi cairan (liquor) gula jenuh (yaitu cairan yang diperlukan dalam proses kristalisasi) memiliki kandungan gula hingga 80%. Evaporasi dalam evaporator majemuk' (multiple effect evaporator) yang dipanaskan dengan steam merupakan cara yang terbaik untuk bisa mendapatkan kondisi mendekati kejenuhan . 5. KRISTALISASI Proses kristalisasi adalah proses pembentukan kristal gula.

Gambar 2.1.6 Proses Kristalisasi Sumber : http://unik Boss Proses pembuatan gula.htm

Prinsip Kerjanya : Pada tahap akhir pengolahan, sirup ditempatkan ke dalam wadah yang sangat besar untuk dididihkan. Di dalam wadah ini air diuapkan sehingga kondisi untuk pertumbuhan kristal gula tercapai. Pembentukan kristal diawali dengan mencampurkan sejumlah kristal ke dalam sirup. Sekali kristal terbentuk, kristal campur yang dihasilkan dan larutan induk (mother liquor) diputar di dalam alat sentrifugasi untuk memisahkan keduanya, bisa diumpamakan seperti pada proses mencuci dengan menggunakan pengering berputar. Kristal-kristal tersebut kemudian dikeringkan dengan udara panas sebelum disimpan. Larutan induk hasil pemisahan dengan sentrifugasi masih mengandung sejumlah gula sehingga biasanya kristalisasi diulang beberapa kali. Namun, materi-materi non gula yang ada di dalamnya dapat menghambat kristalisasi. Hal ini terutama terjadi karena keberadaan gula-gula lain seperti glukosa dan fruktosa yang merupakan hasil pecahan sukrosa. Olah karena itu, tahapan-tahapan

12

berikutnya menjadi semakin sulit, sampai kemudian sampai pada suatu tahap di mana kristalisasi tidak mungkin lagi dilanjutkan. Sebagai tambahan, karena gula dalam jus tidak dapat diekstrak semuanya, maka terbuatlah produk samping (byproduct) yang manis: molasses. Produk ini biasanya diolah lebih lanjut menjadi pakan ternak atau ke industri penyulingan untuk dibuat alkohol (etanol) . Belakangan ini molases dari tebu di olah menjadi bahan energi alternatif dengan meningkatkan kandungan etanol sampai 99,5%. ( http://unik Boss pembuatan gula.htm ) 6. PEMISAHAN(Centrifugal Process) Setelah masakan didinginkan proses selanjutnya adalah pemisahan. Proses pemisahan kristal gula dari larutannya menggunakan alat centrifuge atau puteran. Pada alat puteran ini terdapat saringan, sistem kerjanya yaitu dengan menggunakan gaya sentrifugal sehingga masakan diputar dan strop atau larutan akan tersaring dan kristal gula tertinggal dalam puteran. Pada proses ini dihasilkan gula kristal dan tetes. Gula kristal didinginkan dan dikeringakan untuk menurunkan kadar airnya. Tetes di transfer ke Tangki tetes untuk di jual. (http://unik Boss Proses pembuatan gula.htm ) 7. PENYIMPANAN Proses

Prinsi Kerjanya : Gula kasar yang dihasilkan akan membentuk gunungan coklat lengket selama penyimpanan dan terlihat lebih menyerupai gula coklat lunak yang sering dijumpai di dapur-dapur rumah tangga. Gula ini sebenarnya sudah dapat digunakan, tetapi karena kotor dalam penyimpanan dan memiliki rasa yang berbeda maka gula ini biasanya tidak diinginkan orang. Oleh karena itu gula kasar biasanya dimurnikan lebih lanjut ketika sampai di negara pengguna. Fungsinya: untuk menyimpan gula yang telah membentuk gunungan. ( http://unik Boss Proses pembuatan gula.htm )

13

8. PROSES PACKING Gula Produk dikeringkan di talang goyang dan juga diberikan hembusan uap kering. Produk gula setelah mengalami proses pengeringan dalam talang goyang, ditampung terlebih dahulu ke dalam sugar bin, selanjutnya dilakukan pengemasan atau pengepakan. Berat gula dalam pengemasan untuk masingmasing pabrik gula tidak sama, ada yang per sak plastiknya 25 kg atau 50 kg. Setelah itu gula yang berada di sak plastik tidak boleh langsung dijahit, harus dibuka dulu supaya temperatur gula dalam sak plastik mengalami penurunan suhu/temperatur. Suhu gula dalam karung tidak boleh lebih dari 30 oC/suhu kamar, setelah gula dalam plastik dinyatakan dingin maka boleh dijahit. Jika gula dalam sak plastik dalam keadaan panas dijahit maka berakibat penurunan kualitas gula (http://www.Suclose.com).

14

BAB III BAHAN BAKU DAN PRODUK

3.1 Sifat fisik dan Kimia Bahan Baku Tebu adalah tanaman yang ditanam untuk bahan baku gula dan vetsin. Tanaman ini hanya dapat tumbuh di daerah beriklim tropis. Tanaman ini termasuk jenis rumput-rumputan. Umur tanaman sejak ditanam sampai bisa dipanen mencapai kurang lebih 1 tahun. Di Indonesia tebu banyak dibudidayakan di pulau Jawa dan Sumatra. Untuk pembuatan gula, batang tebu yang sudah dipanen diperas dengan mesin pemeras (mesin press) di pabrik gula. Sesudah itu, nira atau air perasan tebu tersebut disaring, dimasak, dan diputihkan sehingga menjadi gula pasir yang kita kenal. Dari proses pembuatan tebu tersebut akan dihasilkan gula 5%, ampas tebu 90% dan sisanya berupa tetes (molasse) dan air. Daun tebu yang kering adalah biomassa yang mempunyai nilai kalori cukup tinggi. Sering juga digunakan sebagai bahan bakar untuk memasak; selain menghemat minyak tanah yang makin mahal, bahan bakar ini juga cepat panas. Dalam konversi energi pabrik gula, daun tebu dan juga ampas batang tebu digunakan untuk bahan bakar boiler, yang uapnya digunakan untuk proses produksi dan pembangkit listrik.

3.2 Sifat Fisik dan Kimia Produk Dalam kehidupan sehari-hari orang telah mengenal gula sebagai bahan makanan pokok, baik untuk minuman ataupun makanan. Sebagai sumber utama dari gula adalah dari berbagai macam tanaman, yang dapat digolongkan sebagai penghasil gula antara lain : tebu, beet, kelapa aren. Untuk daerah tropis tebu merupakan tanaman utama sebagai penghasil gula, disamping kelapa aren. Tebu mengandung hidrokarbon yang terjadi dalam tanaman karena proses fotosintesa. Karbohidrat-karbohidrat ini terdiri dari monosakarida (glukosa, fruktosa), disakarida (sukrosa), dan polisakharida (selulosa). Dalam fotosintesa terjadi reaksi antara CO2 dan H2O dibantu tenaga sinar matahari dan zat hijau daun (khlorofil) menghasilkan karbohidrat monosakarida. C6H12O6+ 6O2 6CO2 + 6H2O + kalori

15

Contoh hasil analisa batang tebu adalah sebagai berikut : 1. Monosakarida ................................................................................ 0,5 1,50% 2. Sukrosa (disakarida)..................................................... ......................1,0 19,00% 3. Zat Organik (abu) ................................................................................. 0,5 1,50% 4. Sabut (selulosa, pentosa) ................................................... ...............11,0-19,00% 5. Asam-asam Organik............................................................................. 0,15% 6. Bahan Lain (blenok,lilin dan zat warna ) ............................................. 12,00% 7. Air ................................................................................................65,0 75,00% ( Honig, P, 1953 ) Susunan tebu ini tidak sama untuk semua tebu, tergantung pada keadaan tanah, iklim, pemeliharaan tanaman dan macam tebu. Sukrosa merupakan komponen yang akan dibuat menjadi gula, sehingga senyawa inilah yang akan diambil sebanyak-banyaknya dari tebu untuk dipisahkan dari bagian-bagian lain dan dikristalkan menjadi gula. Sakharosa adalah karbohidrat yang mempunyai rumus molekul C12H22O11, disakharida yang terdiri dari satu molekul glukosa dan satu molekul fruktosa. Sifat-sifat fisik sukrosa : Rumus molekul: C12H22O11 Bentuk: Kristal monoklin dan tak berwarna Densitas kristal : 1588 kg/m3 (pada 150C). Type: Mudah larut dalam air dan etanol, tidak larut dalam eter dan kloroform. Berat jenis: 1,6 Titik lebur : 185C

Gambar 3.2.1 struktur sukrosa Sumber : www.ecoton.or.id

16

Dalam suasana asam dan suhu tinngi mudah terhidrolisa menjadi gula reduksi, peristiwa ini disebut inverse. Reaksi : C12H22O11 + H2O C6H12O6 + C6H12O

Optis aktif (memutar bidang polarisasi kekanan). Mengingat sifat-sifat dari sukrosa maupun dari bahan yang akan digunakan untuk proses, maka kondisi operasi proses harus benar-benar diperhatikan terutama pada variabel proses yaitu : Temperatur Temperatur berpengaruh besar terhadap kecepatan reaksi antar komponen-komponen penyusun nira. Apabila temperatur terlalu tinggi, maka akan terjadi perpecahan sukrosa menjadi monosakarida (fruktosa dan glukosa). pH pH merupakan faktor terpenting dalam proses, karena hakekatnya senyawa nira harus melalui interfak tertentu. Pada pH asam akan menyebabkan inversi dari sukrosa, sedangkan bila pH basa akan menyebabkan terjadinya destruksi (sukrosa pecah menjadi monosakarida yang menyebabkan nira berubah warna). Dengan demikian nira harus dijaga agar selalu berada pada pH yang sesuai. Waktu Pengaruh dari variabel waktu sangat berhubungan dengan variabel temperatur dan pH di dalam reaktor, misalnya makin lama nira berada pada kondisi temperatur dan pH basa maka akan besar pula kerusakan sukrosa (pecah menjadi monosakarida). Maka dengan adanya hal-hal tersebut diupayakan melakukan proses pada kondisi yang sesuai ( Hajek , Viktor G. 1988 )

17

BAB IV URAIAN PROSES

4.1 Proses Persiapan Bahan Baku Pembuatan Gula

1.Tahap Persiapan Bahan Baku Tebu dapat dipanen dengan cara manual atau menggunakan mesin-mesin pemotong tebu. Daun kemudian dipisahkan dari batang tebu, kemudian baru dibawa ke pabrik untuk diproses menjadi gula. Pada tahap ini, tebu (cane) yang akan di giling dipersiapkan, baik itu kualitas maupun kuantitasnya. Kualitas meliputi kondisi fisik tebu, tingkat kebersihan dan potensi kandungan gula ( rendemen) di dalamnya. Sedang dari segi kuantitas, dilihat jumlahnya dengan ditimbang yang akhirnya menentukan jumlah gula yang akan dihasilkan. Dari segi kualitas, tebu (cane) yang baik adalah secara umum memenuhi 3 persyaratan, antara lain : manis,bersih dan segar. Peralatan utama (machine) yang digunakan pada tahap ini dalam proses produksi gula di Pabrik Gula antara lain:

Transfer/lifter machine, berfungsi untuk transfer tebu dari kendaraan pengangkutnya (truk atau lori).

Cane table, berfungsi untuk transfer dan mengatur jumlah tebu yang akan di giling.

Cane leveller yang berfungsi mengatur ketebalan tebu pada conveyor. Sebagai penggeraknya digunakan motor listrik yang dirangkai dengan gear reducer untuk memperoleh kecepatan putar yang diinginkan.

Gambar 4.1.1 Gambar Cane Leveller

18

Cane Cutter (cane knife), berfungsi untuk memotong tebu yang masuk masih dalam bentuk batangan, menjadi potongan yang lebih kecil berukuran 10-15 cm.

Gambar 4.1.2 Gambar Cane cutter

Cane shreeder (cane hammer/unigrator/heavy duty cane shreeder) berfungsi untuk mencacah potongan tebu menjadi serat potongan yang lebih kecil.

Cane cutter driven dalam hal ini yang sering dipakai adalah steam turbine (turbin uap) merupakan penggerak dari cane cutter. Kapasitas turbin uap menyesuaikan kapasitas cane cutter.

Gambar 4.1.3 Gambar Cane Cutter Driven Dalam proses pembuatan gula membutuhkan sumber daya seperti material, energi, tenaga kerja, informasi serta mesin dan peralatan yang terkoordinasi. Peran utama sumber daya mesin dan peralatan yaitu membantu proses produksi sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi produktivitas khususnya pada proses penggilingan di pabrik gula dalam mencapai target produksi. (Doherty, 1999 )

19

4.2 Proses Pembuatan Gula Tahapan-tahapan dalam proses pembuatan gula dimulai dari persiapan bahan baku, proses ektrasi, pembersihan kotoran, penguapan, kritalisasi, afinasi, karbonasi, penghilangan warna, dan sampai proses pengepakan sehingga sampai ketangan konsumen. EKSTRAKSI Tebu yang diangkut ke PG dimasukkan ke meja tebu, kemudian dicacah dengan pisau (cane cutter) membentuk potongan-potongan kecil. Potongan tebu masuk kedalam tandem gilingan-3 rol, yang biasanya terdiri atas 4 atau 5 unit gilingan yang disusun secara seri. Nira yang terekstrak (nira mentah) dari batang akan jatuh ke bagian bawah gilingan, sementara ampas akan terus bergerak hingga gilingan akhir. Untuk meminimumkan kehilangan gula yang terbawa ampas, dilakukan pencucian ampas dengan air (imbibisi) menjelang ampas masuk ke unit gilingan akhir. Dalam proses penggilingan yang baik, lebih dari 95% sukrosa tebu akan masuk kedalam nira mintah dan hanya sedikit yang terangkut ampas. Kinerja stasiun gilingan dinyatakan dalam mill extraction (ME). Nilai ini menunjukkan jumlah sukrosa yang berhasil di ekstrak (dalam nira mentah) dibandingkan terhadap kadar sukrosa dalam tebu. Semakin tinggi nilai ME, semakin baik kinerja stasiun gilingan. Ampas yang keluar dari gilingan akhir mengandung gula yang tidak terekstrak (terperah), serat-serat selulosa serta 45-55% air. Ampas selanjutnya dibawa ke boiler (ketel) sebagai bahan bakar.

Ketel Uap ( Boiler )

Ketel uap atau boiler merupakan jantung dari pabrik gula. Fungsi dari ketel ini adalah untuk menyediakan uap yang digunakan untuk prosesproses dalam pembuatan gula, seperti: gilingan,pemanasan nira, penguapan nira, pemasakan nira kental, dan pemutaran. Ketel terdiri pipa-pipa dimana lingkungannya terus menerus kontak dengan air dan uap.

20

Gambar 4.2.1 Diagram Ketel Uap pada Pabrik Gula Sumber : Kenneth O.G, 1989 Kebutuhan uap di PG ini disuplai oleh 3 unit ketel tekanan menengah dan 2 unit ketel tekanan rendah. Uap yang dihasilkan ketel tersebut yang merupakan uap panas lanjut (superheated steam) dengan tekanan menengah sekitar 17 kg/cm2 dan temperatur 300-330
o

C. Untuk medapatkan tekanan rendah digunakan

desuperheater. Kapasitas uap maksimum yang dihasilkan semua ketel 50 ton/jam digunakan untuk menggerakan turbin alternator yang menghasilkan listrik. Uap tersebut juga digunakan untuk menggerakkan mesin uap setelah tekanannya diturunkan. Ketel ini dilengkapi pula dengan tungku dengan tipe dumping grate stoker yang bisa menggunakan bahan bakar ampas tebu (baggase), potongan kayu, daduk (potongan daun tebu kering), sekam padi, serbuk gergaji, dan minyak residu.

21

Tabel 4.2.1 Tabel Spesifikasi Ketel Uap di Pabrik Gula

Sumber (Kenneth O.G, 1989)

Pada PG yang kelebihan ampas, ampas tersebut digunakan untuk bahan baku pembuatan kertas, particle board, pakan ternak atau produk komersial lainnya. Jus dari hasil ekstraksi mengandung sekitar 50 % air, 15% gula dan serat residu, dinamakan bagasse, yang mengandung 1 hingga 2% gula. PEMURNIAN Nira mentah yang dihasilkan dari gilingan umumnya asam dan keruh, sehingga harus dimurnikan lebih lanjt. Tujuan pemurnian adalah menghilangkan sebanyak mungkin bahan bukan gula (non sugar), baik yang tidak larut seperti bagasilo, partikel koloid maupun yang larut seperti polisakarida, protein, dan koloran (zat warna) sehingga nira menjadi jernih dan lebih murni. Suhu berpengaruh pada kecepatan reaksi dan kerusakan sukrosa yang terdapat dalam nira. Pada suatu reaksi kimia semakin tinggi suhu reaksi, maka reaksi akan semakin sempurna. Akan tetapi karena sifat sukrosa yang mudah rusak pada suhu tinggi maka dalam reaksi pemurnian diperlukan suhu optimal. Berdasarkan hasil penelitian, suhu optimal untuk reaksi pemurnian adalah 70 80
0

C. Parameter lain adalah waktu yang berpengaruh terhadap kerusakan sukrosa

dalam nira. Reaksi yang terjadi pada suhu tinggi dan berlangsung dalam waktu yang lama dan pH rendah (asam) dapat menyebabkan inversi dari sukrosa.

22

Sedangkan pada pH tinggi (basa) dapat memecah warna dari gula reduksi sehingga warna nira menjadi gelap. Secara umum, bahan untuk klarifikasi nira mentah menggunakan susu kapur dan panas. Susu kapur sekitar 0,5 kg per ton tebu akan menetralisir nira dengan membentuk garam kapur yang tidak larut (kalsium fosfat). Pemanasan nira yang tercampur susu kapur akan menyebabkan koagulasi protein, lemak, lilin dan gum, sehingga bahan-bahan ini akan mengendap ke bawah membentuk butiran atau partikel. Nira yang mengandung susu kapur dinetralkan kembali dengan penambahan sulfat (sulfitasi) atau karbonat (karbonatasi). Nira selanjutnya dipanaskan sampai 105C, ditambah flokulan, terus dialirkan ke clarifier (bejana pengendap) untuk proses pengendapan. Nira jernih yang berada di bagian atas bejana pengendap mengalir ke tangki nira jernih. Endapan yang ada di bagian bawah tangki dipompa ke tangki nira kotor untuk kemudian ditapis dalam rotary vacuum filter. Hasil penapisan berupa nira tapis dan blotong. Nira tapis dikembalikan ke tangki nira mentah, sementara blotong dipisahkan sebagai endapan pengotor. Nira keruh tidak dapat diolah lebih lanjut karena dapat menyebabkan pembentukan warna dan masakan menjadi sangat kental, yang bisa berakibat kepada penurunan perolehan dan kualitas gula. Sisa kapur yang masih terbawa ke dalam nira jernih harus diusahakan sesedikit mungkin. Sisa kapur yang terbawa dapat mendorong pembentukan kerak pada pipa evaporator. Pada tebu giling yang tidak segar pH nira biasanya masam sehingga perlu susu kapur lebih banyak. Akibatnya, sisa susu kapur yang terbawa kedalam nira jernih juga meningkat. Ada beberapa macam proses pemurnian nira, diantaranya proses defekasi, sulfitasi, karbonatasi dan Pengendapan (clarifying). Bahan pengotor yang dapat dihilangkan dengan defekasi, sulfitasi, dan karbonatasi adalah 12,7 %, 11,7 %, dan 27,9 %. ( Mandere 1928 )

23

PROSES DEFEKASI

Proses defekasi pada pemurnian nira menggunakan susu kapur (milk of lime) sebagai bahan pereaksi. Susu kapur akan bereaksi dengan phospat yang terdapat dalam nira untuk membentuk inti endapan (koagulan). Sebelum direaksikan dengan susu kapur nira terlebih dahulu dipanaskan di juice heater sampai suhu 70 0C. Mekanisme reaksi nya sebagai berikut : Ca2+ + HPO4Ca2+ + 2H2PO42CaHPO4 + 2Ca3(PO4)2 Ca3(PO4)2 + 2Ca2+ + HPO42- + H2O CaHPO4 Ca(H2PO4)2 Ca8H2(PO4)6 Ca5(PO4)3OH + 2H+
(1)

(2)

(3)

(4)

Sumber : Greenwood, 2007 Dari reaksi dengan susu kapur akan terbentuk inti dari endapan calcium phopsate. Secara umum yang mempengaruhi laju pengendapan calsium phospate adalah konsentrasi dari calsium dan phosphate, pH dan luas permukaan inti endapan. Selain itu juga dipengaruhi oleh jumlah asamasam organik, ion karbonat dan magnesium yang terdapat dalam nira. Pada proses defekasi ini nira dari gilingan dipanaskan pada temperatur 70oC kemudian dilakukan penambahan susu kapur sehingga pH 7,8 8 dalam peti defekator. Kemudian dipanaskan lagi hingga titik didihnya mencapai sekitar 100 105oC. Reaksi yang terjadi adalah : P2O5 yang berada dalam tebu bereaksi dengan air dari nira mentah membentuk asam phospat. Penambahan susu kapur akan mengendapkan asam phospat dalam bentuk kalsium phospat. Dalam bentuk prakteknya proses defekasi tidak lagi digunakan karena menghasilkan gula coklat. Raw sugar atau gula kasar merupakan gula yang dihasilkan dari proses pengolahan nira secara defekasi. Gula ini masih mengandung berbagai pengotor sehingga penggunaannya untuk dikonsumsi manusia telah dilarang oleh FDA

24

(Food and Drug Administration). Oleh karena itu, gula kasar tersebut harus melalui tahapan pemurnian agar dapat dikonsumsi oleh manusia atau digunakan sebagai gula berkualitas tinggi untuk industri. Pada proses pembuatan gula kasar dengan defekasi, penghilangan warna belum berlangsung efektif karena hanya sebagian kecil zat pembentuk warna yang dapat dihilangkan. Selain itu, masih terdapat bahan pengotor, seperti asam amino dan gula pereduksi yang dapat membentuk warna dengan mekanisme reaksi pencoklatan non-enzimatik pada proses penguapan dan pemasakan sehingga zat warna tersebut terkristalkan dalam gula kasar. Oleh karena itu, proses pemucatan gula kasar menjadi sangat penting dalam meningkatkan kualitas gula kristal. (Namiki, 1988)

PROSES SULFITASI Pemurnian dengan sulfitasi lebih baik dan banyak digunakan jika dibandingkan cara defekasi ahan baku dari proses sulfitasi adalah gas SO2 dan Ca(OH)2 . Gas SO2 dibuat dari belerang lempeng atau butiran yang dibakar di tobong belerang atau rotary burner. Gas SO2 akan bereaksi dengan ion Ca2+ membentuk endapan CaSO3 sehingga endapan menjadi incompressible (tidak mudah pecah). Selain itu fungsi gas SO2 adalah untuk mengikat unsur-unsur yang belum bereaksi di defekator, mengurangi viskositas larutan, mereduksi ion-ion Ferri menjadi Ferro sehingga warnanya menjadi lebih pucat. Penambahan Ca(OH)2 pada nira mentah dilakukan secara berlebih untuk mendapatkan suasana basa pada nira, sebab pada suasana ini pengendapan kotoran yang dibawa nira akan lebih banyak. Kelebihan Ca(OH)2 akan dinetralkan kembali oleh gas SO2 yang didapat dari pembakaran belerang padat. Macam-macam sulfitasi : a. Sulfitasi Asam

Nira mentah disulfitasi pendahuluan dengan gas sulfat pH rendah (6,5) dengan diikuti netralisasi yaitu penambahan susu kapur hingga mencapai pH 7 7,2. b. Sulfitasi Netral Nira mentah ditambah susu kapur hingga pH 8 8,5, kemudian dialiri gas sulfit hingga pH 7 7,2.

25

c.

Sulfitasi Basa

Nira mentah diberi susu kapur sampai pH mencapai 10,5 kemudian kelebihan susu kapur ini dinetralkan dengan gas sulfit (SO2) hingga pH 7 7,2. KARBONATASI Tahap pertama pengolahan cairan (liquor) gula berikutnya bertujuan untuk membersihkan cairan dari berbagai padatan yang menyebabkan cairan gula keruh. Pada tahap ini beberapa komponen warna juga akan ikut hilang. Salah satu dari dua teknik pengolahan umum dinamakan dengan karbonatasi. Karbonatasi dapat diperoleh dengan menambahkan kapur/lime [kalsium hidroksida, Ca(OH)2 ke dalam cairan dan mengalirkan gelembung gas karbondioksida ke dalam campuran tersebut. Gas karbondioksida ini akan bereaksi dengan lime membentuk partikelpartikel kristal halus berupa kalsium karbonat yang menggabungkan berbagai padatan supaya mudah untuk dipisahkan. Supaya gabungan-gabungan padatan tersebut stabil, perlu dilakukan pengawasan yang ketat terhadap kondisi-kondisi reaksi. Gumpalan-gumpalan yang terbentuk tersebut akan mengumpulkan sebanyak mungkin materi-materi non gula, sehingga dengan menyaring kapur keluar maka substansi-substansi non gula ini dapat juga ikut dikeluarkan. Setelah proses ini dilakukan, cairan gula siap untuk proses selanjutnya berupa penghilangan warna. Selain karbonatasi, teknik yang lain berupa fosfatasi. Secara kimiawi teknik ini sama dengan karbonatasi tetapi yang terjadi adalah pembentukan fosfat dan bukan karbonat. Fosfatasi merupakan proses yang sedikit lebih kompleks, dan dapat dicapai dengan menambahkan asam fosfat ke cairan setelah liming seperti yang sudah dijelaskan di atas. Karbonatasi merupakan reaksi yang terjadi akibat interaksi susu kapur (Ca(OH)2) dan gas CO2 membentuk endapan senyawa kalsium karbonat (CaCO3) melalui mekanisme yang dapat dilihat pada persamaan di bawah. Dalam karbonatasi, akan terjadi adsorpsi bahan pengotor, asam organik, dan lain-lain. Proses ini diawali dengan terbentuknya senyawa intermediet antara

26

sukrosa dan kalsium hidroksida. Sukrosa memiliki karakteristik kimiawi membentuk metal sakarat. Apabila dalam larutan sukrosa diberi metal hidroksida, maka akan terjadi reaksi yang akan membentuk suatu koloid keruh, bersifat gel, atau endapan. Koloid tersebut adalah ikatan sukrosa dengan metal hidroksida, misalnya satu mol sukrosa dengan satu mol kalsium hidroksida (Ca(OH)2) yang dinyatakan dengan rumus C12H22O11.Ca(OH)2, C12H22O11.CaO, dan C12H22O11.Ca. Sakarat dapat terurai oleh asam, bahkan oleh penambahan asam karbonat yang dihasilkan oleh pemberian gas CO2. Apabila sakarat diberi perlakuan dengan penambahan sedikit asam karbonat maka akan terbentuk senyawa intermediet. Senyawa intermediet tersebut bersifat gel yang mempunyai komposisi : . . Ca C12H20O11 Ca CO3 Ca - C12H20O11 - Ca CO3 . . Peningkatan absorpsi gas CO2 dapat meningkatkan kondisi asam dan mengganggu kestabilan senyawa intermediet sehingga senyawa tersebut terurai menjadi sukrosa dan kalsium karbonat. Terbentuknya senyawa kalsium karbonat dapat mengadsorpsi dan mengendapkan bahan pengotor . Namun, apabila gas CO2 yang ditambahkan berlebih dalam nira maka kalsium karbonat yang telah terbentuk akan kembali menjadi senyawa bikarbonat yang larut. Mekanisme penguraian kalsium karbonat dapat dilihat pada persamaan di bawah.

Pada kondisi suhu 45C, karbonatasi berlangsung lambat dan kurang sempurna, sedangkan pada suhu di atas 55C akan terjadi penguraian gula pereduksi yang memunculkan warna coklat. Namun, kelemahan proses berlangsung pada suhu 55C, yaitu memicu terjadinya fermentasi asam laktat. Dalam karbonatasi tunggal, sekitar 7 10 % volume larutan gula kasar yang dipanaskan pada suhu 45 55C, membutuhkan 20 beaume susu kapur. (Greenood, 2007)

27

PENGENDAPAN (Clarifying)

Langkah terakhir pada proses pemurnian adalah pengendapan. Setelah nira bereaksi dengan susu kapur dan gas SO2 maka terbentuk endapan atau koagulan. Endapan ini sifatnya masih melayang dalam larutan nira. Untuk mempercepat proses pengendapan ditambahkan flokulan dengan berat jenis > 106. Dosis flokulan yang diberikan sekitar 2 3 ppm. Fungsi dari flokulan adalah membentuk floc sehingga endapan kotoran lebih cepat untuk mengendap. Proses pengendapan kotoran dilakukan di Clarifier atau bejana pengendapan. Jenis clarifier bisa single tray atau multi tray, dimana masingmasing mempunyai kekurangan dan kelebihan. Sebelum dialirkan ke clarifier, nira di alirkan ke flash tank untuk menghilangkan gelembung-gelembung gas sehingga tidak mengganggu proses pengendapan. Hasil dari proses pengendapan adalah nira jernih (clear juice) dan nira kotor. Nira jernih diolah untuk proses selanjutnya sedangkan nira kotor akan dipisahkan menjadi nira tapis dan blotong di rotary vacuum filter. PENGUAPAN (EVAPORASI) Nira jernih selanjutnya dibawa ke evaporator untuk diuapkan airnya. Nira jernih memiliki kadar air sekitar 85% dan mempunyai komposisi yang sama dengan nira mentah, kecuali bahan-bahan yang telah terendapkan dalam proses klarifikasi. Evaporator terdiri dari 4 atau 5 bejana silindris vertical (effects) yang disusun seri. Bejana terakhir dihubungkan dengan kondensor untuk menghasilkan kondisi vacuum. Penguapan pada bejana I dilakukan menggunakan uap bekas, pada bejana II menggunakan uap nira dari bejana I, pada bejana III menggunakan uap nira bejana II, dan seterusnya. Susunan bejana-bejana seperti diatas tersebut disebut multiple effect. Sekitar 2/3 dari air yang ada dalam nira diuapkan dalam alat ini. PENDIDIHAN/KRISTALISASI Nira kental yang airnya sebagian besar sudah diuapkan pada evaporator, kemudian dikristalkan dalam bejana silindris yang disebut pan masak . Pan masak
28

adalah suatu bejana vakum dengan bagian dilengkapi tubular heat exchanger. Bagian atas pan masak merupakan tempat masakan yang dihubungkan dengan peralatan vakum (kondensor). Untuk menghasilkan gula berkualitas baik, brix nira kental harus tinggi agar proses kristalisasi berjalan efisien dan warna nira kental harus terang (jernih). Kristalisasi bertujuan untuk mengambil gula dalam bentuk kristal dari nira kental. Larutan nira kental diuapkan secara perlahan-lahan dalam bejana vakum, sampai pada tingkat kejenuhan tertentu. Selanjutnya, bibit gula dalam ukuran tertentu ditambahkan secukupnya sehingga akan mendorong proses pembesaran kristal sukrosa dari larutan nira. Kondisi terus dipertahankan dengan cara mengatur penguapan dan umpan nira kental secara seimbang. Setelah kristal mencapai ukuran tertentu, penguapan diteruskan hingga mencapai brix tertentu. Campuran kristal dan larutan gula (mother liquor) dinamai masakan. Kristal dipisahkan dari mother liquor (sirup) dengan cara sentrifugasi. Proses masak pada PG-PG di Jawa Timur umumnya dilakukan secara bertingkat, yaitu: A, C dan D. Masakan A Proses masak tahap pertama dengan menggunakan bahan baku nira mentah dinamakan masakan A. Bibit gula dalam proses masak A adalah gula hasil proses masakan C, dengan dengan ukuran kristal sekitar 0,4 mm. Kristal yang dihasilkan dari proses masak ini disebut gula A dan sirupnya disebut sirup A. Gula A dicampur dengan air atau klare dipisahkan dengan mesin sentrifugal menghasilkan gula putih dan larutan klare. Gula putih selanjutnya dikeringkan dan dikemas sebagai gula produk. Masakan C Didalam sirup A masih terkandung banyak sukrosa yang belum jadi kristal. Sukrosa tersebut kemudian diambil kembali melalui proses masak berbahan baku sirup A atau biasa disebut masakan C. Pada proses masakan C, bibit yang digunakan adalah gula D dengan ukuran kristal sekitar 0,2 mm. Proses masak berlangsung sebagaimana pada masakan A, namun karena kandungan sukrosa pada sirup A sudah menurun, maka kristalisasi pada masak C butuh waktu lebih lama. Gula C diambil dengn cara sentrifugasi, sedangkan sirupnya digunakan untuk bahan baku pada masak D.

29

Masakan D Masakan D bisanya menggunakan bahan baku campuran sirop C dan sirup A. Proses masak D berlangsung jauh lebih lama dibanding masak A, karena tingkat kemurnian sukrosa bahan yang digunakan rendah. Khusus untuk masakan D, setelah turun dari bejana masak dilanjutkan dengan kristalisasi lanjut dengan pendinginan di palung pendingin sampai lebih dari 24 jam. Setelah dipisahkan di mesin sentrifugal, gula D dilebur kembali dan dicampur dengan nira kental dan sirup D atau lebih dikenal dengan tetes.

SENTRIFUGASI Pemisahan kristal sukrosa dari mother liquor (tetes atau sirup) yang berasal dari hasil masak A, C dan D dilakukan dengan menggunakan mesin pemutar kecepatan tinggi atau sentrifus. Ada dua sistem sentrifuse yang digunakan di PG, yaitu sistem batch dan continue. Sistem yang pertama dipakai untuk memisahkan sukrosa dari masakan A, sedangkan sistem yang kedua dipakai untuk mengambil sukrosa dari masakan C dan D. Proses sentrifugasi masakan A akan menghasilkan gula dengan grade yang tinggi (dulu biasa disebut SHS). Gula yang keluar dicuci dengan air, kemudian dikeringkan kembali dengan menggunakan uap panas. Gula C dan D tidak diperlakukan seperti gula A, karena kedua gula tersebut dijadikan sebagai bibit pada masakan A.

30

PENGERINGAN DAN PENGEMASAN Gula hasil proses sentrifugasi memiliki kandungan air sekitar 1%, sehingga tidak bisa langsung dikemas dan perlu dikeringkan terlebih dulu. Pengeringan gula biasanya dilakukan dalam talang goyang. Talang goyang ini sekaligus juga berfungsi sebagai sortasi ukuran gula. Gula yang sudah kering didinginkan sebentar, kemudian dimasukkan ke dalam karung. Gula hasil sortiran, yaitu yang berukuran terlalu kecil atau kristalnya berdempetan tidak terpisah, selanjutnya dilebur kembali. (http://industryoleochemical.blogspot.com/2012/04/proses-pembuatan-gulapasir.html )

4.3 Proses Penanganan Produk Gula Gudang penyimpanan gula harus mempunyai sirkulasi udara yang bagus. Selain itu, suhu dalam gudang juga tidak boleh terlalu panas atau terlalu dingin. Jika kriteria tersebut terpenuhi stok gula dapat tahan sekitar enam bulan. Agar gula yang telah terbentuk tidak hilang dan tidak rusak maka para petugas di pabrik gula harus dapat mengikuti proses yang terjadi, baik semenjak usaha menghasilkan gula didalam tanaman maupun memisahkan gula dari komponen tebu lainnya dalam proses pabrikasi. mengetahui proses pembentukan gula yang terjadi di dalam tanaman tebu dari waktu ke waktu dilakukan dengan melakukan analisa kemasakan tebu. Untuk mengetahui kehilangan selama proses pabrikasi dilaksanakan analisa-analisa dan perhitungan potensi gula yang dibawa tebu masuk pabrik dan hasil yang diperoleh. ( http://gulasemut.blogspot.com/2013/02/tipsmenyimpan-gula-semut_19.html )

1. Penanganan Gula Merah Gula merah sampai saat ini masih merupakan sumber pendapatan petani dibeberapa daerah di Indonesia. Pada dasarnya semua jenis tebu dapat diproses menjadi gula merah. Pada umur 7-8 bulan tebu sudah dapat diproses menjadi gula merah. tetapi sebaiknya menunggu sampai dengan umur yang optimal demi meningkatkan mutu dan jumlah hasil nantinya setelah menjadi gula merah atau gula tumbu. Agar gula merah tidak menjadi keras, di wadah penyimpanannya ditaruh potongan apel. Jika terlanjur mengeras, ambil sepotong apel, masukkan ke

31

wadahnya, kemudian tutup rapat - rapat. Biarkan beberapa jam, gula akan menjadi lembut kembali. Atau, masukkan saja kedalam sebuah kantong plastik tertutup. Taruh satu potongan apel segar di dalamnya dan simpan di tempat yang sejuk. Gula merah bakal tahan lama dan tidak menjadi keras, jika disimpan di freezer dengan membungkusnya dengan kantong plastik (2 kali pembungkus). Jika akan dipakai, keluarkan 15 menit sebelumnya, lalu sisanya simpan ke dalam freezer. (
https://www.google.com/#psj=1&q=tempat+penyimpanan+gula+merah )

2.Penanganan Gula Batu Gula batu (disebut juga Rock Sugar atau lump sugar) adalah gulayang dibuat dari gula pasir, yang dikristalkan, melalui bantuan air yang dipanaskan. Tujuannya adalah agar mudah larut, dan kadang diberi tambahancitarasa seperti rasa karamel. Gula batu tidak semanis gula granulasi biasa, gula batu diperoleh dari kristal bening berukuran besar berwarna putih atau kuning kecoklatan. Kristal bening dan putih dibuat dari larutan gula jenuh yangmengalami kristalisasi secara lambat. Gula batu putih memiliki rekahan-rekahan kecil yang memantulkan cahaya. Agar Gula tahan lama simpan gula di tempat yang sejuk atau sirkulasi udara cukup ( http://d5d.org/search/pengertian-gula-batu ). 3. Penanganan Gula Aren Gula aren merupakan hasil pengentalan nira palma (aren, kelapa, siwalan)berbentuk serbuk dan lebih dikenal dengan nama palm sugar , berwarna kuningsampai coklat tua Gula semut masih kalah populerdengan gula pasir, tetapi disisi lain bisnis gula semut cukup menguntungkan, bukansaja harganya yang lebih mahal dari gula pasir, namun permintaan pasar terutama ekspor masih belum terpenuhi. Agar tetap kering dan bisa digunakan dalam jangka lama, gula disimpan dalam tempat tertutup. Masukan gula aren ke dalam botol kaca (bekas selai dll) lalu tutup dengan rapat agar kedap udara. Bila tak tersedia botol kaca, pergunakan botol plastik tapi taruh di lemari pendingin bila tak digunakan. Tapi setelah digunakan kembalikan botol gula semut secepatnya ke lemari pendingin, jangan tunggu sampai berembun. ( https://www.google.com/#psj=1&q=tempat+penyimpanan+gula+aren ) 4.4 Penanganan Limbah Pabrik Gula

32

Limbah memberikan arti teknis adalah sebagai barang yang dihasilkan oleh sebuah proses dan dapat dikategorikan sebagai bahan yang sudah tidak terpakai . Limbah merupakan buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik industri maupun domestik (rumah tangga atau yang lebih dikenal sabagai sampah), yang kehadirannya pada suatu saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungan karena tidak memiliki nilai ekonomis. Jenis sampah ini pada umumnya berbentuk padat dan cair. Pabrik gula dari bahan tebu yang mempunyai limbah organik berupa blotong (filter cake), dan abu boiler. Blotong (filter cake) merupakan limbah padat hasil dari proses produksi pembuatan gula, dimana dalam suatu proses produksi gula akan dihasilkan blotong dalam jumlah yang sangat besar. Vinasse merupakan limbah cair yang dihasilkan dari proses pembuatan Ethanol. Dalam proses pembuatan 1 liter Ethanol akan dihasilkan limbah ( vinasse ) sebanyak 13 liter (1:13). Dari angka perbandingan di atas maka semakin banyak Ethanol yang diproduksi akan semakin banyak pula limbah yang dihasilkannya. Jika limbah ini tidak tertangani dengan baik maka di kemudian hari, limbah ini akan menjadi masalah yang berdampak tidak baik bagi lingkungan. Limbah filter cake, abu boiler, dan vinasse merupakan bahan organik. Untuk bisa menjadi pupuk organik yang siap diaplikasikan maka diperlukan suatu proses dekomposisi bahan oleh bantuan mikoorganisme. Proses daur ulang limbah menjadi pupuk dapat dilakukan dengan menggunakan mikroorganisme secara manual. Sekitar 20-23 hari, proses thermopolik bisa tercapai, maka jadilah humus yang kandungan unsurnya cukup bagus dan berguna untuk memperbaiki struktur tanah. Sistem Penanganan Limbah Organik Pabrik Gula Secara Biologis, Sebagai upaya untuk memberikan alternatif lain bagi pengolahan limbah cair pabrik gula, dipelajari pembuatan teknologi pereduksi polutan organik secara biologis yang disebut dengan sistem Pereduksi Aerobik Ber-putar (PAB). Pada sistem ini per-lakuan bertumpu pada penggunaan mikroba yang menempel pada per-mukaan silinder berputar. Silinder ber-putar perlahan dengan kecepatan lima rpm, sehingga pada saat di bawah air, mikroba mengambil makanan dan pada saat di atas mengambil oksigen dari udara.

33

Limbah yang dihasilkan akan selalu bertambah akibat dari sebuah sistem yang tertutup (closeloop system) yang dihasilkan oleh sebuah industri hingga ke konsumen. Siklus inilah yang menyebabkan jumlah limbah akan selalu bertambah dan terus bertambah. Teknologi pengelolaan seperti apa yang bisa dilakukan oleh semua umat manusia di dunia ini. Pada dasarnya ada tiga prinsip, Reduce (mengurangi penggunaan), Reuse (guna ulang), dan Recycle (daur ulang).Prinsip pengelolaan limbah tersebut sering dikenal dengan nama 3R. Pengembangan lebih lanjut dalam sistem tersebut adalah sebuah sistem yang dikenal dengan konsep ekologi industri. Konsep ini memanfaatkan atau menyerupai sebuah ekosistem dalam rantai makan dengan aliran materi yang berputar adalah limbah ( http://industryoleochemical.blogspot.com).

BAB V PENUTUP

34

5.1 KESIMPULAN

Produksi gula diupayakan terus meningkat baik dari segi kualitas maupum kuantitas, penggunaan mesin-mesin (mekanisasi) merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan produksi gula. Meskipun mesin-mesin yang digunakan bukan mesin berteknologi canggih. Pada umumnya mesin-mesin yang digunakan oleh pabrik-pabrik gula di Indonesia pengoprasiannya dilakukan oleh manusia. Mesin-Mesin tersebut bekerja secara manual tidak secara komputerisasi. Pembuatan gula terdiri dari beberapa tahapan dan setiap tahap menggunakan mesin-mesin tersendiri. Adapun tahapan-tahapan pembuatan gula itu adalah : 1. Tahapan pemerahan nira (ekstraksi) : 2. Tahapan pemurnian nira; 3. Tahapan penguapan nira; 4. Tahapan kristalisasi; 5. Tahapan pemisahan kristal; dan 6. Tahapan pengeringan. Mesin-mesin yang digunakan dalam tahapan-tahapan pembuatan gula di atas digerakan oleh tenaga yang berasal dari pembangkit listrik dan pembangkit tenaga uap. Sedangkan bahan bakar untuk pembangkitan tenaga uap itu sendiri berupa daun dan ampas tebu yang dihasilkan dari proses pemerahan nira.

5.2 SARAN

Penggunaan mesin-mesin pembuat gula (mekanisasi) memang telah mampu meningkatkan produksi gula, tetapi hasilnya belum cukup memuaskan. Tingkat produksi gula belum mampu mengimbangi tingkat konsumsi masyarakat karena itu, uapnya untuk meningkatkan produksi gula dalam negeri masih harus diupayakan. Kalau selama ini mesin-mesin yang digunakan di pabrik gula masih bersifat manual (tidak berteknologi canggih), mungkin untuk masa yang akan datang mesin-mesin yang digunakan harus lebih canggih. Dengan mesin-mesin

35

berteknologi tinggi (canggih ) produksi gula akan lebih meningkat, baik dari segi kualitas maupun kuantitas dibanding dengan produksi gula saat ini.

36

Anda mungkin juga menyukai