I. PENDAHULUAN
Gula putih yang sering disebut dengan gula pasir atau gula
kristal merupakan salah satu jenis gula yang ada di pasaran dan
biasa kita konsumsi sehari-hari. Sama dengan jenis gula lain
(gula merah, gula cair), gula putih ini juga mempunyai fungsi
utama ebagai pemanis. Dilihat dari tingkat kemurniannya, gula
Teknologi pembuatan gula putih yang ada pada saat ini tentunya
tidak begitu saja ditemukan dalam keadaan seperti ini, tetapi
diawali oleh penemuan-penemuan secara bertahap. Kalau kita
lihat sejarah, umumnya dipercayai bahwa tanaman tebu
ditemukan pertama kali di Hindia pada abad ke-4, tercatat di
legenda Budha. Saat itu tanaman tebu belum dibudidayakan,
tetapi sudah dimanfaatkan selama beraabad-abad untuk diambil
airnya yang manis dengan cara mengunyah batangnya.
Berikutnya pada abad ke-5 di Persia ditemukan semacam gula-
gula (bentuk padat). Pada abad ke-9 sampai ke-10 mulai
didirikan industri gula komersial. Tanaman tebu kemudian
disebarkan oleh orang aArab ke Afrika Utara dan Eropa. Pada
saat yang sama tanaman tebi dibawa ke Jawa dan Philipina oleh
orang China. Colombus mengenalkan gula tebu ke Amerika pada
tahun 1494 dan pada tahun 1600 produksi Raw Sugar di Amerika
(tropis) terbesar di dunia. Industri Refinery Sugar mulai
bermunculan di Jerman, Perancis, dan Inggris pada abad ke-16,
namun Industri Refinery modern muncul di Inggris pada awal
abad ke-19. Industri gula beet secara komersial dimulai pada
pertengahan abad ke-18 (Spencer dan Meade, 1965).
Dari data yang ditampiilkan pada pie chart diatas terlihat bahwa
sebagian besar industri gula putih lebih banyak terdapat di Jawa
Timur.
II.1. Tebu
2. Produktivitas stabil
Tebu terdiri dari bagian akar, batang dan daun. Gula (sukrosa)
berada pada bagian batang dengan jumlah bervariasi 8 16%
dan sisanya adalah komponen bukan gula. Batang tebu bisa
mencapai panjang 6 meter dengan rata-rata 3 4 meter. Batang
tebuberbuku-buku, di antara buku terdapat ruas yang kuat. Di
dalam buku terdapat jaringan parenchim yang lunak,
mengandung sekitar 80% dari total gula. Sisa gula terdapat pada
bagian keras, yaitu kulit dan ruas. Kadar gula dari tiap buku
berlainan, semakin ke pucuk semakin rendah karena kemasakan
berasal dri bawah. Tebu muda mempunyai perbedaan kandungan
gula pada pucuk dan pengkal yang besar. Semakin tua tebu,
kadar gula pucuk semakin mendekati kadar gula bagian pangkal.
Tanaman tebu menjadi tua atau masak sekitar 12 16 bulan
tergantung varietasnya (Bahar, 1996).
Untuk megambil gula dalam tebu atau nira, maka nila harus
diperah dan dikeluarkan dari bagian tebu yang padat.
Selanjutnya untuk memperoleh kristal sukrosa, maka gula dalam
II.2. Nira
Air (%) 69 75 75 88
Sukrosa (%) 8 16 10 21
Bahan Anorganik
0,2 0,6 0,2 0,6
(%)
Bahan
0,5 1 0,5 1
Bernitrogen(%)
Serat (%) 10 16 -
Brix Total 10 16 12 23
Tanaman tebu yang sudah cukup masak yaitu batang tebu yang
telah mempunyai rendemen gula tertinggi dapat ditebang
sebagai bahan baku pembuatan gula putih. Rendemen tebu
sangat ditentukan oleh umur atau tingkat kemasakannya. Tebu
yang kurang masak belum optimal rendemennya, sedangkan
tebu yang lewat masak rendemennya akan menurun. Oleh
a. Faktor kemasakan
FK = Rb Ra x 100
Rb
KP = Rt x 100
Rt-2
HKt-2
III.1. Preparasi
III.2. Pemerahan
IV. PEMURNIAN
IV.2.1. Kapur
Nira yang diberi susu kapur akan terpisah menjadi tiga lapisan.
Substansi yang tidak larut dan mempunyai densitas lebih rendah
dari nira akan mengapung, disebut scum atau kotoran
terapung, sedangkan yang densitasnya lebih tinggi dari nira akan
mengendap dan disebut nira kotor, sedangkan yang di
tengahadalah nira yang sudah kelihatan jernih. Yang perlu
diperhatikan dalam proses ini adalah ketajaman pemisahan
ketiga lapisan tersebut, kecepatan pengendapan, volume
endapandan kuantitas dari substansi yang bisa terambil melalui
pengendapan dan pengapungan.
Pada saat terjadi kontak antara susu kapur dengan nira maka
terjadilah beberapa reaksi berikut:
IV.2.3. Belerang
IV.2.4. Karbondioksida
IV.3.1. Defikasi
IV.3.2. Sulfitasi
- Sulfitasi asam
- Sulfitasi netral
- Sulfitasi alkali
- Sulfitasi ganda
IV.3.3. Karbonatasi
V. EVAPORASI
VI. KRISTALISASI
- Shock seeding
- True seeding
VII.1.Pengeringan
yang halus. Debu gula akan terbawa oleh udara pengering dan
terkumpul di alat penangkap debu.
VII.2.Penyimpanan
Ada dua cara penyimpanan kristal gula, yaitu dalam karung dan
dalam bentuk curah (bulk storage). Pada umumnya pabrik gula di
Indonesia menyimpan gula dalam wadah karung yang kemudian
disusun dalam gudang penyimpanan. Sedangkan di luar negeri,
umumnya pabrik gula menyimapn gulanya dalam bentuk curah.
Banyak pabrik gula yang berlokasi dekat dengan
pelabuhansehingga penyimpanan dan pengangkutan gula dari
pabrik ke kapal cuukup menggunakan konveyor. Dengan cara
seperti itu tiidak banyak diperlukan tenaga untuk bongkar muat
gula.
7.
VIII. RAFINASI
8.2.1. Afinasi
8.2.2. Purifikasi
a. Filtrasi
Karbonatasi 53 11 18,5
Fosfatasi 33 0 32,5
37 7 30
43 10 22
Filtrasi dengan 12 0 36
diatomite
sumber: Nawansih, 2002
b. Fosfatasi
Pada fosfatasi ada dua hal yang penting yang perlu diperhatikan
dalam menangani mud/scum yaitu mengurangi jumlah gula yang
terbawa scum sebelum scum dibuang dan membentuk scum
agar mudah ditangani dalam pembuangan.
c. Karbonatasi
8.2.3. Decolorisasi
DAFTAR PUSTAKA
Birch, G.G. dan K.J. Parker. 1978. Sugar: Science and Technology.
Applied Science Publisher LTD. London. Hal. 39 47.
Spencer, G.L. dan G.P. Meade. 1965. Cane sugar Handbook, John
Wiley and Sons. London.
Rachmania Widyastuti
F351090071