PENDAHULUAN
Aren atau enau (Arrenga pinnata Merr) adalah salah satu keluarga
palma yang memiliki potensi nilai ekonomi yang tinggi dan dapat tumbuh
subur di wilayah tropis seperti Indonesia. Tanaman aren bisa tumbuh pada
segala macam kondisi tanah, baik tanah berlempung, berkapur maupun
berpasir. Namun pohon aren tidak tahan pada tanah yang kadar asamnya
terlalu tinggi. Di Indonesia, tanaman aren dapat tumbuh dan berproduksi
secara optimal pada tanah yang memiliki ketinggian di atas 1.200 meter di
atas permukaan laut dengan suhu udara rata-rata 25 ocelcius. Di luar itu,
pohon aren masih dapat tumbuh namun kurang optimal dalam
berproduksi.
Pohon aren memiliki potensi ekonomi yang tinggi karena hampir
semua bagiannya dapat memberikan keuntungan finansial. Buahnya
dapat dibuat kolang-kaling yang digemari oleh masyarakat Indonesia pada
umumnya. Daunnya dapat digunakan sebagai bahan kerajinan tangan
dan bisa juga sebagai atap, sedangkan akarnya dapat dijadikan bahan
obat-obatan. Dari batangnya dapat diperoleh ijuk dan lidi yang memiliki
nilai ekonomis. Selain itu, batang usia muda dapat diambil sagunya,
sedangkan pada usia tua dapat dipakai sebagai bahan furnitur. Namun
dari semua produk aren, nira aren yang berasal dari lengan bunga jantan
sebagai bahan untuk produksi gula aren adalah yang paling besar nilai
ekonomisnya. Dalam gambar pohon industri, berikut adalah beberapa
produk turunan dari aren yang berpotensi untuk dikembangkan.
Daerah
Produksi (ton)
Jawa Barat*
13.878
7.866
Sulawesi Utara
5.928
5.846
Sumatera Utara
4.708
3.752
Sulawesi Selatan
4.520
2.503
Jawa Tengah
2.638
2.454
Bengkulu
3.388
2.058
Sumber : Statistik Perkebunan Tahun 2006, hal 8
* Jawa Barat termasuk Banten.
Gula aren selama ini menjadi sumber mata pencaharian penting bagi para
petani di sentra-sentra produksinya. Salah satu sentra produksi gula aren
di Indonesia adalah di Kabupaten Lebak, Propinsi Banten yaitu tepatnya di
desa Hariang, Kecamatan Sobang. Kabupaten Lebak dikenal sebagai
salah satu daerah penghasil gula aren terbesar di Indonesia. Industri gula
aren di kabupaten ini menyerap 5.406 tenaga kerja melalui 2.982 unit
usaha mikro dan kecil, belum termasuk tenaga kerja di saluran
distribusinya. Kapasitas produksi per tahun mencapai 2.249,4 ton yang
tersebar di 44 sentra produksi (Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kab.
Lebak, 2005).
memudahkan
pihak-pihak
terkait
untuk
berkontribusi
dalam
dan
menjelang
bulan
puasa
Ramadhan.
Sedangkan
untuk
Tahun
1996
1997
1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
Produksi
Produktivitas
(ton)
25.392
19.067
38.069
20.874
27.682
33.498
28.189
34.051
32.880
35.899
(Kw/Ha)
10,05
7,38
14,31
7,65
9,96
11,38
10,15
10,42
10,12
10,13
jumlah
penawaran
masih
lebih
rendah
dibanding
maka
pengusaha
seringkali
tidak mampu
memenuhi
permintaan pasar.
Harga
Harga gula aren ditentukan oleh musim, dimana musim hujan saat
produksi nira melimpah harga turun, sebaliknya saat musim kemarau saat
produksi nira sedang berkurang harga naik. Secara umum fluktuasi harga
per kg untuk gula aren cetak berkisar antara Rp3000,- - Rp9000,-,
sedangkan gula aren semut berkisar Rp7000,- - Rp.10.000,-.
Jalur Pemasaran
Gula aren, baik gula aren cetak maupun gula aren semut, dapat
dipasarkan melalui beberapa jalur pemasaran. Jalu-jalur tersebut antra
lain dapat dilihat pada diagram 4.1 dan 4.2.
Kendala Pemasaran
Kendala pemasaran yang masih dihadapi oleh pengusaha dalam
pemasaran produk gula aren, antara lain:
1. Kurangnya akses terhadap informasi pasar, terutama tentang
harga, sehingga pengrajin sangat tergantung pada harga yang
diberikan oleh pengumpul (posisi tawar pengrajin rendah).
2. Masyarakat masih kurang mengenal produk gula aren semut
sebagai subtitusi gula pasir tebu. Hal ini menyebabkan gula aren
semut lebih dikenal untuk keperluaan industri daripada untuk
konsumsi. Padahal, peluang pasar untuk memenuhi kebutuhan
pemanis pada pasar konsumsi relatif besar.
ASPEK PRODUKSI
Lokasi Usaha
Lokasi usaha produksi gula aren sebaiknya berada di dekat sumber
bahan baku yaitu nira aren. Hal ini disebabkan daya tahan nira aren
hanya tiga jam sebelum menjadi asam akibat proses fermentasi. Oleh
karena itu, bahan baku perlu penanganan yang cepat, nira hasil sadapan
harus segera diolah menjadi gula cetak.
Daerah yang memiliki banyak pohon aren, umumnya menjadi lokasi
sentra produksi gula aren baik gula aren cetak maupun gula aren semut.
Salah satu sentra produksi yang relatif berkembang ada di Kabupaten
10
untuk
proses
produksi
penjemuran
11
yang
Tradisional
Mekanisasi
12
perbedaan.
Proses
produksi
dimulai
dari
penyadapan
nira,
13
penampung diberi sedikit air kapur pada dasarnya yang bertujuan untuk
mengurangi resiko rusaknya nira aren akibat pembiakan organisme mikro.
Nira hasil sadapan pagi disaring menggunakan ijuk dari pohon aren
kemudian dituang di kuali dan dimasak hingga matang agar menjadi gula
cetak setengah jadi kemudian disimpan. Tujuan memasak nira sebelum
disimpan adalah untuk menjaga daya tahan, karena nira aren mentah
hanya tahan 3 jam.
14
Nira yang disadap sore, kemudian dicampur dengan nira pagi yang
sudah dimasak untuk kemudian dimasak bersama. Dalam pemasakan
nira ini, juga perlu ditambahkan minyak goreng atau minyak kelapa
sebanyak 10 gram untuk tiap 25 liter nira. Pada proses memasak,
sesekali dilakukan pengadukan. Setelah memasuki fase jenuh yang
ditandai dengan terbentuknya buih, pengadukan dilakukan lebih sering
hingga nira aren
menjadi pekat.
pembersihan dari buih dan kotoran halus. Kemudian gula aren dicetak di
dalam cetakan dari kayu. Sebelum digunakan, cetakan tersebut terlebih
dahulu dibersihkan dengan menggunakan air kapur dan merendamnya
dengan air bersih untuk memudahkan pelepasan gula aren nantinya.
Lama pemasakan nira aren hingga dicetak adalah 3-4 jam.
15
16
17
18
Diagram 3.1. Diagram alur proses produksi gula aren cetak dan gula
semut oleh pengrajin
19
Diagram 3.2. Diagram alur proses produksi gula semut oleh sentra industri
20
Mutu gula aren cetak ditentukan oleh tekstur, aroma dan warna.
Namun demikian, tidak ada perbedaan harga untuk perbedaan mutu
berdasarkan ketiga variabel tersebut baik di tingkat pengrajin maupun
industri kecil. Sedangkan, gula aren semut untuk memenuhi standar
industri merujuk pada standar tingkat kehalusan serbuk dan kadar air.
Kehalusan serbuk dibagi dalam 3 jenis ukuran, yaitu: 10 mesh, 15 mesh
dan paling halus 20 mesh dengan kadar air di bawah 3%. Tingkat
kehalusan serbuk gula semut inilah yang menentukan perbedaan harga.
Harga gula aren semut ukuran 20 mesh (terkecil) adalah yang paling
mahal.
Produksi Optimum
Hasil produksi gula aren di tingkat pengrajin ditentukan oleh musim
dan jumlah pohon aren yang dimiliki.
21
22
23
24
Kebutuhan biaya
investasi dapat dilihat pada tabel 5.2. Sedangkan, rincian biaya investasi
dapat dilihat pada lampiran 2.
25
2. Biaya Operasional
Biaya operasional merupakan biaya variabel yang besar kecilnya
dipengaruhi oleh jumlah produksi. Komponen dari biaya operasional
adalah pengadaan bahan baku, bahan pendukung, biaya pemasaran,
biaya tenaga kerja, biaya overhead pabrik, serta biaya administrasi dan
umum. Biaya operasional selama satu tahun dihitung berdasarkan jumlah
hari untuk produksi gula aren. Jumlah hari kerja dalam setahun adalah
300 hari (asumsi yang digunakan adalah 25 hari kerja per bulan dan 12
bulan kerja dalam setahun).
Biaya operasional yang diperlukan selama satu tahun mencapai
Rp.1.107.017.500,-. Komponen biaya operasional berurutan dari yang
terbesar yaitu biaya bahan baku menyerap sebesar 81,3% dari total biaya
operasional per tahun, diikuti biaya overhead pabrik yaitu sebesar 13,2%
dan 5,5% sisanya adalah biaya bahan pendukung, pemasaran, tenaga
kerja serta administrasi dan umum.
26
Tenaga kerja yang digunakan adalah tenaga kerja tetap dan tidak tetap.
Tenaga kerja tetap terdiri dari seorang pimpinan dengan bayaran Rp.
2.000.000,- per bulan, 2 orang tenaga administrasi gaji masing-masing
Rp. 800.000,- per bulan. Sedangkan tenaga kerja tidak tetap adalah 3
orang yang masing-masing dibayar dengan upah sebesar Rp. 30.000,per hari. Jumlah biaya operasional untuk usaha gula aren disajikan pada
Tabel 5.3.
Tabel 5.3. Kebutuhan Biaya Operasional
27
suku
bunga
diberlakukan
sama
sesuai
dengan
bunga
28
Tabel 5.4. Kebutuhan Dana Investasi dan Modal Kerja Usaha Gula Aren
29
30
No Uraian
1
Jenis Produk
Satuan
Produksi
Produksi
Harga
Nilai
kg/bulan
kg/tahun
Rp/kg
Rp/thn
31
Gula Cetak
Kg
1,250
15,000
6,000
90,000,000
Gula Semut
Kg
12,500
150,000
8,000
1,200,000,000
1,290,000,000
32
penghitungan
kelayakan
rencana
investasi
dapat
33
Analisis Sensitivitas
Dalam suatu analisis kelayakan suatu proyek, biaya produksi dan
pendapatan biasanya akan dijadikan patokan dalam mengukur kelayakan
usaha karena kedua hal tersebut merupakan komponen inti dalam suatu
kegiatan usaha, terlebih lagi bahwa komponen biaya produksi dan
34
II
penerimaan
proyek
investasi
tetap.
Kenaikan
biaya
III
35
Saat pendapatan usaha turun sebesar 7%, usaha gula aren ini
sudah tidak layak dilaksanakan. Hal ini berdasarkan hasil perhitungan
sejumlah kriteria kelayakan investasi (pada discount rate 18%) sebagai
berikut: NPV Rp1.194.644,-, nilai IRR 18,17% (> discount rate), PBP
(usaha) adalah 4 tahun 11 bulan (< periode proyek), tetapi net B/C
sebesar 1,00 (= 1) sehingga tidak layak untuk diusahakan.
Tabel 5.8. Analisa kelayakan usaha saat pendapatan turun 6%
IRR (%)
PBP (usaha)-tahun
PBP (kredit)
DF
PV Benefit
PV Cost
B/C Ratio
NPV
NetB/C Ratio
Cash Flow (+)
Cash Flow (-)
Net B/C ratio
23.01
4.41
2.75
18%
3,807,677,945
3,772,615,021
1.01
35,062,924
326,514,382
(291,451,458)
1.12
IRR (%)
PBP (usaha)-tahun
PBP (kredit)
DF
PV Benefit
PV Cost
B/C Ratio
NPV
18.17
4.98
3.11
18%
3,767,337,439
3,766,142,795
1.00
1,194,644
36
NetB/C Ratio
Cash Flow (+)
Cash Flow (-)
Net B/C ratio
292,646,103
(291,451,458)
1.00
IRR (%)
PBP (usaha) tahun
PBP (kredit)
DF
PV Benefit
PV Cost
B/C Ratio
NPV
23.21
4.38
2.73
18%
4,049,720,982
4,013,346,570
1.01
36,374,413
37
NetB/C Ratio
Cash Flow (+)
Cash Flow (-)
Net B/C ratio
Sumber: Hasil Simulasi BI.
327,825,871
(291,451,458)
1.12
14.42
> dari 5 tahun
3.46
18%
4,049,720,982
4,074,061,050
0.99
-24,340,067
267,111,391
(291,451,458)
0.92
25.41
38
4.15
2.58
18%
3,928,699,464
3,876,708,233
1.01
51,991,231
343,442,689
(291,451,458)
1.18
operasional.
Dengan
memperhatikan
kriteria
jangka
waktu
pengembalian investasi (pay back period usaha), proyek ini sensitif pada
penurunan pendapatan sebesar 6%, artinya jika penurunan pendapatan
lebih besar dari 6% tiap tahunnya proyek ini menjadi tidak layak/merugi.
Sedangkan jika dilihat dari perubahan biaya operasional, proyek ini
sensitif pada kenaikan biaya operasional sebesar 7% dengan asumsi
biaya investasi dan pendapatan tetap.
operasional lebih besar dari 7% tiap tahun, proyek ini menjadi tidak
layak/merugi. Analisis sensitivitas gabungan menunjukkan bahwa proyek
ini sensitif pada kondisi terjadi penurunan pendapatan sekaligus kenaikan
biaya operasional masing-masing sebesar 3%.
ASPEK SOSIAL EKONOMI
Dampak ekonomi dan sosial dari kegiatan produksi gula aren
antara lain sebagai berikut:
1. Menyediakan lapangan kerja bagi penduduk di sekitar sentra
produksi gula aren.
39
Rangkuman
1. Industri kecil gula aren dilakukan secara kelompok oleh masyarakat
pengrajin di desa Hariang, kecamatan Sobang, kabupaten Lebak
merupakan sumber pendapatan keluarga bagi masyarakat.
40
2. Permintaan
dan
penawaran
gula
aren
di
pasar
sangat
perubahan
pendapatan
sekaligus
kenaikan
biaya
41
Saran pengembangan
1. Investasi peralatan dibutuhkan baik untuk peningkatan kapasitas
produksi maupun untuk perbaikan kualitas produk gula aren. Hal ini
mengingat peluang pasar domestik maupun ekspor masih sangat
terbuka dan sejauh ini belum optimal mampu dimanfaatkan oleh
pelaku usaha gula aren.
2. Pembiayaan
dari lembaga
keuangan
formal
(bank) sangat
meningkatkan
dihasilkan,
maka
dan
memperbaiki
pengusaha
perlu
mutu
lebih
produk
yang
memperdalam
memperbaiki
pola
pemasaran,
pengusaha
sebaiknya