FAKULTAS TEKNIK
2017
BAB I
PENDAHULUAN
Secara sederhana, proses pengolahan yang ada pada pabrik berondolan lebih sederhana di
banding dengan proses yang ada pada pabrik kelapa sawit besar. adalah sebagai berikut:
Proses perebusan buah dapat dilakukan dengan dua cara, continious process dengan
Boiler pembangkit stem, atau Batch process dengan menggunakan gasifikasi fiber sebagai
bahan bakar (direbus langsung mengguankan rendaman air di vessel rebusan dengan
menggunakan api langsung dari bawah biasanya rebusan ini juga disebut Boiling chamber.
Pada proses pengepressan buah perlakuannya hampir sama dengan yang ada pada
pabrik kelapa sawit skala besar, pada pabrik berbahan baku buah berondolan ini biasanya
hanya sampai pemisahan biji (nut) dengan serat (fiber). Biji (nut) tidak dipisahkan dari
cangkangnya dan langsung dijual, karena hanya sangat sedikit jumlahnya apabila dipisahkan
dengan inti (karnel).
Pada proses pemurnian minyak hanya menggunakan continius settling tank. Peralatan
seperti centrifuge, decanter tidak digunakan, apalagi dengan batch process.
Blended (lumpur daging buah) sebelum dilepaskan ke kolam limbah beserta air, maka
akan dipanaskan terlebih dahulu untuk menangkap minyak yang masih tersisa kira-kira 0,5 – 1
%. Juga akan diendapkan dibak Fat Fit dengan waktu tinggal kira-kira 24 jam, biasanya minyak
akan muncul dipermukaan dan akan diambil secara manual untuk kembali di masukkan ke tangki
purifier.
Unit Pengolahan limbah yang beruba bak-bak tanah atau juga di sebut kolam
limbah seterusnya akan menampung blended (lumpur) ini, secara bertahap mengalir dari satu
kolam ke kolam yang lain sesuai dengan pertambahan volume dengan waktu tinggal lebih
kurang 72 jam, yang didukung dengan perpipaan T dengan pola aliran yang dibawah
terlebih dahulu mengalir. Apabila minyak pada kolam satu terlihat muncul dipermukaan
maka akan bisa dipisahkan secara manual tidak akan terikut pada kolam berikutnya dan
sangat mungkin diambil secara manual untuk dimasukkan kembali ke tangki purifier.
Minyak yang berasal dari kolam limbah kembali jika dimasukkan ke tangki purifier tidak akan
merusak kualitas minyak yang telah ada pada tangki purifier, karena kita juga akan menghasilkan
minyak asam tinggi bukan untuk bahan makanan.
Dengan pola ini maka minyak yang dihasilkan akan dapat diambil keseluruhan dengan,
hal inilah yang dapat kita katakan bahwa pabrik kecil ini dapat berjalan dengan limbah nol.
Pada Pabrik besar Tandan Buah Segar biasanya menggunakan lory-lori dan
horizontal sterilizer yang sangat tinggi biaya perawatannya. Proses pemurnian minyak juga
menggunakan banyak peralatan seperti terlihat pada skema berikut ini:
a) Sterilizer (Rebusan)
Untuk bahan baku yang berbasis buah tandanan maka untuk mematangkan buah
dikenal dengan Sterilizer atau rebusan yang bertekanan. Dengan temperature operasi 130oC
dan tekanan 3 bar g, buah sawit akan matang dalam waktu sekitar 45 menit. Dengan
asumsi waktu yang dipergunakan untuk bongkar-muat boiling chamber adalah 45 menit, maka
untuk memasak 1 batch buah sawit dibutuhkan waktu total 1.5 jam.
Agar feeding kedalam digester dan screw press terjaga kontinyu, rebusan harus
mampu memasak 7.5 ton tiap batch (=1.5 jam x 5 ton/jam). Dengan asumsi bulk density buah
sawit brondolan adalah 0.5 ton/m3 maka, dibutuhkan boiling chamber sebesar 15 m3.
Boiler dirancang bekerja kontinyu agar tekanan steam terjaga tetap 4 bar g. Kettle dirancang
sebagai kettle pipa api, dimana api dan flue gas berada dalam tube (pipa), sedangkan air berada
dalam shell. Steam yang dibangkitkan kettle, selain untuk memasak buah sawit, juga
dipergunakan untuk memanaskan CPO dalam purifier dan mempertahankan temperature
tangki penyimpanan hasil CPO tetap 90oC.
Untuk bahan baku yang berbasis waste fruit atau yang lebih dikenal dengan buah
berondolan, maka untuk mematangkan buah dikenal dengan Sterilizer atau rebusan yang
bertekanan dengan temperatur operasi 130oC dan tekanan 3 bar g, buah sawit akan matang dalam
waktu sekitar 45 menit. Dengan asumsi waktu yang dipergunakan untuk bongkar-muat
boiling chamber adalah 45 menit, maka untuk memasak 1 batch buah sawit dibutuhkan waktu
total 1.5 jam. Agar feeding kedalam digester dan screw press terjaga kontinyu, rebusan
harus mampu memasak 3 ton tiap batch (=1.5 jam x 2 ton/jam). Dengan asumsi bulk density
buah sawit brondolan adalah 0.75 ton/m3 maka, dibutuhkan boiling chamber sebesar 4 m3.
Dengan faktor koreksi 50 %, boiling chamber dirancang sebesar 8 m3.
Boiler dirancang bekerja kontinyu agar tekanan steam terjaga tetap 4 bar g. Kettle
dirancang sebagai kettle pipa api, dimana api dan flue gas berada dalam tube (pipa),
sedangkan air berada dalam shell. Steam yang dibangkitkan kettle, selain untuk memasak buah
sawit, juga dipergunakan untuk memanaskan CPO dalam purifier dan mempertahankan
temperature tangki penyimpanan hasil CPO tetap 90oC.
Bahan bakar Kettle direncanakan akan memanfaatkan sabut hasil screw press yang
diumpankan dengan menggunakan blower. Gas buang hasil pembakaran sabut, diisap dengan ex-
house fan yang dilengkapi cyclone untuk menangkap abu sisa pembakaran.
c) Thresher (Bantingan)
Thresher dipakai untuk melepaskan biji sawit dari tandan setelah dikeluarkan dari
Sterilizer. Thresher berupa silinder horizontal berlubang, dengan poros pemutar, berpenggerak
motor. Setelah dipisah dari tandan, biji sawit selanjutnya diumpankan ke digester.
Sabut akan keluar bersama klatak pada ujung screw press, yang kemudian dipisahkan
antara klatak dan sabut secara manual. Klatak dikumpulkan untuk dijual, sedangkan sabut
diumpankan kedalam tungku kettle sebagai bahan bakar. Purifier (Continuous Separation
Tank/CST). Purifier adalah 5 buah tangki yang dipasang secara seri, dan masing masing
dilengkapi dengan steam coil. Purifier dirancang cukup untuk menampung hasil proses
selama 5 jam kerja (25 ton). Setelah dilakukan settling selama lebih kurang 5 jam, CPO
murni dipompakan kedalam tangki penyimpanan. Pulp yang tertinggal adalah berupa
butiran/serat sabut kecil, kotoran, dan air selanjutnya disebut blended. Blended ini
selanjutnya dialirkan ke bak penampung limbah.
Volume dari tangki settling yang pertama harus sebesar 5 kali kapasitas pengolahan per
jam agar dapat waktu tinggal yang cukup untuk memisahkan minyak, air dan Lumpur
berdasarkan berat jenis dengan pemanasan. Minyak dengan berat jeni (BJ) yang lebih kecil akan
berada diatas, kemudian blended dan air. Trap dimaksudkan disini dilengkapi dengan filter
untuk mencegah masuknya bleded yang ringan terikut beserta minyak.
Blended tidak boleh dibuang langsung karena selain mengganggu lingkungan, blended
masih bisa diambil manfaatnya. Untuk itu, penampung limbah dibuat bersekat sekat
sebanyak 4 bak. Sekatan pertama dibuat untuk menormalkan temperature buangan, sesuai
dengan temperatur lingkungan. Selain itu, dari bak ini diharapkan masih dapat diambil
minyaknya.
Keluaran dari bak pertama diatur sedemikian rupa sehingga hanya blended dan air
yang masuk ke bak kedua. Di bak kedua juga diharapkan masih bisa mengambil
kandungan minyaknya. Keluaran dari bak kedua juga diatur sedemikian hingga hanya air dan
blended yang masuk ke bak ketiga. Sedemikian seterusnya, hingga keluaran dari bak ke empat
hanya air yang keluar ke parit pembuangan. Blended diharapkan tetap tertinggal di keempat bak
ini, dan setelah penuh, bak dikuras dengan mengangkat semua blended. Blended
selanjutnya dikeringkan dengan dijemur. Blended kering kaya akan unsur hara dan sangat bagus
untuk dimanfaatkan sebagai pupuk organik untuk kebun sawit itu sendiri. Selain itu, blended
kering juga bisa dimanfaatkan sebagai bahan bakar rebusan.
BAB III
Tandan buah segar (TBS) yang telah dipanen dikebun diangkut ke lokasi pabrik minyak
sawit dengan menggunakan truk. Sebelum dimasukan kedalam Loading Ramp, tandan buah
segar tersebut harus ditimbang terlebih dahulu pada jembatan penimbangan (weighing brigae).
Secara garis besar diagram alir dari proses pengolahan kelapa sawit dan neraca material balance
pengolahan kelapa sawit disajikan pada gambar dibawah ini:
Produksi bersih adalah suatu strategi pengelolaan lingkungan yang bersifat
preventif dan terpadu yang perlu diterapkan secara terus menerus pada proses produksi
dan daur hidup dengan tujuan untuk mengurangi resiko terhadap manusia dan lingkungan.
Produksi bersih diperlukan sebagai cara untuk mengharmonisasikan upaya perlindungan
lingkungan hidup dengan kegiatan pembangunan atau pertumbuhan ekonomi. Oleh karena
itu upaya untuk menghasilkan produksi bersih sama dengan penerapan pembangunan
berkelanjutan karena penerapan produksi bersih dapat:
Kegiatan perkebunan dan pengolahan kelapa sawit merupakan kegiatan yang sangat
memungkinkan untuk menerapkan konsep zero emissions, karena hampir semua limbah yang
dihasilkan dapat dimanfaatkan kembali. Oleh karena itu, pemerintah dewasa ini sangat
memperhitungkan dan memprioritaskan penerapan produksi bersih pada komoditi kelapa
sawit. Karena dengan semakin tingginya kesadaran masyarakat dunia tentang pelestarian
lingkungan hidup serta adanya persaingan pada pasar global, maka mutu produk tidak hanya
dilihat dari aspek fisik dan kimianya saja, tetapi juga aspek lingkungannya.
Jenis limbah kelapa sawit pada generasi pertama adalah limbah padat yang terdiri dari tandan
kosong, pelepah, cangkang dan lain-lain. Sedangkan limbah cair yang terjadi pada in house
keeping. Limbah padat dan limbah cair pada generasi berikutnya dapat dili hat pada gambar
dibawah ini:
Pada tabel dibawah ini, disajikan potensi dan pemanfaatan limbah pabrik kelapa sawit:
Dalam upaya pemanfaatan limbah kelapa sawit secara optimal untuk setiap kasus,
perlu dikaji beberapa aspek teknis, ekonomis, sosial dan lingkungan seperti berikut:
1. Jumlah, waktu pengadaan dan lokasi limbah maupun fluktuasinya sepanjang tahun
atau musim.
2. Pemanfaatan di lapangan, jumlah biomassa, kebutuhan tenaga kerja, peralatan,
kondisi jalan, bahaya, resiko kerusakan atau pelapukan
3. Transportasi, volume limbah, jarak sampai ditujuan, kondisi jalan.
4. Struktur fisik dan komposisi kimia maupun kandungan energi (nilai kalor bakar)
bahan limbah.
5. Berbagai alternatif pemanfaatan limbah, teknologi yang tersedia, biaya dan nilai
produk yang dihasilkan.
6. Tingkat pencemaran lingkungan dan teknologi penanganan untuk kelestarian
lingkungan hidup.
Dengan mempertimbangkan hal-hal tersebut diatas, maka pemanfaatan limbah dapat dilakukan
secara optimal.
3. Kandungan hara spesifik dari limbah sawit secara keseluruhan dapat dilihat pada tabel
dibawah ini:
4. Kandungan hara dalam abu hasil pembakaran tandan kosong dan serat serta cangkang
dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
5. Dengan teknologi terkini, kayu sawit yang memiliki sifat dasar kualitas
penggunaannya yang rendah dibandingkan dengan kayu biasa ternyata dapat menjadi
bahan baku mebel yang potensial. Kepala Badan Litbang Hutan pun mengatakan
bahwa produk tersebut selama ini banyak dicari pembeli dari luar negeri, karena
selain corak kayunya yang unik juga memiliki kekuatan yang cukup bagus.
6. Diketahui dari uji panjang serat dan diameter serat metode Franklin dari sifat fisik dan
morfologi serat, serat janjang kosong termasuk serat pendek <1 mm. Kadar selulose
45,19%, menunjukkan bahwa janjang kosong cukup baik untuk dibuat pulp.
Rendemen 45%, derajat putih 82%, derajat giling 33-43oSR dengan kondisi
optimum, indeks retak, tarik, cukup tinggi, indeks sobek masih dalam batas yang
diijinkan.
Agustina, Siti dkk. -. Pemanfaatan Limbah Kelapa Sawit Sebagai Komposit Untuk Meubel.
Bahruddin, dkk. 2012. Pemanfaatan Limbah Fly Ash Pabrik Kelapa sawit Sebagai Filler
Substitusi Untuk Material Karet Alam Termoset: Pengaruh Nisbah Fly Ash/ Carbon
Black dan Kadar Coupling Agent Meleated Natural Rubber. Lembaga Penelitian
Fricke, Thomas B. 2009. Buku Panduan Pabrik Kelapa Sawit Skala Kecil Untuk Produksi
Bahan Baku Bahan Bakar Nabati (BBN). Environmental Services Program DAI
Kasnawati. 2011. Penggunaan Limbah Sabut Kelapa Sawit Sebagai Bahan Untuk Mengolah
Manurung, Hotman. 2011. Pabrik Minyak Kelapa Sawit (PMKS) Berwawasan Lingkungan
Nommensen, Medan.
Syafriuddin, dkk. 2012. Perbandingan penggunaan energi alternatif bahan bakar serabut
(fiber) dan cangkang kelapa sawit terhadap bahan bakar batubara dan solar pada
pembangkit listrik. Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Industri, Institut Sains dan
DITJEN PPHP. 2006. Pedoman Pengelolaan Limbah Industri Kelapa Sawit. SUBDIT
Pengelolaan Lingkungan, Direktorat Pengolahan Hasil Pertanian, DITJEN PPHP,