Anda di halaman 1dari 23

“PENERAPAN PRODUKSI BERSIH PADA PABRIK MINYAK KELAPA SAWIT

DENGAN PENGELOLAAN LIMBAH SECARA TERPADU”

MEGA SAPTIANI 15 4210 1679

PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945

2017
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Minyak sawit berasal dari buah pohon kelapa sawit (Elaeis guineensis), suatu spesies
tropis yang berasal dari Afrika Barat, namun kini tumbuh sebagai hibrida di banyak belahan
dunia, termasuk Asia Tenggara dan Amerika Tengah. Minyak sawit menjadi minyak pangan
yang paling banyak diperdagangkan secara internasional pada tahun 2007. Minyak
yang relative murah ini digunakan untuk berbagai tujuan. Permintaan dunia akan
minyak sawit telah melonjak dalam dua dasawarsa terakhir, pertama karena
penggunaannya dalam bahan makanan, sabun, dan produk-produk konsumen lainnya,
dan belakangan ini sebagai bahan baku mentah bahan bakar nabati. Naiknya tingkat
kemakmuran di India dan Cina, kedua negara importir terbesar di dunia, akan menambah
permintaan akan minyak sawit dan minyak sayur yang dapat dimakan lainnya untuk
berbagai kegunaan. Buah sawit adalah sumber bahan baku CPO (Crude Palm Oil) dan
PKO (Palm Kernel Oil). CPO dihasilkan dari daging buah sawit, sedangkan PKO dihasilkan
dari inti buahnya.
Namun seperti dua sisi mata uang yang tidak dipisahkan, dampak positif dari
perkembangan seperti sektor agroindustri umumnya dan perkebunan kelapa sawit
khususnya, juga diikuti oleh dampak negatif terhadap lingkungan akibat dihasilkannya
limbah cair, padat, dan gas dari kegiatan kebun dan pabrik kelapa sawit (PKS). Untuk
itu tindakan pencegahan dan penanggulangan dampak negatif dari kegiatan perkebunan
kelapa sawit dan PKS harus dilakukan dan sekaligus meningkatnya dampak positifnya.
Tindakan tersebut tidak cukup dengan mengandalkan peraturan perundang-undangan
saja tetapi perlu juga didukung oleh pengaturan sendiri secara sukarela dan pendekatan
instrumen-instrumen ekonomi.
Secara global timbul pemikiran-pemikiran baru untuk lebih meningkatkan kualitas
lingkungan hidup agar pembangunan yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan dapat
terlaksana, antara lain melalui upaya proaktif. Suatu strategi pengelolaan lingkungan
yang bersifat preventif dan terpadu perlu diterapkan secara terus menerus pada proses
produksi dan daur hidup produk dengan tujuan mengurangi resiko terhadap manusia dan
lingkungan. Dalil dasar konsep ini menyatakan bahwa proses industri seharusnya tidak
menghasilkan limbah dalam bentuk apapun karena limbah tersebut merupakan bahan
baku bagi industri lain. Melalui penerapan konsep ini, proses-proses industri akan
menciptakan lebih banyak lapangan kerja baru serta mencegah pencemaran dan kerusakan
lingkungan.
Oleh karena itu, seiring dengan berkembangnya teknologi dalam pengolahan berbagai
hasil buangan dari suatu produksi muncul sebuah strategi untuk menerapkan produksi
bersih disuatu industri. Strategi produksi bersih mempunyai arti yang sangat luas
karena di dalamnya termasuk upaya pencegahan, pencemaran melalui pilihan jenis proses
yang akrab lingkungan, minimisasi limbah, analisis daur hidup, dan teknologi bersih.
Dengan adanya perkembangan dan perubahan cara pandang dalam pengelolaan limbah,
konsep produksi bersih menjadi pilihan kebijaksanaan pemerintahan untuk mewujudkan
pembanguan yang berwawasan lingkungan.

1.2 Rumusan Masalah


Dari latar belakang masalah diatas, maka dirumuskan masalah sebagai berikut:
1. Mengetahui proses produksi minyak kelapa sawit dan produksi bersih
2. Mengetahui jenis dan potensi limbah kelapa sawit.
3. Mengetahui karakteristik limbah dari hasil produksi kelapa sawit.
4. Mengetahui pemanfaatan limbah dari hasil produksi minyak kelapa sawit.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kelapa Sawit


Kelapa sawit merupakan tanaman dengan nilai ekonomis yang cukup tinggi karena
merupakan salah satu tanaman penghasil minyak nabati. Produksi minyak kelapa sawit
Indonesia saat ini mencapai 6,5 juta ton pertahun dan diperkirakan p ada tahun 2012
akan meningkat menjadi 15 juta ton pertahun, kerena terjadinya pengembangan lahan.
Buah sawit merupakan buah yang paling produktif dalam produksi minyak sayur di
dunia, dengan hasil minyak per hektar yang lebih besar dari komoditas biji minyak utama
yang lain. Produksi minyak per satuan luas lahan dari kelapa sawit yang dipelihara
dengan baik jauh lebih besar dari produksi minyak dari rapeseed dan kedelai yang ditanam
secara komersial, yaitu dua bahan baku bahan bakar nabati yang saat ini paling banyak
digunakan. Kondisi ini menguntungkan bagi minyak sawit sebagai alternatif energi
bahan bakar nabati terbarukan utama dalam waktu dekat, sampai teknologi selulosa
telah mengalami kemajuan hingga tingkat yang dapat dioperasikan.
Buah sawit yang dikenal dengan bermacam jenis, mempunyai pola panen yang
kita kenal sebagai tingkat kematangan. Kematangan buah sangat menentukan hasil
rendemen minyak yang dihasilkan. Berbagai standart baku mutu buah tentunya akan
menjadi tolak ukur dalam perancangan pengolahan Pabrik Minyak Kelapa Sawit Skala kecil
(mikro). Dengan melihat pola panen yang sesuai akan mendongkrak tingkat mutu buah.
Buah yang telah dipanen selayaknya secepatnya diidstribusikan ke pabrik pengolahan agar
tidak teroksidasi oleh enzim dan udara yang meningkatkan nilai keasaman (salah satu
parameter produk). Sistem distribusi, pola panen dan tidak tersedianya kapasitas pabrik
pengolahan yang memadai mengakibatkan terjadinya buah restant (waste fruit) dan buah
gugur (berondolan).
Pengembangan Pabrik Kelapa Sawit Skala kecil ini lebih ditekankan dalam hal
pemanfaatan buah restan dan buah berondolan yang kualitasnya tidak memenuhi standar
bahan baku CPO standar bahan pangan. Buah sawit restan dan berondolan memiliki
kandungan Asam lemak bebas lebih dari 6%. Hal ini akibat dari berlangsungnya proses
oksidasi secara alami akibat lamanya buah diolah di Pabrik ataupun logistik dan
transportasi yang tidak memadai di lapangan. Sebagaimana standar pengolahan buah
adalah 24-48 jam pasca panen. Dengan kondisi asam lemak bebas yang tinggi ini tentu
tidak memenuhi standar kualitas pangan yang disyaratkan.
Selain faktor asam lemak bebas yang tinggi, secara kualitas kadar minyak yang
ada pada buah restan dan berondolan tidak jauh berbeda dibanding buah segar yang diolah
untuk bahan pangan, hal ini berbeda jika buah restan dan berondolan yang ada merupakan
buah mentah atau belum memenuhi syarat fisiologis untuk panen.
Tandan Buah Segar (TBS) dengan mutu yang baik akan menghasilkan :
1. Minyak sebanyak 20-25%
2. Inti (kernel) sebanyak 4-6%
3. Cangkang 5-9%
4. Tandan kosong (empty fruit bunch) 20-22%
5. Serat (fiber) 12-14%

Sedangkan Buah Berondolan akan menghasilkan:

1. Minyak sebanyak 30-34%


2. Nut (biji) 15-17%
3. Serat (fiber) 14-30%
4. Sampah 2-10%

2.2 Kegiatan Pengolahan Kelapa Sawit

Secara sederhana, proses pengolahan yang ada pada pabrik berondolan lebih sederhana di
banding dengan proses yang ada pada pabrik kelapa sawit besar. adalah sebagai berikut:
Proses perebusan buah dapat dilakukan dengan dua cara, continious process dengan
Boiler pembangkit stem, atau Batch process dengan menggunakan gasifikasi fiber sebagai
bahan bakar (direbus langsung mengguankan rendaman air di vessel rebusan dengan
menggunakan api langsung dari bawah biasanya rebusan ini juga disebut Boiling chamber.

Pada proses pengepressan buah perlakuannya hampir sama dengan yang ada pada
pabrik kelapa sawit skala besar, pada pabrik berbahan baku buah berondolan ini biasanya
hanya sampai pemisahan biji (nut) dengan serat (fiber). Biji (nut) tidak dipisahkan dari
cangkangnya dan langsung dijual, karena hanya sangat sedikit jumlahnya apabila dipisahkan
dengan inti (karnel).

Pada proses pemurnian minyak hanya menggunakan continius settling tank. Peralatan
seperti centrifuge, decanter tidak digunakan, apalagi dengan batch process.
Blended (lumpur daging buah) sebelum dilepaskan ke kolam limbah beserta air, maka
akan dipanaskan terlebih dahulu untuk menangkap minyak yang masih tersisa kira-kira 0,5 – 1
%. Juga akan diendapkan dibak Fat Fit dengan waktu tinggal kira-kira 24 jam, biasanya minyak
akan muncul dipermukaan dan akan diambil secara manual untuk kembali di masukkan ke tangki
purifier.

Unit Pengolahan limbah yang beruba bak-bak tanah atau juga di sebut kolam
limbah seterusnya akan menampung blended (lumpur) ini, secara bertahap mengalir dari satu
kolam ke kolam yang lain sesuai dengan pertambahan volume dengan waktu tinggal lebih
kurang 72 jam, yang didukung dengan perpipaan T dengan pola aliran yang dibawah
terlebih dahulu mengalir. Apabila minyak pada kolam satu terlihat muncul dipermukaan
maka akan bisa dipisahkan secara manual tidak akan terikut pada kolam berikutnya dan
sangat mungkin diambil secara manual untuk dimasukkan kembali ke tangki purifier.
Minyak yang berasal dari kolam limbah kembali jika dimasukkan ke tangki purifier tidak akan
merusak kualitas minyak yang telah ada pada tangki purifier, karena kita juga akan menghasilkan
minyak asam tinggi bukan untuk bahan makanan.

Dengan pola ini maka minyak yang dihasilkan akan dapat diambil keseluruhan dengan,
hal inilah yang dapat kita katakan bahwa pabrik kecil ini dapat berjalan dengan limbah nol.
Pada Pabrik besar Tandan Buah Segar biasanya menggunakan lory-lori dan
horizontal sterilizer yang sangat tinggi biaya perawatannya. Proses pemurnian minyak juga
menggunakan banyak peralatan seperti terlihat pada skema berikut ini:

2.3 Komponen pada Proses Produksi Kelapa Sawit

a) Sterilizer (Rebusan)

Untuk bahan baku yang berbasis buah tandanan maka untuk mematangkan buah
dikenal dengan Sterilizer atau rebusan yang bertekanan. Dengan temperature operasi 130oC
dan tekanan 3 bar g, buah sawit akan matang dalam waktu sekitar 45 menit. Dengan
asumsi waktu yang dipergunakan untuk bongkar-muat boiling chamber adalah 45 menit, maka
untuk memasak 1 batch buah sawit dibutuhkan waktu total 1.5 jam.

Agar feeding kedalam digester dan screw press terjaga kontinyu, rebusan harus
mampu memasak 7.5 ton tiap batch (=1.5 jam x 5 ton/jam). Dengan asumsi bulk density buah
sawit brondolan adalah 0.5 ton/m3 maka, dibutuhkan boiling chamber sebesar 15 m3.
Boiler dirancang bekerja kontinyu agar tekanan steam terjaga tetap 4 bar g. Kettle dirancang
sebagai kettle pipa api, dimana api dan flue gas berada dalam tube (pipa), sedangkan air berada
dalam shell. Steam yang dibangkitkan kettle, selain untuk memasak buah sawit, juga
dipergunakan untuk memanaskan CPO dalam purifier dan mempertahankan temperature
tangki penyimpanan hasil CPO tetap 90oC.

b). Boiling Chamber (Rebusan)

Untuk bahan baku yang berbasis waste fruit atau yang lebih dikenal dengan buah
berondolan, maka untuk mematangkan buah dikenal dengan Sterilizer atau rebusan yang
bertekanan dengan temperatur operasi 130oC dan tekanan 3 bar g, buah sawit akan matang dalam
waktu sekitar 45 menit. Dengan asumsi waktu yang dipergunakan untuk bongkar-muat
boiling chamber adalah 45 menit, maka untuk memasak 1 batch buah sawit dibutuhkan waktu
total 1.5 jam. Agar feeding kedalam digester dan screw press terjaga kontinyu, rebusan
harus mampu memasak 3 ton tiap batch (=1.5 jam x 2 ton/jam). Dengan asumsi bulk density
buah sawit brondolan adalah 0.75 ton/m3 maka, dibutuhkan boiling chamber sebesar 4 m3.
Dengan faktor koreksi 50 %, boiling chamber dirancang sebesar 8 m3.

Boiler dirancang bekerja kontinyu agar tekanan steam terjaga tetap 4 bar g. Kettle
dirancang sebagai kettle pipa api, dimana api dan flue gas berada dalam tube (pipa),
sedangkan air berada dalam shell. Steam yang dibangkitkan kettle, selain untuk memasak buah
sawit, juga dipergunakan untuk memanaskan CPO dalam purifier dan mempertahankan
temperature tangki penyimpanan hasil CPO tetap 90oC.

Bahan bakar Kettle direncanakan akan memanfaatkan sabut hasil screw press yang
diumpankan dengan menggunakan blower. Gas buang hasil pembakaran sabut, diisap dengan ex-
house fan yang dilengkapi cyclone untuk menangkap abu sisa pembakaran.

c) Thresher (Bantingan)

Thresher dipakai untuk melepaskan biji sawit dari tandan setelah dikeluarkan dari
Sterilizer. Thresher berupa silinder horizontal berlubang, dengan poros pemutar, berpenggerak
motor. Setelah dipisah dari tandan, biji sawit selanjutnya diumpankan ke digester.

d) Digester dan Screw Press

Digester dirancang sebesar 1 m3, berbentuk silinder dilengkapi agitator propeller,


dengan kecepatan putaran 100 rpm, berfungsi untuk melumatkan daging buah. Keluar dari
digester, daging sawit yang sudah lumat ini langsung masuk ke screw press untuk diperas. Screw
press meliputi dua batang screw (ulir) yang berputar saling berlawanan. Bubur sawit akan
terdorong dan ditekan, sehingga menyebabkan sawit terperas. Pulp hasil perasan keluar lewat
perforated strainer, dan selanjutnya ditampung dalam bak, sebelum dipompakan ke bak
purifier/CST.

Sabut akan keluar bersama klatak pada ujung screw press, yang kemudian dipisahkan
antara klatak dan sabut secara manual. Klatak dikumpulkan untuk dijual, sedangkan sabut
diumpankan kedalam tungku kettle sebagai bahan bakar. Purifier (Continuous Separation
Tank/CST). Purifier adalah 5 buah tangki yang dipasang secara seri, dan masing masing
dilengkapi dengan steam coil. Purifier dirancang cukup untuk menampung hasil proses
selama 5 jam kerja (25 ton). Setelah dilakukan settling selama lebih kurang 5 jam, CPO
murni dipompakan kedalam tangki penyimpanan. Pulp yang tertinggal adalah berupa
butiran/serat sabut kecil, kotoran, dan air selanjutnya disebut blended. Blended ini
selanjutnya dialirkan ke bak penampung limbah.

Volume dari tangki settling yang pertama harus sebesar 5 kali kapasitas pengolahan per
jam agar dapat waktu tinggal yang cukup untuk memisahkan minyak, air dan Lumpur
berdasarkan berat jenis dengan pemanasan. Minyak dengan berat jeni (BJ) yang lebih kecil akan
berada diatas, kemudian blended dan air. Trap dimaksudkan disini dilengkapi dengan filter
untuk mencegah masuknya bleded yang ringan terikut beserta minyak.

e) Bak Penampung Limbah (Waste Water Treatment Plant / WWTP)

Blended tidak boleh dibuang langsung karena selain mengganggu lingkungan, blended
masih bisa diambil manfaatnya. Untuk itu, penampung limbah dibuat bersekat sekat
sebanyak 4 bak. Sekatan pertama dibuat untuk menormalkan temperature buangan, sesuai
dengan temperatur lingkungan. Selain itu, dari bak ini diharapkan masih dapat diambil
minyaknya.

Keluaran dari bak pertama diatur sedemikian rupa sehingga hanya blended dan air
yang masuk ke bak kedua. Di bak kedua juga diharapkan masih bisa mengambil
kandungan minyaknya. Keluaran dari bak kedua juga diatur sedemikian hingga hanya air dan
blended yang masuk ke bak ketiga. Sedemikian seterusnya, hingga keluaran dari bak ke empat
hanya air yang keluar ke parit pembuangan. Blended diharapkan tetap tertinggal di keempat bak
ini, dan setelah penuh, bak dikuras dengan mengangkat semua blended. Blended
selanjutnya dikeringkan dengan dijemur. Blended kering kaya akan unsur hara dan sangat bagus
untuk dimanfaatkan sebagai pupuk organik untuk kebun sawit itu sendiri. Selain itu, blended
kering juga bisa dimanfaatkan sebagai bahan bakar rebusan.
BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Produksi Pengolahan Kelapa Sawit dengan Produksi Bersih

Tandan buah segar (TBS) yang telah dipanen dikebun diangkut ke lokasi pabrik minyak
sawit dengan menggunakan truk. Sebelum dimasukan kedalam Loading Ramp, tandan buah
segar tersebut harus ditimbang terlebih dahulu pada jembatan penimbangan (weighing brigae).
Secara garis besar diagram alir dari proses pengolahan kelapa sawit dan neraca material balance
pengolahan kelapa sawit disajikan pada gambar dibawah ini:
Produksi bersih adalah suatu strategi pengelolaan lingkungan yang bersifat
preventif dan terpadu yang perlu diterapkan secara terus menerus pada proses produksi
dan daur hidup dengan tujuan untuk mengurangi resiko terhadap manusia dan lingkungan.
Produksi bersih diperlukan sebagai cara untuk mengharmonisasikan upaya perlindungan
lingkungan hidup dengan kegiatan pembangunan atau pertumbuhan ekonomi. Oleh karena
itu upaya untuk menghasilkan produksi bersih sama dengan penerapan pembangunan
berkelanjutan karena penerapan produksi bersih dapat:

1. Memberikan peluang keuntungan ekonomi, sebab di dalam produksi bersih terdapat


strategi pencegahan pencemaran pada sumbernya (source reduction dan in-process
recycling) yaitu mencegah terbentuknya limbah secara dini yang dapat mengurangi
biaya investasi untuk pengolahan dan pembuangan limbah.
2. Mencegah terjadinya pencemaran dan perusakan lingkungan melalui pengurangan
limbah, daur ulang, pengolahan, dan pembuangan yang aman.
3. Memelihara dan memperkuat pertumbuhan ekonomi dalam jangka panjang melalui
penerapan produksi dan penggunaan bahan baku dan energi yang lebih efisien.
4. Mencegah atau memperlambat terjadinya degradasi lingkungan dan memanfaatkan
sumber daya alam melalui penerapan daur ulang limbah di dalam proses.

Kegiatan perkebunan dan pengolahan kelapa sawit merupakan kegiatan yang sangat
memungkinkan untuk menerapkan konsep zero emissions, karena hampir semua limbah yang
dihasilkan dapat dimanfaatkan kembali. Oleh karena itu, pemerintah dewasa ini sangat
memperhitungkan dan memprioritaskan penerapan produksi bersih pada komoditi kelapa
sawit. Karena dengan semakin tingginya kesadaran masyarakat dunia tentang pelestarian
lingkungan hidup serta adanya persaingan pada pasar global, maka mutu produk tidak hanya
dilihat dari aspek fisik dan kimianya saja, tetapi juga aspek lingkungannya.

3.2 Jenis dan Potensi Limbah Kelapa Sawit

Jenis limbah kelapa sawit pada generasi pertama adalah limbah padat yang terdiri dari tandan
kosong, pelepah, cangkang dan lain-lain. Sedangkan limbah cair yang terjadi pada in house
keeping. Limbah padat dan limbah cair pada generasi berikutnya dapat dili hat pada gambar
dibawah ini:
Pada tabel dibawah ini, disajikan potensi dan pemanfaatan limbah pabrik kelapa sawit:
Dalam upaya pemanfaatan limbah kelapa sawit secara optimal untuk setiap kasus,
perlu dikaji beberapa aspek teknis, ekonomis, sosial dan lingkungan seperti berikut:
1. Jumlah, waktu pengadaan dan lokasi limbah maupun fluktuasinya sepanjang tahun
atau musim.
2. Pemanfaatan di lapangan, jumlah biomassa, kebutuhan tenaga kerja, peralatan,
kondisi jalan, bahaya, resiko kerusakan atau pelapukan
3. Transportasi, volume limbah, jarak sampai ditujuan, kondisi jalan.
4. Struktur fisik dan komposisi kimia maupun kandungan energi (nilai kalor bakar)
bahan limbah.
5. Berbagai alternatif pemanfaatan limbah, teknologi yang tersedia, biaya dan nilai
produk yang dihasilkan.
6. Tingkat pencemaran lingkungan dan teknologi penanganan untuk kelestarian
lingkungan hidup.

Dengan mempertimbangkan hal-hal tersebut diatas, maka pemanfaatan limbah dapat dilakukan
secara optimal.

3.3 Karakteristik Limbah Kelapa Sawit


Hampir disetiap buangan PKS mengandung bahan organik yang dapat mengalami degradasi.
Oleh karenanya dalam pengelolaan limbah perlu diketahui karakteristiknya, yakni:
1. Dari balance sheet ekstraksi miyak kelapa sawit diketahui bahwa jumlah air limbah yang
dihasilkan dari 1 ton CPO yang diproduksi adalah 2,50 ton.
2. Berdasarkan hasil penelitian terhadap beberapa PKS diketahui bahwa kualitas limbah cair
(Inlet) yang dihasilkan berpotensi mencemari badan air penerima limbah.

3. Kandungan hara spesifik dari limbah sawit secara keseluruhan dapat dilihat pada tabel
dibawah ini:

4. Kandungan hara dalam abu hasil pembakaran tandan kosong dan serat serta cangkang
dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

5. Dengan teknologi terkini, kayu sawit yang memiliki sifat dasar kualitas
penggunaannya yang rendah dibandingkan dengan kayu biasa ternyata dapat menjadi
bahan baku mebel yang potensial. Kepala Badan Litbang Hutan pun mengatakan
bahwa produk tersebut selama ini banyak dicari pembeli dari luar negeri, karena
selain corak kayunya yang unik juga memiliki kekuatan yang cukup bagus.
6. Diketahui dari uji panjang serat dan diameter serat metode Franklin dari sifat fisik dan
morfologi serat, serat janjang kosong termasuk serat pendek <1 mm. Kadar selulose
45,19%, menunjukkan bahwa janjang kosong cukup baik untuk dibuat pulp.
Rendemen 45%, derajat putih 82%, derajat giling 33-43oSR dengan kondisi
optimum, indeks retak, tarik, cukup tinggi, indeks sobek masih dalam batas yang
diijinkan.

3.4 Pemanfaatan Limbah dari Hasil Produksi Minyak Kelapa Sawit


Berdasarkan karakteristik limbah seperti yang telah dijelaskan di atas bahwa limbah pabrik
minyak kelapa sawit (PMKS) mengandung bahan organik dan mineral. Limbah
tersebut dapat dimanfaatkan dengan melakukan pengolahan lebih lanjut sehingga
mempunyai nilai ekonomis yang tinggi. Pengolahan limbah akan bermanfaat bukan
hanya untuk mencegah pencemaran terhadap lingkungan tetapi dapat juga untuk
meningkatkan pendapatan usaha perkebunan kelapa sawit. Hal ini sekaligus untuk
mewujudkan industri PMKS dengan zero waste. Beberapa contoh pemanfaatan limbah
PMKS yaitu:
1. Sebagai bahan pembuatan kompos
Pengomposan merupakan salah satu cara untuk meningkatkan nilai hara dan
menurunkan volume TKS (tandan kosong segar). Dengan demikian biaya transportasi
perunit hara yang tinggi pada aplikasi TKS secara langsung dapat dikurangi. Disamping
itu pemanfaatan TKS sebagai bahan baku kompos dapat mengurangi permasalahan
akibat menumpuknya TKS dipabrik, memberi tambahan keuntungan pada PMKS
dari penjualan kompos dan penggunaan pupuk organ.
2. Limbah padat Sebagai bahan bakar PLTU dan boiler pada pabrik
Limbah padat kelapa sawit (serabut fiber) kelapa sawit dan cangkang kelapa sawit
yang dimanfaatkan sebagai bahan bakar boiler pada pabrik pengolahan kelapa
sawit dapat manfaatkan juga sebagai bahan bahar pusat listrik tenaga uap (PLTU). Dari
pengujian yang dilakukan terbukti bahwa nilai kalor yang dihasilkan dari bahan
uji/sampel setelah karbonisasi lebih besar dari pada sebelum karbonisasi, peningkatannya
mencapai 14% pada batubara, 65% pada (serabut fiber) kelapa sawit dan 34% pada
cangkang kelapa sawit. Analisa pengujian bahan/sampel yang diaplikasikan pada
pusat listrik tenaga uap (PLTU) dengan asumsi daya yang dihasilkan 10 MWh
menujukkan bahwa yang memiliki efektifitas tinggi yang pertama adalah solar (791,256
kg atau setara dengan 648,82 liter), yang kedua adalah cangkang kelapa sawit (1,2
ton), yang ketiga adalah batubara (1,3 ton) dan yang keempat adalah serabut (fiber)
kelapa sawit (1,4 ton). Cangkang dan serabut (fiber) kelapa sawit sangat efektif untuk
bahan bakar alternatif pada PLTU, karena biaya yang murah, dampak lingkungan
yang cukup kecil jika dibandingkan dengan batubara, dalam ketersediaannya kelapa
sawit cukup memenuhi karena jumlah perkebunan kelapa sawit di Indonesia pada
tahun 2012 yang lebih dari 8 juta ha.
3. Penggunaan limbah sabut kelapa sawit sebagai bahan untuk mengolah limbah cair
Pemakaian sabut kelapa sawit dapat digunakan sebagai mediator pertumbuhan
mikrobiologi, dimana mikrobiologi yang sangat berperan aktif dalam penurunan kadar
BOD, COD dan TSS pada limbah kelapa sawit adalah bakteri hidrolik. Waktu
kontak yang paling optimal digunakan adalah pada waktu kontak 6 haru agar
mendapatkan presentase penurunan BOD, COD dan TSS yang maksimal. Semakin
berat/tebal sabut kelapa sawit yang digunakan maka semakin tiunggi prosentasi
penurunan kandungan BOD, COD dan TSS pada limbah cair pabrik kelapa sawit.
Pencapaian penurunan kandungan konsentrasi BOD, COD dan TSS yang maksimal
didapatkan pada proses perlakuan yang diawali dengan pencucian sabut kelapa
sawit terlebih dahulu, karena pada proses ini kandungan lemak yang ada dalam sabut
kelapa sawit sudah berkurang.
4. Pemanfaatan limbah kelapa sawit sebagai komposit untuk meubel
Limbah padat kelapa sawit seperti tandan kosong dan serabut kelapa sawit dapat
dimanfaatkan seratnya untuk pembuatan komposit. Berdasarkan hasil penelitian yang
terbaik adalah menggunakan media air panas. Dalam pembuatan komposit yang
menggunakan matriksnya polypropilene dan penguatnya adalah serat, yang terbaik adalah
serat yang berasal dari serabut kelapa sawit. Kandungan serat pada formulasi sebesar 3%.
Pemanfaatan limbah kelapa sawit untuk pembuatan komposit, dapat memenuhi
spesifikasi untuk bahan pembuatan meubel, berdasarkan kuat impack dan kekerasan
serta daya tekan. Peranan komposit untuk pembuatan meubel adalah sebagai pengganti
kayu. Peningkatan kuat impack komposit dapat ditambahkan plastisizer jenis gliserol.
Penambahan gliserol yang terbaik adalah untuk kandungan serat 12%, dengan
penambahan 0,5 %, sedangkan kandungan serabut 3% adalah 1.0%.
5. Pemanfaatan limbah gas (fly ash)
Limbah udara berasal dari pembakaran solar dari generating set dan pembakaran
janjang kosong dan cangkang di incinerator. Gas buangan ini dibuang ke udara terbuka.
Umumnya limbah debu dan abu pembakaran janjang kosong dan cangkang sebelum
dibuang bebas ke udara dikendalikan dengan pemasangan dust collector untuk
menangkap debu ikutan dalam sisa gas pembakaran, kemudian dialirkan melalui
cerobong asap. Debu dari dust collector secara reguler ditanggung dan dibuang ke
lapangan untuk daerah rendahan sekitar kebun. Selain itu limbah fly ash dapat
dimanfaatkan juga sebagai filler substitusi untuk material karet alam termoset yang
nantinya digunakan sebagai bahan pembuatan ban.
6. Pemanfaatan limbah Cair Sebagai Bahan Pembuatan Biogas
Limbah cair PMKS dapat dimanfaat sebagai bahan baku untuk membuat bahan baku
untuk membuat gas bahan bakar. Secara alami limbah cair yang ditampung pada bak
penampungan limbah cair PMKS menghasilkan biogas metan (CH4) akibat proses
fermentasi bakteri penghasil metan. Gas metan yang terbentuk masuk ke
lingkungan sebagai gas efek rumah kaca (ERK). Agar gas yang dihasilkan tidak
mencemari lingkungan maka limbah cair PMKS dialirkan ke dalam suatu bioreaktor
tempat terjadinya fermentasi. Gas metan yang dihasilkan dialirkan kerumah penduduk
sesuai dengan pemanfaatannya. Potensi biogas yang dihasilkan dari 600-700 kg limbah
cair PMKS dapat diproduksi sekitar 20 m3 gas metan. Karena limbah cair PMKS di
Indonesia mencapai 28,7 juta ton/tahun dan limbah padat 15,2 juta ton/ tahun. Dari
limbah tersebut dapat menghasilkan biogas 90 juta m3, yang setara dengan 187,5 milyar
ton gas elpiji. Jumlah biogas ini dapat memenuhi kebutuhan gas satu milyar KK
(kepala keluarga) selama setahun.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
a. Kegiatan perkebunan dan pengolahan kelapa sawit merupakan kegiatan yang sangat
memungkinkan untuk menerapkan konsep zero emissions (produksi bersih), karena
hampir semua limbah yang dihasilkan dapat dimanfaatkan kembali. Oleh karena itu,
disetiap pabrik kelapa sawit sangat memperhitungkan dan memprioritaskan
penerapan produksi bersih pada komoditi kelapa sawit. Karena dengan semakin
tingginya kesadaran masyarakat dunia tentang pelestarian lingkungan hidup serta
adanya persaingan pada pasar global, maka mutu produk tidak hanya dilihat
dari aspek fisik dan kimianya saja, tetapi juga aspek lingkungannya. Limbah–limbah
dari hasil produksi minyak kelapa sawit dihasilkan dari kegiatan -kegiatan
produksi minyak kelapa sawit, misalnya limbah padat tandan kosong sawit
dihasilkan dari kegiatan perontokan (threser)
b. Jenis limbah kelapa sawit pada generasi pertama adalah limbah padat yang terdiri dari
tandan kosong, pelepah, cangkang dan lain-lain. Sedangkan limbah cair terjadi pada
in house keeping. Berbagai macam limbah hasil dari produksi minyak kelapa
sawit dapat dimanfaatkan untuk menjadi sesuatu yang dapat dimanfaatkan kembali
sesuai jumlah limbah yang dihasilkan dari suatu pabrik.
c. Salah satu karakteristik dari limbah pabrik kelapa sawit adalah dari batang
pohon sawit, yakni kayu sawit yang memiliki sifat dasar kualitas
penggunaannya yang rendah dibandingkan dengan kayu biasa ternyata dapat
menjadi bahan baku mebel yang potensial. Kepala Badan Litbang Hutan pun
mengatakan bahwa produk tersebut selama ini banyak dicari pembeli dari luar negeri,
karena selain corak kayunya yang unik juga memiliki kekuatan yang cukup bagus.
d. Berdasarkan karakteristik limbah pabrik minyak kelapa sawit (PMKS)
mengandung bahan organik dan mineral. Limbah tersebut dapat dimanfaatkan dengan
melakukan pengolahan lebih lanjut sehingga mempunyai nilai ekonomis yang tinggi.
DAFTAR PUSTAKA

Agustina, Siti dkk. -. Pemanfaatan Limbah Kelapa Sawit Sebagai Komposit Untuk Meubel.

Balai Besar Kimia dan Kemasan.

Bahruddin, dkk. 2012. Pemanfaatan Limbah Fly Ash Pabrik Kelapa sawit Sebagai Filler

Substitusi Untuk Material Karet Alam Termoset: Pengaruh Nisbah Fly Ash/ Carbon

Black dan Kadar Coupling Agent Meleated Natural Rubber. Lembaga Penelitian

Universitas Riau dan Lembaga Penelitian Ilmu Pengetahuan Indonesia.

Fricke, Thomas B. 2009. Buku Panduan Pabrik Kelapa Sawit Skala Kecil Untuk Produksi

Bahan Baku Bahan Bakar Nabati (BBN). Environmental Services Program DAI

Project Number: 5300201.

Kasnawati. 2011. Penggunaan Limbah Sabut Kelapa Sawit Sebagai Bahan Untuk Mengolah

Limbah Cair. Dosen Sekolah Tinggi Teknik Darma Yadi (STITEK).

Manurung, Hotman. 2011. Pabrik Minyak Kelapa Sawit (PMKS) Berwawasan Lingkungan

melalui Pemanfaatan Limbah. Prosiding Seminar Nasional Kimia 2011. Program

Studi Ilmu dan Teknologi Pangan. Fakultas Pertanian Universitas HKBP

Nommensen, Medan.

Syafriuddin, dkk. 2012. Perbandingan penggunaan energi alternatif bahan bakar serabut

(fiber) dan cangkang kelapa sawit terhadap bahan bakar batubara dan solar pada

pembangkit listrik. Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Industri, Institut Sains dan

Teknologi. AKPRIND yogyakarta.

DITJEN PPHP. 2006. Pedoman Pengelolaan Limbah Industri Kelapa Sawit. SUBDIT
Pengelolaan Lingkungan, Direktorat Pengolahan Hasil Pertanian, DITJEN PPHP,

Departemen Pertanian: Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai