PENDAHULUAN
Minyak sawit adalah komoditas
penggunaannya meningkat secara masif. Minyak sawit juga sering muncul dalam berita: para
penentangnya menunjuk pada bukti bukti hasil penelitian yang baik bahwa pengembangan
kelapa sawit yang ceroboh merusak hutan, mengeringkan rawa gambut, memusnahkan spesies
langka, mencemari udara dan air, memicu perubahan iklim, merampas milik masyarakat adat dan
menyengsarakan masyarakat miskin pedesaan.
Penggunaan terbanyak minyak kelapa sawit terdapat dalam industri pangan. Sebagian
besar bahan-bahan makanan di pasar swalayan mulai dari margarin sampai pizza siap saji
mengandung minyak kelapa sawit, yang dalam daftar kandungan biasanya disamarkan dengan
nama minyak nabati. Bahkan saat membeli lipstik, sabun cuci atau lak, banyak konsumen yang
tidak sadar, bahwa semua itu mengandung minyak kelapa sawit. Di samping itu, minyak kelapa
sawit juga dapat digunakan sebagai bahan bakar untuk pembangkit tenaga listrik atau diolah
menjadi biodiesel untuk kendaraan.
Dalam tiga puluh tahun terakhir, jumlah konsumsi minyak nabati di seluruh dunia
meningkat tiga kali lipat. Diantara komoditas utama minyak nabati, minyak kelapa sawit jauh
meraih tingkat pertumbuhan paling tinggi: produksinya mencapai hingga sepuluh kali lipat,
sehingga besarnya jumlah konsumsi minyak kelapa sawit diantara minyak nabati lainnya telah
mencapai 34 persen yang tadinya hanya 11 persen. Bahkan kalau produksi minyak biji sawit ikut
dihitung, maka besarnya mencapai 38 persen. Minyak kelapa sawit dapat diperoleh dari daging
buah kelapa sawit itu sendiri atau dari perasan biji sawitnya yang disebut dengan minyak biji
sawit.
BAB II
PEMBAHASAN
NEGARA NEGARA PENGHASIL KELAPA SAWIT
2.1.
Malaysia
2.1.1. Sejarah
Sejarah penggunaan minyak sawit di dunia mulai dikenal sejak 5000 tahun yang lalu.
Pada tahun 1870-an, Inggris yang pada saat itu sedang menjajah Malaysia memperkenalkan
bibit Kelapa Sawit (Elaeis Guineesis Jacq) pertama untuk mulai ditanam di Malaysia. Ladang
sawit pertama di Malaysia secara resmi dibuka di Selangor pada tahun 1917. Pada tahun 1960,
Kerajaan Malaysia menginstruksikan untuk menanam tanaman sawit dalam rangka membasmi
kemiskinan di kalangan penduduk luar Bandar . Lembaga Kemajuan Tanah Persekutuan
(FELDA) membuka lahan-lahan baru untuk dijadikan ladang kelapa sawit. dan kini, Malaysia
adalah negara penghasil minyak sawit yang terbesar ke-2 di dunia setelah Indonesia. Pada tahun
1960, penelitian dan pengembangan (R&D) dalam pemuliaan kelapa sawit mulai berkembang
setelah Departemen Pertanian Malaysia mendirikan program pertukaran dengan Afrika Barat dan
empat perkebunan swasta membentuk Laboratorium Genetika Oil Palm. Pemerintah Malaysia
juga mendirikan Kolej Serdang, yang sekarang menjadi Universiti Putra Malaysia (UPM). Pada
tahun 1979, dengan dukungan dari Lembaga Penelitian dan Pengembangan Pertanian Malaysia
(MARDI) dan UPM, pemerintah mendirikan Palm Oil Research Institute of Malaysia (PORIM).
Porim adalah sebuah lembaga publik dan swasta yang terkoordinasi, yang dijalankan oleh wakilwakil dari pemerintah dan industri dengan SM Sekhar sebagai pendiri dan ketua. Para Ilmuwan
Porim bekerja dalam pemuliaan pohon kelapa sawit, gizi minyak sawit dan potensi penggunaan
oleokimia. Porim berganti nama menjadi Dewan Minyak Sawit Malaysia pada tahun 2000.
Selanjutnya, Dewan Minyak Sawit Malaysia (MPOB) adalah instansi yang bertanggung jawab
untuk kegiatan promosi dan pengembangan sektor minyak kelapa sawit di negara Malaysia.
Industri kelapa sawit di negara Malaysia memproduksi sekitar 90 juta ton biomassa
lignoselulosa, termasuk tandan buah segar, batang kelapa sawit, dan daun kelapa sawit, serta
pabrik limbah kelapa sawit (POME). Pada tahun 2010, sebagai tanggapan atas keprihatinan
tentang dampak sosial dan lingkungan dari kelapa sawit, Pemerintah Malaysia berjanji untuk
membatasi ekspansi perkebunan kelapa sawit dengan mempertahankan setidaknya setengah dari
lahan negara sebagai hutan lindung.
2.1.2. Produksi dan Ekspor
Pada tahun 1920, Malaysia memiliki hanya 400 ha ditanami kelapa sawit. Daerah ini
meningkat menjadi 0,6 juta hektar pada tahun 1975 dan menjadi 5,0 juta hektar pada tahun 2011.
Gambar 1. Area Tanam Kelapa Sawit di Malaysia tahun 1975-2011 (juta hektar). Sumber :
Malaysian Palm Oil Board (MPOB)
Seiring dengan peningkatan budidaya sawit, ekspor minyak kelapa sawit tahunan
Malaysia terus meningkat dari 1,17 juta metrik ton (MMT) di 1975-18 MMT pada tahun 2011.
Gambar 2. Laporan Ekspor Produk Kelapa Sawit tahun 1983 2011 (juta metrik ton). Sumber :
MPOB
Gambar 3. Negara Penerima Impor dari Kelapa Sawit Malaysia pada tahun 2009-2011.
Sumber : MPOB
Indonesia
mempunyai peran yang cukup strategis dalam perekonomian Indonesia. Kelapa sawit juga
merupakan komoditi pertanian andalan.
Pengembangan perkebunan kelapa sawit kebanyakan dibangun di Kalimantan, Sumatera,
Sulawesi dan Irian Jaya. Pertambahan luas areal perkebunan kelapa sawit ini, pada awalnya
(sebelum krisis ekonomi) diharapkan produksi minyak sawit Indonesia meningkat menjadi 7.2
juta ton pada tahun 2000 dan 10.6 juta ton pada tahun 2005 (Casson, 2000). Komoditi kelapa
sawit dengan produk primer Minyak Sawit Kasar (Crude Palem Oil/CPO) dan Minyak Inti Sawit
(Kernel Palm Oil/KPO) berperan signifikan terhadap perekonomian nasional, kontribusi
perolehan Produk Domestik Bruto (PDRB) mencapai sekitar 20 triliun rupiah setiap tahun dan
cenderung terus meningkat dari tahun ke tahun.
Selain itu komoditi kelapa sawit menyumbang lapangan kerja yang tidak sedikit, serta
berperan penting dalam mendorong pertumbuhan sentra-sentra ekonomi baru di wilayah-wilayah
pengembangan. Areal pertanaman kelapa sawit berkembang dengan pesat, di mana pada tahun
1978 luas areal baru 250 ribu Ha, sedangkan pada tahun 2000 sudah mencapai 3,4 juta Ha.
Produksi minyak sawit Indonesia sudah mencapai sekitar 8 juta ton, merupakan produsen
terbesar kedua setelah Malaysia, dengan produksi minyak sawit mencapai 11 juta ton. Pada tahun
2000, ekspor kelapa sawit tercatat 4,1 juta ton dengan nilai USS 1,087 milyar.
2.2.2. Perkembangan Kelapa Sawit
Perkembangan Luas Areal Perkebunan
Berdasarkan Angka Sementara (ASEM) 2011 dari Direktorat Jenderal Perkebunan, luas
areal kelapa sawit di Indonesia cenderung meningkat selama tahun 2000-2011. Perkebunan
Besar Swasta (PBS) mendominasi luas areal kelapa sawit, diikuti oleh Perkebunan Rakyat (PR)
dan Perkebunan Besar Negara (PBN). Tahun 2011 luas areal kelapa sawit Indonesia mencapai
8,91 juta ha, dengan rincian luas areal PBS sebesar 4,65 juta ha (52,22%), luas areal PR sebesar
3,62 juta ha (40,64%), dan luas areal PBN sebesar 0,64 juta ha (7,15%).
pada tahun 2007 sebesar 3.619 kg/ha, namun tahun berikutnya menurun kembali. Tahun 2011
produktivitas kelapa sawit sebesar 3.450 kg/ha.
Gambar 8. Pertumbuhan Nilai Ekspor Crude Palm Oil (CPO) Indonesia ke 6 Negara, 20042012
Gambar 9. Volume Ekspor CPO dan PKO Indonesia, 2005 2011 (dalam Ton). Sumber : Badan
Pusat Statistik (2005 2011)
2.3.
Thailand
10 | N e g a r a P e n g h a s i l K e l a p a S a w i t
tahun 2001 hingga 2010. Hal ini sangat sejalan dengan tingkat pertumbuhan rata-rata
tahunan 9,7% antara tahun 1998 dan 2008.
Gambar 10. Perkembangan luas lahan yang ditanami dan dipanen di Thailand (sumber: OAE
2010)
Sekitar 90% dari total lahan yang ditanami dengan kelapa sawit di Thailand
terkontras di provinsi-provinsi bagian selatan Thailand. Provinsi-provinsi di bagian timur dan
timur laut adalah daerah ekspansi yang menonjol, terutama saat ini di Chon Buri dan Trat di
Pantai Timur. Tiga provinsi penghasil tandan buah segar (TBS)
utama
adalah
Krabi,
Surat Thani dan Chumphorn, yang menyumbang 72,1% dari total lahan perkebunan pada
tahun 2008. Tabel 2 memberikan gambaran provinsi-provinsi terpenting untuk perkebunan
kelapa sawit serta hasil tahunan rata-rata per hektar.
Tabel 2. Luas lahan yang ditanami dan lahan yang dipanen dan hasil TBS per hektar di
Thailand. (sumber: OAE 2008: 27)
11 | N e g a r a P e n g h a s i l K e l a p a S a w i t
Gambar 11. Perkiraan porsi produksi TBS, jumlah rumah tangga dan lahan penanaman
berdasarkan luas lahan di perkebunan kelapa sawit (data tidak terkonfirmasi)
12 | N e g a r a P e n g h a s i l K e l a p a S a w i t
Rata-rata luas lahan yang dimiliki perusahaan kelapa sawit dibandingkan dengan ukuran
lahan petani mandiri adalah 796 hektar untuk perusahaan dan 3,89 hektar untuk petani (termasuk
koperasi dan
perkebunan
perkebunan yang sangat besar agak langka di Thailand. Perkebunan kelapa sawit terbesar yang
dimiliki sebuah perusahaan di Thailand terdiri dari gabungan seluas 7.120 hektar lahan.
Dibandingkan dengan pemain utama global dalam industri kelapa sawit yang memiliki
banyak perkebunan kelapa sawit di Malaysia dan Indonesia yang totalnya mencapai lebih
dari 500.000 hektar, angka ini tampaknya amat kecil. Sulit bagi perusahaan untuk memperluas
lahan perkebunan mereka di Thailand karena hanya sedikit bidang tanah untuk mendirikan
perkebunan skala besar yang efisien yang tersedia untuk dibeli dan harga tanah telah meroket
selama sepuluh tahun terakhir.
2.4.
Nigeria
tumbuh lebih cepat dibandingkan pasokan dalam negeri. Defisit produksi mencapai hingga
sekitar 150.000 ton per tahun. Akibatnya,Nigeria mengimpor minyak sawit untuk memenuhi
permintaan lokal. Namun,Nigeria memiliki potensi untuk meningkatkan produksi melalui
penerapan metode pengolahan ditingkatkan dan pemasaran yang lebih baik.
Gambar 12. Produksi Kelapa Sawit Indonesia, Malaysia, Nigeria (Ton) pada tahun 1990 -2010
Gambar 13. Produksi Kelapa Sawit dan Kernel di Nigeria (ton) tahun 1990 2010
14 | N e g a r a P e n g h a s i l K e l a p a S a w i t
Sistem produksi Nigeria sebagian besar didasarkan pada kebun semi-alami .Perkebunan
menengah dan kecil serta perkebunan besar hanya mendapatkan porsi yang sangat kecil dari
sistem produksi.
Gambar 14. Sistem Produksi di Negara Nigeria (dalam persen produksi ton) pada tahun 2009
2.4.3. Konsumsi
Sebanyak 90% dari minyak kelapa sawit dikonsumsi oleh industri makanan dan 10,0 %
sisanya digunakan oleh industri non-makanan Makanan seperti mie, minyak sayur,biskuit,
keripik, margarin, shortening, sereal, deterjen cuci dan bahkan kosmetik. Minyak sawit
digunakan di Nigeria untuk makanan dan konsumsi non makanan. Pada dasarnya, empat
produk minyak sawit yang dipasarkan di Nigeria yaitu :
1. Palm Oil Teknis (TPO) atau minyak dengan kualitas rendah, yang dijual sebagai minyak
untuk penggunaan tradisional, pada dasarnya dikonsumsi oleh rumah tangga.
2. Special Palm Oil (SPO) yang diproduksi oleh pabrik-pabrik besar dan digunakan oleh
industri.
3. Palm Kernel Oil ( PKO ) yang berasal dari kernel buah dan digunakan oleh industri, dan
4. Refined Bleached Deodorized Oil (RBD), yang merupakan minyak sulingan yang tidak
memiliki warna dan bau.
15 | N e g a r a P e n g h a s i l K e l a p a S a w i t
2.5.
Namun, tahun 1960-an perkebunan kelapa sawit dikonversi menjadi perkembangan komersial
besar. Menurut Indeks Mundi 2013 angka, PNG menempati urutan keenam dalam produksi
minyak sawit global, setelah Indonesia, Malaysia, Thailand, Columbia dan Nigeria. Produksi
kelapa sawitnya mewakili kurang dari 1% dari produksi global.
Dalam perdagangan khususnya ekspor impor, Papua Nugini memiliki jumlah ekspor yang
lebih besar daripada impornya. Komoditas yang diekspor berupa emas, bijih tembaga, minyak
kayu, minyak kelapa sawit, dan kopi. Pasarnya berada di Australia, Jepang, Filipina, Jerman,
Korea Selatan, Cina, USA, UK, Singapura, dan Malaysia. Papua Nugini mungkin adalah salah
satu produsen minyak sawit yang kecil, namun uniknya Negara ini hanya memiliki dua
perusahaan yang memproduksi kelapa sawit, yang keduanya 100% bersertifikat dengan standar
RSPO.
Papua Nugini menempati bagian timur pulau terbesar kedua di dunia hanya 140 kilometer
sebelah utara Australia. Pulau ini kaya akan sumber daya alam dengan 80% penduduknya tinggal
di daerah pedesaan dan bergantung pada pertanian sebagai sumber utama mata pencaharian.
Perkebunan kelapa sawit Papua Nugini mencapai sekitar 500.000 hektar dan terletak di daerah
West New Britan, Oro, Milne Bay dan New Ireland baru. Baru baru ini, telah ada penyebaran
cepat daerah yang dialokasikan untuk perkebunan lewat SABL (Special Agricultural Business
Leases) atau skema sewa disewakan kembali yang curang, yang meliputi 5,6 juta hektar tanah
adat tanpa negosiasi yang layak dengan pemilik tradisionalnya.
Pada tahun 2008, Ekspor CPO Papua New Guinea 405.000 metrik ton, Impor CPO 5.000
metrik ton, Total Produksi Negara 425.000 metrik ton, Ranking 6 dunia dalam Produksi CPO.
16 | N e g a r a P e n g h a s i l K e l a p a S a w i t
Kamboja
lahan
konsesi
kelapa sawit di kabupaten O'Yadao, provinsi Ratanakiri, diberikan kepada sebuah usaha
patungan GLOBALTECH Sdn. Bhd (Malaysia) dan perusahaan Kamboja Mittapheap-Men
Sarun dan Rama Khmer International. Namun, uji coba kebun pada tahun 1996 ternyata gagal
total dan lahan yang telah dibuka oleh perusahaan dibiarkan terlantar. Perusahaan kemudian
memulai perkebunan kopi, dan membangun bendungan untuk menyediakan air untuk mengairi
perkebunan. Perusahaan Kamboja Haining, yang diberi konsesi lahan seluas 23.000 hektar
di provinsi Kampong Speu, juga tidak membuat kemajuan yang signifikan setelah uji coba
perkebunan kelapa sawit mereka di daerah tersebut gagal tahun 1998.
Saat ini, kelapa sawit ditanam terutama di wilayah selatan Kamboja, terutama di tiga
provinsi pegunungan sepanjang zona pantai; Kampong Speu, Koh Kong, dan Preah
Sihanouk (lihat peta) Perkebunan kelapa sawit yang menempati ribuan hektar di zona pesisir
baru menikmati keberhasilan yang terbatas. Rencana awal menyiapkan kilang untuk
memproduksi minyak goreng tidak tercapai;
diekspor
sebaliknya
benih-benih
dikumpulkan
dan
pekerja tidak banyak karena upah rendah dan kurangnya infrastruktur pemukiman.
17 | N e g a r a P e n g h a s i l K e l a p a S a w i t
18 | N e g a r a P e n g h a s i l K e l a p a S a w i t
2.6.3. Perusahaan
MRICOP adalah perusahaan kelapa sawit komersial pertama di Kamboja. MRICOP
mendapatkan 11.000 hektar lahan di bawah konsesi ekonomi untuk jangka waktu sewa tujuh
puluh tahun pada tahun 1995 dan sudah memiliki rencana investasi sebesar 36 juta US
dolar, termasuk untuk pembangunan kilang. Perkebunan ini terletak 180 km dari Phnom
Penh dan 60 km dari provinsi Prah Sihanouk. Perusahaan ini mengimpor biji benih-benih
kelapa sawit dari Kosta Rika, Thailand dan Malaysia. Minyak sawit mentah (CPO) pertama kali
dipanen pada tahun 2003 dan diproses pada tahun 2004. Produk-produk CPO terutama
diekspor ke Cina, Malaysia, Sri Lanka dan Singapura.
Pabrik pengolahan minyak sawit mentah MRICOP adalah pabrik pertama di
Kamboja yang memproduksi minyak sawit mentah untuk konsumsi domestik dan ekspor. Pada
tahun 2005, perusahaan ini memproduksi 4.000 metrik ton CPO untuk diekspor ke
Cina, Malaysia, Belanda, Swiss, India, Singapura dan Perancis. Namun, seperti yang
dinyatakan dalam Forum Sektor Swasta Pemerintah Ke-14 bulan Nopember 2008, harga
minyak sawit turun dari $1.200 secara drastis menjadi $400 per ton pada tahun 2008. Sejak
itu, perusahaan telah mampu menghasilkan dua puluh ton CPO per jam, sementara rata-rata
proyek ini menghasilkan dua puluh dua ton CPO per hektar per tahunnya. Hampir 20.000 ton
kelapa sawit diekspor ke Malaysia, India, Korea dan Jerman pada tahun 200812 dan sejak tahun
2009 perusahaan telah mengalihkan fokusnya lebih ke arah pasar domestik.
Saat ini, MRICOP mampu memanen lebih dari 350 metrik ton TBS (Tandan Buah Segar)
per hari dan pabrik CPO-nya dapat memproses lebih dari 250 metrik ton per hari. 13 Pabrik
pengolahan perusahaan, saat ini bekerja dari kapasitas 50%, mampu memproses sampai tiga
puluh ton per jam dan diperkirakan akan mencapai enam puluh ton per jam menjelang tahun
2011.
2.7.
Filipina
mengolah minyak sawit selama tiga dekade terakhir. Dalam beberapa tahun terakhir, permintaan
akan Minyak Sawit Mentah (CPO) yang meningkat dan tingginya nilai komersial produk itu
telah mendorong pertumbuhan industri minyak sawit lokal. Saat ini, kapasitas produksi CPO
sebagian besar diarahkan untuk kebutuhan pasar domestik, tetapi permintaan yang mendesak
baik dari pasar domestik maupun internasional mendorong industri itu untuk secara agresif
melakukan ekspansi perkebunan kelapa sawit. Perkebunan kelapa sawit yang ada di Filipina
berpusat di beberapa daerah di Mindanao, provinsi Bohol di Visayas dan Palawan di Luzon.
Selama bertahun-tahun, presiden-presiden dari Negara ini (mulai dari era
Ferdinand
Marcos
hingga
Gloria
Macapagal-Arroyo)
telah
membantu
memajukan
"pertumbuhan" industri minyak sawit. Slogan promosi untuk industri ini antara lain minyak
kelapa sawit adalah "industri matahari terbit" dan pohon kelapa sawit adalah pohon
perdamaian. Potensi kelapa sawit di pasar dunia telah diakui oleh Departemen Pertanian, yang
mengklaim bahwa "permintaan global akan minyak kelapa sawit diperkirakan mencapai 20 juta
ton per tahun dan diperkirakan bertambah dua kali lipat pada 2020." Namun, "pertumbuhan" ini,
setidaknya di Filipina, belum tercapai. Investor dan pendukung bisnis industri ini masih
menunggu bentuk nyata dukungan pemerintah misalnya antara lain dalam bentuk kebijakan yang
ramah minyak sawit, dukungan infrastruktur, anggaran untuk penelitian dan pembiayaan.
2.7.2. Produksi Kelapa Sawit
Selama beberapa tahun terakhir, dan dengan kekurangan pasokan yang signifikan untuk
permintaan minyak sawit domestik di Filipina, telah ada kebangkitan investasi dalam pembukaan
perkebunan kelapa sawit dan minat dalam membangun lebih banyak pabrik kelapa sawit.
Produksi lokal hanya dapat memasok 25% dari yang dibutuhkan oleh industri lokal; 75% sisanya
diimpor. Pemain industri kunci, terutama pejabat di dewan Pengembangan Industri Kelapa Sawit
Filipina, sangat antusias mengenai prospek cerah produksi kelapa sawit yang meningkat di
tengah melonjaknya harga komoditas ini di pasar dunia, belum lagi permintaan yang besar dari
pasar domestik dan prospek mengekspor minyak sawit secara global.
Produk
Produksi Tahunan
Penggunaan
Kekurangan (%)
Minyak Sawit
Biji Sawit
Rata-rata
54.333
6.544
Tahunan Rata-rata
94.400
7.277
42,5
10.0
20 | N e g a r a P e n g h a s i l K e l a p a S a w i t
21 | N e g a r a P e n g h a s i l K e l a p a S a w i t
Tabel di bawah menunjukkan kecenderungan ekspansi dan berbagai lokasi perkebunan ini:
Wilayah
IVB - Palawan
2003
2005
2009
3.592
5.300
6.506
IX - Mindanao Barat
62
X-Mindanao
Utara
190
413,30
1.128
XI-Mindanao
Selatan
217,38
244,38
1.217
XII-Mindanao
Tengah
6.766,81
6.905,81
13.961
XIII-CARAGA
13.461,72
15.404,29
17.252
735,89
2.890
29.003,67
46.608
ARMM
Total
25.226,95
22 | N e g a r a P e n g h a s i l K e l a p a S a w i t
4) Buluan Palm Oil Mill, sebuah anak perusahaan AGUMIL Phil, yang terletak di Buluan.,
Sultan Kudarat dan mulai beroperasi pada 2008 dengan kapasitas 40 ton/jam.
5) Philippine Agricultural Land Development Mill, (PALM), Inc, anak perusahaan lain dari
AGUMIL Phil. Berlokasi di Bohol, Visayas, dan mulai beroperasi pada tahun 2005
dengan kapasitas 20 ton/jam.
6) A. Brown Energy Resource Development Inc. (ABERDI) sebuah perusahaan Filipina yang
berlokasi di Impasugong, Bukidnon, yang mulai beroperasi pada tahun 2007 dengan
kapasitas pengolahan saat ini 10 ton/jam. Perusahaan ini berencana meningkatkan
kapasitas pengolahannya dengan mendirikan satu pabrik lagi dengan kapasitas
pengolahan 20 ton/jam di tahun-tahun mendatang.
Perkiraan terakhir luas lahan perkebunan kelapa sawit keseluruhan yang ada di Filipina
adalah sekitar 50.000 hektar. Namun, dilaporkan bahwa ada kelebihan dalam kapasitas
pengolahan karena 20% dari perkebunan ini sudah tua. Beberapa sudah berusia 30 tahun atau
lebih, dengan hasil yang menurun seperti dalam kasus Agusan del Sur dan Sultan Kudarat.
Sekitar 30% dari perkebunan sawit masih berusia muda, berkisar 2-6 tahun. Dengan demikian,
hasil TBS-nya sangat minim.
2.8.
Vietnam
Vietnam terletak di dekat Khatulistiwa dan terbagi menjadi dataran tinggi di bagian utara
dan dataran rendah pesisir di bagian selatan. Hutan tropis meliputi 42% dari total luas permukaan
(325.360 km2). Kondisi cuaca berkisar dari tropis di sebelah selatan dan musiman di sebelah
utara dengan musim hujan yang panas dan musim kemarau yang hangat. Terletak di zona
ekonomi Indomalaya, Vietnam merupakan rumah bagi berbagai flora dan fauna khas. Jumlah
penduduk di Vietnam adalah sekitar 85 juta jiwa, di mana 60% diantaranya bekerja di sektor
pertanian. 25 juta ha lahan di Vietnam digunakan untuk keperluan pertanian, 3,4 juta ha untuk
keperluan non-pertanian, dan 4,7 juta ha terdiri dari lahan yang tidak terpakai.
Tingkat iklim, suhu, dan kelembaban di Vietnam menjadikannya sesuai untuk perkebunan
tanaman tropis seperti kelapa sawit. Saat ini, budidaya kelapa sawit di Vietnam masih berada
pada tahap percobaan sehingga tidak banyak dampak sosial dan lingkungan negatif yang
dihasilkan dari pengembangan produksi minyak sawit telah didokumentasikan.
2.8.1. Minyak Sawit Dalam Kebijakan Negara Dan Pasar
23 | N e g a r a P e n g h a s i l K e l a p a S a w i t
Kelapa sawit (Elaeis guineesis) pertama kali diperkenalkan ke Vietnam oleh Perancis
pada tahun 1878 dan digunakan terutama sebagai tanaman hias. Meskipun kini ada beberapa
kebijakan terkait dengan pengenalan dan pengembangan kelapa sawit dalam sistem penanaman
sebagai tanaman industri yang potensial dan bernilai komersial, budidaya kelapa sawit di
Vietnam masih berada pada tahap percobaan.
Kelapa sawit telah muncul sesekali dalam kebijakan pemerintah selama lima dekade
terakhir, dimulai pada tahun 1962, ketika Presiden Ho Chi Minh memerintahkan Kementerian
Pertanian (yang sekarang dikenal sebagai Kementerian Pertanian dan Pembangunan Pedesaan)
untuk meneliti dan mengembangkan kelapa sawit. Pada tahun 1967, Vietnam mengimpor kelapa
sawit Dura dari China untuk ditanam di tiga perkebunan percobaan di provinsi Thanh Hoa, Hung
Yen dan Nghe An. Pada bulan Maret 1971, kelapa sawit telah ditanam untuk keperluan penelitian
di distrik Huong Son, provinsi Ha Tinh.
Saat ini tidak ada CPO komersial yang sedang diproduksi di Vietnam. Setiap tahunnya,
Vietnam mengimpor lemak nabati dalam jumlah besar dengan nilai lebih dari 700 juta dolar AS,
di mana kelapa sawit yang diimpor dari Indonesia dan Malaysia memberikan sumbangan sebesar
77,88%. Produksi kelapa sawit tetap berada dalam masa percobaan dan belum diperluas secara
komersial karena beberapa alasan. Pertama, diperlukan penelitian dan percobaan yang terperinci
dan praktis sebelum kelapa sawit dapat diolah sebagai tanaman komersial yang layak. Kedua,
sudah ada beberapa tanaman industrial bernilai tinggi yang menempati lahan yang luas di
Vietnam, seperti kopra, kedelai, kacang tanah, dan wijen. Masih harus ditetapkan sampai sejauh
mana lahan yang cocok untuk menumbuhkan kelapa sawit dapat bersaing dengan lahan untuk
tanaman bernilai tinggi lainnya. Terakhir, dan terkait dengan poin sebelumnya, tidak banyak
lahan tidak terpakai yang tersedia untuk budidaya kelapa sawit akibat produksi massal dari
tanaman bernilai tinggi lainnya.
Terlepas dari keterbatasan-keterbatasan tersebut, budidaya kelapa sawit untuk
mengembangkan bio-oil sedang dipertimbangkan sebagai sebuah pilihan oleh pemerintah
Vietnam. Pada tanggal 20 Nopember 2007, Perdana Menteri menyetujui sebuah proyek yang
bertajuk Pengembangan bahan bakar nabati untuk tahun 2015, visi untuk 2025. Proyek ini
menunjukkan bahwa produksi etanol dan lemak nabati (dari beragam jenis bahan berminyak,
bukan hanya kelapa sawit) harus mencapai 1,8 juta ton agar dapat memenuhi 5% dari kebutuhan
bahan bakar negara.
24 | N e g a r a P e n g h a s i l K e l a p a S a w i t
Vietnam saat ini memiliki perkebunan kelapa sawit seluas lebih dari 650 hektar. Pada
periode pertama sekitar pada tahun 2009, komite rakyat Dak Nong berencana untuk
mengembangkan kelapa sawit di atas lahan seluas 10.000 hektar di distrik Dak GLong. CT
Group akan menanam kelapa sawit di atas lahan seluas 2.000 sampai 4.000 hektar, jika
kondisinya memungkinkan untuk proyek tersebut. Mulai dari 2010 hingga 2015, Departemen
Pertanian dan Pembangunan Pedesaan dari proyek-proyek Hau Giang merencanakan untuk
membangun daerah pertanian berteknologi tinggi seluas 5.000 hektar, yang mana semuanya akan
ditanami dengan kelapa sawit untuk menghasilkan lemak nabati dan bio-oil. Para investor
berencana untuk mengembangkan produksi minyak sawit di Bac Lieu, Kien Giang dengan
meningkatkan luas daerah perkebunan hingga mencapai 10.000 hektar.
2.8.2. Pembebasan dan penggunaan lahan
Meskipun penelitian mengenai kesesuaian kelapa sawit dengan kondisi tanah dan cuaca
di Vietnam saat ini berada pada tahap awal, pada umumnya diperkirakan bahwa kelapa sawit
dapat tumbuh dengan baik di bagian tengah dan selatan Vietnam, mulai dari provinsi Ha Tinh ke
arah selatan (Gambar 17).
Gambar 17. Lahan Potensial yang Sesuai untuk Budidaya Kelapa Sawit
Menurut Tang Thi Tram et al. (1996), yang telah menganalisa beberapa karakteristik kondisi
cuaca dan tanah untuk budidaya kelapa sawit, kelapa sawit akan tumbuh dengan baik di tanah
25 | N e g a r a P e n g h a s i l K e l a p a S a w i t
sulfat masam (thionic fluvisols) Vietnam dan hasil minyak di sini akan menjadi salah satu yang
terbanyak di antara daerah percobaan yang sudah dilakukan. Jika kelapa sawit akan
dibudidayakan secara komersial di Vietnam, kemungkinan besar budidaya ini akan dilakukan di
bekas daerah yang ditumbuhi hutan atau di tempat di mana tanaman industri dulunya tumbuh.
Berikut adalah produksi tanaman minyak di Vietnam tahun 2008:
27 | N e g a r a P e n g h a s i l K e l a p a S a w i t
kesempatan kerja bagi masyarakat lokal dan peningkatan infrastruktur dasar di daerah
pedesaan.
Terakhir, dalam hal ketahanan pangan, karena daerah kelapa sawit yang ada saat ini
hanya sekitar 600 ha dan sebagian besar ditanam di daerah pertanian atau pusat
penelitian, kelapa sawit belum memiliki dampak apapun pada perkebunan tanaman
komersial dan tanaman subsisten lain seperti padi. Oleh karena itu, ketahanan pangan
tampak stabil dan diharapkan agar tetap demikian karena adanya fakta bahwa kelapa
sawit tidak diproyeksikan untuk ditanam dengan tujuan kompetisi dengan atau
menggantikan tanaman pangan yang ada.
BAB III
PENUTUP
29 | N e g a r a P e n g h a s i l K e l a p a S a w i t
3.1.
Kesimpulan
Industri minyak kelapa sawit merupakan salah satu industri strategis, karena berhubungan
dengan sektor pertanian (agrobased industry) yang banyak berkembang di negaranegara tropis
seperti Indonesia, Malaysia dan Thailand. Hasil industri minyak kelapa sawit bukan hanya
minyak goreng saja, tetapi juga bisa digunakan sebagai bahan dasar industri lainnya seperti
industri makanan, kosmetika dan industri sabun. Prospek perkembangan industri minyak kelapa
sawit saat ini sangat pesat, dimana terjadi peningkatan jumlah produksi kelapa sawit seiring
meningkatnya kebutuhan masyarakat.
Dengan besarnya produksi yang mampu dihasilkan, tentunya hal ini berdampak positif
bagi perekenomian negara, baik dari segi kontribusinya terhadap pendapatan negara, maupun
besarnya tenaga kerja yang terserap di sektor. Sektor ini juga mampu meningkatkan taraf hidup
masyarakat di sekitar perkebunan sawit, di mana presentase penduduk miskin di areal ini jauh
lebih rendah dari angka penduduk miskin. Boleh dibilang, industri minyak kelapa sawit ini dapat
diharapkan menjadi motor pertumbuhan ekonomi negara.
DAFTAR PUSTAKA
30 | N e g a r a P e n g h a s i l K e l a p a S a w i t
Ermawati, Tuti, dkk. 2013. Kinerja Ekspor Minyak Kelapa Sawit Indonesia (The Export
Performance of Indonesias Palm Oil). Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan, VOL.7
NO.2, DESEMBER 2013. Jakarta.
Informasi Ringkas Komoditas Perkebunan Pusat Data Dan Sistem Informasi Pertanian. No.
01/01/I, 7 Januari 2013
Villanueva, Jo. 2010. Ekspansi kelapa sawit di Filipina: Analisis isu-isu keamanan hak atas
tanah, lingkungan dan pangan.
Thai,
Vo.
2012.
Pengembangan
Kelapa
Sawit
di
Vietnam.
http://www.forestpeoples.org/sites/fpp/files/publication/2012/10/3-pengembangankelapa-sawit-di-vietnam.pdf. Diakses pada 10 November 2014
31 | N e g a r a P e n g h a s i l K e l a p a S a w i t