Anda di halaman 1dari 7

TUGAS PHPP

Makalah
Kenaikan Harga Minyak Goreng
Dan Solusinya

Nama : Putri Utami L


NPM : E1D019008
Kelas :C
Dosen : Prof. Dr. Ir. Ketut Sukiyono, M.Ec

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS


JURUSAN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BENGKULU
TAHUN 2022
Kenaikan Harga Minyak Goreng
Dan solusinya

Kelapa sawit (nama ilmiahnya Elaeis guineensis Jacq) adalah salah satu jenis tumbuhan
tropis dalam kelompok plasma, merupakan tumbuhan tahunan. Pohon kelapa sawit berasal
dari Afrika Barat. Tanaman ini dapat tumbuh subur di Indonesia, Malaysia, Thailand dan
Papua Nugini. Kelapa sawit merupakan tanaman yang sangat penting untuk pengembangan
perkebunan kelapa sawit di seluruh tanah air, yang dapat memberikan kesempatan kerja yang
lebih besar dan pendapatan devisa bagi negara. Tanaman ini mulai ditanam dan ditanam
secara besar-besaran pada tahun 1991. Andrian Hallet, warga negara Belgia yang banyak
belajar tentang perkebunan kelapa sawit di Afrika (Fauzi, 2009: 5)
Diketahui ada hal-hal positif dari keberadaan perkebunan kelapa sawit. perkebunan dari
sudut pandang pelestarian lingkungan. Memang, perkebunan kelapa sawit adalah salah satu
solusi untuk penghijauan kembali hutan yang rusak dan/atau terlantar. Dilihat dari emisi gas
rumah kacanya, perkebunan kelapa sawit sangat baik dalam menyerap karbon dioksida.
Cadangan karbon perkebunan kelapa sawit juga lebih besar dibandingkan dengan hutan
terbengkalai, sehingga neraca karbon perkebunan kelapa sawit lebih besar dibandingkan
dengan neraca karbon hutan terlantar (Supriyono, 2022).
(Sirajaddin, 2015). Kelapa sawit merupakan salah satu produk perkebunan yang penting
dan strategis, memberikan kontribusi yang signifikan terhadap perekonomian daerah dan
nasional. Budidaya kelapa sawit berperan sebagai andalan pemasukan devisa negara dan
menjadi salah satu sektor ekonomi yang banyak menarik tenaga kerja.
Indonesia merupakan salah satu negara penghasil minyak sawit terbesar di dunia dan
produksinya terkonsentrasi di Sumatera, Kalimantan dan Papua. dengan luas lahan kelapa
sawit terbesar di Indonesia. Riau tercatat sebagai provinsi terbesar dalam daftar pemilik
perkebunan kelapa sawit, dengan luas 2.741.621 hektar (Anwar, 2022)
Minyak goreng merupakan salah satu bahan pokok yang dibutuhkan hampir setiap hari,
terutama bagi ibu-ibu untuk keperluan memasak. Menurut Arjanto (2021), satu sendok
makan minyak kelapa sawit mengandung 114 kalori dengan rincian 7 gram asam lemak
jenuh, 5 gram asam lemak tak jenuh tunggal dan 1,50 gram asam lemak tak jenuh ganda.
Selain itu, minyak kelapa sawit juga mengandung hingga 11% dari jumlah vitamin E harian
yang direkomendasikan. Warna merah minyak ini terdiri dari senyawa karotenoid, yang
merupakan antioksidan yang dapat diubah oleh tubuh menjadi vitamin A. Beberapa hasil
penelitian menunjukkan bahwa mengonsumsi minyak sawit dapat berdampak pada
kesehatan, penyakit kardiovaskular, tetapi hasil lain menunjukkan di depan.
Seperti yang kita ketahui bersama, harga minyak di Indonesia sangat fluktuatif dan
cenderung naik. Naiknya harga minyak tentu menjadi perhatian hampir setiap negara di
dunia, baik yang memproduksi (mengekspor) maupun mengonsumsi (mengimpor) minyak.
Hal ini disebabkan peran minyak bumi yang sangat penting sebagai bahan bakar penggerak
roda perekonomian. Pasokan minyak bumi merupakan input penting dalam proses industri,
terutama untuk menghasilkan listrik, mengoperasikan mesin produksi, dan mengangkut
produk ke pasar. Selain itu, minyak juga sangat penting bagi pembangunan ekonomi dan
sosial yang berkelanjutan. (Yusraida dan Cahaya, 2016)
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) per 29 Oktober 2021, diketahui bahwa di
Indonesia minyak goreng yang paling banyak digunakan adalah minyak sawit. Evolusi
konsumsi minyak sawit diet rata-rata di tingkat rumah tangga di Indonesia antara tahun 2015
dan 2020 menunjukkan peningkatan sebesar 2,32% per tahun. Meskipun telah terjadi
peningkatan konsumsi minyak goreng, produksi minyak goreng masih dapat memenuhi
permintaan konsumen (Rizal dan Galih, 2022).
Menurut Pusat Kebijakan Sosial Ekonomi dan Pertanian (PSEKP) Kementerian
Pertanian, pada tahun 2017, kelapa sawit Indonesia menjadi komoditas terpenting di dunia.
Dalam hal produksi minyak sawit, Indonesia menempati urutan pertama, tepatnya dari 64 juta
ton produksi minyak sawit dunia, Indonesia menyumbang 35 juta ton (54%). Diperkirakan
pada tahun 2050, dunia akan membutuhkan tambahan 60-170 juta ton minyak nabati untuk
memenuhi kebutuhan populasi yang terus bertambah dan tambahan 12-34 juta hektar lahan
akan dibutuhkan untuk menanam kelapa sawit (PSEK, 2022) ) . Awal Januari 2022 harga
minyak goreng dan gorengan naik dari Rp 19.000 menjadi Rp 24.000 per liter tergantung
jenis kemasan yang digunakan. Harga terbaru efektif per 1 Februari 2022 adalah sebagai
berikut. Minyak goreng curah Rp 11.500/liter, minyak goreng kemasan sederhana Rp
13.500/liter dan minyak goreng kemasan premium Rp 14.000/liter (Rizal dan Galih, 2022).
Karena penjelasan di atas menunjukkan bahwa kenaikan harga minyak goreng masih terjadi,
pertanyaan dalam dokumen ini adalah:
1) Apa penyebab kenaikan harga minyak sawit di Indonesia?
2) Apa solusi untuk mengimbangi kenaikan minyak goreng?
Artikel ini bertujuan untuk menjawab pertanyaan di atas, yaitu: Apa penyebab kenaikan
harga minyak sawit di Indonesia dan solusi untuk mengatasi kenaikan harga minyak nabati
Penyebab kenaikan harga minyak goreng adalah karena beroperasinya perusahaan
minyak goreng. Seperti dilansir tim investigasi Komite Pengawas Persaingan Usaha (KPPU),
mereka menemukan barang bukti dalam proses penegakan hukum terkait kartel. Gopprera
Panggabean selaku Direktur Penyidikan KPPU mengatakan, dengan temuan tersebut,
penegakan hukum dapat ditingkatkan pada tahap penyidikan atas dugaan pelanggaran Pasal 5
(fiksasi), harga, Pasal 11 (perjanjian) dan Pasal 19 huruf c. (penguasaan pasar melalui
pembatasan pergerakan barang/jasa) (Karunia dan Djumena, 2022).
Selanjutnya, penyebab kenaikan minyak goreng adalah ketersediaan minyak goreng di
pasaran, seperti dilansir Respati dan Sukmana (2022). Ia mengatakan, Dewan Pengurus Pusat
Asosiasi Pedagang Pasar Indonesia (DPP APPSI) Sudaryono mencontohkan, kelangkaan
minyak goreng curah membuat pasokan di kalangan pedagang tidak aman. Menurut dia,
kelangkaan minyak goreng pertama karena terbatasnya jumlah kapal tanker sawit. Kedua
akibat kebijakan harga eceran tertinggi minyak sawit, awalnya Rp 11.500, menjadi Rp
14.000, menurut dia, selama intervensi pemerintah, produsen mengurangi output dan setelah
menetapkan harga. Di tingkat eceran tertinggi, produsen perlu waktu. meningkatkan output
sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Terakhir, menjelang Lebaran, permintaan minyak
sawit dari masyarakat meroket. Syahza (2011) terus berpendapat bahwa perkebunan kelapa
sawit telah membawa efek positif atau menguntungkan dari luar bagi daerah sekitarnya.
(Sugandi, 2008) Jelaskan, Salah satu produk agribisnis kelapa sawit adalah CPO.
Mentalitas penggunaan minyak sawit mentah (CPO) sebagai bahan baku biodiesel
menyebabkan permintaan CPO meningkat. Hal ini terkait dengan psikologi penggunaan
bahan bakar nabati akibat kenaikan harga minyak mentah (CO).
Untuk alasan lain, kita dapat melihat bahwa di Indonesia sendiri, kenaikan harga minyak
goreng selalu terjadi sebelum bulan puasa, Idul Fitri atau Tahun Baru. Banyak pihak, baik
akademisi maupun pemerintah, mengaitkan kenaikan harga minyak dengan peningkatan
permintaan CPO yang digunakan untuk memasok industri biodiesel dengan penerapan
kebijakan B30. Faktor lain di balik kenaikan harga minyak adalah gangguan logistik selama
pandemi Covid-19, seperti penurunan jumlah peti kemas dan kapal tengker.
Untuk mengatasi kenaikan harga tersebut, salah satu solusi yang dapat diambil adalah
pemerintah mengatur secara tegas kartel atau praktek kartel yang secara jelas diatur dalam
pasal 11 undang-undang tersebut Edisi 5 Tahun 1999 Tentang Monopoli dan Persaingan
Usaha. menjelaskan bahwa, Pelaku Usaha dilarang mengadakan perjanjian dengan pelaku
usaha pesaing yang bermaksud mempengaruhi harga dengan mengatur produksi dan/atau
pemasaran. Selain itu, untuk pasokan minyak goreng di pasar, Pemerintah dapat menerapkan
kebijakan untuk memantau atau mengatur pasokan minyak goreng di pasar agar pasokan di
pasar stabil bahkan pada bulan-bulan tertentu seperti bulan puasa. atau Tahun Baru, ketika
permintaan minyak goreng meningkat. Dan pastikan Anda tidak kehabisan stok.
Mengenai keterbatasan kapal tanker kelapa sawit, dalam hal ini memasuki jalur distribusi,
Pemerintah dapat mengembangkan kebijakan manajemen untuk mengelola kapal tanker
minyak nabati, untuk mengendalikan dan menghindari keterbatasan kapal tanker pengankut
minyak goreng tersebut.
kebijakan stabilisasi harga minyak goreng dapat diterapkan. Dan langkah-langkah yang
diambil oleh pemerintah menurut berita tersebut adalah: Pemerintah telah mengeluarkan
kebijakan pertama, dalam hal ini Departemen Perdagangan telah mengeluarkan Peraturan
Menteri Perdagangan Nomor 11 Tahun 2022 tentang Penetapan Harga Eceran Tertinggi
(HET) untuk minyak goreng. Peraturan tersebut menyebutkan bahwa HET untuk minyak
sawit curah ditetapkan Rp 14.000, per liter atau setara Rp 15.500/kg, mengubah harga
sebelumnya, menetapkan harga minyak goreng Rp 11.500 dan memberikan minyak sawit
Curah per liter, Rp 13.500 untuk minyak goreng bungkus tunggal Rp 14.000 untuk minyak
goreng sedang. Namun, menurut Pengurus Pusat Gabungan Pedagang Pasar Indonesia,
pemerintah belum bisa menstabilkan harga minyak goreng curah pada harga eceran puncak
Rp 14.000 karena harga pasar tetap Rp 20.000/liter. (Catriana dan Sukmana, 2022).
Peningkatan permintaan CPO yang digunakan untuk memasok industri biodiesel di bawah
penerapan kebijakan B30 dapat diatasi dengan menghentikan ekspor CPO. namun saat
menghentikan ekspor akan berdampak negatif yaitu penumpukan CPO sehingga harga
minyak sawit turun, untuk mengatasi ketimpangan tersebut pemerintah harus mendirikan
pabrik pengolahan CPO (Crude Palm Oil), bukan hanya produksi mentah. minyak, tetapi juga
dapat memproses minyak mentah. sehingga dapat dibuat kebijakan kuantitas CPO yang akan
diekspor dan pengelolaan CPO, hal ini membuat pasokan CPO terkendali dan tidak terjadi
ketidak seimbangan antara surplus konsumen dan surplus produsen. Membuka lapangan
pekerjaan baru memang tidak mudah, namun dengan sumber daya manusia yang cukup dan
sumber daya alam yang kaya, jika Indonesia bisa melakukannya juga sangat bermanfaat.
dengan cara ini fluktuasi harga minyak goreng bisa diatasi.
Dikutip dari berita KONTAN.CO.ID – JAKARTA Dalam mengantisipasi kenaikan harga
minyak goreng yang saat ini sudah di atas Harga Eceran Tertinggi (HET) yang ditetapkan
Kemendag, pemerintah berencana mensetop ekspor CPO atau ekspor minyak sawit mentah.
Kemudian, pemerintah juga melakukan koordinasi dengan pengusaha minyak goreng melalui
surat dari Ditjen Perdagnagan Dalam Negeri Kemendag Dalam surat itu, Kemendag akan
meminta agar seluruh produsen minyak goreng tetap menjaga pasokan dalam rangka
stabilisasi harga dan ketersediaan minyak goreng melalui penyediaan minyak goreng
kemasan sederhana di pasar ritel dan pasar tradisional yang dijual sesuai HET.Selanjutnya,
Kemendag akan mendorong agar produsen yang memiliki lini industri kelapa sawit
terintegrasi dari hulu ke hilir supaya menyediakan CPO dengan harga khusus untuk
diproduksi jadi minyak goreng dalam memenuhi kebutuhan dalam negeri. Selain itu,
Kemendag juga berkoordinasi dengan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Kementerian
Keuangan untuk menaikkan bea keluar CPO.
Kesimpulan dari makalah ini yaitu , pemerintah harus ketat dalam mengawasi Kartel atau
praktek kartel yang tercantum dalam Pasal 11, Undang- Undang No 5 Tahun 1999.
Pemerintah dapat membuat kebijakan perihal manajemen mobil tangki pengangkut minyak
goreng, pemerintah perlu membuat pabrik olahan CPO (Crude Palm Oil), bukan hanya
menghasilkan minyak mentah, tapi juga mampu mengelolah minyak mentah tersebut,
sehingga dapat dibuat kebijakan jumlah pegeksporan CPO dan pengelolahan CPO, hal
tersebut membuat persediaan CPO menjadi terkontrol dan tidak terjadi ketimpangan antar
surplus konsumen dan produsen.

Anda mungkin juga menyukai