Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN KOPERASI PERTANIAN

Disusun oleh:
1. Ovia Swita Sapitri (E1D019012)
2. Nadia Lian Putri (E1D019013)
3. Ahmad Ramadan Iqbal (E1D019020)
4. Resapina Br. Bangun (E1D019021)
5. Noni Shintani (E1D019023)
6. Jessika Miana (E1D019030)

Dosen Pembimbing :
Ir. Redy Badrudin, M.M

JURUSAN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN


PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2021
DAFTAR ISI
BAB 1 ......................................................................................................................................... 3
PENDAHULUAN ..................................................................................................................... 3
1.1 Latar Belakang ................................................................................................................ 3
1.2 Tujuan .............................................................................................................................. 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .............................................................................................. 5
BAB III PEMBAHASAN ......................................................................................................... 9
BAB IV KESIMPULAN ........................................................................................................ 11
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 12
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Konsepsi pembangunan ekonomi esensinya merupakan proses dalam upaya
meningkatkan kesejahteraan suatu masyarakat atau bangsa berdasarkan berbagai pendekatan
yang bersifat multidimensional. Dimensi tersebut tidak saja menyangkut dimensi
pengembangan aspek ekonomi, melainkan juga terintegrasi dengan berbagai dimensi aspek
lainnya yang saling memengaruhi seperti dimensi sosial, budaya, teknologi maupun dimensi
politik. Pembangunan koperasi saat ini merupakan bagian integral dari pembangunan
ekonomi nasional. Hal tersebut karena paling tidak perekonomian nasional diperankan oleh
tiga pelaku utama, yaitu Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Badan Usaha Milik Swasta
(BUMS) dan Koperasi.
Landasan umum kebijakan pembangunan nasional untuk ketiga pelaku ekonomi di
Indonesia adalah Pancasila dan UUD 1945. Pada saat ini arah pembangunan yang
dilaksanakannya beradasarkan pada Trisakti dengan sembilan butir Nawa Cita pembangunan
ekonomi. Adapun rumusan arah kebijakan pembangunan yang terdapat dalam Trisakti adalah
1. Berdaulat dalam bidang politik, 2. Berdikari dalam bidang ekonomi, dan 3. Berkepribadian
dalam bidang kebudayaan. Sebagai bagian integral dari proses pembangunan ekonomi
nasional, pembangunan koperasi yang saat ini dilakukan sejalan dengan butir ke enam dan
ketujuh dalam konsepsembilan butir Nawa Cita pembangunan Indonesia. Pada butir ke enam
Nawa Cita menekankan pembangunan ekonomi untuk meningkatkan produktivitas rakyat dan
daya saing di pasar internasional sehingga bangsa Indonesia bisa maju dan bangkit bersama
bangsa-bangsa Asia lainnya. Sedangkan butir ketujuh nawa cita diarahkan untuk mewujudkan
kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektor strategis Dalam pembangunan
perekonomian nasional, pembangunan di sektor pertanian mendapat prioritas utama.
Menurut konstitusi dasar (pasal 33 UUD 45), pembangunan ekonomi berdasarkan
demokrasi ekonomi diartikan sebagai pembangunan ekonomi dari rakyat, oleh rakyat dan
untuk rakyat. Dengan demikian maka kekuatan rakyat dan potensi sumber daya di setiap
daerah menjadi tulang punggung perekonomian nasional ke depan. Ekonomi kerakyatan
merupakan cara menghasilkan “kue” ekonomi atau strategi menghasilkan pendapatan dalam
perekonomian sekaligus pembagian pendapatan melalui strategi menghasilkan pendapatan itu
sendiri (bukan dibagi-bagikan).
Dari rakyat, artinya “kue” ekonomi (pendapatan, pertumbuhan) ekonomi diperoleh
dengan menggunakan sumber daya ekonomi yang dimiliki dan atau dikuasai oleh sebagian
besar rakyat Indonesia. Oleh rakyat, artinya dalam membuat “kue” ekonomi haruslah secara
langsung dibuat oleh rakyat Indonesia baik secara Individu maupun melalui organisasi
ekonomi rakyat seperti usaha kecil, usaha menengah, koperasi (UMKM) dan usaha besar.
Untuk rakyat, maksudnya adalah “kue” ekonomi yang dihasilkan langsung dinikmati
atau diterima rakyat (Anon, 1985). Prinsip demokrasi ekonomi tersebut sesuai dengan teori
ekonomi yaitu teori kontribusi faktor (Factor share) yang menjadi dasar perhitungan
pendapatan nasional, yaitu bahwa total nilai moneter dari produksi (Produk Domestik Bruto
Nasional/PDB atau Produk Domestik Regional Bruto/PDRB) merupakan penjumlahan dari
pembayaran sumber daya atau faktor-faktor produksi (upah, gaji, bunga modal, royalty, sewa,
dll) yang digunakan dalam menghasilkan PDB atau PDRB tersebut ditambah dengan
keuntungan perusahaan yang terlibat di dalamnya. Hal ini berarti agarpendapatan dalam
bentuk upah, gaji, bunga, modal, royalti, sewa dan keuntungan, jatuh ke tangan rakyat, maka
dalam menghasilkan PDB/PDRB (proses produksi perekonomian) haruslah menggunakan
faktor produksi (tenaga kerja, modal, teknologi dll) yang dimiliki rakyat dan dilaksanakan
oleh organisasi ekonomi (perusahaan) rakyat. Inilah ekonomi kerakyatan atau demokrasi
ekonomi.
Dalam kerangka pembangunan ekonomi kerakyatan, sesuai dengan amanat konstitusi
bernegara, pemerintah harus menciptakan iklim yang kondusif bagi tumbuh kembangnya
kreativitas ekonomi rakyat melalui: 1) penyediaan infrastruktur pembangunan yang
diperlukan ekonomi rakyat untuk berkembang, 2) mengelola kebijakan makro ekonomi yang
kondusif bagi tumbuh kembangnya ekonomi rakyat, dan 3) menciptakan keamanan dan
kenyamanan berusaha. Langkah strategis bagi implementasi pemikiran dasar di atas adalah
dengan pengembangan dan pemberdayaan koperasi (Anon,1997).

1.2 Tujuan
1. Mencari strategi pembangunan Koperasi yang tepat
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Indonesia memiliki potensi agribisnis yang sangat besar dan beragam serta tersebar di
seluruh wilayah Indonesia. Namun sayangnya, upaya peningkatan produksi pertanian masih
belum disertai dengan peningkatan kesejahteraan petani secara memadai. Meningkatnya
produksi tidak jarang diikuti dengan anjloknya harga yang merugikan para petani, pada
gilirannyamenyebabkan kuantitas dan kualitas produksi yang dihasilkan menjadi rendah.
Berbagai program telah diupayakan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat
baik oleh pemerintah, maupun organisasi pemerintah. Program-program tersebut bertujuan
untuk memperbaiki perekonomian dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Salah satu
program tersebut adalah koperasi. Koperasi merupakan salah satu bentuk badan usaha yang
sesuai dengan kepribadian bangsa Indonesia yang pantas untuk ditumbuh kembangkan
sebagai badan usaha penting dan bukan sebagai alternatif terakhir. Sebagai badan usaha,
koperasi mengharapkan keuntungan berupa sisa hasil usaha.
Koperasi merupakan salah satu usaha sekaligus gerakan ekonomi rakyat. Pada
awalnya koperasi merupakan kumpulan orang-orang yang memiliki ekonomi tingkat bawah,
dimana melalui koperasi mereka sama-sama berkeinginan atau mempunyai tujuan untuk
meningkatkan kesejahteraannya. Hal ini sesuai dengan Undang-Undang Perkumpulan
Koperasi No. 79 Tahun 1958, yaitu menjelaskan bahwa koperasi merupakan suatu
perkumpulan yang beranggotakan orang-orang atau badan-badan hukum yang tidak
merupakan konsentrasi modal, dengan ketentuan sebagai berikut: beranggotakan
kekeluargaan (gotong royong), bertujuan meningkatkan kesejahteraan anggota pada
khususnya dan masyarakat pada umumnya, dan akta pendirian menurut ketentuan-ketentuan
dan didaftarkan sebagaimana ditetapkan dalam UU ini.2 Namun seiring dengan berjalannya
waktu koperasi tidak hanya merupakan kumpulan orang-orang yang berekonomi lemah akan
tetapi milik mereka yang tingkat ekonominya sudah tinggi. Hal ini karena atas dasar koperasi
sesuai dengan sifat dasar bangsa Indonesia yang bersifat gotong royong dan kekeluargaan
(Permana, 2011). Hal ini sesuai dengan yang diutarakan oleh Nasution (2011) bahwa dalam
pembangunan perekonomian nasional, pembangunan di sektor pertanian mendapat
prioritas utama. Menurut konstitusi dasar (pasal 33 UUD 45), pembangunan ekonomi
berdasarkan demokrasi ekonomi diartikan sebagai pembangunan ekonomi dari rakyat, oleh
rakyat dan untuk rakyat. Dengan demikian maka kekuatan rakyat dan potensi sumber
daya di setiap daerah menjadi tulang punggung perekonomian nasional ke depan
Dalam konteks sistem agribisnis, di samping sub-sistem on-farm (budidaya) dan sub-
sistem off-farm (baik yang di hulu yaitu penyediaan input faktor maupun yang di hilir yaitu
pengolahan dan pemasaran hasil) terdapat sub-sistem penunjang (supporting service sub-
system). Aktivitas pada subsistem penunjang ini mencakup pendidikan, latihan dan
penyuluhan, penelitian dan pengembangan, permodalan dan asuransi, advokasi serta
pengadaan aspek legal peraturan yang mendukung. Pada umumnya, sub-sistem penunjang ini
ditafsirkan sebagai aktivitas yang seharusnya dijalankan oleh pemerintah karena tentunya
petani secara perorangan tidak akan mampu melakukan peran tersebut. Namun demikian, jika
para petani bergerak dalam suatu bentuk kerjasama yang solid, bukannya tidak mungkin
berbagai aktivitas sub-sistem penunjang ini dapat mereka laksanakan sendiri dengan baik
(Baga, L.M. 2009)
Widjajani (2014) menjelaskan bahwa dalam pembangunan perekonomian nasional,
berawal dari pembangunan di sektor pertanian mendapat prioritas utama. Menurut konstitusi
dasar (pasal 33 UUD 45) menyatakan pembangunan ekonomi berdasarkan demokrasi
ekonomi diartikan sebagai pembangunan ekonomi dari rakyatoleh rakyat dan untuk rakyat
Koperasi berfungsi untuk mensejahterakan anggotanya seperti yang tercantum pada Undang-
Undang Nomor 17 Tahun 2012 tentang perkoperasian, koperasi memiliki tujuan untuk
memajukan kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya sekaligus
sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari tatanan perekonomian nasional yang demokratis
dan berkeadilan (Limbong, 2012).
Perkembangan sektor pertanian yang kurang baik di Indonesia saat ini tidak terlepas
dari tidak berkembangnya koperasi para petaninya sehingga petani senantiasa berada dalam
posisi yang termarjinalkan. Lemahnya peran koperasi pertanian ini tidak terlepas dari kuatnya
intervensi pemerintah pada masa lalu dalam proses pengembangan koperasi sehingga
disinyalir menyimpang dari jatidiri koperasi itu sendiri. Masyarakat Indonesia sendiri sudah
cukup lama tidak mengenal adanya istilah koperasi pertanian atau koperasi agribisnis(Pratama,
2013)
Peranan koperasi dalam perekonomian secara makro adalah meningkatkan manfaat
sosial dan ekonomi bagi masyarakat dan lingkungan, meningkatkan produksi, pendapatan,
kesejahteraan dan meningkatkan kesempatan kerja. Pada umumnya koperasi memiliki
keunggulan dibidang pertanian. Keunggulan koperasi tersebut memperbaiki posisi tawar
petani, membuka akses pasar baru untuk produk pertanian dan meningkatkan kemampuan
(Agustia, 2017). Batubara (2012) mengungkapkan bahwa dalam rangka meningkatkan
produksi dan kehidupan masyarakat di pedesaan, pemerintah menganjurkan pembentukan
koperasi pertanian.
Koperasi pertanian didefinisikan sebagai layanan dan produksi koperasi yang mampu
mengumpulkan sumber daya petani membeli semua kebutuhan yang diperlukan serta
membantu memasarkan dan memproduksi barang (Milovanovic, 2016).
Shinta (2011) menerangkan bahwa koperasi pertanian (koperta) dapat mengusahakan
kebutuhan usaha tani antara lain: 1) Mengusahakan pembelian bibit, mengadakan alat-alat
pertanian agar produktivitas pertanian bertambah. 2) Mengolah hasil pertanian dari tingkat
bahan menjadi hasil siap pakai misal pengolahan karet, penggilingan padi dan lainnya. 3)
Memberikan pembiayaan bagi yang memerlukan untuk kepentingan produksi pertanian agar
terhindar sitem ijon. 4) Memasarkan hasil-hasil pertanian. 5) Mendidik petani berorganisasi
secara koperatif untuk mengatasi kesulitan. Skim Pembiayaan Pertanian
Untuk mencapai sasaran pengembangan koperasi pada umumnya sebagaimana yang
diinginkan, maka perlu ditempuh langkah-langkah, antara lain Meningkatkan prakarsa,
kemampuan dan peran serta gerakan koperasi melalui peningkatan kualitas SDM dalam
rangka mengembangkan dan memantapkan kelembagaan dan usaha untuk mewujudkan peran
utamanya di segala bidang kehidupan ekonomi rakyat serta Menciptakan iklim usaha yang
makin kondusif sehingga memungkinkan koperasi mendapat kesempatan atau akses kepada
berbagai sumber daya yang penting. (Suhartono, 2012)
Pada saat persaingan dunia usaha semakin mengglobal seperti sekarang ini, dan sarat
dengan persaingan yang sangat hebat, maka setiap pelaku ekonomi tidak terkecuali koperasi,
apabila ingin terus tumbuh dan berkembang haruslah memiliki daya saing yang berkelanjutan.
Karena di Indonesia sendiri, koperasi masih dianggap memprihatinkan. Dan apabila koperasi
ini tidak segera dan terus-menerus melakukan reposisi dirinya sebagai salah satu pelaku
ekonomi, maka koperasi akan terus tertinggal dan lambat laun akan terabaikan. Koperasi dari
segi bidang usahanya ada yang hanya menjalankan satu bidang usaha saja, misalnya bidang
konsumsi, bidang kredit atau bidang produksi. Dasar dari gagasan koperasi sesungguhnya
adalah kerjasama, gotong royong dan demokrasi menuju kesejahteraan umum. Lembaga ini
adalah wadah kemitraan, dan kerjasama serta kekeluargaan, dan kebersamaan usaha yang
sehat, baik serta halal. Peningkatan laba perusahaan juga sangat diperlukan dalam koperasi,
karena dengan meningkatnya laba maka akan semakin berdampak pada perkembangan
koperasi serta dapat memperluas usaha yang dimiliki koperasi tersebut (Subekti, 2011).
Dalam mengembangkan koperasi, koperasi harus memiliki strategi yang tepat dalam
meningkatkan laba perusahaan. Menurut Imam Suhartono dalam jurnal yang berjudul
“Strategi Pengembangan Koperasi Berorientasi Bisnis”, dalam rangka pengembangan
koperasi sebagai badan usaha pada dasarnya yang perlu mendapat perhatian adalah bagaimana
pemilihan sistem kelembagaan yang tepat yang lebih mendukung pengembangan aktivitas
ekonomi dengan tujuan adanya keberpihakan kepada kesejahteraan masyarakat secara luas.
Dengan kata lain, penekanan akan memperjelas jutifikasi pentingnya keberadaan bentuk
badan usaha yang dikelola dari oleh dan untuk masyarakat. Hal ini sangat relevan dengan
keberadaan koperasi. Pengembangan aktivitas ekonomi yang sesuai dengan konteks ini adalah
aktivitas ekonomi yang juga bertujuan selain untuk meningkatkan nilai tambah sumber daya
yang tersedia yang dikembangkan dengan pendekatan bisnis, juga aktivitas ekonomi yang
berkembang ke arah terjaminnya partisipasi yang tinggi dari masyarakat. Dalam hal ini, bukan
saja partisipasi dalam ikut serta menikmati hasil pembangunan aktivitas ekonomi itu. Lebih
jauh keberadaan koperasi dipandang penting jika pengembangan aktivitas ekonomi tersebut
juga berwawasan ke arah untuk meningkatkan martabat dan harkat masyarakat baik secara
langsung maupun tidak langsung.
BAB III
PEMBAHASAN

Dalam rangka pengembangan koperasi sebagai usaha pada dasarnya yang perlu
mendapat perhatian adalah bagaimana pemilihan system kelembagaan yang tepat dan lebih
mendukung pengembangan aktivitas ekonomi dengan tujuan adanya keberpihakan kepada
kesejahteraan masyarakat secara luas. Dengan kata lain, penekanan akan memperjelas
jutifikasi pentingnya keberadaan bentuk badan usaha yang dikelola dari oleh pihak dan untuk
masyarakat. Hal ini sangat relevan dengan keberadaan koperasi. Pengembangan aktivitas
ekonomi yang sesuai dengan konteks ini adalah aktivitas ekonomi yang juga bertujuan selain
untuk meningkatkan nilai tambah sumber daya yang tersedia dan dikembangkan dengan
pendekatan bisnis, juga aktivitas ekonomi yang berkembang ke arah terjaminnya partisipasi
yang tinggi dari masyarakat.

Dalam pembangunan nasional, koperasi secara umum dan juga koperasi pertanian
diarahkan untuk mewujudkan koperasi sebagai penggerak perekonomian nasional yang
berdaya saing dan berkelanjutan. Berbagai kegiatan yang terkait dengan arah pembangunan
koperasi adalah melalui: (Bappenas, 2017)
1. Peningkatan kontribusi ekspor koperasi dalam ekspor nasional
2. Peningkatan partisipasi koperasi dalam pembangunan infrastruktur Nasional
3. Peningkatan peran koperasi dalam keuangan inklusif
4. Peningkatan peran koperasi dalam rantai produksi global
5. Peningkatan sinergi koperasi dengan BUM Des

Upaya-upaya perkuatan koperasi dapat dilakukan melalui proses :


edukasi, kepemimpinan, kewirausahaan, inovasi, kolaborasi dan kepedulian sosial. Edukasi
pendidikan anggota koperasi akan menjadi kunci keberhasilan dan keberlanjutan koperasi.
Melalui proses pendidikan ini pula setiap anggota belajar dan diberi kesempatan menjadi
pengurus dan pengawas yang merupakan inkubasi bagi calon-calon pemimpin organisasi.
Selain itu, pengurus dan anggota koperasi belajar mengembangkan kewirausahaannya melalui
pengembangan produk dan layanan yang sesuai dengan kebutuhan anggota atas dasar
profesionalisme, akuntabilitas, dan orientasi usaha yang dikembangkannya.

Guna menguatkan kegiatan usahanya, koperasi memiliki kapasitas untuk berkreasi


dengan menggunakan kontribusi pemikiran dan tenaga anggota dalam merumuskan
pengembangan inovasi usahanya agar mampu berdaya saing dengan perkembangan
lingkungan yang semakin dinamis. Demikian pula dalam mengembangkan jejaring
kerjasamanya, koperasi dapat berkolaborasi menggalakkan kerjasama antar anggota, antar
koperasi, serta dengan lembaga lain baik untuk menguatkan pendidikan, usaha maupun
permodalan koperasi agar mencapai skala ekonomi yang efisien. Koperasi memiliki kapasitas
untuk menjalankan tanggungjawab sosial dalam mendukung aktivitas anggota, dan perbaikan
kondisi lingkungan masyarakat sekitar melalui kegiatan kepedulian sosialnya. Berbagai
bentuk kontribusi sosial koperasi kepada masyarakat di antaranya adalah dengan
menyediakan produk yang dibutuhkan oleh masyarakat, menyediakan lapangan kerja dan
berkontribusi ekonomi berupa pajak kepada pemerintah.

Pemahaman tentang pentingnya pengembangan koperasi sebagai badan usaha yang


tangguh yang secara nyata mampu dalam ikut serta mengembangkan aktivitas ekonomi bagi
masyarakat perlu dibahas dari dua sisi yang saling terkait yaitu pengembangan bidang
ekonomi itu sendiri serta arah pengembangan koperasi. Pengembangan bidang ekonomi
secara tegas sangat menginginkan terwujudnya demorkasi ekonomi untuk kemakmuran
seluruh masyarakat. Pertumbuhan ekonomi harus juga mampu meningkatkan pendapatan
masyarakat dan menghindari terjadinya ketimpangan. Dalam rangka itu diperlukan perhatian
yang lebih besar bagi pengembangan ekonomi rakyat. Selaras dengan arahan pembangunan
ekonomi seperti yang dikehendaki ini koperasi diarahkan agar dapat berperan sebagai wadah
ekonomi rakyat. Koperasi diarahkan agar dapat berkembang sebagai badan usaha yang sehat
sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat.

Untuk mencapai sasaran pemabangunan koperasi pada umumnya sebagaimana yang


diinginkan, maka perlu ditempuh langkah-langkah, antara lain:
a. Meningkatkan prakarsa, kemampuan dan peran serta gerakan koperasi melalui
peningkatan kualitas SDM dalam rangka mengembangkan dan memantapkan
kelembagaan dan usaha untuk mewujudkan peran utamanya di segala bidang
kehidupan ekonomi rakyat
b. Menciptakan iklim usaha yang makin kondusif sehingga memungkinkan koperasi
mendapat kesempatan atau akses kepada berbagai sumber daya yang penting.
BAB IV
KESIMPULAN

Program unggulan yang dikembangkan sebagai ujung tombak untuk mempercepat


pembangunan koperasi dilakukan melalui pengembangan kemitraan usaha serta melalui
gerakan kewirausahaan. Kedua program ini tentunya membutuhkan partisipasi yang luas dari
seluruh lapisan masyarakat termasuk para pengusaha dan dunia pendidikan.

1. Pengembangan Kemitraan Usaha Pengembangan kemitraan usaha diperlukan


terutama antara, UB dan UK termasuk koperasi bukan saja dimaksudkan untuk
mempercepat pengembangan usaha-usaha berskala kecil, melainkan juga dalam
rangka memperbaiki struktur ekonomi nasional. Pengembangan kemitraan
merupakan salah satu kunci keberhasilan dalam memperbaiki peluang bagi
peningkatan kemampuan koperasi melalui transfer teknologi, keterampilan teknis
dan manajemen, serta sumber daya lainnya yang memungkinkan koperasi
berkembang menjadi badan usaha yang tangguh. Kemitraan itu sendiri pada
dasarnya dikembangkan untuk saling menghidupi dan saling menguntungkan yang
dapat dikembangkan baik melalui pertukaran maupun pemanfaatan bersama
sumber daya yang tersedia.

2. Pengembangan Kewirausahaan Upaya mengantarkan koperasi ke arah tatanan


perekonomian yang dicirikan oleh persaingan yang tajam bukanlah pekerjaan yang
mudah. Kemampuan yang bersumber dari dalam koperasi harus dijadikan sebagai
kunci pokok bagi keberhasilannya menghadapi berbagai tatanan serta dalam
rangka menangkap berbagai perluang yang tercipta. Oleh karena itu, membangun
kekuatan dari dalam melalui upaya penumbuhan kesadaran dan orientasi
kewirausahaan menjadi program yang sangat penting dan mendesak untuk
dilaksanakan. Penting dalam arti perlunya upaya menyiapkan diri dalam
menghadapi tantangan yang sangat kompleks dan dinamis sifatnya serta sangat
mendesak mengingat perubahan yang terjadi ke arah persaingan bebas time frame-
nya sudah sangat jelas dan pasti.
DAFTAR PUSTAKA

Agustia, D. Kusnadi, N. & Harianto. (2017). Studi Empris Perilaku Usaha Koperasi Pertanian:
Kasus Koperasi di Dataran Tinggi Gayho Provinsi Aceh.Jurnal Manajemen dan
Agribisnis. 14(1). 12-21. DOI: 10.17358/JMA.14.1.12
Baga, L.M. 2009. Strategi Pengembangan Kelembagaan Koperasi Pertanian Berbasis Jagung
di Provinsi Gorontalo. Manajemen Pembangunan daerah. (1) : 1
Batubara, M, M. (2012). Koperasi Pertanian. Palembang: Faperta Universitas Muhammadiyah
Palembang.
Limbong, B. (2012). Pengusaha Koperasi Memperkokoh Fondasi Ekonomi Rakyat. Jakarta:
Pustaka Margaretha.
Milovanovic, V. (2016). Cooperative Farming Potential For Establishing Food Security
Within Rural Bangladesh. Acta Universitatis Agricultural et Silviculturae Mendelianae
Brunensis. 64 (6).
Nasution, Ali Sakti Hamonangan dan Hidayat, Paidi. 2014. “Analisis Strategi Pengembangan
Koperasi Di Kota Medan Dengan Metode Analisis Swot Dan Analytical Hierarchy
Process (AHP)”. Jurnal Ekonomi dan Keuangan, Vol.2 No.7. Indonesia: Jurnal
Ekonomi dan Keuangan.
Permana, Dede. 2011. “Strategi Pengembangan Koperasi Jasa Agribisnis (KOJA) STA
Panumbangan Kabupaten Ciamis Provinsi Jawa Barat”. Skripsi. Bogor: Institut
Pertanian Bogor.
Pratama, Sapta. 2013. Strategi Pengembangan Koperasi Serba Usaha “Lestari” Kecamatan
Cijeruk Kabupaten Bogor Jawa Barat. Skripsi. Bogor: Fakultas Ekonomi Dan
Manajemen Institut Pertanian Bogor
Shinta, A. (2011). Ilmu Usaha Tani. Malang: Uiversitas Brawijaya Press.
Subekti, Lianda, dkk. t.t. “Implementasi Strategi Pembinaan dan Pengembangan Koperasi dan
Usaha Kecil Menengah (Studi pada Dinas Koperasi dan UKM Kota Malang)”, Jurnal
Administrasi Publik, Vol 1, No. 1. Malang
Suhartono, I. (2012). Strategi Pengembangan Koperasi Berorientasi Bisnis. Among Makarti,
4(1).
Widjajani, S. & Hidayati, S,N. (2014).Membangun Koperasi Pertanian Berbasis Anggota di
Era Globalisasi. Jurnal Maksipreneur.4 (1). 98-115

Anda mungkin juga menyukai