Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

MODAL DASAR PENGGERAK EKONOMI

DOSEN PENGAMPU :
BAPAK DRS. EC. MARSETO, MSI

DISUSUN OLEH KELOMPOK 1 :


1. NADYA KEISHA FERDINASARI 22011010057
2. BINTANG AKBAR NUSANTARA 22011010058
3. DWI LIYA KURNIAWATI 22011010070
4. MULYANI LESTARI 22011010153
5. FAHMI NURDIN BAIHAQI 22011010156

MATA KULIAH EKONOMI KREATIF


PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
SURABAYA
JAWA TIMUR
2023

1
DAFTAR HADIR
COVER .......................................................................................................................... 1
DAFTAR HADIR ........................................................................................................... 2
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................... 3
A. Latar Belakang .................................................................................................... 3
B. Rumusan Masalah ............................................................................................... 3
C. Tujuan ................................................................................................................. 4
BAB II KAJIAN TEORI ................................................................................................. 5
A. Modal .................................................................................................................. 5
B. Penggerak............................................................................................................ 5
C. Ekonomi .............................................................................................................. 5
BAB III PEMBAHASAN ............................................................................................... 7
A. Modal Dasar Penggerak Ekonomi Indonesia ........................................................ 7
B. Peran Modal Dasar Ekonomi dalam Meningkatkan Kualitas Ekonomi ................. 7
C. Modal Dasar Ekonomi Indonesia dalam menghadapi revolusi industri 4.0............ 9
D. Strategi Pemerintah dalam Mengenalkan Modal Dasar Penggerak Ekonomi ....... 15
BAB IV PENUTUP ...................................................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................... 20

2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada era yang sangat canggih ini banyak sekali faktor-faktor yang
dapat menjadi penggerak sebuah perekonomian negara. Banyak teknologi
yang kian canggih mengakibatkan adanya roda perekonomian dapat maju
dengan pesat baik di Indonesia maupun Dunia. Tidak dapat dipungkiri,
perkembangan ekonomi dapat memegaruhi segala aspek yang sangat
penting, seperti pengembangan suatu wilayah. Disisi lain, kita tidak dapat
menolak dengan kian bertambanya masalah yang harus dihadapi mulai
dari inflasi, krisis energy, hingga ambang resesi yang harus dihadapi.
Menteri perekonomian Indonesia Sri Mulyani mengatakan bahwa
saat ini konsumsi dan investasi merupakan penyokong ekonomi di
Indonesia saat ini. Dengan adanya hal tersebut pemerintah seharusnya bisa
menyiasati agar dapat digunakan sebagai modal dasar dalam penggerak
perekonomian Indonesia. Merujuk pada teori Quad-Hefix dalam buku
Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RJPJ) Ekonomi Kreatif Indonesi,
terdapat 4 faktor utama penggerak ekonomi Indonesia. Mulai dari
komunitas, intelektual, bisnis, dan pemerintah. Keempat hal diatas yang
dianggap dapat menggerakkan roda perekonomian Indonesia dengan
saling berhubungan antara faktor satu dengan faktor lainnya. Namun, pada
kenyataannya dari pelaku sektor rill banyak yang memberikan kontribusi
terhadap penggerak ekonomi selain faktor-faktor yang disebutkan atau
bisa kita sebut bahwa kegiatan ini merupakan modal dasar bagi Indonesia
dalam menggerakkan ekonomi.
B. Rumusan Masalah
1. Apa saja yang menjadi modal dasar penggerak roda perekonomian
Indonesia?
2. Apakah dengan melakukan modal dasar penggerak ekonomi dapat
meningkatkan kualitas pertumbuhan ekonomi?

3
3. Dengan menggerakkan perekonomian menggunakan modal dasar apa
dapat membantu perekonomian Indonesia dalam menghadapi revolusi
industri?
4. Strategi apa saja yang dilakukan pemerintah dalam mengenalkan dan
mempermudah modal dasar penggerak ekonomi terhadap masyarakat?
C. Tujuan
1. Mengetahui Modal dasar penggerak ekonomi Indonesia
2. Paham akan kaitan penggerak ekonomi dapat meningkatkan kualitas
pertumbuhan ekonomi.
3. Mengetahui peran dasar penggerak dalam menghadapi revolusi
industri.
4. Mengetahui peran pemerintah dalam mengenalkan dan mempermudah
modal dasar penggerak ekonomi.

4
BAB II
KAJIAN TEORI

A. Modal
Menurut Drs. Moekijat (2000:63) modal aal adalah uang yang
digunakan wirausaha agar dapat menambah nilai investasi dengan cara
membeli barang atau jasa untuk mendukung faktor produksi. Barang yang
dimaksudkan disini adalah barang-barang yang dapat menunjang segala
faktor produksi termasuk dokumen dokumen yang mendukung.
Sedangkan, menurut Bambang Riyanto (1998:10) Modal memiliki
arti barang awal yang dipergunakan untuk membuat produk baru lainnya.
Hal tersebut ditekankan kepada nilai, daya beli, atau kekuasaan memakai
kandungan dalam barang modal tersebut. Jadi dapat disimpulkan bahwa
modal merupakan suatu hal yang paling penting dalam memulai suatu
kegiatan.
B. Penggerak
Penggerak memiliki sebuah hominim karena terdapat ejaan dan
pelafalan yang sama tetapi memiliki makna yang berbeda. Berbeda
pengertian apabila penggerak dianggap sebagai kata benda yang dapat
menyatakan nama dari seseorang, tempat, atau semua benda dan segala
yang dibendakan. Jadi, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI),
penggerak dapat disimpulkan adalah orang yang menggerakkan alat
tersebut.
C. Ekonomi
Ekonomi dapat diartikan sebagai serangkaian besar kegiatan
produksi dan konsumsi yang saling terhubung dalam menentukan
bagaimana sumber daya yang langka. Produksi dan konsumsi barang dan
jasa digunakan untuk memenuhi kebutuhan mereka yang hidup dan
beroperasi dalam perekonomian, juga disebut sebagai sistem ekonomi.
Menurut, Abraham Maslow ekonomi adalah bidang pengkajian yang
mencoba menyelesaikan masalah keperluan asas kehidupan manusia

5
melalui penggemblengan segala sumber prinsip serta teori tertentu agar
efektif dan efisien.
Perekonomian yang ada telah mencakup segala kegiatan yang
berkaitan dengan produksi, konsumsi, distribusi, dan perdangangan barang
maupun jasa pada suatu daerah. Semua orang mulai dari individu hingga
entitas dalam arti perusahaan dan pemerintah bebas dalam menggunakan
ekonomi. Ekonomi suatu daerah diatur oleh budaya, sejarah, geografi, dan
hukum berlaku yang di dukung faktor-faktor lainnya.

6
BAB III
PEMBAHASAN
A. Modal Dasar Penggerak Ekonomi Indonesia
Modal dasar penggerak ekonomi yang dimiliki Indonesia adalah
Pancasila, Undang-Undang Dasar (UUD) 1945, dan Bhinneka Tunggal
Ika. Modal dasar ini menjadi landasan utama perekonomian Indonesia.
Mulai dari aturan, tujuan, maupun cara yang digunakan dalam ranah
ekonomi. Selain ketiga modal dasar tersebut, Indonesia juga memiliki
modal pendukung penggerak perekonomian. Modal pendukung tersebut
adalah Sumber Daya Alam (SDA) yang melimpah dan Sumber Daya
Manusia (SDM) yang memiliki kuantitas dan kualitas yang cukup.
Dalam proyeksi idealnya, SDA akan dimanfaatkan oleh SDM di
Indonesia dan diharapkan dapat membuat output yang bervariasi,
maksimal, dan berkualitas. Output tersebut akan ditawarkan kepada pasar
dan menggunakan aturan yang sesuai dengan Pancasila dan UUD 45.
Sehingga tujuan perekonomian Indonesia yakni memajukan kesejahteraan
umum dapat tercapai. Perekonomian di Indonesia dapat terus berkembang
karena adanya modal dasar. Indonesia dapat menjadi negara yang makmur
dan maju apabila seluruh modal tersebut dapat bersinergi dan dapat
dimanfaatkan dengan baik.

B. Peran Modal Dasar Ekonomi dalam Meningkatkan Kualitas Ekonomi


Perkembangan ekonomi sangat bergantung pada berbagai faktor
dan komponen,seperti faktor modal, komponen inti, komponen
pendukung, aktor penggerak, dan faktor pendorong yang dapat
meningkatkan kualitas ekonomi. Berdasarkan hasil survei dan penelitian
pada usaha kecil dan koperasi di kabupaten dan kota Bandung (1991),
serta survei dan penelitian usaha kecil dan menengah unggulan di
kabupaten dan kota Bandung (1999), diperoleh suatu kesimpulan yang
hampir sama bahwa perusahaan-perusahaan kecil dan menengah pada
umumnya kekurangan modal, yang sangat diperlukan untuk
pengembangan usaha. Modal yang dimaksudkan oleh para pengusaha

7
adalah modal finansial dan material guna memperluas dan meningkatkan
usahanya. Kebutuhan modal finansial terutama untuk membeli bahan
baku, peralatan, dan operasional perusahaan.
Berdasarkan hasil survei, penulis berhipotesis bahwa kekurangan
modal dapat menyebabkan usaha kecil dan menengah terjerat dalam
lingkaran ketergantungan yang tidak berujung pangkal, dan membuat para
pengusaha industri kecil lama-lama menjadi buruh. Kekurangan modal
material dan modal intelektual dapat menyebabkan perusahaan kecil dan
menengah ketergantungan pada berbagai aspek, seperti bahan baku, bahan
penolong, teknologi, desain, dan pemasaran. Semua aspek yang
dibutuhkan oleh usaha kecil dan menengah tersebut dimiliki oleh
pengusaha besar. Modal yang diperlukan untuk membeli bahan baku dan
teknologi biasanya dimiliki oleh pengusaha besar yang memiliki akses
modal, menguasai pasar, dan memiliki teknologi. Pemilik modal
menguasai informasi pasar sehingga pengusaha kecil dan menengah
ketergantungan kepada pemilik modal yang menguasai pasar. Harga bahan
baku dan harga produk hasil industri kecil dan menengah kedua-duanya
sangat bergantung dan ditentukan oleh pemilik modal.
Demikian juga, desain dan teknologi ditentukan oleh pemilik
modal yang menguasai pasar, sedangkan pengusaha kecil mengikuti
kemauan pemilik modal, baik bahan baku, teknologi, desain, pasar, harga
jual produk, maupun harga beli bahan baku. Akibatnya, pengusaha kecil
dan menengah menjadi ketergantungan dan hanya menerima manfaat
ekonomi sesuai dengan selisih antara harga jual dan harga beli yang
kedua-duanya ditentukan oleh pemilik modal. Dengan pola seperti itu,
maka pengusaha kecil tidak akan berkembang, dan lama-kelamaan
menjadi pekerja dan bekerja dengan “sistem maklon”. Maklon adalah
mengerjakan barang milik orang lain, dengan besarnya upah ditentukan
oleh pengusaha dan bergantung pada banyaknya barang yang dapat
dikerjakan atau dihasilkan.
Pada umumnya mereka belum mengetahui bagaimana rantai nilai
dapat diciptakan. Hasil penelitian tersebut ditindaklanjuti dengan pelatihan

8
“peningkatan nilai tambah”. Hasil diskusi menunjukkan bahwa hampir
semua peserta pelatihan memerlukan materi peningkatan modal
intelektual, seperti pengetahuan dan keterampilan untuk menciptakan
rantai nilai, menciptakan nilai, meningkatkan keunggulan, dan untuk
meningkatkan daya saing produk. Modal nonril, seperti modal intelektual
dan modal kreativitas ternyata sangat diperlukan oleh para pengusaha serta
industri kecil dan menengah untuk meningkatkan nilai tambah dan daya
saing yang selama ini masih relatif rendah. Oleh sebab itu, agar kreativitas
menghasilkan dan memberi dampak positif output and outcome (keluaran
dan hasil).

C. Modal Dasar Ekonomi Indonesia dalam menghadapi revolusi industri 4.0


Ekonomi kerakyatan adalah suatu struktur dan proses ekonomi
yang demokratis dan berkeadilan yang mendorong keikutsertaan rakyat
banyak sebagai pemilik modal dan pengendali jalannya roda
perekonomian. Ekonomi kerakyatan juga didefinisikan sebagai kegiatan
ekonomi atau usaha yang dijalankan oleh rakyat dan bersama-sama
mengelola sumber daya ekonomi yang dapat dikuasai. Tujuan dari sistem
ekonomi kerakyatan sendiri adalah untuk membebaskan rakyat dari
tindasan para oligarki pemilik modal dan menjadikan rakyat sebagai
subyek perekonomian. Pengembangan pembangunan ekonomi yang
berbasis partisipasi masyarakat luas sebagai pelaku usaha (ekonomi
kerakyatan) merupakan komitmen pemerintah dalam pembangunan
ekonomi saat ini. Pertumbuhan ekonomi di Indonesia didorong oleh
beberapa sektor, salah satu sektor yang mempunyai peran sangat strategis
adalah sektor Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah atau disingkat UMKM.
Saat ini dunia sedang menghadapi perubahan industri ke-4 atau yang
dikenal dengan industri 4.0.
Industri 4.0 ini memberikan dampak yang sangat besar dan luas,
terutama pada sektor lapangan kerja, dimana robot dan mesin akan
menghilangkan banyak lapangan kerja di dunia. Oleh karena itu, era
revolusi industri ini harus disikapi oleh pelaku industri dengan bijak dan

9
hati-hati. Pengaplikasian ekonomi kerakyatan dalam industru 4.0 saat ini
diterapkan oleh beberapa UMKM di Indonesia. UMKM yang menerapkan
ekonomi kerakyatan dalam usahanya memiliki tujuan untuk dapat
mensejahterakan rakyat. Dalam hasil penelitian yang dilakukan, terdapat
beberapa UMKM yang menyerap tenaga kerja di sekitar tempat
dibangunnya UMKM tersebut. Penerapan ekonomi kerakyatan oleh
beberapa UMKM juga sudah mengaplikasikan poin-poin yang termasuk
dalam industri 4.0. Meskipun demikian, tidak semua UMKM
mengapilkasikan poin-poin dalam industri 4.0. Padahal dalam aspek bisnis
di era globalisasi saat ini, teknologi merupakan salah satu hal yang sangat
penting diterapkan. Melihat kondisi masyarakat di dunia saat ini yang
memanfaatkan teknologi dalam setiap kegiatannya, menjadikan para
pelaku bisnis berbondongg-bondong untuk mengganti sistem usahanya
mengacu pada industri 4.0. UMKM yang tidak mengadopsi poin-poin
dalam indutri 4.0 ini tentunya dikarenakan oleh beberapa alasan. Alasan-
alasan tersebut merupakan tantangan dalam pengaplikasian ekonomi
kerakyatan dalam industri 4.0 bagi pelaku bisnis. Beberapa tantangan
dalam pengaplikasian ekonomi kerakyatan dalam industri 4.0 bagi pelaku
bisnis dapat dijelaskan sebagai berikut.
Pertama, kurangnya pengetahuan terkait teknologi oleh para pelaku
bisnis. Pengetahuan terkait teknologi oleh para pelaku bisnis saat ini
merupakan hal yang sangat penting. Seperti yang sudah dijelaskan
sebelumnya bahwa saat ini dunia sedang menghadapi industri 4.0 dimana
teknologi merupakan prioritas utama dalam berbagai aspek. Kekreatifan
dalam mengembangkan bisnis di era revolusi industri 4.0 ini harus selalu
diperhatikan, jangan sampai kalah saing dengan bisnis lain yang
menerapkan industri 4.0 dalam usahanya. Kurangnya pengetahuan terkait
teknologi atau bisa juga disebut dengan buta teknologi. Buta tekonologi ini
tidak sedikit dirasakan oleh pelaku bisnis di Indonesia, terutama pada
UMKM. Sektor UMKM bukan baru-baru ini muncul di Indonesia,
melainkan sudah lama sebelum adanya revolusi industri 4.0 Inilah
mengapa banyak UMKM yang kurang memiliki pengetahuan dalam

10
bidang teknologi. Mereka masih berpatokan pada industri sebelumnya
dimana tidak ada pemanfaatan teknologi dalam usahanya. Penggunaan
teknologi akan menjadi solusi terbaik untuk membantu roda perkonomian
bisnis tetap berjalan. Pemasaran melalui media sosial dan automasi
pembukuan akan memudahkan UMKM untuk menyusun strategi yang
sekiranya tepat guna kelangsungan usaha saat ini dan kedepannya. Jadi
para pelaku usaha harus siap siaga dengan perubahan industri yang sedang
dihadapi oleh dunia untuk pengembangan bisnisnya.
Kedua, kurangnya promosi yang dilakukan di media sosial. Saat ini
dengan pemanfaatan teknologi, semua kegiatan dalam berbagai aspek
dikaitkan dengan teknologi yang ada. Pemanfaatan teknologi sudah
merambah ke berbagai aspek salah satunya ekonomi dan bisnis. Dalam
kegiatan ekonomi dan bisnis saat ini tidak sedikit para pelaku usaha yang
memanfaatkan teknologi dalam usahanya. Segala macam kegiatan dalam
bisnis memanfaatkan teknologi, misalnya kegiatan promosi yang
memanfaatkan media sosial. Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya,
pemasaran di media sosial akan membantu UMKM dalam pengembangan
bisnisnya. Meskipun demikian, tidak semua bisnis memanfaatkan
teknologi dalam usahanya. Hal ini dikarenakan tidak semua pelaku bisnis
mengetahui penggunaan media sosial. Mereka tidak paham bagaimana
cara melakukan promosi dengan menggunakan media sosial. Tidak ada
ilmu khusus yang mengkaji mengenai pemanfaat media sosial dalam
kegiatan pemasaran atau promosi. Ini merupakan kekreatifan para pelaku
bisnis dalam mengembangkan usahanya. Bagaimana kemampuan pelaku
bisnis dalam mengamati situasi di sekitar sehingga dapat menyesuaikan
pengembangan usahanya. Jadi kemampuan membaca peluang sangat
diperlukan untuk pengembangan suatu usaha. Para pelaku bisnis juga
harus mengetahui bagaimana penerapan promosi di media sosial. Dalam
media sosial, saat ini banyak sekali ruang atau space bagi pelaku bisnis
untuk memasarkan produknya. Pelaku bisnis harus aktif dalam mencari
cara untuk memasarkan produknya di media sosial.

11
Ketiga, kurangnya biaya untuk membeli alat produksi yang sudah
mengacu pada industri 4.0. Di era industri 4.0 saat ini, tentunya banyak
alat-alat canggih yang dihasilkan dari perkembangan teknologi. Alat-alat
produksi saat ini megacu pada industri 4.0 dimana semua serba canggih.
Penggunaan alat-alat produksi ini tentunya akan memudahkan para pelaku
usaha dalam kegiatan produksinya. Tantangan yang dihadapi oleh
beberapa pelaku bisnis yang tidak menerapkan industri 4.0 adalah karena
kurangnya biaya untuk membeli alat produksi tersebut. salah satu hal yang
menyebabkan kekurangan biaya adalah karena pengeluaran yang
dilakukan oleh usaha tersebut lebih besar dari penerimaannya. Selain itu,
dari sisi internal, terdapat kurangnya informasi yang didapatkan oleh
pelaku bisnis terkait pengembangan dan pembaruan alat produksi.
Kurangnya informasi tersebut akan menjadikan sebuah usaha tertinggal
dari usaha lainnya yang mengikuti perkembangan teknologi yang akan
menciptakan alat produksi mengacu pada industri 4.0.
Keempat, presepsi masyarakat terkait keuntungan yang didapatkan
adalah keuntungan jangka pendek. Dalam memulai bisnis, tentunya harus
sudah memiliki gambaran kedepan bagaimana keuntungan yang akan
didapatkan oleh pelaku bisnis. Dalam hal ini, terdapat presepsi masyarakat
yang berbeda-beda dalam memahami pengaplikasian ekonomi kerakyatan
dalam industri 4.0. Tantangan terkait presepsi masyarakat akan
keuntungan yang diterima adalah keuntungan jangka pendek ini perlu
untuk dikaji atau dibuktikan. Keuntungan memang perlu untuk dipikirkan
sejak memulai usaha. Dalam membuat gambaran keuntungan yang akan
diperoleh oleh sebuah usaha, tentunya juga akan melibatkan pembuatan
garis besar terkait kegiatan atau sistem dari sebuah usaha. Dari sinilah
akan didapatkan keuntungan yang akan diperoleh dari sistem usaha
tersebut. Presepsi masyarakat terkait penerimaan keuntungan jangka
pendek tidak semua benar. Hal tersebut tergantung bagaimana para pelaku
usaha menerapkan sistem dalam sebuah usahanya. Dalam pengaplikasian
ekonomi kerakyatan dalam industri 4.0 ini presepsi masyarakat terkait

12
penerimaan keuntungan jangka pendek dapat diselesaikan dengan
penerapan sistem usaha yang tepat.
Kelima, Packaging dan desain yang kurang menarik. Dalam
melakukan penjualan melalui e-commerce, tentu saja yang dibutuhkan
sebagai media promosi adalah gambar dari produk. Apabila packaging dan
desain yang dimiliki oleh pelaku usaha kurang menarik, maka hasil dari
gambar dan promosi juga kurang menarik. Selain itu, pada saat melakukan
penjualan melalui e-commerce, produk harus dikirim melalui ekspedisi
yang mungkin menghabiskan waktu beberapa hari. Dalam hal ini, apabila
packaging yang digunakan tidak mendukung, bisa saja produk tersebut
akan rusak ketika pengiriman. Dalam pengaplikasian ekonomi kerakyatan
dalam industri 4.0 ini desain dari packaging dan packaging yang
digunakan dapat dibuat dengan melalui ekonomi kreatif dengan
memanfaatkan mesin cetak dengan gambar yang menarik.
Dalam menerapkan pengaplikasian ekomoi kerakyatan dalam
industri 4.0 bagi industri kreatif tentunya mengalami beberapa
permasalahan bahkan juga menghadapi beberapa tantangan yang sudah
dijelaskan sebelumnya. Dalam penelitian ini, solusi utama yang dapat
diberikan dalam menghadapi tantangan-tantangan tersebut adalah dengan
siap menghadapi perubahan kondisi perekonomian dunia akibat revolusi
industri yang sedang dihadapi. Kesiapan ini sangat penting untuk dimiliki
oleh beberapa pelaku usaha mengingat banyak aspek yang akan terkena
dampaknya. Selain itu, ketika revolusi industri baru diterapkan, para
pelaku usaha seharusnya mencari informasi terkait ruang lingkup serta
pengimplementasian pada aspek ekonomi dan bisnis. Oleh karena itu, para
pelaku usaha disini dituntut untuk aktif dalam melihat situasi yang terjadi
di sekitar. Ini dapat digunakan untuk mengembangkan usaha agar tidak
tertinggal dari usaha yang lain. Beberapa solusi yang dapat diberikan dari
hasil penelitian ini antara lain:
1. Mengadakan seminar-seminar terkait pengaplikasian ekonomi
kerakyatan dalam indutsri 4.0 Dengan adanya seminar yang
membahas mengenai pengaplikasian ekonomi kerakyatan dalam

13
industri 4.0, tentunya akan menjadikan pelaku bisnis tidak
kekurangan pengetahuan lagi terkait teknologi. Pengadaan seminar ini
sangat penting untuk para pelaku bisnis terutama UMKM yang masih
belum menerapkan industri 4.0 dalam pengembangan usahanya. Oleh
karena itu, dari pengadaan seminar ini diharapkan para pelaku usaha
yang belum menerapkan industri 4.0 dalam usahanya memahami
bagaiman pengaplikasian ekonomi kerakyatan dalam indusri 4.0.
Sehingga dapat menghindarkan usahanya dari ketertinggalan dengan
usaha lainnya.
2. Mengadakan pelatihan bagi para pelaku bisnis dalam penggunaan
teknologi 4.0 Pemanfaatan teknologi dalam sebuah usaha merupakan
hal yang penting dan wajib untuk dilakukan oleh pelaku bisnis di era
industri 4.0 saat ini. Teknologi dimanfaatkan dalam berbagai aspek
dalam pengembangan sebuah usaha. Salah satunya adalah media
promosi atau pemasaran. Pemanfaatan teknologi untuk media
promosi misalnya penggunaan media sosial. Saat ini banyak sekali
space bagi para pelaku bisnis untuk melakukan promosi produknya di
media sosial. Misalnya, saat ini instagram selain sebagai media sosial
untuk sarana komunikasi dan hiburan masyarakat, kini terdapat fitur
yang dapat dimanfaatkan oleh para pelaku bisnis untuk
mempromosikan produknya. Tentunya terdapat beberapa informasi
yang harus diketahui bagi para pelaku bisnis dalam memasarkan
produknya di media sosial tersebut. Oleh karena itu, diadakan
pelatihan bagi para pelaku bisnis dalam penggunaan teknologi 4.0
agar mereka dapat mengembangkan usahanya dalam industri 4.0 dan
menghindari ketertinggalan dengan usaha yang lain.
3. Meminimalkan biaya pengeluaran usaha Solusi ini digunakan untuk
menyelesaikan tantangan terkait kurangnya biaya untuk membeli alat
produksi yang telah mengadopsi industri 4.0. Kurangnya biaya ini
tentu diakibatkan karena biaya pengeluaran lebih besar daripada biaya
penerimaan. Untuk menyelesaikan permasalahan ini, misalnya dapat
dengan menyesuaikan kapasitas produksi dengan biaya operasioanal

14
dan biaya bahan baku, sehingga tidak terjadi kelebihan produksi yang
mengarah pada kerugian. Pengeluaran biaya yang terlalu besar juga
dapat diselesaikan dengan penggunaan media promosi yang tidak
terlalu besar. Misalnya, penggunaan media promosi yang tidak terlalu
berlebihan, cukup memilih beberapa media promosi yang dianggap
menguntungkan. Selain untuk memiliki biaya yang cukup dalam
pembelian alat produksi, peminimalan pengeluaran biaya juga dapat
digunakan untuk menetapkan harga pasar produk. Semakin kecil
biaya yang dikeluarkan, maka penetapan harga pasar produk akan
dapat lebih rendah dari harga produk pesaing.
4. Menerapkan sistem usaha yang tepat untuk memperoleh keuntungan
yang besar Suatu keuntungan dapat didapatkan ketika sistem dari
sebuah usaha yang diterapkan sudah tepat. Dalam memilih sistem
usaha, tentu perlu melihat kemampuan pelaku bisnis dalam
mengembangkan usahanya, untuk menghindari adanya kerugian.
Sistem usaha yang tepat perlu juga memperhatikan kondisi karyawan
dan pelaku bisnis agar usaha dapat dikembangkan dengan baik.

D. Strategi Pemerintah dalam Mengenalkan Modal Dasar Penggerak


Ekonomi
Strategi yang dilakukan oleh pihak pemerintah yaitau dengan
melakukan pemberdayaan ekonomi pada umumnya, ekonomi kreatif juga
menghadapi sejumlah kendala. Satu hal yang paling banyak dikeluhkan
oleh para pelaku industri kreatif, utamanya yang masih berupa rintisan
adalah belum kondusifnya regulasi sehingga perlu segera dilakukan
harmonisasi regulasi simple cepat dan ramah terhadap lingkungan bisnis,
terutama startup bisnis.Ekonomi kreatif yang mengepankan inovasi dan
kreatifitas pelu didukung kejelasan aturan hukum terkait Hak Kekayaan
Intelektual (HKI). Dalam industri kreatif, HKI adalah nyawa karena
menjadi komoditas utamanya.
Di bidang musik dan film misalnya, ketidakjelasan aturan HKI
menjadi celah bagi maraknya aksi pembajakan. Di industri musik dan film,

15
persoalan pembajakan menjadi persoalan yang sampai hari ini masih
menjadi tantangan.Perlu terus dikembangkan ekosistem yang mendukung
persemaian bibit-bibit unggul kaum milenial dalam menghasilkan karya
kreatif, memasifkan penyebaran spirit enterpreneur dan kreasi di kalangan
generasi muda melalui berbagai forum-forum diskusi dan sharing session
sampai dengan ke akar rumput agar tumbuh talenta-talenta berskala
internasional di bidang industri kreatif.
Arah kebijakan perlu terus diupayakan guna menjaga
keseimbangan pertumbuhan pemain asing dan local dengan menyesuaikan
aturan untuk menghadapi inovasi teknologi dan karakter pasar yang
berubah cepat. Pelajaran berharga dapat dipetik dari konsep “Sharing
Economy” dari Uber, sebagai perusahaan yang tidak memiliki aset
kendaraan namun mampu menjadi perusahaan transportasi.Dengan
teknologi dan internet, model ini memungkinkan saling berbagi aset
sehingga mampu menekan biaya. Amazon dengan konsep “Marketplace”,
tanpa memiliki alat produksi dapat menghubungkan pembeli dan penjual
dengan lebih cepat dan lebih mudah.
Begitu juga dengan Konsep O2O “Online to Offline” dimana
perusahaan makanan, dan produk lainnya menyediakan layanan online
untuk pemesanan meskipun penyediaan produk/jasa dilakukan secara
offline.Berbagai model baru ini dimungkinkan akibat perkembangan
teknologi, devices (perangkat), dan internet. Dan Revolusi Industri 4.0
akan menyebabkan relokasi produksi lebih dekat ke target market sehingga
membutuhkan agility dan flexibility, tidak hanya skala teknologi
informasi, merupakan enabler terbesar dari transformasi digital.
Besarnya potensi pengembangan ekonomi kreatif yang dimiliki
Indonesia dengan karunia Tuhan akan kekayaan dan keragaman budaya,
keindahan geografis wilayah serta sumber daya manusia kaum muda yang
indentik dengan dunia kreatif, perlu terus ditransformasikan menjadikan
mesin kekuatan ekonomi baru.Oleh karena itu, diperlukan adanya
sinergitas dari semua pemangku kepentingan, dalam mengatasi berbagai
tantangan yang berpotensi menjadi bottleneck pengembangan ekonomi

16
kreatif.Bercermin dari beberapa bottleneck sebagaimana yang
diidentifikasikan di atas, seyogyanya Kementrian/Lembaga Pusat dan
Daerah sebagai perumus kebijakan ekonomi kreatif diharapkan dapat
memfasilitasi, memotivasi, dan menginspirasi pengembangan ekonomi
kreatif dalam bentuk rencana aksi yang mendepankan skala priroritas,
fokus, dan konkret terukur.
Pemerintah pusat dan daerah harus duduk bersama menyelaraskan
shared vision agar formulasi manajemen strategik pengembangan ekonomi
kreatif di berbagai daerah dapat diimplementasikan secara masif.Spirit
menjadikan ekonomi kreatif sebagai bisnis masa depan yang menjanjikan,
memfasilitasi promosi, dan mengintensifkan bantuan modal usaha,
kalangan bisnis diharapkan dapat mengoptimalkan self development.
Upaya pengembangan kapasitas usaha melalui sistem lokomotif –
gerbong dan tak kalah pentingnya adalah dukungan cendikiawan melalui
pengembangan penetrasi pasar dengan pemanfaatan online marketing,
disamping berbagai terobosan lain, berpikir out of the box, menciptakan
linkage atau konektivitas ekonomi kreatif dengan pariwisata, sebagai
venue untuk proses produksi, distribusi sekaligus pemasarannya.
Dalam persaingan global yang kita hadapi dewasa ini, dengan penetrasi
produk ekonomi kreatif yang tanpa batas, menyadarkan kita pula akan
pentingnya menerapkan prinsip-prinsip marketing.
Produk tidak semata-mata benda mati yang diperjualbelikan,
namun lebih kepada strategi kita dalam mengemas produk, diferensiasi
produk, targeting, dan strategi dalam memasarkan produk. Diperlukan
penerapan marketing intelejen agar kita mengetahui kekuatan pesaing-
pesaing kita dan selera pasar, karena di era globalisasi, perang sejatinya
adalah perang di medan ekonomi dan ekonomi kreatif menjadi senjata
utamanya.

17
BAB IV
PENUTUP
Indonesia memiliki landasan dalam menggerakkan perekonomian
Indonesia dengan menggunakan Pancasila, Undang-undang Dasar 1945, dan
Bhineka Tunggal Ika dalam pelaksanaannya. Ketiga dasar tersebut menjadi kiblat
dalam menentukan arah perekonomian Indonesia. Dalam menjalankan
perekonomiannya, Indonesia juga dibantu oleh Sumber Daya Alam yang
mendukung serta Sumber Daya Manusia yang terkategori cukup dalam
menggerakkan perekonomian Indonesia. Perekonomian Indonesia dapat terus
berkembang apabila menjadikan ketiga modal dasar sebagai kiblat dalam
menjalankan perekonomian dan dibantu oleh modal pendukung, seperti
ketersediannya SDA dan SDM yang cukup.
Selain modal dasar dan modal pendukung, untuk menggerakkan
perekonomian Indonesia, diperlukan peran ekonomi kerakyatan. Ekonomi
kerakyatan sendiri merupakan sektor ekonomi yang bergerak pada pemberdayaan
masyarakat melalui pembangunan membangun usaha-usaha untuk memanfaatkan
sumber daya manusia yang tersedia. Implementasi dari ekonomi kerakyatan
adalah dengan dibangunnya sektor usaha kecil, menengah untuk menggerakkan
roda perekonomian.
Pada era globalisasi 4.0, pelaku UMKM dituntut terus berinovasi agar
mengikuti perkembangan zaman, tetapi perlu digarisbawahi bahwa di era 4.0,
tenaga manusia semakin maraknya tenaga manusia yang diganti oleh tenaga robot.
Pada prinsipnya, Indonesia menerapkan ekonomi kerakyatan dengan tujuan
awalnya adalah untuk menyejahterakan rakyat. Tentu hal tersebut menjadi
tantangan tersendiri dalam menghadapi era globalisasi 4.0 ini. Pelaku UMKM
harus terus berupaya memberikan inovasi-inovasi dalam mencanangkan produk-
produk tanpa mengurangi atau menggantikan tenaga kerja manusia menjadi
tenaga kerja robot agar tetap sesuai dengan prinsip ekonomi kerakyatan. Perlu
ditekankan bahwa pada era globalisasi 4.0, peran teknologi sangat dikedepankan.
Maka dari itu, pelaku UMKM harus mengikuti perkembangan zaman supaya terus
berkembang agar tidak tertinggal. Tetapi pada faktanya, masih banyak pelaku
UMKM yang belum menjadikan era 4.0 ini sebagai acuan dalam menjalankan

18
usahanya. Ada beberapa faktor yang menjadi penghambat dalam mengembangkan
UMKM pada era globalisasi ini, di antaranya
1. Kurangnya informasi dan pengetahuan mengenai teknologi
2. Pemasaran produk yang monoton
3. Kurangnya biaya untuk membeli alat produksi yang sesuai dengan era
globalisasi 4.0
4. Pandangan masyarakat terkait penggunaan teknologi yang hanya
memberikan dampak keuntungan jangka singkat.
5. Pengemasan produk yang tidak menarik
Hal-hal di atas merupakan faktor-faktor penghambat dalam pengembangan
UMKM pada era globalisasi. Selain itu, pada kesempatan kali ini, kami sudah
memaparkan apa saja solusi yang dapat diimplementasikan dalam menghadapi
masalah-masalah yang sudah disebutkan. Strategi pemerintah perlu diperhatikan
karena selama beberapa waktu berlangsung, yang menjadi penghambat menurut
pelaku industri kreatif belum optimalnya regulasi dengan pemerintah. Seharusnya
regulasi dengan pemerintah perlu disederhanakan dan ramah terhadap lingkungan
bisnis. Dalam industri ekonomi kreatif, hal yang menjadi masalah adalah terkait
plagiarisme dan Hak kekayaan Intelektual (HKI) karena menyangkut komoditas
utamanya. Contohnya adalah pada bidang musik dan film yang sering terjadi
pembajakan, hal tersebut menunjukkan perlu adanya evaluasi terhadap kebijakan
yang mengatur hak cipta.
Indonesia memiliki keragaman budaya yang perlu disyukuri. Karena dengan
keragaman budaya, pintu-pintu ekonomi kreatif dapat terbuka melalui sektor-
sektor wisata dan budaya–juga pemuda-pemuda yang kental dengan dunia kreatif.
Oleh karena itu, diperlukannya kerjasama antar semua pihak dalam
mengembangkan perekonomian dengan menggerakkan sektor ekonomi kreatif
serta didukung oleh kementerian / lembaga terkait sebagai perumus kebijakan
ekonomi kreatif diharapkan dapat memfasilitasi, memotivasi, dan menginspirasi
pengembangan ekonomi kreatif dalam bentuk rencana aksi yang mendepankan
skala priroritas dan fokus dalam mengembangkan ekonomi kreatif untuk
menggerakkan roda perekonomian.

19
DAFTAR PUSTAKA
Sugiarto, Edy Cahyono.2018 ‘ Ekonomi Kreatif Masa Depan Indonesia”,
https://www.setneg.go.id/baca/index/ekonomi_kreatif_masa_depan_indon
esia
Ahmadi, S. R., Harnani, N., & Setiadiwibawa, L. (2020). Peningkatan Volume
Penjualan pada UMKM Industri Kreatif Makanan, Minuman Melalui
E-commerce di Kota Bandung. Jurnal Ilmu - Ilmu Sosial Dan Humaniora.
Nayati, U. ., Astuti, E. ., Ramadhan, H. ., Trialih, R., & Aprilian, Y. . (2019). The
Interests of Small-and Medium-Sized Enterprises (SME) Performance.
Journal of Science and
Technology Policy Management, 10(3), 493–508. Nugroho, A. (2006). E-
Commerce, Memahami Perdagangan Modern di Dunia Maya,
Informatika. Bandung. Rahayu, S. E., &
Avista, B. (2018). Analisis Pengaruh Ekonomi Kreatif Dalam Penyerapan Tenaga
Kerja Di Kota Medan. Prosiding Seminar Nasional Multidisiplin
Ilmu Universitas Asahan.

20

Anda mungkin juga menyukai