Anda di halaman 1dari 8

NASKAH AKADEMIK

(RAPERDA INVESTASI DAERAH PROVINSI LAMPUNG)

Disusun Oleh :
MOCHAMMAD R. DHANY 1852011101
JOHANNES RICHARDO R. 1842011015
ADISA ATHALLAH F 1952011047
DAVID BASTIAN 1952011026
RYKHA FEBBIYOLA 1952011018

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG


BANDAR LAMPUNG
2022
2

DAFTAR ISI

BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..................................................................1
B. Identifikasi Masalah............................................................6
C. Tujuan dan Kegunaan..........................................................6
D. Metode Penelitian..............................................................7

BAB II. KAJIAN TEORITIS DAN PRAKTIK EMPIRIS


A. Kajian Teoritis ..................................................................8
B. Kajian Asas Dan Prinsip
C. Kajian Praktik Penyelenggaraan, Kondisi serta Penerapan

BAB III EVALUASI DAN ANALISIS PERATURAN PERUNDANG UNDANGAN….

BAB IV. LANDASAN FILOSOFIS, SOSIOLOGIS DAN YURIDIS


A. Landasan Filosofis ..............................................................
B. Landasan Sosiologi..............................................................
C. Landasan Yuridis ................................................................

BAB V. JANGKAUAN, ARAH PENGATURAN, DAN RUANG LINGKUP MATERI


MUATAN ...................................................................

BAB VI. PENUTUP


A. Kesimpulan ......................................................................
B. Saran .............................................................................

DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN
3

A. Latar Belakang

Berdasarkan Salah satu kebijakan Pemerintah yang berkaitan dengan


pembangunan ekonomi regional adalah memberikan otonomi kepada Daerah
untuk menyelenggarakan program-program pembangunan regional, sehingga
seluruh pertanggungjawaban, pengelolaan dan pembiayaannya dilakukan
oleh Pemerintah Daerah. Namun demikian di era otonomi Daerah, pemban-
gunan ekonomi di Daerah tidak hanya berasal dari program pembangunan
regional yang merupakan manifestasi dari asas desentralisasi, tapi juga be-
rasal dari program sektoral yang merupakan perwujudan asas dekonsentrasi.
Kedua program pembangunan tersebut harus dijalankan secara bersama-
sama oleh Pemerintah dan Pemerintah Daerah dalam rangka menjembatani
kesenjangan kemajuan pembangunan ekonomi antardaerah, karena sampai
saat ini program sektoral masih mendominasi program regional, sehingga
otonomi Daerah yang nyata, dinamis, dan bertanggungjawab belum terwu-
jud sepenuhnya.

Ketimpangan antardaerah terjadi karena struktur ekonomi yang


berbeda, dimana sektor dominan yang tumbuh cepat dapat mendorong sek-
tor-sektor lain, dan pada gilirannya berpengaruh pada pertumbuhan
ekonomi Daerah. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi akan berpengaruh juga
terhadap besarnya kontribusinya pada PDRB Provinsi. Ketidakseimbangan
dalam perekonomian antardaerah menyangkut pola dan arah investasi serta
prioritas alokasinya di antara berbagai daerah dalam wilayah Provinsi,
khususnya yang menyangkut investasi dalam sumberdaya manusia dan inves-
tasi dalam prasarana fisik. Kondisi ini pada gilirannya akan berpengaruh
pada tingkat pertumbuhan ekonomi dan tingkat pendapatan perkapita an-
tardaerah di suatu wilayah, sehingga kecenderungan terjadinya perbedaan
dan ketimpangan pada pola laju pertumbuhan dan pendapatan perkapita
antarberbagai kawasan dalam suatu daerah dalam satu Provinsi dapat ter-
atasi.1

Pertumbuhan ekonomi adalah salah satu faktor utamadanpaling pent-


ing dalam kerangka mewujudkan kesejahteraanmasyarakat. Iklim penana-
man modal yang kondusif merupakansalahsatu faktor yang dapat
meingkatkan pertumbuhan ekonomi. Kegiatan penanaman modal yang di-
dorong dengan iklimyangkondusif tentu akan mendorong berbagai
macamkegiatanekonomi yang pada akhirnya akan memberikan kontribusi

1 Hari Surbakti, 2016, Penerapan Prinsip Good Corporate Governance Dalam


Pengelolaan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) Kota Bandung Dihubungkan Dengan
Undang-Undang Pemerintahan Daerah. Diakses tanggal 25 Maret 2022.
4

pada pertumbuhanekonomi serta peningkatan kesejahteraan masyarakat.


Setidaknya ada dua dampak positif yang bisa dirasakanolehdaerah, ketika
penanaman modal berkembang dengan masif. Pertama, penanaman modal
tersebut akan diikuti oleh aktivitas-aktivitasekonomi yang bisa membuka la-
pangan kerja baru. Ketersediaanlapangan kerja baru tentu akan
meningkatkan pendapatan masyrakat sekaligus mendorong untuk
terwujudnya kesejahteraandan mengurangi kemiskinan.

Penanaman modal atau investasi menurut Undang-Undang Nomor 25


Tahun 2007 tentang Penanaman Modal adalah segala bentuk kegiatan
menanam modal, baik oleh penanam modal dalam negeri maupun penanam
modal asing untuk melakukan usaha di wilayah negara Republik Indonesia.
Kegiatan penanaman modal ini terbagi menjadi dua bentuk, yaitu investasi
riil dan investasi finansial, investasi riil secara umum melibatkan aset nyata
berupa tanah, mesin-mesin, pabrik, gedung, emas. Sedangkan investasi fi-
nansial melibatkan kontrak-kontrak tertulis seperti surat-surat berharga.

Investor atau pihak yang melakukan investasi adalah investor individ-


ual dan investor institusional, investor individual adalah individu-individu
yang melakukan investasi seperti individu yang mendepositokan uangnya di
bank, atau membeli saham.2 Investor institusional adalah perusahaan atau
sebuah organisasi yang melakukan investasi. Perkembangan investasi di In-
donesia merupakan salah satu indikator kemajuan pertumbuhan ekonomi di
Indonesia. Sesuai dengan teorinya Harrod-Domar yang mengatakan bahwa
pertumbuhan ekonomi itu ditentukan oleh tingginya tabungan dan investasi,
kalau tabungan dan investasi rendah maka pertumbuhan ekonomi
masyarakat dan negara tersebut juga akan rendah.3

Penanaman modal berperan penting dalam pembangunan ekonomi


karena melalui penanaman modal dapat meningkatkan kapasitas ekonomi
dan menjaga kesinambungan laju pertumbuhan ekonomi. Laju perekono-
mian yang baik akan memberikan dampak yang baik pula terhadap tingkat
perekonomian masyarakat. Pemerintah telah menerbitkan Undang-Undang
Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal yang bertujuan untuk men-
dorong pertumbuhan penanaman modal di Indonesia baik dengan modal dari
dalam negeri maupun dari luar negeri. Peningkatan penanaman modal
tersebut dapat terjadi apabila usaha pemerintah pusat dibantu oleh instansi
yang terkait dengan penanaman modal, instansi tersebut haruslah bekerja
dengan baik dalam melaksanakan tugasnya selaku pihak yang bertanggung-

2 Rika Desiyanti, Manajemen Investasi dan Portofolio, B. Hatta University Press, Padang,
2008, hlm. 3.
3 Arif Budiman, Teori Pembangunan Dunia Ketiga, PT. Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta, 2000, hlm. 19.
5

jawab terhadap penanaman modal tersebut. Kinerja dari instansi ini sangat
mempengaruhi kondisi penanaman modal, karena dengan hasil kerja yang
baik tentunya akan membantu mendorong peningkatan penanaman modal
tersebut.

Penanaman modal mempunyai peranan penting untuk meningkatkan


pertumbuhan perekonomian daerah antara lain, meningkatkan pendapatan
masyarakat, menyerap tenaga kerja lokal, memberdayakan sumberdaya
lokal, meningkatkan pelayanan publik, meningkatkan Produk Domestik Re-
gional Bruto, serta mengembangkan usaha mikro, kecil, dan koperasi. Dalam
rangka pelaksanaan pembangunan berkelanjutan dan menghadapi era glob-
alisasi, Pemerintah Provinsi Lampung perlu menetapkan kebijakan untuk
mendorong terwujudnya iklim usaha yang kondusif bagi penanam modal
atau investasi daerah di provinsi Lampung dan penguatan daya saing
perekonomian nasional. Peningkatan penanaman modal ini antara lain dapat
dilaksanakan yaitu pelaksanaan kebijakan daerah di bidang penanaman
modal, Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP), Kerjasama Investasi Daerah
dan Fasilitasi Kerjasama Dunia Usaha.

Kedua, penanaman modal juga memberi peluang bagi sumber daya


ekonomi potensial untukdiolahmenjadi kekuatan ekonomi rill yang bisa
mendorong pertumbuhanekonomi lokal yang pada akhirnya juga akan
bermuarapadapertumbuhan ekonomi dan peningkatan kesejahteraan
masyarakat. Berangkat dari pemikiran tersebut maka dapat dipahami bah-
wapenciptaan iklim penanaman modal yang kondusif sudah seharusnyamen-
jadi salah satu langkah penting yang harus diprioritaskan pemerintah daerah
dalam menarik investor untuk menanamkanmodal serta menjalankan opera-
sional usahanya di daerah. Sekalipun ada dasar hukum untuk menetapkan
Peraturan Daerah Tentang Investasi Daerah, diperlukan pula argumentasi
tentang (urgensi) membentuk Peraturan Daerah tersebut, yang secara garis
besar meliputi argumentasi filosofis, sosiologis, dan yuridis.

Dalam kerangka inilah perlu disusun Naskah Akademik Rancangan Per-


aturan Daerah Kota Bandar lampung Tentang Investasi Daerah. Undang-
Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-
undangan (selanjutnya disebut UU P3 2011) menentukan, Rancangan Peratu-
ran Daerah disertai dengan penjelasan atau keterangan dan/atau Naskah
Akademik (Pasal 63 jo Pasal 56 ayat (2) UU PDRD 2009). Perkataan “dan/
atau” menunjukkan pilihan antara:
(1) Rancangan Peraturan Daerah disertai dengan keterangan (atau penje-
lasan) dan Naskah Akademik; atau
6

(2) Rancangan Peraturan Daerah disertai dengan keterangan (atau penje-


lasan) atau Naskah Akademik. Pilihan kedua juga memuat pilihan,
memilh Naskah Akademik atau keterangan (atau penjelasan) Jumlah
penduduk yang bersekolah berdasarkan usia dini.
Selain itu juga, hal klasik yang dihadapi Pemerintah Daerah Provinsi
Lampung, dimana masih memiliki keterbatasan terkait anggaran dan
anggaran tersebut harus dibagi untuk beberapa sektor. Permasalahan timbul
ketika kebutuhan masyarakat terhadap fasilitas publik tidak berbanding lu-
rus dengan jumlah anggaran yang tersedia. Sehingga disinilah penanaman
modal merupakan salah satu alternatif Pemerintah Daerah Provinsi Lampung
dalam melaksanakan pembangunan yakni dengan melibatkan pihak lain
(baik pihak dalam negeri maupun pihak asing). Berdasarkan hal di atas, ker-
jasama Pemerintah Daerah dengan penanaman modal baik oleh penanam
modal asing maupun penanam modal dalam negeri dalam melakukan pem-
bangunan merupakan kebutuhan setiap daerah yang berkembang maupun
maju sekalipun, termasuk Pemerintah Daerah Provinsi Lampung. Sehingga
arti penting dari penanaman modal terhadap pembangunan daerah tersebut
harus didukung oleh regulasi baik di tingkat pusat maupun di daerah itu
sendiri yang mengakomodir aktivitas penanaman modal, sehingga kegiatan
penanaman modal dapat berjalan dengan dengan baik namun tetap dengan
batasan-batasan tertentu.

B. Identifikasi Masalah

Maka berdasarkan dengan latar belakang yang telah diuraikan terse-


but, identifikasi masalah yang akan diruaikan dalam Naskah Akademik ini
adalah:

1. Permasalahan apa yang dihadapi oleh pemerintah dalam masalah Inves-


tasi Daerah di Provinsi Lampung?
2. Mengapa perlu diadakannya penyusunan naskah akademik sebagai dasar
pemecahan masalah tersebut?
3. Apakah yang menjadi landasan filosofis, sosiologis, yuridis pemecahan
masalah Investasi Daerah di Provinsi Lampung?
4. Apakah sasaran yang akan diwujudkan dalam Investasi Daerah di
Provinsi Lampung?

C. Tujuan dan Kegunaan


7

Tujuan penyusunan Naskah Akademik tentang Investasi Daerah di


Provinsi Lampung sebagai berikut:
1. Merumuskan permasalahan yang dihadapi Pemerintah dalam Investasi
Daerah di Provinsi Lampung serta solusi atas permasalahan tersebut.
2. Merumuskan permasalahan hukum yang dihadapi sebagai alasan pem-
bentukan Rancangan Undang-undang tentang Investasi Daerah di
Provinsi Lampung.
3. Merumuskan sasaran yang akan diwujudkan, ruang lingkup pengaturan,
jangkauan dan arah pengaturan Rancangan Undang-undang tentang In-
vestasi Daerah di Provinsi Lampung.
4. Menentukan sasaran yang akan diwujudkan dalam Investasi Daerah di
Provinsi Lampung.

D. Metode Penelitian

Penyusunan Naskah Akademik Rancangan Undang-undang tentang In-


vestasi Daerah di Provinsi Lampung menggunakan metode pendekatan
yuridis normatif. Adapun langkah-langkah yang dilakukan adalah melalui
studi kepustakaan (library research) yang menelaah (terutama) data sekun-
der berupa bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder.

1. Bahan hukum primer:


Bahan hukum yang mengikat berupa Undang-undang Dasar Negara Re-
publik Indonesia Tahun 1945, Peraturan Perundang-undangan, serta
dokumen hukum lainnya. Peraturan Perundang-undangan yang dikaji
secara hierarki.
2. Bahan hukum sekunder
Bahan hukum sekunder diperoleh melalui pengkajian dari literature
hukum, artikel ilmiah, buku, jurnal serta bahan pustaka lainnya yang
membahas tentang Investasi Daerah di Provinsi Lampung.

DAFTAR PUSTAKA
8

Budiman, Arif. 2000. Teori Pembangunan Dunia Ketiga. Jakarta. PT. Grame-
dia Pustaka Utama.

Desiyanti, Rika. 2008. Manajemen Investasi dan Portofolio. Padang. Bung


Hatta University Press.

Surbakti, Hari 2016, Penerapan Prinsip Good Corporate Governance Dalam


Pengelolaan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) Kota Bandung
Dihubungkan Dengan Undang-Undang Pemerintahan Daerah. Diakses
tanggal 25 Maret 2022.

Anda mungkin juga menyukai