Disusun Oleh :
MOCHAMMAD R. DHANY 1852011101
JOHANNES RICHARDO R. 1842011015
ADISA ATHALLAH F 1952011047
DAVID BASTIAN 1952011026
RYKHA FEBBIYOLA 1952011018
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa dengan selesainya
Naskah Akademik Rancangan Peraturan Daerah Provinsi Lampung tentang
Investasi Pemerintah Provinsi Lampung ini.
Demikianlah, atas perhatian dan kerja sama yang baik kami mengucapkan terima
kasih.
Tim Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................................ 1
B. Identifikasi Masalah ..................................................................................... 6
C. Tujuan dan Kegunaan ................................................................................... 6
D. Metode Penelitian......................................................................................... 7
A. Latar Belakang
Berdasarkan Salah satu kebijakan Pemerintah yang berkaitan dengan
pembangunan ekonomi regional adalah memberikan otonomi kepada Daerah untuk
menyelenggarakan program-program pembangunan regional, sehingga seluruh
pertanggungjawaban, pengelolaan dan pembiayaannya dilakukan oleh Pemerintah
Daerah. Namun demikian di era otonomi Daerah, pembangunan ekonomi di Daerah
tidak hanya berasal dari program pembangunan regional yang merupakan
manifestasi dari asas desentralisasi, tapi juga berasal dari program sektoral yang
merupakan perwujudan asas dekonsentrasi. Kedua program pembangunan tersebut
harus dijalankan secara bersama-sama oleh Pemerintah dan Pemerintah Daerah
dalam rangka menjembatani kesenjangan kemajuan pembangunan ekonomi
antardaerah, karena sampai saat ini program sektoral masih mendominasi program
regional, sehingga otonomi Daerah yang nyata, dinamis, dan bertanggungjawab
belum terwujud sepenuhnya.
Investor atau pihak yang melakukan investasi adalah investor individual dan
investor institusional, investor individual adalah individu-individu yang melakukan
investasi seperti individu yang mendepositokan uangnya di bank, atau membeli
1
Hari Surbakti, 2016, Penerapan Prinsip Good Corporate Governance Dalam
Pengelolaan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) Kota Bandung Dihubungkan
Dengan Undang-Undang Pemerintahan Daerah. Diakses tanggal 25 Maret 2022.
saham.2 Investor institusional adalah perusahaan atau sebuah organisasi yang
melakukan investasi. Perkembangan investasi di Indonesia merupakan salah satu
indikator kemajuan pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Sesuai dengan teorinya
Harrod-Domar yang mengatakan bahwa pertumbuhan ekonomi itu ditentukan oleh
tingginya tabungan dan investasi, kalau tabungan dan investasi rendah maka
pertumbuhan ekonomi masyarakat dan negara tersebut juga akan rendah.3
2
Rika Desiyanti, Manajemen Investasi dan Portofolio, B. Hatta University Press,
Padang, 2008, hlm. 3.
3
Arif Budiman, Teori Pembangunan Dunia Ketiga, PT. Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta, 2000, hlm. 19.
Lampung perlu menetapkan kebijakan untuk mendorong terwujudnya iklim usaha
yang kondusif bagi penanam modal atau investasi daerah di provinsi Lampung dan
penguatan daya saing perekonomian nasional. Peningkatan penanaman modal ini
antara lain dapat dilaksanakan yaitu pelaksanaan kebijakan daerah di bidang
penanaman modal, Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP), Kerjasama Investasi
Daerah dan Fasilitasi Kerjasama Dunia Usaha.
Kedua, penanaman modal juga memberi peluang bagi sumber daya ekonomi
potensial untukdiolahmenjadi kekuatan ekonomi rill yang bisa mendorong
pertumbuhanekonomi lokal yang pada akhirnya juga akan
bermuarapadapertumbuhan ekonomi dan peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Berangkat dari pemikiran tersebut maka dapat dipahami bahwapenciptaan iklim
penanaman modal yang kondusif sudah seharusnyamenjadi salah satu langkah
penting yang harus diprioritaskan pemerintah daerah dalam menarik investor untuk
menanamkanmodal serta menjalankan operasional usahanya di daerah. Sekalipun
ada dasar hukum untuk menetapkan Peraturan Daerah Tentang Investasi Daerah,
diperlukan pula argumentasi tentang (urgensi) membentuk Peraturan Daerah
tersebut, yang secara garis besar meliputi argumentasi filosofis, sosiologis, dan
yuridis.
B. Identifikasi Masalah
D. Metode Penelitian
1. KAJIAN TEORITIS
1) Investasi
Investasi adalah pembelian aset berupa barang ataupun aset
keuangan yang bukan ditujukan untuk konsumsi segera namun untuk
memproduksi barang atau jasa dan menghasilkan keuntungan di masa
depan, Investasi merupakan aset yang diperoleh untuk sistem ekonomi
seperti bunga, dividen dan royalti, atau manfaat sosial, sehingga dapat
meningkatkan kemampuan pemerintah daerah dalam rangka pelayanan
kepada masyarakat. Investasi merupakan salah satu cara yang dapat
digunakan oleh pemerintah daerah untuk memanfaatkan anggaran dan
memperoleh pendapatan dalam jangka penjang, memanfaatkan dana yang
belum digunakan untuk investasi jangka pendek dalam rangka manajemen
kas.
Investasi dikategorikan berdasar jangka waktunya, yaitu investai
jangka pendek dan investasi jangka panjang. Investasi jangka pendek
merupakan investasi yang memiliki karakteristik dapat segera
diperjualbelikan/dicairkan dalam waktu 3 (tiga) bulan atau sampai 12 (dua
belas) bulan. Investasi jangka pendek biasanya digunakan untuk tujuan
manajemen kas dimana pemerintah daerah dapat menjual investasi tersebut
jika muncul kebutuhan akan kas. Sedangkan investasi jangka panjang
merupakan investasi yang pencairannya memiliki jangka waktu lebih dari
12 (dua belas) bulan.4
2) Otonomi Daerah
Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004
tentang Pemerintahan Daerah yang digantikan dengan UndangUndang
Nomor 23 Tahun 2014 Pasal 1 ayat (6) menyatakan bahwa “Otonomi daerah
adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan
mengarus sendiri urusan Pemerintahan dan kepentingan masyarakat. Lebih
lanjut Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Pasal 1 ayat (12) menyatakan
bahwa “Daerah Otonom yang selanjutnya disebut Daerah adalah kesatuan
masyarakat hukum yang mempunyai batas-batas wilayah yang berwenang
mengatur dan mengurus urusan Pemerintahan dan kepentingan masyarakat
setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dalam
system Negara Kesatuan Republik Indonesia.”
4
HS. Tisnanta, “Naskah Akademik Rancangan Peraturan Daerah Provinsi Lampung tentang
Investasi Pemerintah Provinsi Lampung, 2018, hal. 6
Daerah otonom adalah kesatuan masyarakat hukum yang
mempunyai batas-batas wilayah, yang berwenang mengatur dan mengurus
urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat menurut
prakarsa sendiri, berdasarkan aspirasi masyarakat dalam sistem NKRI.
Pelaksanaan otonomi daerah dan sebagai penerapan/implementasi tuntutan
untuk era baru yang sudah seharusnya lebih memberdayakan daerah dengan
cara diberikan kewenangan yang lebih luas, lebih nyata, dan lebih
bertanggung jawab.
Terutama dalam mengatur, memanfaatkan, dan menggali sumber-sumber
potensi yang ada di daerahnya masing-masing. Visi otonomi daerah dapat
dirumuskan dalam tiga ruang lingkup utama yaitu, politik, ekonomi, serta
sosial dan budaya. Di bidang politik, pelaksanaan otonomi harus dipahami
sebagai proses untuk membuka ruang bagi lahirnya kepala pemerintahan
daerah yang dipilih secara demokratis, memungkinkan berlangsungnya
penyelenggaraan pemerintahan yang responsif terhadap kepentingan
masyarakat luas, dan memelihara suatu mekanisme pengambilan keputusan
yang taat pada asas pertanggungjawaban publik, di bidang ekonomi,
otonomi daerah disatu pihak harus menjamin lancarnya pelaksanaan
kebijakan ekonomi nasional di daerah, dan di pihak lain terbukanya peluang
bagi Pemerintah Daerah mengembangkan kebijakan regional dan lokal
untuk mengoptimalkan pendayagunaan potensi ekonomi di daerahnya dan
di bidang sosial budaya, otonomi daerah harus dikelola sebaik mungkin
demi menciptakan harmoni sosial, dan pada saat yang sama, juga
memelihara nilai-nilai lokal yang dipandang kondusif terhadap kemampuan
masyarakat dalam merespon dinamika kehidupan di sekitarnya5
Pemerintah Daerah adalah Gubernur sebagai unsur penyelenggara
Pemerintahan Daerah yang memimpin pelaksanaan urusan pemerintahan
yang menjadi kewenangan Daerah.
5
A Handayani “Pengertian Otonomi Daerah” 2016
Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri RI Nomor 52 Tahun 2012
menyebutkan bahwa investasi pemerintah daerah adalah penempatan
sejumlah dana dan/atau barang milik daerah oleh pemerintah daerah dalam
jangka waktu panjang untuk investasi pembelian surat berharga dan
investasi langsung, yang mampu mengembalikan nilai pokok ditambah
dengan manfaat ekonomi, sosial, dan/atau manfaat lainnya dalam jangka
waktu tertentu.
Menurut Undang - Undang Nomor 63 tahun 2019 tentang Investasi
Pemerintah, Sumber Investasi Pemerintah berasal dari:
a. APBN;
b. imbal hasil;
c. pendapatan dari layananf usaha;
d. hibah; dan/atau
e. sumber lain yang sah.
f. Investai pemerintah daerah terdiri dari investasi Badan Usaha Milik
Daerah dan investasi Badan Usaha Milik Swasta.
g. Investasi Badan Usaha Milik Daerah adalah perusahaan yang
didirikan dan dimiliki oleh pemerintah daerah. Kewenangan pemerintah
daerah membentuk dan mengelola BUMD ditegaskan dalam Peraturan
Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang kewenangan pemerintah dan
kewenangan provinsi sebagai daerah otonom.
h. Investasi Badan Usaha Milik Swasta adalah badan usaha yang
didirikan dan dimodali oleh seseorang atau sekelompok orang.
Berdasarkan UUD 1945 Pasal 33, bidang-bidang usaha yang diberikan
kepada pihak swasta adalah mengelola sumber daya ekonomi yang
bersifat tidak vital dan strategis atau yang tidak menguasai hajat hidup
orang banyak
2. Kajian Terhadap Asas/Prinsip
Dalam pembentukan peraturan perundang-undangan perlu
berpedoman pada asas-asas pembentukan peraturan Menurut Van der Vlies
sebagaimana dikutip oleh Hamid Attamimi dan Maria Farida, secara umum
yang membedakan dua kategori asas pembentukan peraturan perundang-
undangan yang patut (algemene beginselen van behoorlijk regelgeving)6,
yaitu:
1. Asas formal, meliputi :
a. Asas tujuan jelas, terdiri dari tiga tingkat: (1) kerangka kebijakan
umum bagi peraturan yang akan dibuat, (2) tujuan tertentu bagi
peraturan yang akan dibuat, dan (3) tujuan dari berbagai bagian
dalam peraturan.
b. Asas lembaga yang tepat menghendaki agar suatu organ
memberi penjelasan bahwa suatu peraturan tertentu memang
berada dalam kewenangannya, dan agar suatu organ khususnya
pembuat undang-undang memberi alasan mengapa ia tidak
melaksanakan sendiri pengaturan atas suatu materi tertentu tetapi
menugaskannya kepada orang lain.
c. Asas urgensi/perlunya pengaturan. Jika tujuan sudah
dirumuskan dengan jelas, masalah berikutnya adalah apakah tujuan
itu memang harus dicapai dengan membuat suatu peraturan.
d. Asas dapat dilaksanakan menyangkut jaminan-jaminan bagi
dapat dilaksanakannya apa yang dimuat dalam suatu peraturan.
e. Asas konsensus, berisi bahwa perlu diusahakan adanya
konsensus antara pihak-pihak yang bersangkutan dan pemerintah
mengenai pembuatan suatu peraturan serta isinya.
6
I.C. Van der Vlies, Handboek Wetgeving (Buku Pegangan Perancang Peraturan Perundang-
Undangan), Dirjen Peraturan Perundang-Undangan DEPKUMHAM RI, Jakarta, 2007, halaman
258-303.
c. Asas kesamaan hukum yang menjadi dasar dari semua peraturan
perundang-undangan, peraturan tidak boleh ditujukan kepada suatu
kelompok tertentu yang dipilih secara semaunya.
d. Asas kepastian hukum yang menghendaki agar harapan (ekspektasi)
yang wajar hendaknya dihormati, khususnya ini berarti bahwa
peraturan harus memuat rumusan norma yang tepat, bahwa peraturan
tidak diubah tanpa adanya aturan peralihan yang memadai dan bahwa
peraturan tidak boleh diperlakukan surut tanpa alasan yang mendesak.
e. Asas penerapan-hukum yang khusus menyangkut aspekaspek
kemungkinan untuk menegakkan keadilan didalam kasus tertentu
yang dapat diwujudkan dengan memberikan marjin keputusan kepada
pemerintah di dalam undangundang, memberikan kemungkinan
penyimpangan bagi keadaaan-keadaaan khusus di dalam undang-
undang,memungkinkan perlindungan hukum terhadap semua tindakan
pemerintah.
1) Provinsi Lampung
Kota Bandar Lampung pintu gerbang Pulau Sumatera. Sebutan ini
layak untuk ibu kota Propinsi Lampung. Kota yang terletak di sebelah barat
daya Pulau Sumatera ini memiliki posisi geografis yang sangat
menguntungkan. Letaknya di ujung Pulau Sumatera berdekatan dengan
DKI Jakarta yang menjadi pusat perekonomian negara. Kota ini menjadi
pertemuan antara lintas tengah dan timur Sumatera. Kendaraan dari daerah
lain di Pulau Sumatera harus melewati Bandar Lampung bila menuju ke
Pulau Jawa. Pada umumnya kendaraan tersebut transit di terminal Rajabasa.
Wilayah Kota Bandar Lampung merupakan daerah perkotaan yang terus
berkembang dari daerah tengah ke daerah pinggiran kota yang ditunjang
fasilitas perhubungan dan penerangan. Pengembangan kota ditandai dengan
tumbuhnya kawasan permukiman, namun demikian daerah pinggiran belum
terlihat jelas ciri perkotaannya. Masyarakat Lampung terdiri atas berbagai
suku antara lain Lampung, Rawas, Melayu, Pasemah dan Semendo.
Masyarakat Lampung bentuknya yang asli memiliki struktur hukum adat
yang tersendiri, bentuk masyarakat hukum adat tersebut berbeda antara
kelompok masyarakat yang satu dengan yang lainnya, kelompok-kelompok
tersebut menyebar di berbagai tempat di daerah Lampung.7
7
PT. Perencana Djaja Ciptalaras “Profil Kabupaten/Kota, Kota Bandar Lampung”
Kalimantan Timur. Setelah Lampung, di posisi delapan Sumatera Utara,
Kalimantan Barat, dan Riau.Jenis investasi yang masuk Lampung, menurut
Kepala Dinas Perindustrian Provinsi Lampung, Tonny Oloan Lumban
Tobing, sesuai dengan target 40% Secara umum, arus investasi ke Lampung
baik PMDN maupun Penanaman Modal Asing (PMA) naik drastis dari
semula Rp5,3 triliun naik menjadi Rp7,9 triliun di 2017. Untuk PMA,
Lampung berada di posisi 27 nasional pada Triwulan III dengan jumlah
investasi 32,3 juta dolar AS dan 39 proyek.8
8
https://lampungprov.go.id/detail-post/provinsi-lampung-peringkat-tujuh-nasional-daerah-tujuan-
investasi (diakses pada 5 April 2022)
9
Hans Kelsen, Teori Hukum Murni, Terjemahan Somadi, Rimdi Press, 1973, halaman 38.
mensinergikan kebijakan pembangunan perekonomian di Lampung
diantara para pemangku kepentingan dan bertujuan pembentukan Forum
Investasi Lampung adalah untuk membangun persepsi positif investor dan
meningkatkan efektivitas hubungan investor dengan sasaran pertumbuhan
investasi yang mendukung pembangunan perekonomian.
10
HS. Tisnanta, “Naskah Akademik Rancangan Peraturan Daerah Provinsi Lampung tentang
Investasi Pemerintah Provinsi Lampung, 2018, hal. 24
BAB III
(2) Urusan pemerintahan absolut sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah
Urusan Pemerintahan yang sepenuhnya menjadi kewenangan Pemerintah Pusat.
(3) Urusan pemerintahan konkuren sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah
Urusan Pemerintahan yang dibagi antara Pemerintah Pusat dan Daerah provinsi dan
Selanjutnya berdasarkan Pasal 13 ayat (1) diatur mengenai pembagian urusan antar
pemerintah pusat dan daerah, yaitu pembagian urusan pemerintahan konkuren
antara Pemerintah Pusat dan Daerah provinsi serta Daerah kabupaten/kota
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (3) didasarkan pada prinsip
akuntabilitas, efisiensi, dan eksternalitas, serta kepentingan strategis nasional.
(2) Daerah dalam menetapkan kebijakan Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat
(1), wajib berpedoman pada norma, standar, prosedur, dan kriteria yang telah
ditetapkan oleh Pemerintah Pusat.
(3) Dalam hal kebijakan Daerah yang dibuat dalam rangka penyelenggaraan Urusan
Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah tidak mempedomani norma,
standar, prosedur, dan kriteria sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Pemerintah
Pusat membatalkan kebijakan Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
(4) Apabila dalam jangka waktu 2 (dua) tahun sebagaimana dimaksud dalam Pasal
16 ayat (5).
(5) Pemerintah Pusat belum menetapkan norma, standar, prosedur, dan kriteria,
penyelenggara Pemerintahan Daerah melaksanakan Urusan Pemerintahan yang
menjadi kewenangan Daerah.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai standar pelayanan minimal diatur dengan
peraturan pemerintah.
BAB IV
I. Landasan Filososfis
Landasan filosofis adalah pertimbangan atau alasan perlunya perubahan
atas Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 dengan memperhatikan
pandangan hidup dan kesadaran dan cita hukum yang bersumber pada
Pancasila dan Pembukaan UUD NRI tahun 1945 serta batang tubuh UUD
NRI Tahun 1945.
Landasan filosofis merupakan pertimbangan atau alasan yang
menggambarkan bahwa peraturan yang dibentuk mempertimbangkan
pandangan hidup, kesadaran, dan cita hukum yang meliputi suasana
11
Soehino, Ilmu negara, Yogyakarta: Liberti, 1980, hlm 156-160.
kebatinan serta falsafah bangsa Indonesia yang bersumber dari pancasila
dan pembukaan UndangUndang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
194512
Nilai-nilai filosofis negara Republik Indonesia terkandung dalam
pancasila, dimana pancasila sebagai staats fundamental norm diletakkan
sebagai dasar asas dalam mendirikan negara, maka ia tidak dapat diubah
dan Undang-Undang Dasar 1945 yang dicerminkan dalam bentuk peraturan
perundang-undangan. UUD 1945 yang merupakan urutan tertinggi
dijadikan sumber hukum dan/atau ukuran suatu peraturan dibentuk, artinya
hukum yang dibentuk harus berlandaskan UUD 1945 dan tidak boleh
bertentangan dengan isi UUD 1945.
Sesuai dengan landasan filosofis, implementasi pemerintah terhadap
masyarakat harus memberikan pelayanan yang baik serta menjunjung tinggi
kesejahteraanya terhadap masyarakat.
J. Landasan Sosiologis
Landasan sosiologis adalah pertimbangan atau alasan yang menggambarkan
bahwa peraturan yang dibentuk untuk memenuhi kebutuhan masyarakat
dalam berbagai aspek serta fakta empiris mengenai perkembangan masalah
dan kebutuhan masyarakat dan negara.
Landasan sosiologi mempunyai kekuatan untuk mengetahui jika ketentuan
- kententuan yang dibikin sesuai dengan keyakinan umum atau kesadaran
masyarakat dan memenuhi kebutuhan masyarakat dalam berbagai aspek.
Pembentukan peraturan daerah harus dilihat dari keadaan masyarat,
lingkungan daerah yang menjadi tolak ukur dalam proses pembuatan
peraturan, hasil dari rancangan peraturaan daerah yang nanti akan di
terapkan dalam masyarakat diharapkan bisa membantu kelangsungan
daerah dan tidak tumpang tindih dengan peraturan lain atau merugikan
12
Lampiran I Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-
Undangan, Lembaran Negara Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Nomor 5234.
masyarakat sehingga tidak membuat masyarakat bingung dan menolak
peraturan tersebut.
Pentingnya landasan sosiologis harus di terapkan dalam proses
pembentukan Rancangan Peraturan Daerah Provinsi Lampung tentang
Investasi Pemerintah Provinsi Lampung agar menciptakan peraturan yang
bisa dipatuhi.
K. Landasa Yuridis
Landasan yuridis merupakan pertimbangan atau alasan yang
menggambarkan bahwa peraturan yang dibentuk untuk mengatasi
permasalahan hukum atau mengisi kekosongan hukum dengan
mempertimbangkan aturan yang telah ada, yang akan diubah, atau yang
akan dicabut guna menjamin kepastian hukum dan rasa keadilan
masyarakat.
Keberlakuan yuridis adalah keberlakuan suatu norma hukum dengan daya
ikatnya untuk umum sebagai suatu dogma yang dilihat dari pertimbangan
yang bersifat teknis yuridis sebagaimana:
l. ditetapkan sebagai norma hukum berdasarkan norma hukum yang lebih
superior atau yang lebih tinggi,
m. ditetapkan mengikat atau berlaku karena menunjukkan hubungan keharusan
antara suatu kondisi dengan akibatnya,
n. ditetapkan sebagai norma hukum menurut prosedur pembentukan hukum
yang berlaku,
o. ditetapkan sebagai norma hukum oleh lembaga yang memang berwenang
untuk itu.
13
HS. Tisnanta, “Naskah Akademik Rancangan Peraturan Daerah Provinsi Lampung tentang
Investasi Pemerintah Provinsi Lampung, 2018, hal. 40-42
diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015
tentang Perbuahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014
tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomo
5679);
11. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4578);
12. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Uang
Negara/Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor
83, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4738);
13. Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2008 tentang Investasi Pemerintah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 14, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4812) sebagaimana telah
diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 49 Tahun 2011 tentang
Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2008 tentang
Investasi Pemerintah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011
Nomor 124, Tambahan Lembaran Negara Republik
IndonesiaaNomorr5261);
14. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Barang
Milik Negara/Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014
Nomor 92, Tambahan Lembaran Negara Republik IndonesiaNomor 5533);
15. Peraturan Presiden Nomor 87 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011
Nomor 199);
BAB V
1. Subjek pengaturan, adalah pihak yang memiliki hak dan kewajiban atau
diberikan kewenangan berdasarkan peraturan perundangundangan yang
telah disahkan/ditetapkan.
1. ketentuan umum;
5. Ketentuan penutup
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam Naskah Akademik Rancangan Peraturan Daerah Provinsi Lampung
tentang Investasi Pemerintah Provinsi Lampung adalah upaya untuk
menciptakan kepastian hukum yang kini belum ada peraturan
perundangundangan sebagai produk legislasi daerah Provinsi Lampung
yang secara khusus mengatur tentang Investasi Pemerintah Provinsi
Lampung. Rancangan Peraturan Daerah Investasi Pemerintah Provinsi
Lampung yang akan dibentuk di Provinsi Lampung ini merupakan wujud
komitmen dan konsistensi DPRD dan Pemerintah Provinsi Lampung di
bidang legislasi daerah untuk menindaklanjuti amanah UUD 1945.
Kemudian peraturan daerah ini akan dibentuk di Provinsi Lampung secara
fungsional sebagai instrumen yang dapat memberikan pedoman kepada
Pemerintah Provinsi Lampung dan unsur masyarakat guna membangun
komitmen dari seluruh komponen. Sasarannya untuk mewujudkan, ruang
lingkup pengaturan, jangkauan dan arah pengaturan Rancangan Peraturan
Daerah Provinsi Lampung tentang Investasi Pemerintah Provinsi Lampung.
Hal ini akan dituangkan dalam materi muatan adalah: Perencanaan,
Pelaksanaan Investasi, Penganggaran, Pelaksanaan Anggaran,
Penatausahaan Anggaran dan Pertanggungjawaban Investasi, Divestasi, dan
Pengawasan.
B. Saran
Dalam Penyusunan Naskah Akademik Rancangan Peraturan Daerah
Provinsi Lampung tentang Investasi Pemerintah Provinsi Lampung ini
mengkaji agar di bentuknya rancangan peraturan daerah ini di Provinsi
Lampung untuk itu dalam menyelenggarakannya Pemerintah Provinsi
Lampung harus mengkaji lebih dalam dan menyiapkan produk hukum
Peraturan Gubernur dalam hal mendukung keberlakuan teknis Rancangan
Peraturan Daerah Provinsi Lampung tentang Investasi Pemerintah Provinsi
Lampung.
DAFTAR PUSTAKA
Budiman, Arif. 2000. Teori Pembangunan Dunia Ketiga. Jakarta. PT. Gramedia
Pustaka Utama.
Desiyanti, Rika. 2008. Manajemen Investasi dan Portofolio. Padang. Bung Hatta
University Press.
Surbakti, Hari 2016, Penerapan Prinsip Good Corporate Governance Dalam
Pengelolaan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) Kota Bandung
Dihubungkan Dengan Undang-Undang Pemerintahan Daerah. Diakses
tanggal 25 Maret 2022.
I.C. Van der Vlies, Handboek Wetgeving (Buku Pegangan Perancang Peraturan
Perundang-Undangan), Dirjen Peraturan Perundang-Undangan
DEPKUMHAM RI, Jakarta, 2007
https://lampungprov.go.id/detail-post/provinsi-lampung-peringkat-tujuh-nasional-
daerah-tujuan-investasi (diakses pada 5 April 2022)
Hans Kelsen, Teori Hukum Murni, Terjemahan Somadi, Rimdi Press, 1973