Disusun Oleh :
MOCHAMMAD R. DHANY 1852011101
JOHANNES RICHARDO R. 1842011015
ADISA ATHALLAH 1952011047
DAVID BASTIAN 1952011026
RYKHA FEBBIYOLA 1952011018
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa dengan selesainya
Naskah Akademik Rancangan Peraturan Daerah Provinsi Lampung tentang
Investasi Pemerintah Provinsi Lampung ini.
Demikianlah, atas perhatian dan kerja sama yang baik kami mengucapkan terima
kasih.
FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2022
DAFTAR ISI
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Identifikasi Masalah ..............................................................................................6
C. Tujuan dan Kegunaan ............................................................................................6
D. Metode Penelitian ..................................................................................................7
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
Hari Surbakti, 2016, Penerapan Prinsip Good Corporate Governance Dalam
Pengelolaan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) Kota Bandung Dihubungkan Dengan
Undang-Undang Pemerintahan Daerah. Diakses tanggal 25 Maret 2022.
2
Rika Desiyanti, Manajemen Investasi dan Portofolio, B. Hatta University Press,
Padang, 2008, hlm. 3.
satu indikator kemajuan pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Sesuai dengan
teorinya Harrod-Domar yang mengatakan bahwa pertumbuhan ekonomi itu
ditentukan oleh tingginya tabungan dan investasi, kalau tabungan dan investasi
rendah maka pertumbuhan ekonomi masyarakat dan negara tersebut juga akan
rendah.3
Selain itu juga, hal klasik yang dihadapi Pemerintah Daerah Provinsi
Lampung, dimana masih memiliki keterbatasan terkait anggaran dan anggaran
tersebut harus dibagi untuk beberapa sektor. Permasalahan timbul ketika
kebutuhan masyarakat terhadap fasilitas publik tidak berbanding lurus dengan
jumlah anggaran yang tersedia. Sehingga disinilah penanaman modal merupakan
salah satu alternatif Pemerintah Daerah Provinsi Lampung dalam melaksanakan
pembangunan yakni dengan melibatkan pihak lain (baik pihak dalam negeri
maupun pihak asing). Berdasarkan hal di atas, kerjasama Pemerintah Daerah
dengan penanaman modal baik oleh penanam modal asing maupun penanam
modal dalam negeri dalam melakukan pembangunan merupakan kebutuhan setiap
daerah yang berkembang maupun maju sekalipun, termasuk Pemerintah Daerah
Provinsi Lampung. Sehingga arti penting dari penanaman modal terhadap
pembangunan daerah tersebut harus didukung oleh regulasi baik di tingkat pusat
maupun di daerah itu sendiri yang mengakomodir aktivitas penanaman modal,
sehingga kegiatan penanaman modal dapat berjalan dengan dengan baik namun
tetap dengan batasan-batasan tertentu.
B. Identifikasi Masalah
Maka berdasarkan dengan latar belakang yang telah diuraikan tersebut,
identifikasi masalah yang akan diruaikan dalam Naskah Akademik ini adalah:
1. Permasalahan apa yang dihadapi oleh pemerintah dalam masalah Investasi
Daerah di Provinsi Lampung?
2. Mengapa perlu diadakannya penyusunan naskah akademik sebagai dasar
pemecahan masalah tersebut?
3. Apakah yang menjadi landasan filosofis, sosiologis, yuridis pemecahan
masalah Investasi Daerah di Provinsi Lampung?
4. Apakah sasaran yang akan diwujudkan dalam Investasi Daerah di Provinsi
Lampung?
D. Metode Penelitian
1. KAJIAN TEORITIS
1) Investasi
Investasi adalah pembelian aset berupa barang ataupun aset
keuangan yang bukan ditujukan untuk konsumsi segera namun untuk
memproduksi barang atau jasa dan menghasilkan keuntungan di masa
depan, Investasi merupakan aset yang diperoleh untuk sistem ekonomi
seperti bunga, dividen dan royalti, atau manfaat sosial, sehingga dapat
meningkatkan kemampuan pemerintah daerah dalam rangka pelayanan
kepada masyarakat. Investasi merupakan salah satu cara yang dapat
digunakan oleh pemerintah daerah untuk memanfaatkan anggaran dan
memperoleh pendapatan dalam jangka penjang, memanfaatkan dana yang
belum digunakan untuk investasi jangka pendek dalam rangka manajemen
kas.
Investasi dikategorikan berdasar jangka waktunya, yaitu investai
jangka pendek dan investasi jangka panjang. Investasi jangka pendek
merupakan investasi yang memiliki karakteristik dapat segera
diperjualbelikan/dicairkan dalam waktu 3 (tiga) bulan atau sampai 12 (dua
belas) bulan. Investasi jangka pendek biasanya digunakan untuk tujuan
manajemen kas dimana pemerintah daerah dapat menjual investasi
tersebut jika muncul kebutuhan akan kas. Sedangkan investasi jangka
panjang merupakan investasi yang pencairannya memiliki jangka waktu
lebih dari 12 (dua belas) bulan.4
2) Otonomi Daerah
4
HS. Tisnanta, “Naskah Akademik Rancangan Peraturan Daerah Provinsi Lampung tentang
Investasi Pemerintah Provinsi Lampung, 2018, hal. 6
Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun
2004 tentang Pemerintahan Daerah yang digantikan dengan UndangUndang
Nomor 23 Tahun 2014 Pasal 1 ayat (6) menyatakan bahwa “Otonomi daerah
adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan
mengarus sendiri urusan Pemerintahan dan kepentingan masyarakat. Lebih
lanjut Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Pasal 1 ayat (12) menyatakan
bahwa “Daerah Otonom yang selanjutnya disebut Daerah adalah kesatuan
masyarakat hukum yang mempunyai batas-batas wilayah yang berwenang
mengatur dan mengurus urusan Pemerintahan dan kepentingan masyarakat
setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dalam
system Negara Kesatuan Republik Indonesia.”
Daerah otonom adalah kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai
batas-batas wilayah, yang berwenang mengatur dan mengurus urusan
pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri,
berdasarkan aspirasi masyarakat dalam sistem NKRI. Pelaksanaan otonomi
daerah dan sebagai penerapan/implementasi tuntutan untuk era baru yang
sudah seharusnya lebih memberdayakan daerah dengan cara diberikan
kewenangan yang lebih luas, lebih nyata, dan lebih bertanggung jawab.
Terutama dalam mengatur, memanfaatkan, dan menggali sumber-sumber
potensi yang ada di daerahnya masing-masing. Visi otonomi daerah dapat
dirumuskan dalam tiga ruang lingkup utama yaitu, politik, ekonomi, serta
sosial dan budaya. Di bidang politik, pelaksanaan otonomi harus dipahami
sebagai proses untuk membuka ruang bagi lahirnya kepala pemerintahan
daerah yang dipilih secara demokratis, memungkinkan berlangsungnya
penyelenggaraan pemerintahan yang responsif terhadap kepentingan
masyarakat luas, dan memelihara suatu mekanisme pengambilan keputusan
yang taat pada asas pertanggungjawaban publik, di bidang ekonomi, otonomi
daerah disatu pihak harus menjamin lancarnya pelaksanaan kebijakan
ekonomi nasional di daerah, dan di pihak lain terbukanya peluang bagi
Pemerintah Daerah mengembangkan kebijakan regional dan lokal untuk
mengoptimalkan pendayagunaan potensi ekonomi di daerahnya dan di bidang
sosial budaya, otonomi daerah harus dikelola sebaik mungkin demi
menciptakan harmoni sosial, dan pada saat yang sama, juga memelihara nilai-
nilai lokal yang dipandang kondusif terhadap kemampuan masyarakat dalam
merespon dinamika kehidupan di sekitarnya5
Pemerintah Daerah adalah Gubernur sebagai unsur penyelenggara
Pemerintahan Daerah yang memimpin pelaksanaan urusan pemerintahan yang
menjadi kewenangan Daerah.
5
A Handayani “Pengertian Otonomi Daerah” 2016
Nomor 25 Tahun 2000 tentang kewenangan pemerintah dan kewenangan
provinsi sebagai daerah otonom.
c. Investasi Badan Usaha Milik Swasta adalah badan usaha yang didirikan
dan dimodali oleh seseorang atau sekelompok orang. Berdasarkan UUD
1945 Pasal 33, bidang-bidang usaha yang diberikan kepada pihak swasta
adalah mengelola sumber daya ekonomi yang bersifat tidak vital dan
strategis atau yang tidak menguasai hajat hidup orang banyak.
2. Kajian Terhadap Asas/Prinsip
Dalam pembentukan peraturan perundang-undangan perlu
berpedoman pada asas-asas pembentukan peraturan Menurut Van der Vlies
sebagaimana dikutip oleh Hamid Attamimi dan Maria Farida, secara umum
yang membedakan dua kategori asas pembentukan peraturan perundang-
undangan yang patut (algemene beginselen van behoorlijk regelgeving)6,
yaitu:
3. Asas formal, meliputi :
d. Asas tujuan jelas, terdiri dari tiga tingkat: (1) kerangka kebijakan
umum bagi peraturan yang akan dibuat, (2) tujuan tertentu bagi
peraturan yang akan dibuat, dan (3) tujuan dari berbagai bagian dalam
peraturan.
e. Asas lembaga yang tepat menghendaki agar suatu organ memberi
penjelasan bahwa suatu peraturan tertentu memang berada dalam
kewenangannya, dan agar suatu organ khususnya pembuat undang-
undang memberi alasan mengapa ia tidak melaksanakan sendiri
pengaturan atas suatu materi tertentu tetapi menugaskannya kepada
orang lain.
f. Asas urgensi/perlunya pengaturan. Jika tujuan sudah dirumuskan
dengan jelas, masalah berikutnya adalah apakah tujuan itu memang
harus dicapai dengan membuat suatu peraturan.
g. Asas dapat dilaksanakan menyangkut jaminan-jaminan bagi dapat
dilaksanakannya apa yang dimuat dalam suatu peraturan.
h. Asas konsensus, berisi bahwa perlu diusahakan adanya konsensus
antara pihak-pihak yang bersangkutan dan pemerintah mengenai
pembuatan suatu peraturan serta isinya.
6
I.C. Van der Vlies, Handboek Wetgeving (Buku Pegangan Perancang Peraturan Perundang-
Undangan), Dirjen Peraturan Perundang-Undangan DEPKUMHAM RI, Jakarta, 2007, halaman 258-
303.
2
A. Provinsi Lampung
Kota Bandar Lampung pintu gerbang Pulau Sumatera. Sebutan ini
layak untuk ibu kota Propinsi Lampung. Kota yang terletak di sebelah barat
daya Pulau Sumatera ini memiliki posisi geografis yang sangat
menguntungkan. Letaknya di ujung Pulau Sumatera berdekatan dengan DKI
Jakarta yang menjadi pusat perekonomian negara. Kota ini menjadi pertemuan
antara lintas tengah dan timur Sumatera. Kendaraan dari daerah lain di Pulau
Sumatera harus melewati Bandar Lampung bila menuju ke Pulau Jawa. Pada
umumnya kendaraan tersebut transit di terminal Rajabasa. Wilayah Kota
Bandar Lampung merupakan daerah perkotaan yang terus berkembang dari
daerah tengah ke daerah pinggiran kota yang ditunjang fasilitas perhubungan
dan penerangan. Pengembangan kota ditandai dengan tumbuhnya kawasan
permukiman, namun demikian daerah pinggiran belum terlihat jelas ciri
perkotaannya. Masyarakat Lampung terdiri atas berbagai suku antara lain
Lampung, Rawas, Melayu, Pasemah dan Semendo. Masyarakat Lampung
bentuknya yang asli memiliki struktur hukum adat yang tersendiri, bentuk
masyarakat hukum adat tersebut berbeda antara kelompok masyarakat yang
satu dengan yang lainnya, kelompok-kelompok tersebut menyebar di berbagai
tempat di daerah Lampung.7
7
PT. Perencana Djaja Ciptalaras “Profil Kabupaten/Kota, Kota Bandar Lampung”
5
8
https://lampungprov.go.id/detail-post/provinsi-lampung-peringkat-tujuh-nasional-daerah-tujuan-
investasi (diakses pada 5 April 2022)
6
9
Hans Kelsen, Teori Hukum Murni, Terjemahan Somadi, Rimdi Press, 1973, halaman 38.
7
10
HS. Tisnanta, “Naskah Akademik Rancangan Peraturan Daerah Provinsi Lampung tentang Investasi
Pemerintah Provinsi Lampung, 2018, hal. 24
8
BAB IV
LANDASAN FILOSOFIS, SOSIOLOGIS DAN YURIDIS
K. Landasan Filososfis
Landasan filosofis adalah pertimbangan atau alasan perlunya perubahan atas
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 dengan memperhatikan pandangan
hidup dan kesadaran dan cita hukum yang bersumber pada Pancasila dan
Pembukaan UUD NRI tahun 1945 serta batang tubuh UUD NRI Tahun 1945.
Landasan filosofis merupakan pertimbangan atau alasan yang
menggambarkan bahwa peraturan yang dibentuk mempertimbangkan
pandangan hidup, kesadaran, dan cita hukum yang meliputi suasana kebatinan
serta falsafah bangsa Indonesia yang bersumber dari pancasila dan pembukaan
UndangUndang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 194512
Nilai-nilai filosofis negara Republik Indonesia terkandung dalam
pancasila, dimana pancasila sebagai staats fundamental norm diletakkan
11
Soehino, Ilmu negara, Yogyakarta: Liberti, 1980, hlm 156-160.
12
Lampiran I Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-
Undangan, Lembaran Negara Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Nomor 5234.
10
sebagai dasar asas dalam mendirikan negara, maka ia tidak dapat diubah dan
Undang-Undang Dasar 1945 yang dicerminkan dalam bentuk peraturan
perundang-undangan. UUD 1945 yang merupakan urutan tertinggi dijadikan
sumber hukum dan/atau ukuran suatu peraturan dibentuk, artinya hukum yang
dibentuk harus berlandaskan UUD 1945 dan tidak boleh bertentangan dengan
isi UUD 1945.
Sesuai dengan landasan filosofis, implementasi pemerintah terhadap
masyarakat harus memberikan pelayanan yang baik serta menjunjung tinggi
kesejahteraanya terhadap masyarakat.
L. Landasan Sosiologis
Landasan sosiologis adalah pertimbangan atau alasan yang menggambarkan
bahwa peraturan yang dibentuk untuk memenuhi kebutuhan masyarakat
dalam berbagai aspek serta fakta empiris mengenai perkembangan masalah
dan kebutuhan masyarakat dan negara.
Landasan sosiologi mempunyai kekuatan untuk mengetahui jika ketentuan -
kententuan yang dibikin sesuai dengan keyakinan umum atau kesadaran
masyarakat dan memenuhi kebutuhan masyarakat dalam berbagai aspek.
Pembentukan peraturan daerah harus dilihat dari keadaan masyarat,
lingkungan daerah yang menjadi tolak ukur dalam proses pembuatan
peraturan, hasil dari rancangan peraturaan daerah yang nanti akan di terapkan
dalam masyarakat diharapkan bisa membantu kelangsungan daerah dan tidak
tumpang tindih dengan peraturan lain atau merugikan masyarakat sehingga
tidak membuat masyarakat bingung dan menolak peraturan tersebut.
Pentingnya landasan sosiologis harus di terapkan dalam proses pembentukan
Rancangan Peraturan Daerah Provinsi Lampung tentang Investasi Pemerintah
Provinsi Lampung agar menciptakan peraturan yang bisa dipatuhi.
M. Landasa Yuridis
11
13
HS. Tisnanta, “Naskah Akademik Rancangan Peraturan Daerah Provinsi Lampung tentang Investasi
Pemerintah Provinsi Lampung, 2018, hal. 40-42
12
BAB III
kebutuhan akan konsistensi hukum dan aturan menjadi alasan mendasar dilakukannya
evaluasi dan analisis tersebut. Hal ini dilakukan agar pengaturan dalam suatu
Rancangan Undang-Undang lebih integratif dan komprehensif dan menghindari
konflik hukum yang mungkin timbul. Hal ini juga guna menghindari terjadinya
perlawanan atau penolakan oleh masyarakat terhadap Rancangan Undang-Undang
yang kelakakan diberlakukan melalui suatu gugatan Uji materil (Judicial Review)
atau perlawanan lainnya. Dalam praktiknya kajian berupa evaluasi dan analisis
peraturan perundang-undangan terkait ini merupakan bahan dalam menyusun
landasan filosofis dan yuridis pembentuan Rancangan Undang-Undang yang dimuat
pada bab berikutnya dalam Naskah Akademik.
(2) Urusan pemerintahan absolut sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah Urusan
Pemerintahan yang sepenuhnya menjadi kewenangan Pemerintah Pusat.
(3) Urusan pemerintahan konkuren sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah
Urusan Pemerintahan yang dibagi antara Pemerintah Pusat dan Daerah provinsi dan
Selanjutnya berdasarkan Pasal 13 ayat (1) diatur mengenai pembagian urusan antar
pemerintah pusat dan daerah, yaitu pembagian urusan pemerintahan konkuren antara
Pemerintah Pusat dan Daerah provinsi serta Daerah kabupaten/kota sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 9 ayat (3) didasarkan pada prinsip akuntabilitas, efisiensi, dan
eksternalitas, serta kepentingan strategis nasional.
Kewenangan pemerintah daerah dalam menetapkan kebijakan diatur dalam Pasal 17:
(1) Daerah berhak menetapkan kebijakan Daerah untuk menyelenggarakan Urusan
Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah.
(2) Daerah dalam menetapkan kebijakan Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat
(1), wajib berpedoman pada norma, standar, prosedur, dan kriteria yang telah
ditetapkan oleh Pemerintah Pusat.
(3) Dalam hal kebijakan Daerah yang dibuat dalam rangka penyelenggaraan Urusan
Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah tidak mempedomani norma, standar,
prosedur, dan kriteria sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Pemerintah Pusat
membatalkan kebijakan Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
(4) Apabila dalam jangka waktu 2 (dua) tahun sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16
ayat (5).
(5) Pemerintah Pusat belum menetapkan norma, standar, prosedur, dan kriteria,
penyelenggara Pemerintahan Daerah melaksanakan Urusan Pemerintahan yang
menjadi kewenangan Daerah.
(2) Pelaksanaan Pelayanan Dasar pada Urusan Pemerintahan Wajib yang berkaitan
dengan Pelayanan Dasar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berpedoman pada
standar pelayanan minimal yang ditetapkan oleh Pemerintah Pusat.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai standar pelayanan minimal diatur dengan
peraturan pemerintah.
(2) Penugasan oleh Daerah provinsi kepada Daerah kabupaten/kota berdasarkan asas
Tugas Pembantuan sebagaimana dimaksud padaayat (1) huruf b dan kepada Desa
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c ditetapkan dengan peraturan gubernur
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(4) Penugasan oleh Daerah kabupaten/kota kepada Desa sebagaimana dimaksud pada
ayat (3) ditetapkan dengan peraturan bupati/walikota peraturan perundang-undangan.
19
Pemerintah diharuskan untuk menjalin koordinasi yang baik antara pemerintah pusat
dan pemerintah daerah. Koordinasi tersebut harus dijalankan dengan semangat
otonomi daerah. Dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 telah diatur tentang
hubungan penyelenggaraan penanaman modal dalam Pasal 30 ayat (1) sampai dengan
ayat (6), yaitu: (1) Pemerintah dan/atau pemerintah daerah menjamin kepastian dan
kemanan berusaha bagi pelaksanaan penanaman modal. (2) Pemerintah daerah
menyelenggarakan urusan penanaman modal yang menjadi kewenangannya, kecuali
urusan penyelenggaraan penanaman modal yang menjadi urusan Pemerintah. (3)
Penyelenggaraan urusan pemerintahan di bidang penanaman modal yang merupakan
urusan wajib pemerintah daerah didasarkan pada criteria eksternalitas, akuntabilitas,
dan efisiensi pelaksanaan kegiatan penanaman modal. (4) Penyelenggaraan
penanaman modal yang ruang lingkup lintas provinsi menjadi urusan Pemerintah. (5)
Penyelenggaraan penanaman modal yang ruang lingkupnya lintas kabupaten/kota
menjadi urusan pemerintah provinsi. (6) Penyelenggaraan penanaman modal yang
ruang lingkupnya berada dalam satu kabupaten/kota mejadi urusan pemerintah
kabupaten/kota. Namun pembagian kewenangan dalam pengaturan penanaman modal
di atas hanya terfokus pada pembagian wilayah penyelenggaraan penanaman modal,
tidak melihat pada berbagai hal yang berkaitan dengan urusan penanaman modal.
Patokan lokasi dalam kegiatan penyelenggaraan penanaman modal terlalu sempit
karena urusan penanaman modal bukan hanya menyangkut urusan pengawasan dan
penyelenggaraan penanaman modal di daerah, tetapi aspek-aspek yang terkait dalam
urusan penanaman modal seperti ekspor, impor, perizinan, pemasaran, hubungan
kerjasama baik dengan dalam dan luar negeri. Hal tersebut tidak dapat dibatasi
dengan pendekatan lokasi. Bahwa untuk mendorong pertumbuhan perekonomian dan
meningkatkan pendapatan daerah Provinsi Lampung serta memberikan peluang kerja
sama dalam berinvestasi, perlu dilakukan pengaturan terhadap pengelolaan Investasi
Pemerintah Provinsi Lampung.
adalah investasi yang dimaksudkan untuk dimiliki lebih dari 12 (dua belas) bulan
yang terdiri dari investasi permanen dan non permanen. Investasi permanen
dimaksudkan untuk dimiliki secara berkelanjutan tanpa ada niat untuk
diperjualbelikan atau tidak ditarik kembali. Investasi non-permanen dimaksudkan
untuk dimiliki secara tidak berkelanjutan atau ada niat untuk diperjualbelikan
atau ditarik kembali.
25
BAB V
1. ketentuan umum;
5. Ketentuan penutup
26
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam Naskah Akademik Rancangan Peraturan Daerah Provinsi Lampung
tentang Investasi Pemerintah Provinsi Lampung adalah upaya untuk
menciptakan kepastian hukum yang kini belum ada peraturan
perundangundangan sebagai produk legislasi daerah Provinsi Lampung yang
secara khusus mengatur tentang Investasi Pemerintah Provinsi Lampung.
Rancangan Peraturan Daerah Investasi Pemerintah Provinsi Lampung yang
akan dibentuk di Provinsi Lampung ini merupakan wujud komitmen dan
konsistensi DPRD dan Pemerintah Provinsi Lampung di bidang legislasi
daerah untuk menindaklanjuti amanah UUD 1945. Kemudian peraturan
daerah ini akan dibentuk di Provinsi Lampung secara fungsional sebagai
instrumen yang dapat memberikan pedoman kepada Pemerintah Provinsi
Lampung dan unsur masyarakat guna membangun komitmen dari seluruh
komponen. Sasarannya untuk mewujudkan, ruang lingkup pengaturan,
jangkauan dan arah pengaturan Rancangan Peraturan Daerah Provinsi
Lampung tentang Investasi Pemerintah Provinsi Lampung. Hal ini akan
dituangkan dalam materi muatan adalah: Perencanaan, Pelaksanaan Investasi,
Penganggaran, Pelaksanaan Anggaran, Penatausahaan Anggaran dan
Pertanggungjawaban Investasi, Divestasi, dan Pengawasan.
27
B. Saran
Dalam Penyusunan Naskah Akademik Rancangan Peraturan Daerah Provinsi
Lampung tentang Investasi Pemerintah Provinsi Lampung ini mengkaji agar
di bentuknya rancangan peraturan daerah ini di Provinsi Lampung untuk itu
dalam menyelenggarakannya Pemerintah Provinsi Lampung harus mengkaji
lebih dalam dan menyiapkan produk hukum Peraturan Gubernur dalam hal
mendukung keberlakuan teknis Rancangan Peraturan Daerah Provinsi
Lampung tentang Investasi Pemerintah Provinsi Lampung.
28
DAFTAR PUSTAKA
Budiman, Arif. 2000. Teori Pembangunan Dunia Ketiga. Jakarta. PT. Gramedia
Pustaka Utama.
Desiyanti, Rika. 2008. Manajemen Investasi dan Portofolio. Padang. Bung Hatta
University Press.