Anda di halaman 1dari 22

PEREKONOMIAN INDONESIA

KEBIJAKAN INVESTASI DI INDONESIA MELALUI PMA DAN PMDN PADA


ORDE LAMA, ORDE BARU DAN REFORMASI

DOSEN PENGAMPU : Armin Rahmansyah Nasution, SE.,M.Si

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 6

AFRIDA LAILA SARI 7183510014


FARAHDILLA MAIRANI 7182210018
KHAIRUL AZMI PRATAMA 7173510040
PUTRI RAUDAH RITONGA 7183510038
REDI SIHAR PADANG 7183510042
SITI ASROI LANNA TANJUNG 7182210007
SRI WIDYA SYAFITRI 7183210024

MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2021

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan yang maha esa atas rahmat dan
hidayah-nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Perekonomian Indonesia ini
dengan judul “Kebijakan Investasi di Indonesia melalui PMA dan PMDN pada orde lama,
orde baru dan reformasi”.

Makalah ini telah kami susun dengan segala upaya dan dengan bantuan dari berbagai
pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Kami mengucapkan terima
kasih kepada bapak Armin Rahmansyah Nasution, SE.,M.Si selaku dosen mata
kuliah Perekonomian Indonesia yang telah membimbing kami dalam penyelesaian makalah
ini

Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan
tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat
memperbaiki makalah ini. Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang KEBIJAKAN
INVESTASI DI INDONESIA MELALUI PMA DAN PMDN PADA ORDE LAMA,
ORDE BARU DAN REFORMASI ini dapat memberikan manfaat dan inspirasi terhadap
pembaca.

Medan, 26 November 2021

Kelompok 6

DAFTAR ISI

Kata Pengantar ........................................................................................................ii

2
Daftar Isi ................................................................................................................iii

Bab I Pendahuluan ..................................................................................................1

1.1 Latar Belakang ............................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah........................................................................................2

1.3 Tujuan..........................................................................................................2

Bab II Pembahasan...................................................................................................3

2.1 Pengertian Penanaman Modal Asing (PMA)...............................................3

2.2 Pengertian Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN)...............................4

2.3 Kebijakan Investasi melalui PMA dan PMDN pada masa Orde Lama.......5

2.4 Kebijakan Investasi melalui PMA dan PMDN pada masa Orde Baru.........6

2.5 Kebijakan Investasi melalui PMA dan PMDN pada masa Reformasi.........6

Bab III Penutup .......................................................................................................8

3.1 Kesimpulan..................................................................................................8

3.2 Saran ………………………………………………………………………9

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………....10

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

3
Sebagai negara yang sedang berkembang, $nd(nesia membutuhkan dana yang besar guna
melaksanakan pembangunan nasional. Kebutuhan dana yang besar tersebut diperlukan untuk 
membangun kembali perekonomian Indonesia yang tertinggal dari negara-negara maju baik
yang ada di kawasan regional maupun kawasan global. Adapun salah satu sumber dana utama
guna memenuhi kebutuhan dana yang cukup besar dalam melaksanakan pembangunan
nasional tersebut diperoleh melalui kegiatan penanaman modal atau investasi. Mengingat
akan begitu  besarnya peran penanaman modal atau investasi bagi pembangunan nasional,
maka sudah sewajarnya penanaman modal atau investasi mendapat perhatian khusus dari
pemerintah dan menjadi bagian yang penting dalam penyelenggaraan perekonomian nasional.
Sebab dengan adanya kegiatan penanaman modal atau investasi Indenesia dapat mengolah
segala potensi ekonomi yang ada menjadi kekuatan ekonomi riil.
Investasi adalah bagian sangat penting dalam pembangunan ekonomi nasional, termasuk
sektor pertanian. Dalam perspektif jangka panjang ekonomi makro, investasi akan
meningkatkan stok kapital, dimana penambahan stok kapital akan meningkatkan kapasitas
produksi masyarakat yang kemudian mempercepat laju pertumbuhan ekonomi nasional (van
der Eng, 2009). Pemerintah telah berupaya untuk mendorong investasi, baik oleh pengusaha
di dalam negeri maupun pengusaha asing, dengan berbagai kebijakan dan regulasi. Namun
masih banyak faktor lingkungan selain kebijakan dan regulasi pemerintah yang ikut
berpengaruh terhadap perkembangan investasi di bidang pertanian, bahkan kebijakan dan
regulasi yang ditetapkan oleh kementerian-kementerian lain di luar Kementerian Pertanian
dan lembaga-lembaga non-kementerian. Khususnya untuk investasi asing, lebih banyak
persyaratan yang dituntutnya agar mereka tertarik untuk menanamkan modalnya di
Indonesia.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan penanaman modal ?
2. Apa yang dimaksud dengan penanaman modal asing (PMA)?
3. Apa yang dimaksud dengan penanaman modal dalam negeri (PMDN)?
4. Bagaimana kebijakan investasi melalui PMA dan PMDN pada masa orde lama?
5. Bagaimana kebijakan investasi melalui PMA dan PMDN pada masa orde baru?
6. Bagaimana kebijakan investasi melalui PMA dan PMDN pada masa reformasi?

1.3 Tujuan
1. Sebagai pemenuhan salah tugas dalam mata kuliah Perekonomian Indonesia

4
2. Untuk mengetahui bagaimana kebijakan investasi melalui PMA dan PMDN pada masa
orde lana, orde baru dan reformasi
3. Sebagai bahan referensi bagi pembaca

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Penanaman Modal

5
Istilah investasi atau penanaman modal merupakan istilah-istilah yang dikenal, baik
dalam kegiatan bisnis sehari-hari maupun dalam bahasa perundang- undangan. Istilah
investasi merupakan istilah yang lebih popular dalam dunia usaha, sedangkan istilah
penanaman modal lebih banyak digunakan dalam bahasa perundang-undangan. Investasi
berasal dari kata invest yang berarti menanam, menginvestasikan atau menanam uang.
Berdasarkan Pasal 1 Undang-undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal,
menyebutkan bahwa Penanaman Modal adalah segala bentuk kegiatan Penanaman modal,
baik oleh penanaman modal dalam negeri maupun penanaman modal asing untuk melakukan
usaha di wilayah Negara Republik Indonesia.
Dari pengertian diatas, dapat ditarik unsur-unsur terpenting dari kegiatan investasi atau
penanaman modal, yaitu:
1. Adanya motif untuk meningkatkan atau setidak-tidaknya untuk mempertahankan modal.
2. Bahwa modal tersebut tidak hanya mencakup hal-hal yang bersifat kasat mata dan dapat
diraba, tetapi juga mencakup sesuatu yang bersifat tidak kasat matadan tidak dapat
diraba.
3. Investasi dibagi menjadi dua macam yaitu investasi asing dan investasi domestik.
Investasi asing yang bersumber dari pembiayaan luar negeri, sedangkan investasi
domestic adalah investasi yang bersumber dari pembiayaan dalam negeri.
Setiap usaha penanaman modal harus diarahkan kepada kesejahteraan masyarakat.
Artinya, dengan adanya investasi yang ditanamkan para investor dapat meningkatkan
kualitas masyarakat Indonesia.
Investasi dibagi menjadi dua macam, yaitu investasi asing (PMA) dan investasi domestik
(PMDN). Investasi asing merupakan investasi yang bersumber dari pembiayaan luar negeri,
sedangkan investasi domestik adalah investasi yng bersumber dari pembiayaan dalam negeri.
Investasi ini digunakan untuk membangun usaha yang terbuka untuk investasi dan tujuannya
untuk memperoleh keuntungan.

2.2 Penanaman Modal Asing (PMA)


A. Pengertian Penanaman Modal Asing (PMA)
Penanaman Modal Asing (PMA) merupakan suatu bentuk investasi dengan jalan
membangun, membeli total atau mengakuisisi perusahaan. Penanaman Modal di Indonesia
ditetapkan melalui Undang-Undang No.25 tahun 2007 tentang Penanaman Modal Aing (PMA).
Penanaman Modal Asing dalam Undang-Undang ini yaitu aktivitas menanamkan modal untuk
melakukan usaha di wilayah Republik Indonesia yang dilakukan oleh penanam modal asing, baik
menggunakan modal asing seutuhnya ataupun yang bekerjasama dengan penanam modal dalam

6
negeri (Pasal 1 UndangUndang No.25 tahun 2007 tentang Penanaman Modal). Pengertian modal
asing dalam undang – undang tersebut (Jufrida, 2016), yaitu sebagai berikut:

a. Alat pembayaran luar negeri yang bukan merupakan bagian dari kekayaan devisa

Indonesia, yang mendapat persetujuan pemerintah digunakan untuk pembiayaan

perusahaan di Indonesia.

b. Alat-alat untuk perusahaan, termasuk penemuan-penemuan baru dari orang asing

dan bahan-bahan, yang dimasukkan dari luar ke dalam wilayah Indonesia, selama

alat-alat tersebut tidak dibiayai dari kekayaan devisa Indonesia.

c. Bagian dari hasil perusahaan yang berdasarkan undang – undang ini keuntungan

yang diperkenankan ditransfer, tetapi dipergunakan untuk membiayai perusahaan di

Indonesia.

Penanaman modal asing (PMA) atau investasi asing yaitu kegiatan arus modal yang
didapatkan dari pihak luar yang bergerak ke bidang dari Investasi Asing. United Nations Conference
on Trade and Development (UNCTAD) mengartikan Penanaman Modal Asing seperti investasi yang
dijalankan oleh perusahaan di dalam negara terhadap perusahaan di negara lain demi keperluan
mengelolah operasi perusahaan di negara tersebut (Arifin dkk, 2008 dalam Fadilah, 2017).

Menurut Ma’ruf dan Wihastuti (2008), teori pertumbuhan endogen menjelaskan bahwa
investasi pada modal fisik dan modal manusia berperan dalam menentukan pertumbuhan ekonomi
jangka panjang. Kontribusi pemerintah terhadap pertumbuhan ekonomi dapat dijelaskan melalui
pengaruhnya dalam melakukan perubahan konsumsi atau pengeluaran untuk investasi publik dan
penerimaan dari pajak
(Ma’ruf dan Wihastuti, 2008). Kelompok teori ini juga menganggap bahwa keberadan
infrastruktur, hukum dan peraturan, stabilitas politik, kebijakan pemerintah, birokrasi, dan dasar
tukar internasional sebagai faktor penting yang juga mempengaruhi pertumbuhan ekonomi (Ma’ruf
dan Wihastuti, 2008).
B. Syarat Pendirian PMA di Indonesia

Penanaman modal asing atau PMA ini dilakukan melalui pendirian sebuah badan hukum
yaitu Perseroan Terbatas atau PT. Pada dasarnya proses pendirian PT ini sama saja seperti
pendirian perusahaan lokal. Hanya saja untuk PT PMA dibutuhkan persetujuan BKPM yang
termuat dalam sebuah dokumen bernama izin prinsip.Izin prinsip merupakan izin yang
bersifat wajib. Izin ini harus dimiliki oleh siapa saja yang ingin memulai usaha maupun
melakukan penanaman modal. Inilah yang sangat dibutuhkan dalam proses pembentukan PT
PMA. Sebelum membahas mengenai izin prinsip, mari kita lihat dulu proses pendirian PT
PMA secara keseluruhan.
Apa saja syarat yang dibutuhkan agar bisa mendirikan PT PMA di Indonesia? Berikut
adalah persyaratan yang harus dipersiapkan :

7
1) Fotocopy KTP atau paspor pendiri perusahaan
2) Fotocopy NPWP
3) Laporan anggaran dasar untuk pemohon yang berupa badan hukum
4) Alamat Email
5) Nomor Telepon
6) Pas foto dengan latar belakang merah, berukuran 3×4 dan 4×6 (masing-masing 4
lembar)
7) Keterangan struktur kepengurusan dan kepemilikan saham atau modal bagi para
pendiri PT PMA
8) Keterangan alamat PT PMA
9) Fotokopi IMB atau izin mendirikan bangunan untuk PT PMA
10) Fotokopi bukti pemakaian tempat usaha
11) Stempel perusahaan
12) Surat kuasa yang asli bukan salinan
13) Diagram alur produksi lengkap dengan rincian serta proses produksi dari bahan baku
menjadi produk jadi (untuk sektor industri)
14) Deskripsi kegiatan dan jasa yang disediakan (untuk sektor bisnis jasa)
15) Surat pernyataan permodalan

Selain itu, Anda juga harus mempersiapkan pengajuan izin prinsip. Telah disinggung
sebelumnya bahwa untuk mengajukan pendirian PT PMA harus ada izin prinsip. Berikut
adalah beberapa syarat dokumen yang dibutuhkan :
1) Identitas pemilik saham
2) Rencana kegiatan
3) Surat kuasa apabila pengurusan diserahkan kepada pihak lain yang mewakili
perusahaan
Proses pengajuan izin prinsip pada dasarnya cukup sederhana. Silakan buat surat permohonan
dan serahkan surat tersebut bersama persyaratan dokumen ke BKPM. Selanjutnya, dokumen
akan diperiksa dan jika sudah lengkap maka akan dilakukan validasi. Jika dokumen sudah
melewati proses validasi dan dinyatakan lolos maka permohonan akan disahkan. Setelah itu,
izin prinsip yang dibutuhkan dalam pendirian PT PMA akan diterbitkan. Proses pemeriksaan
dokumen hingga dinyatakan valid biasanya berlangsung selama 7 hari kerja.
C. Tahapan Proses Penanaman Modal Asing

Berikut adalah tahapan penanaman modal asing yang perlu Anda pahami :
 Tahap Persiapan
Bagian pertama yang harus dilalui dalam proses penanaman modal asing adalah tahap
persiapan. Pada tahap ini, dilakukan pengajuan permohonon kepada BPKM mengenai
rencana penanaman modal asing. Kepada BPKM, Anda perlu memberikan penjelasan
mengenai bisnis yang akan dikerjakan serta modal yang diinvestasikan. Di tahap ini pula
Anda bisa mengurus izin prinsip (akan dibahas di bagian selanjutnya). Biasanya tahap
persiapan ini berlangsung selama 4 hingga 7 hari.
 Tahap Konstruksi
Berikutnya adalah tahap konstruksi yang bisa juga disebut sebagai tahap realisasi. Setelah
melakukan pengajuan dan disetujui, maka Anda bisa segera masuk ke tahap ini. Di tahap
inilah Anda akan mendirikan perusahaan atau PT PMA. Tahap ini bisa dikatakan cukup rumit

8
karena ada banyak hal yang harus diurus.Dokumen yang harus disiapkan untuk melengkapi
tahap konstruksi ini juga cukup banyak. Anda juga harus menyediakan fasilitas agar PT PMA
yang Anda dirikan bisa segera berjalan. Demi mempermudah langkah Anda melewati tahap
ini, sangat dianjurkan untuk meminta bantuan maupun rekomendasi dari orang lain yang
berpengalaman.
 Tahap Operasi/Produksi
Bagian berikutnya yang harus dilalui untuk melakukan penanaman modal asing adalah tahap
operasi atau produksi. Tahap ini baru bisa dijalankan jika Anda sudah mempersiapkan semua
dokumen dan melalui dua tahap sebelumnya. Paling tidak persiapan harus sudah mencapai
85% agar bisa masuk ke tahap produksi atau operasi.Pada tahap ini Anda perlu membuat
pengajuan permohonan izin usaha tetap atau IUT. Dokumen-dokumen yang sudah disiapkan
di tahap kedua harus diserahkan ke BKPM. Jika BKPM mengabulkan, maka Anda akan
mendapatkan izin usaha tetap dan mulai bisa beroperasi.
D. Prosedur Pendirian PT PMA

Pastikan perusahaan Anda telah memiliki kelengkapan pendirian PT pada umumnya,


seperti :
a. Akta pendirian PT

b. Surat Keputusan Menteri Hukum dan HAM tentang pengesahan badan hukum
PT
c. Memiliki NPWP Perusahaan
Untuk dapat mendirikan PT PMA, perusahaan Anda wajib memenuhi persyaratan nilai
investasi dan permodalan untuk memperoleh Perizinan Penanaman Modal, yakni:
a. Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp10 miliar tidak termasuk tanah dan bangunan
tempat usaha berdasarkan laporan keuangan terakhir atau memiliki hasil penjualan
tahunan lebih dari Rp50 miliar berdasarkan laporan keuangan terakhir;
b. Memiliki total nilai investasi lebih besar dari Rp10 miliar, di luar tanah dan bangunan;
c. Memiliki nilai modal ditempatkan yang sama dengan modal disetor, paling sedikit Rp
2,5 miliar.
Mengenai persentase kepemilikan saham dihitung berdasarkan nilai nominal saham, dan
untuk masing-masing pemegang saham, kepemilikan sahamnya paling sedikit Rp 10 juta.
Memiliki Nomor Induk Berusaha (NIB) dan perizinan berusaha lainnya yang dapat diajukan
dengan sistem Online Single Submission (OSS) atau BKPM sesuai dengan sektor bisnis
perusahaan NIB adalah identitas pelaku usaha yang diterbitkan oleh Lembaga OSS setelah
pelaku usaha melakukan pendaftaran. NIB sekaligus berlaku sebagai:
a. Tanda Daftar Perusahaan (TDP)
b. Angka Pengenal Impor (API), jika pelaku usaha akan melakukan kegiatan impor
c. Akses Kepabeanan, jika pelaku usaha akan melakukan kegiatan ekspor dan/atau
impor Berdasarkan lampiran PP No. 24 Tahun 2018 tentang Pelayanan Perizinan
berusaha Terintegrasi, diatur bahwa sektor perizinan berusaha yang dapat diajukan
melalui sistem OSS,
d. Lokasi kegiatan berusaha harus sesuai dengan Rencana Tata Ruang wilayah setempat.
Namun dalam hal perusahaan berlokasi di dalam Kawasan Ekonomi Khusus (KEK),
ketentuan tentang bidang usaha yang terbuka dengan persyaratan tidak berlaku,

9
kecuali bidang usaha yang dicadangkan untuk UMKM dan Koperasi serta bidang
usaha yang tertutup untuk Penanaman Modal
e. Melengkapi perizinan khusus lainnya yang dibutuhkan kepada kementerian/instansi
terkait, yang bersangkutan dengan sektor perusahaan
f. Dalam hal perusahaan yang telah memiliki izin prinsip, izin investasi, pendaftaran
penanaman modal, atau izin usaha, yang masih berlaku, permohonan layanan
perizinan lain yang diperlukan harus mencantumkan NIB sebagai persyaratan.

2.3 Pengertian Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN)


A. Pengertian Penanaman Modal Dalam Negeri
Penanaman modal dalam negeri menurut UU No 25 tahun 2007 adalah kegiatan
menanamkan modal untuk melakukan usaha di wilayah negara Republik Indonesia yang
dilakukan oleh penanam modal dalam negeri dengan menggunakan modal dalam negeri.
Sejalan dengan pengertian penanaman modal dalam negeri diatas, pihak yang menjadi
penanam modal dalam negeri adalah :
1. Perseorangan warga negara Indonesia
2. Badan usaha Indonesia, dan atau
3. Pemerintah negeri Republik Indonesia
Jika dilihat dari pengertian di atas maka terdapat dua unsur utama penanaman modal
dalam negeri yaitu :
1. Penanam modal harus berasal dari dalam negeri (domestic investor)
2. Sumber modal (Souce of funds) tersebut harus berasal dari dalam negeri pula (domestic
fund)
Penetapan kedua unsur tersebut erat kaitannya dengan upaya untuk mendapatkan
kepastian bahwa penanaman modal yang ada dalam catatan administrasi tergolong sebagai
penanaman modal dalam negeri memang benar-benar murni sebagai penanaman modal dalam
negeri, tidak berasal dari sumber-seumber lain.
B. Syarat-syarat Penanaman Modal dalam Negeri
 Permodalan : menggunakan modal yang merupakan kekayaan masyarakat Indonesia baik
langsung maupun tidak langsung
 Pelaku investasi : Negara dan swasta. Pihak swasta dapat terdiri dari orang atau badan
hukum yang didirikan berdasarkan hukum di Indonesia
 Bidang Usaha : semua bidang yang terbuka bagi swasta, yang dibina, yang dipelopori
atau dirintis oleh pemerintah
 Perizinan dan perpajakan : Memenuhi perizinan yang ditetapkan oleh pemerintah daerah.
Antara lain seperti, izin usaha, lokasi, pertanahan dll

10
 Batas waktu berusaha : merujuk kepada peraturan dan kebijakan masing-asing daerah.
C. Prosedur Penanaman Modal Dalam Negeri
Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) merupakan instansi pemerintah yang
menangani kegiatan penanaman modal dalam rangka PMA dan PMDN. Pelayanan
persetujuan, perizinan, fasilitas penanam modal dalam rangka PMA dan PMDN dilaksanakan
olek BKPM berdasarkan pelimpahan kewenangan dari Mentri / Kepala Lembaga Pemerintah
Non Dept yang mmebina bidang-bidang usaha investasi.
Prosedur yang harus dilakukan dalam Penanaman Modal Dalam Negeri yaitu dengan
mengajukan Permohonan penanaman modal baru dalam rangka PMDN diajukan kepada
Kepala BKPM dalam rangkap dua dengan menggunakan formulir Model I/PMDN.
Formulir Model I/PMDN telah dibakukan oleh BKPM. Ini dimaksud untuk
mempermuda calon investor domestic untuk mengajukan permohonan kepada BKPM. Hal-
hal yang harus di isi oleh calon investor dalam permohonan tersebut meliputi:
1. Keterangan pemohon, yang meliputi nama pemohon, NPWP, akta pendirian, dan
perubahannya (nama nootaris, nomor, dan tanggal), pengesahan Menteri Kehakiman
serta alamat lengkap.
2. Keterangan rencana proyek, yang meliputi bidang usaha, lokasi proyek, roduksi
pertahun, pemasaran pertahun, luas tanah yang diperlukan, tenaga kerja, rencana
investasi, sumber pembiayaan, modal perseroan, jadwal waktu penyelesaian proyek dan
pernyataan.
D. Fasilitas Penanaman Modal Dalam Negeri
Perbedaan mendasar pada perusahaan PMDN dan PT biasa yaitu PMDN mendapatkan
fasilitas dari pemerintah Indonesia dalam menjalankan usahanya dimana fasilitas tersebut
tidak didapatkan oleh PT biasa. Berdasarkan Pasal 18 ayat (2) UUPM dijelaskan bahwa
fasilitas penanaman modal tersebut dapat diberikan kepada penanaman modal yang:
 melakukan perluasan usaha; atau
 melakukan penanaman modal baru.
Lebih lanjut, Pasal 18 ayat (4) UUPM menjelaskan bentuk fasilitas yang diberikan oleh
Pemerintah kepada penanaman modal, termasuk di dalamnya PMDN, dapat berupa:
1. pajak penghasilan melalui pengurangan penghasilan netto sampai tingkat tertentu
terhadap jumlah penanaman modal yang dilakukan dalam waktu tertentu;
2. pembebasan atau keringanan bea masuk atas impor barang modal, mesin, atau
peralatan untuk keperluan produksi yang belum dapat diproduksi di dalam negeri;

11
3. pembebasan atau keringanan bea masuk bahan baku atau bahan penolong untuk
keperluan produksi untuk jangka waktu tertentu dan persyaratan tertentu;
4. pembebasan atau penangguhan Pajak Pertambahan Nilai atas impor barang modal
atau mesin atau peralatn untuk keperluan produksi yang belum dapat diproduksi di dalam
negeri selama jangka waktu tertentu;
5. penyusutan atau amortisasi yang dipercepat; dan
6. keringanan Pajak Bumi dan Bangunan, khususnya untuk bidang usaha tertentu, pada
wilayah atau daerah atau kawasan tertentu.
2.4 Kebijakan Investasi Melalui PMA dan PMDN Pada Masa Orde Lama
Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945 secara resmi menyatakan kemerdekaan dari
penjajah, hal ini menandai bahwa bangsa Indonesia dapat menentunan nasibnya sendiri
dalam bidang perekonomian. Pemerintah Indonesia di bawah Presiden Soekarno mengambil
kebijakan untuk perekonomian Indonesia bertumpu pada penenaman modal dalam negeri
semata dan penanaman modal asing enggan untuk dilakukan mengingat pemerintah
Indonesia masih mencari jati diri sebagai bangsa yang baru merdeka dan berkutat pada
masalah penegakan hukum, politik, serta penangkalan adanya aksi agresi militer Belanda
yang mau masuk kembali untuk melakukan penjajahan di Indonesia. Selama 17 tahun
berikutnya Indonesia hanya menjadi negara pengimport besar barang modal dan teknologi
serta tidak satupun dalam bentuk penanaman modal asing secara langsung.
Hambatan dalam pembangunan ekonomi pada masa orde lama juga dipengaruhi oleh
sikap politik Indonesia, dimana pada masa pemerintahan Ir. Soekarno yang lebih condong
pada sistim sosialis timur. Pemerintahan orde lama pada dasarnya telah melakukan berbagai
kebijakan untuk mengundang penanam modal khususnya asing, dimana kepemilikan
modalnya telah ditentukan pemerintah yaitu 51% sahamnya harus dimiliki warga negara
Indonesia dan sisanya milik asing. Kebijakan penanaman modal asing yang dilakukan Ir.
Soekarno pada dasarnya bertujuan untuk melindungi penanam modal dalam negeri,
mengurangi ketergantungan pihak asing serta bentuk nasionalisme bangsa Indonesia.
Kebijakan Pemerintah Indonesia pada masa orde lama dengan adanya pembatasan
kepemilikan saham asing maksimal 49% mengakibatkan enggannya penanam modal asing
untuk melakukan investasi di indonesia oleh karena itu pemerintah hanya mengandalkan
penanaman modal dalam negeri serta sisa-sisa penanaman modal asing warisan Belanda
seperti de javasche bank. Keberadaan penanam modal asing warisan Belanda sirna setelah
kebijakan Ir. Soekarno yang melakukan nasionalisasi terhadap perusahaan-perusahaan asing

12
yang berada di Indonesia. Pertama kali kebijakan nasionalisasi perusahaan asing menimpa
perusahaan Belanda pada tahun 1957.

2.5 Kebijakan Investasi Melalui PMA dan PMDN Pada Masa Orde Baru
Era pembangunan dan investasi dimulai ketika Soeharto secara formal menjalankan
tugasnya pada Maret 1968. Pemerintahan Orde Baru, melalui Rencana Pembangunan Lima
Tahun (Repelita), sukses membangkitkan perekenomian negeri kita yang terpuruk. Masalah-
masalah ekonomi yang diwariskan pemerintahan Orde Lama, seperti tingkat inflasi yang
sangat tinggi, budget deficit, kemiskinan, perlambatan pertumbuhan ekonomi, dan hutang
luar negeri yang sangat besar, segera diberikan perhatian. Bila selama era Soekarno Indonesia
secara politis dekat dengan Blok Timur --oleh karenanya menutup pintu terhadap kerjasama
Barat di era Soeharto, Indonesia terdesak oleh keadaan untuk membuka kembali
hubungannya dengan negara-negara Barat serta berbagai organisasi multilateral -- seperti
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan the International Monetary Fund (IMF) -- untuk
mendapatkan bantuan untuk merestrukturisasi perekonomiannya yang lumpuh, terutama
dalam memecahkan masalah hutang luar negeri.

Perkembangan penanaman modal asing maupun dalam negeri para era orde baru
dimulai pada tahun 1967 untuk penanaman modal asing dan 1968 untuk penanaman modal
dalam negeri sampai tahun 1997.perkembangan jumlah penanaman modal asing maupun
dalam negeri dapat disajikan sebagai berikut:

Perkembangan penanaman modal asing

No Tahun Jumlah Persetujuan PMA Jumlah Proyek


1 1967 $miliar US 210.6 13 Proyek
2 1968 256.4 miliar US$ 35 Proyek
3 1969 127.5 miliar US$ 37 Proyek
4 1970 170.2 miliar US$ 87 Proyek
5 1971 310.4 miliar US$ 64 Proyek
6 1972 171.7 miliar US$ 48 Proyek
7 1973 338.5 miliar US$ 70 Proyek
8 1974 565.6 miliar US$ 55 Proyek
9 1975 1,153.9 miliar US$ 24 Proyek
10 1976 251.2 miliar US$ 22 Proyek

13
11 1977 187.3 miliar US$ 21 Proyek
12 1978 237.0 miliar US$ 23 Proyek
13 1979 237.0 miliar US$ 13 Proyek
14 1980 1,081.3 miliar US$ 21 Proyek
15 1981 747.0 miliar US$ 24 Proyek
16 1982 2.456.1 miliar US$ 32 Proyek
17 1983 2,346.8 miliar US$ 46 Proyek
18 1984 1,121.1 miliar US$ 23 Proyek
19 1985 913.1 miliar US$ 46 Proyek
20 1986 1,056.8 miliar US$ 93 Proyek
21 1987 1,918.1 miliar US$ 141 Proyek
22 1988 4,447.7 miliar US$ 147 Proyek
23 1989 4,898.3 miliar US$ 308 Proyek
24 1990 9,639.6 miliar US$ 444 Proyek
25 1991 9,030.2 miliar US$ 390 Proyek
26 1992 10,466.1 miliar US$ 304 Proyek
27 1993 8,153.8 miliar US$ 330 Proyek
28 1994 27,046.1 miliar US$ 444 Proyek
29 1995 39,891.6 miliar US$ 782 Proyek
30 1996 29,941.0 miliar US$ 947 Proyek
31 1997 33,788.8 miliar US$ 781 Proyek
Jumlah 190,631.7 miliar US$ 5.699 Proyek
Sumber : BKMP

Lebih lanjut ,Perkembangan penanaman modal dalam negeri pada masa orde baru sejak tahun
1968 dapat dilihat berdasarkan data sebagai berikut :

Perkembangan Penanaman Modal Dalam Negeri

No Tahun Nilai Persetujuan Nilai Proyek


1 1968 Rp.38.6 miliar 27 Proyek
2 1969 Rp.36.6 miliar 73 Proyek

14
3 1970 Rp.1,296.5 miliar 175 Proyek
4 1971 Rp.218.3 miliar 216 Proyek
5 1972 Rp.184.9 miliar 268 Proyek
6 1973 Rp.492.4 miliar 301 Proyek
7 1974 Rp.214.4 miliar 134 Proyek
8 1975 Rp.160.1 miliar 79 Proyek
9 1976 Rp.401.6 miliar 77 Proyek
10 1977 Rp.490.2 miliar 157 Proyek
11 1978 Rp.751.4 miliar 188 Proyek
12 1979 Rp.682.4 miliar 167 Proyek
13 1980 Rp. 1,589.9 triliun 165 Proyek
14 1981 Rp.2,384.9 triliun 164 Proyek
15 1982 Rp.3,767.1 triliun 209 Proyek
16 1983 Rp.6,574.2 triliun 341 Proyek
17 1984 Rp.2,283.5 triliun 145 Proyek
18 1985 Rp.3,790.1 triliun 245 Proyek
19 1986 Rp.6,574.2 triliun 315 Proyek
20 1987 Rp.2,283.5 triliun 571 Proyek
21 1988 Rp.3,790.1 triliun 850 Proyek
22 1989 Rp.19,639.5 triliun 868 Proyek
23 1990 Rp.58,836.6 triliun 1331 Proyek
24 1991 Rp.41,210.8 triliun 808 Proyek
25 1992 Rp.29,395.9 triliun 422 Proyek
26 1993 Rp.39,715.5 triliun 547 Proyek
27 1994 Rp.53,598.2 triliun 825 Proyek
28 1995 Rp.69,844.7 triliun 793 Proyek
29 1996 Rp.97,401.1 triliun 807 Proyek
30 1997 Rp.119,877.2 triliun 723 Proyek
Rp.580.384.996 triliun 11.991 Proyek

Sumber : BKPM

15
2.6 Kebijakan Investasi Melalui PMA dan PMDN Pada Masa Reformasi
Pemerintahan Megawati Soekarno Putri
Presiden Megawati Soekarnoputri telah mengeluarkan Keppres Nomor 29 Tahun
2004 tentang Penyelenggaraan Penanaman Modal dalam Rangka Penanaman Modal Asing
dan Penanaman Modal Dalam Negeri Melalui Sistem Pelayanan Satu Atap. Keppres itu
ditetapkan tanggal 12 April 2004.
Diharapkan dengan perbaikan kondisi ekonomi makro selama ini dan adanya keppres,
investor lebih cepat masuk dan semakin tertarik menanamkan investasi di Indonesia.
Dari catatan BKPM, nilai persetujuan investasi penanaman modal asing (PMA) dan
penanaman modal dalam negeri (PMDN) meningkat tahun 2003 dibandingkan dengan nilai
persetujuan investasi PMA dan PMDN tahun 2002. Nilai persetujuan investasi PMA periode
Januari-Desember 2003 mencapai 13,20 miliar dollar AS dengan 1.024 proyek. Nilai
persetujuan investasi PMA pada periode yang sama tahun 2002 sebesar 9,79 miliar dollar AS
dengan proyek berjumlah 1.151.
Nilai persetujuan investasi PMDN 2003 mencapai Rp 48,48 triliun dengan 181 proyek. Nilai
persetujuan investasi PMDN 2002 hanya mencapai Rp 25,23 triliun dengan 188 proyek.
Dalam Keppres No 29/2004 itu disebutkan penyelenggaraan penanaman modal terdiri atas
lima bidang. Salah satunya, bidang pelayanan persetujuan, perizinan, dan fasilitas penanaman
modal.
Pelayanan persetujuan, perizinan, dan fasilitas penanaman modal dalam rangka PMA dan
PMDN dilaksanakan oleh BKPM berdasarkan pelimpahan kewenangan dari menteri/kepala
lembaga pemerintah nondepartemen yang membina bidang-bidang usaha penanaman modal
yang bersangkutan melalui sistem pelayanan satu atap sesuai Keppres Nomor 33 Tahun 1981
tentang BKPM.
Selain itu, gubernur/bupati/wali kota sesuai dengan kewenangannya dapat melimpahkan
kewenangan pelayanan persetujuan, perizinan, dan fasilitas penanaman modal kepada BKPM
melalui sistem pelayanan satu atap. Dengan keppres itu, perizinan investasi melalui kantor
perwakilan RI di luar negeri ditiadakan.
Pemerintahan Susilo Bambang Yudhyono
Semenjak era reformasi, sebenarnya pemerintah terus melakukan terobosan untuk
meningkatkan pertumbuhan investasi di Indonesia. Pada masa Pemerintah Susilo Bambang
Yudhoyono - Jusuf Kalla (SBY-JK), misalnya tanggal 26 April 2007 diundangkan Undang-
Undang (UU) No. 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal (UU PM).
UU PM sendiri mencabut pemberlakuan dua UU, yaitu: Pertama, UU No. 1 Tahun 1967
tentang Penanaman Modal Asing sebagaimana telah diubah dengan UU No. 11 Tahun 1970
tentang Perubahan dan Tambahan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1967 tentang Penanaman
Modal Asing (UU PMA).

16
Kedua, UU No. 6 Tahun 1968 tentang Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN)
sebagaimana telah diubah dengan UU No. 12 Tahun 1970 tentang Perubahan dan Tambahan
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1968 tentang Penanaman Modal Dalam Negeri (UU
PMDN).
Ada hal yang sangat prinsip dalam UU PM ini sendiri, yaitu: Pertama, asas perlakuan sama.
Salah satu asas penting dalam UU PM adalah perlakuan yang sama dan tidak membedakan
asal negara.
Kedua, kebijakan dasar penanaman modal yang tidak diskriminatif. Pemerintah dalam
menetapkan kebijakan dasar investasi dengan memberi perlakuan yang sama bagi penanam
modal dalam negeri dan penanam modal asing dengan tetap memperhatikan kepentingan
nasional.
Ketiga, perlakuan terhadap penanaman modal. Pemerintah memberikan perlakuan yang sama
kepada semua penanam modal yang berasal dari negara mana pun yang melakukan kegiatan
penanaman modal di Indonesia sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
UU PM sendiri medefinisikan maksud "asas perlakuan yang sama dan tidak membedakan
asal negara" adalah asas perlakuan pelayanan non-diskriminasi berdasarkan ketentuan
peraturan perundang-undangan, baik antara penanam modal dalam negeri dan penanam
modal asing maupun antara penanam modal dari satu negara asing dan penanam modal dari
negara asing lainnya.
Hal ini sangat berbeda dengan dua UU penanaman modal sebelumnya, yaitu UU PMA dan
UU PMDN. Dalam UU PM tersebut perlakuan yang sama antara investor asing dan investor
dalam negeri menjadi ruh utama penanaman modal

Pemerintahan Joko Widodo


Ekonomi Politik Investasi Perusahaan Multinasional di Era Pemerintahan Joko Widodo
Indonesia adalah salah satu negara berkembang yang sudah tidak asing lagi dengan
investasi PMN. Mulai dari era Orde Lama hingga pasca reformasi, Indonesia masih membuka
pintu bagi investasi PMN. Pusat bisnis dan kawasan industri pun bermunculan sebagai efek
domino dari kegiatan perusahaan multinasional.
Kemunculan industri Indonesia tidak lepas dari peranan PMN. Kemampuan modal dan
teknologi yang dibawa oleh PMN membantu untuk memunculkan perkembangan industri
dasar serta menggeser orientasi pembangunan daerah yang agraris menjadi orientasi industri
(Anoraga, 1995). Melalui Penanaman Modal Asing (PMA), PMN di Indonesia berupaya
untuk berbisnis di berbagai sektor. Berdasarkan laporan Realisasi Penanaman Modal PMDN–
PMA Triwulan IV dan Januari-Desember
Tahun 2017 yang dikeluarkan oleh Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) RI
(2018), sektor dengan investasi PMA tertinggi adalah sektor pertambangan dengan investasi
sebesar US$ 4.375,9 juta dengan jumlah proyek sebanyak 729 sepanjang periode Januari-
Desember 2017. Singapura menjadi negara asal PMA terbanyak di Indonesia pada periode
Januari-Desember 2017 dengan total investasi sebesar US$ 8.441,6 Juta melalui 5.951
proyek.
17
1.1. Dinamika Perusahaan Multinasional di Indonesia
Sejarah mencatat masuknya PMN di Indonesia dimulai pada era Orde Lama dengan
diterbitkannya Undang-undang Nomor 78 Tahun 1958 tentang penanaman modal asing.
Penetapan Undang-undang penanaman modal asing menandakan adanya kebutuhan
pemerintah Orde Lama terhadap modal untuk meningkatkan kondisi ekonomi Indonesia. Hal
ini menunjukkan bahwa investasi PMN dinilai sebagai tambahan modal untuk menutupi
kekurangan modal dalam negeri. Sayangnya, PMN tidak merasakan keamanan dalam
berinvestasi di Indonesia pada era Orde Lama. Setelah kemerdekaan Indonesia pada Tahun
1945, perusahaan asing yang beroperasi di Indonesia berhadapan pada kondisi politik yang
sangat berisiko bagi PMN.
1.2. Pandangan Pemerintah terhadap PMN
UU Nomor 25 Tahun 2007 tentang penanaman modal mengatur PMN sebagai badan
usaha asing dapat melakukan penanaman modal asing baik dengan menggunakan modal
asing seluruhnya maupun dengan menjalin kerjasama dengan penanam modal dalam negeri.
Regulasi tersebut menjadi tanda PMN memiliki kesempatan berinvestasi di Indonesia.
Pemerintahan Jokowi tidak melakukan perubahan terhadap UU tersebut sehingga tetap
menjadi landasan bagi kehadiran PMN di Indonesia. Selain memberikan kesempatan bagi
PMN untuk berinvestasi di Indonesia, pemerintahan Jokowi juga beberapa kali
mengisyaratkan upaya menarik investasi PMN ke Indonesia.
Sesaat setelah memenangkan pemilihan presiden 2014, Jokowi diwawancarai oleh
Jonathan Tepperman, editor manajer Foreign Affairs. Wawancara yang berlangsung pada
pertengahan September 2014 tersebut membahas mulai dari pengalaman yang
dihadapi Jokowi dalam pilpres 2014 hingga langkah-langkah yang akan ditempuh
Jokowi sebagai presiden kedepannya. Salah satu poin yang juga disinggung dalam
wawancara ini yakni pandangan Jokowi terhadap pengembangan sektor investasi. Jokowi
mengatakan bahwa Indonesia terbuka bagi investasi PMN, terutama di bidang pembangunan
infrastruktur, industri, dan manufaktur (Widodo, 2014).
Terbukanya Indonesia bagi investasi dipandang oleh Jokowi dapat membangun
infrastruktur dan ekonomi Indonesia yang sangat penting karena pada akhirnya berdampak
pada terciptanya lapangan kerja dan kehidupan masyarakat yang lebih baik. Pandangan
tersebut menunjukkan bahwa pemerintah Indonesia di era Jokowi memiliki optimisme
terhadap investasi PMN.

Perkembangan penanaman modal era reformasi dapat terlihat dalam tabel sebagai berikut :
Perkembangan penanaman modal asing

No. Tahun Nilai Persetujuan Jumlah Proyek

1 1998 13,585 miliar US$ 1.034 proyek

2 1999 10,892, miliar US$ 1,174 proyek

18
3 2000 15,420 miliar US$ 1,524 proyek

4 2001 9,027 miliar US$ 1,317 proyek

5 2002 9,79 miliar US$ 1,151 proyek

6 2003 13,20 miliar US$ 1,024 proyek

7 2004 8,85 miliar US$ 969 proyek

8 2005 4,60 miliar US$ 909 proyek

9 2006 4,69 miliar US$ 801 proyek

10 2007 7,1 miliar US$ 485 proyek

11 2008 14,2 miliar US$ 263 proyek

12 2009 10 miliar US$ 2,754 proyek

13 2010 16,214.8 miliar US$ 3,076 proyek

14 2011 19,474.5 miliar US$ 4,342 proyek

15 2012 24,564.7 miliar US$ 4,579 proyek

16 2013 28,617.5 miliar US$ 9,612 proyek

17 2014 28,529.7 miliar US$ 8,885 proyek

18 2015 29,275.9 miliar US$ 17,738 proyek

19 2016 28,964.1 miliar US$ 25.321 proyek

JUMLAH 296,991 miliar US$ 350.161 proyek

Sumber : BKPM
Berdasarkan data tersebut jumlah persetujuan penanaman modal asing di Indonesia pada
masa orde reformasi sebesar 296,991 miliar US$ dengan jumlah proyek sebanyak 350.161.
Tahun 2005 paling sedikit masuknya modal ke Indonesia dengan jumlah 4,60 miliar US$
dengan jumlah proyek sebanyak 909 sedangkan tahun 2015 adalah tahun terbanyak
masuknya modal asing ke Indonesia dengan mencatatkan 29,275.9 miliar US$ dengan
jumlah proyek sebanyak 17,738.
Lebih lanjut perkembangan penanaman modal dalam negeri pada era reformasi yang dimulai
pada jaman Presiden BJ Habibie tahun 1998 hingga sekarang Presiden Joko Widodo dapat
dilihat sebagaimana tabel di bawah ini :

Realisasi penanaman modal dalam negeri


19
No. Tahun Nilai Persetujuan Jumlah Proyek

1 1998 Rp. 57.938 triliun 320 proyek

2 1999 Rp. 53.120 triliun 228 proyek

3 2000 Rp. 92,410 triliun 355 proyek

4 2001 Rp. 58,672 triliun 249 proyek

5 2002 Rp. 25,23 triliun 188 proyek

6 2003 Rp. 48,48 triliun 181 proyek

7 2004 Rp. 8,87 triliun 145 proyek

8 2005 Rp. 30,66 triliun 214 proyek

9 2006 Rp. 20,79 triliun 145 proyek

10 2007 Rp. 34,87 triliun 305 proyek

11 2008 Rp. 80,30 triliun 90 proyek

12 2009 Rp. 70,40 triliun 150 proyek

13 2010 Rp. 60,626 triliun 875 proyek

14 2011 Rp. 76,000 triliun 1313 proyek

15 2012 Rp. 92,182 triliun 1210 proyek

16 2013 Rp. 128,150 triliun 2129 proyek

17 2014 Rp. 156,126 triliun 1652 proyek

18 2015 Rp. 179,465 triliun 5100 proyek

19 2016 Rp. 216,230 triliun 7511 proyek

Jumlah Rp. 1.510.519 triliun 22360 proyek

Sumber : BKPM
Berdasarkan data tersebut investasi penanaman modal dalam negeri di Indonesia pada masa
reformasi tercatat Rp. 1.510.519 triliun dengan jumlah proyek sebanyak 22360. Tahun 2006
paling sedikit masuknya modal dalam negeri sebanyak Rp. 20,79 triliun dengan jumlah
proyek sebanyak 145, sedangkan tahun 2016 adalah tahun terbanyak masuknya modal dalam
negeri sebanyak Rp. 216,230 triliun triliun dengan jumlah proyek sebanyak 7511.

20
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Investasi merupakan salah satu faktor fundamental yang menentukan pertumbuhan
ekonomi nasional. Pengeluaran pemerintah untuk membangun infrastruktur dan jasa publik
sangat mempengaruhi minat dan hasil investasi yang dilakukan oleh masyarakat, baik
perusahaan berskala besar (swasta nasional, swasta asing, BUMN) maupun usaha rakyat.
Kebijakan investasi selama ini sudah diarahkan untuk meningkatkan investasi. Peluang
investasi di bidang pertanian di Indonesia juga masih sangat besar. Namun masih diperlukan
upaya lebih keras lagi untuk memecahkan berbagai permasalahan. Jika tidak, maka
dikhawatirkan investor baru akan lebih memilih menginvestasikan dan investor lama akan
mengalihkan investasi modalnya ke negara-negara lain yang lebih kondusif.

3.2 Saran
1. Guna meningkatkan iklim penanaman modal di Indonesia, perlu sekiranya pemerintah
bekerjasama dengan negara maju dengan menawarkan berbagai kelebihan dan keunggulan,
kemudahan berinvestasi di Indonesia sekaligus memberdayakan penanam modal dalam
negeri yang potensial serta UMKM sebagai motor penggerak roda perekonomian rakyat.
2. Meningkatkan semangat kewirausahaan dan menciptakan teknologi bagi masyarakat
indonesia sebagai embrio penanam modal dalam negeri guna mengurangi tingkat
ketergantungan kepada penanam modal asing yang selama ini terjadi di Indonesia

21
DAFTAR PUSTAKA
Agus Saiful Abib, Endah Pujiastuti, Tri Mulyani.2017.”Konsep Penanaman Modal Sebagai
Upaya Mestimulasi Peningkatan Perekonomian Indonesia”.Semarang
Prajogo U Hadi.2010.”Kinrja, Prospek dan Kebijakan Investasi di Indonesia”.Analisis
Kebijakan Pertanian.Bogor
Rizky, Reza Lainatul, Grisvia Agustin, and Imam Mukhlis. "Pengaruh Penanaman Modal
Asing, Penanaman Modal Dalam Negeri Dan Belanja Modal Terhadap Pertumbuhan
Ekonomi Provinsi Di Indonesia." Jurnal Ekonomi dan Studi Pembangunan 8.1
(2016): 9-16.

22

Anda mungkin juga menyukai