Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

ASET TETAP DAN PROPERTI INVESTASI

Disusun untuk memenuhi tugas


Mata Kuliah : Akuntansi Keuangan Menengah
Dosen Pengampu : Hernanda Tiaranani, S.E.,M.Ak

Disusun Oleh :
1. JIHAN BELA SAPUTRI (60221067)
2. LATIFATUL KALAMIYAH (60221077)
3. LINA SAFITRI (60221079)
4. LUTFIANA AYU FERATAMA (60221080)
5. VINA MAWADAH (60221162)

PRODI MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS
UNIVERSITAS SELAMAT SRI
TAHUN 2022/2023
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah mmemberikan
rahmat dan hidayah kepada kita semua, tak lupa sholawat serta salam kita haturkan
kepada baginda Nabi Muhammad SAW, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
yang berjudul “ Aset Tetap dan Properti Investasi” sesuai dengan yang diharapkan.
Dengan maksud penyelesaian makalah ini untuk memenuhi tugas mata kuliah
Akuntansi Keuangan Menengah. Terimakasih kami haturkan kepada Bapak/Ibu selaku
pembimbing materi pembuatan makalah tersebut, dan tak lupa untuk semua pihak yang
mendukung didalam penyusunan makalah ini. Harapan kami pun semoga makalah ini
dapat bermanfaat, khususnya kepada para pembaca untuk menambah wawasan baru
atau pengetahuan tentang makalah ini. Kami menyadari makalah ini masih banyak
kekurangan yang mungkin tidak disadai dan dengan keterbatasan yang kami miliki.
Kritik dan saran dari pembaca akan diterima dengan tangan terbuka demi perbaikan
dan kesempurnaan makalah ini.

Kendal, 06 Desember 2022

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................ii
DAFTAR ISI..............................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.....................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah................................................................................................2
1.3 Tujuan .................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Definisi Aset Tetap .............................................................................................3
2.2 Pengakuan Aset Tetap .........................................................................................3
2.3 Pengukuran Awal Aset Tetap ..............................................................................3-4
2.4 Pengukuran Setelah Aset Tetap...........................................................................4
a. Model Biaya ..................................................................................................5
b. Model Revaluasi ............................................................................................5
c. Metode Proporsional......................................................................................6
d. Metode Eliminasi...........................................................................................6
2.5 Penyusutan...........................................................................................................7
2.6 Penghentian Pengakuan Aset Tetap ....................................................................7-8
2.7 Penurunan Nilai....................................................................................................8-9
2.8 Penyajian dan Pengungkapan Aset Tetap ...........................................................9-10
2.9 Definisi Properti Investasi....................................................................................10
2.10 Pengakuan..........................................................................................................10
2.11 Pengukuran Awal...............................................................................................10
2.12 Pengukuran Setelah Perolehan...........................................................................10
2.13 Model Biaya.......................................................................................................10
2.14 Model Nilai Wajar...........................................................................................10-11
2.15 Penghentian Pengakuan.....................................................................................11
a. Transfer..........................................................................................................11
2.16 Penyajian............................................................................................................11
2.17 Pengungkapan..................................................................................................11-12

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan..........................................................................................................13

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Aset merupakaan bagian yang terpenting dalam suatu perusahaan. Setiap perusahaan memiliki
jenis aset dalam jumlah yang beragam. Hal ini didasarkan pada jenis usaha yang dijalankan dan
tergantung pada skala perusahaan. Perusahaan yang berskala besar akan membutuhkan investasi
yang banyak agar dapat menunjang efektifitas dan efisiensi usaha.
Perusahaan pada umumnya akan melakukan investasi dalam bentuk aset baik berupa invetasi
pada aset lancar maupun investasi pada aset tetap. Perusahaan yang menginvestasikan modalnya
dalam bentuk aset yang bersifat tahan lama untuk kegiatan operasi sehari-harinya dapat
menggelompokkan penanaman modal tersebut ke akun aset tetap. Aset tetap merupakan aset
berwujud yang dimiliki untuk digunakan dalam produksi atau penyediaan barang atau jasa, untuk
direntalkan kepada pihak lain, atau untuk tujuan administratif, dan diharapkan untuk digunakan
selama lebih dari satu periode dan memiliki nilai yang materil. (Martanai, dkk (2012: 271)).Aset
tetap dan properti investasi merupakan komponen aset tidak lancar. Aset tetap merupakan komponen
aset yang paling besar nilainya dalam Laporan Posisi Keuangan sebagian besar perusahaan

Investasi merupakan suatu pengeluaran sejumlah dana dari investor atau pengusaha guna
membiayai kegiatan produksi untuk mendapatkan profit di masa yang akan datang. Investasi tercipta
dari pendapatan yang di tabung atau dari penanaman modal baik secara langsung maupun tidak
langsung oleh berbagai pihak dengan tujuan memperbesar output dan meningkatkan pendapatan di
kemudian hari. Investasi yang lazim di sebut dengan istilah penanaman modal, akan memberikan
banyak pengaruh kepada perekonomian suatu Negara ataupun dalam cakupan yang lebih kecil, yaitu
daerah. Adakalanya pada suatu tingkat pendapatan nasional tertentu, tingkat investasi mencapai
tingkat yang tinggi dan menjadi sangat berbeda pada saat-saat lainnya. Hal ini dapat dimungkinkan
karena besarnya tingkat investsi yang sangat bergantung kepada besarnya harapan yang akan dicapai
di masa yang akan datang.
Apabila ramalan di masa akan datang prospektif, maka ada kecenderungan para investor akan
melakukan lebih banyak investasi, dan begitu pula sebaliknya Ada dua peran investasi dalam makro
ekonomi. Pertama, karena merupakan pengeluaran yang cukup besar dan tidak mudah habis.
Perubahan besar dalam investasi akan sangat mempengaruhi permintaan Agregat dan ahirnya akan
berpengaruh juga pada output dan kesempatan kerja. Kedua, investasi akan mendorong terjadinya
akumulasi modal, penambahan stok bangunan gedung dan peralatan penting lainnya akan
meningkatkan output potensial suatu bangsa dan merangsang pertumbuhan suatu bangsa di bidang
ekonomi untuk jangka panjang. Dengan demikian investasi memainkan dua peran yakni
mempengaruhi output jangka pendek melalui dampaknya terhadap permintaan Agregat dan
mempengaruhi laju pertumbuhan output jangka panjang melalui dampak pembentukan modal
terhadap output potensial dan penawaran Agregat.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa itu pengertian aset tetap?
2. Bagaimana pengakuan asset tetap?
3. Bagaimana pengukuran awal asset tetap?

iv
4. Bagaimana pengukuran setelahnya?
5. Bagaimana penghentian pengakuan asset tetap?
6. Bagaimana penyajian dan pengungkapan asset tetap?
7. Apa pengertian properti investasi?
8. Bagaimana pengakuan properti investasi?
9. Bagaimana pengukuran awal property investasi?
10. Bagaimana pengukuran setelah perolehan?
11. Bagaimana penghentian pengakuan property investasi?
12. Bagaimana penyajian property investasi?
13. Bagaimana pengungkapan property investasi?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian asset tetap
2. Untuk mengeatahui bagaimana pengakuan asset tetap
3. Untuk mengetahui bagaimana pengukuran awal asset tetap
4. Untuk mengetahui bagaimana pengukuran setelahnya
5. Untuk mengetahui bagaimana penghentian pengukuran asset tetap
6. Untuk mengetahui bagaimana penyajian dan pengungkapan asset tetap
7. Untuk mengetahui pengertian property investasi
8. Untuk mengetahui bagaimana pengakuan property investasi
9. Untuk mengetahui bagaimana pengykuran awal property investasi
10. Untuk mengetahui bagaimana pengukuran setelah perolehan
11. Untuk mengetahui bagaimana penghentian pengakuan property investasi
12. Untuk mengetahui bagaimana penyajian property investasi
13. Untuk mengetahui bagaimana pengungkapan property investasi

v
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Defenisi Aset Tetap
Aset tetap adalah asset berwujud yang:
1. Dimiliki untuk digunakan dalam produksi atau penyediaan barang atau jasa, untuk direntalkan
kepada pihak lain, atau tujuan administratif, dan
2. Diharapkan untuk digunakan selama lebih dari satu periode.
Berdasarkan defenisi di atas terdapat beberapa hal penting terkait aset tetap, yaitu:
1. Aset tetap adalah aset berwujud, yaitu mempunyai bentuk fisik (seperti tanah, bangunan),
berbeda dengan paten atau merek dagang yang tidak mempunyai bentuk fisik (merupakan aset
tak berwujud).
2. Aset tetap mempunyai tujuan penggunaan khusus, yaitu digunakan dalam produksi atau
penyediaan barang atau jasa, untuk direntalkan pada pihak lain, atau untuk tujuan administratif.
3. Aset tetap termasuk ke dalam aset tidak lancar, karena diharapkan akan digunakan untuk lebih
dari 1 (satu) periode akuntansi.

2.2 Pengakuan
Sebagaimana pengakuan untuk aset lainnya, biaya perolehan aset tetap harus diakui
sebagai aset jika dan hanya jika:
1. Besar kemungkinan manfaat ekonomis di masa depan berkenaan dengan aset tersebut akan
mengalir ke entitas , dan
2. Biaya perolehan aset dapat diukur secara andal.

Ini merupakan prinsip pengakuan umum untuk aset tetap. Prinsip ini terapkan pada saat
pengakuan  awal aset, pada saat ada bagian tertentu dari aset yang diganti, dan jika ada pengeluaran
tertentu yang terjadi terkait dengan aset tersebut selama masa manfaatnya. Jika pengeluaran tersebut
menimbulkan manfaat ekonomis di masa depan, maka dapat diakui sebagai aset.
2.3 Pengukuran Awal
Suatu aset tetap yang memenuhi kualifikasi untuk diakui sebagai aset pada awalnya harus
diukur sebesar biaya perolehan. Biaya perolehan aset tetap meliputi berikut ini.
1. Harga perolehannya, termasuk bea impor dan pajak pembelian yang tidak boleh
dikreditkan setelah dikurangi diskon pembelian dan potongan-potongan lain.
2. Biaya-biaya yang dapat diatribusikan secara langsung untuk membawa aset ke lokasi dan
kondisi yang diinginkan agar aset siap digunakan sesuai dengan keinginan  dan maksud
manajemen.
3. Estimasi awal biaya pembongkaran dan pemindahan aset tetap dan restorasi lokasi aset.
Contoh biaya yang dapat diatribusikan secara langsung adalah:
1. Biaya imbalan kerja (seperti yang telah didefinisikan dalam PSAK 24 Imbalan Kerja)yang
timbul secara langsung dari pembangunan atau akuisisi aset tetap;
2. Biaya penyiapan lahan untuk pabrik;
3. Biaya penanganan (handling) dan penyerahan;
4. Biaya perakitan dan instalasi;
5. Penjualan produk yang dihasilkan sehubungan dengan pengujian tersebut
(misalnya, contoh yang di produksi dari peralatan yang sedang diuji); dan
6. Komisi professional.
Pada saat perolehan aset tetap, maka harus diestimasikan dan dihitung nilai
kininya  (present value) dari biaya sehubungan dengan pembongkaran dan pemindahan aset tetap
dan biaya restorasi aset tetap tersebut. Nilai tersebut kemudian ditambahkan pada biaya perolehan

vi
aset tetap. Total biaya perolehan, termasuk estimasi biaya pembongkaran dan pemindahan aset
tetap  dan biaya restorasi aset tetap, akan disusutkan selama estimasi masa manfaatnya.

Aset kualifikasian (qualifying asset) adalah aset yang membutuhkan suatu peride waktu
yang substansial agar siap untuk digunakan atau dijual sesuai  dengan maksudnya.
Berikut adalah beberapa aset yang dapat memenuhi criteria aset kualifikasian, yaitu:
1.     Persediaan;
2.    Pabrik manufaktur;
3.    Fasilitas pembangkit listrik;
4.    Aset tak berwujud;
5.    Properti investasi.
Aset keuangan dan persediaan yang dipabrikasi atau diproduksi dengan periode waktu
yang pendek bukan termasuk aset kualifikasian. Begitu pula aset yang siap untuk digunakan atau
dijual sesuai dengan maksudnya ketika diperoleh tidak termasuk aset kualifikasian.
Awal tanggal kapitalisasi bunga pinjaman adalah tanggal ketika entitas pertama kali
memenuhi semua kondisi berikut.
1.      Terjadinya pengeluaran untuk aset.
2.      Terjadinya biaya pinjaman.
3.      Entitas telah melakukan aktivitas yang diperlukan untuk menyiapkan aset untuk digunakan atau
dijual sesuai dengan maksudnya.
Tingkat kapitalis adalah rata-rata tertimbang biaya pinjaman atas saldo pinjaman periode
berjalan dari dana secara umum tersebut. Jumlah biaya pinjaman yang dikapitalisasi selama suatu
periode tidak boleh melebihi jumlah biaya pinjaman yang terjadi.
Biaya perolehan aset tetap adalah setara dengan nilai tunainya dan diakui pada saat
terjadinya. Jika entitas memperoleh aset tetap secara kredit dan pembayaran untuk aset melampaui
jangka waktu kredit normal, maka perbedaan antara nilai tunai dengan pembayaran total diakui
sebagai beban bunga selama periode kredit (kecuali dikapitalisasi sesuai dengan PSAK 26 Biaya
Pinjaman).
Entitas dapat melakukan akuisisi aset tetap secara gabungan, dan membayar satu harga
untuk aset gabungan tersebut. Dalam kasus seperti ini, maka biaya perolehan tersebut harus
dialokasikan ke masing-masing jenis aset, karena tiap aset mempunyai masa manfaat yang berbeda
dan perlu disusutkan terpisah. Pengalokasian tersebut dilakukan berdasarkan proporsi nilai wajar dari
aset yang diperoleh.
Entitas dapat memperoleh aset tetap melalui pertukaran aset nonmoneter, atau kombinasi
aset moneter dan nonmoneter. Dalam hal ini maka biaya perolelah dari suatu aset tetap diukur pada
nilai wajar kecuali:
1.      Transaksi pertukaran tidak memiliki subtansi komersial
2.      Nilai wajar dari aset yang diterima dan diserahkan tidak dapat diukur secara andal
Jika aset yang diperoleh tersebut tidak dapat diukur dengan nilai wajar, maka biaya
perolehannya diukur dengan jumlah tercatat dari aset yang diserahkan.

2.4 Pengukurannya Setelahnya


Untuk aset tetap, setelah pengakuan awal entitas harus memilih model biaya (cost model)
atau model revaluasi (revaluation model) sebagai kebijakan akuntansinya. Model yang dipilih oleh
entitas harus diterapkan terhadap ‘’ seluruh aset tetap dalam kelompok yang sama’’. Kebijakan
tersebut ‘’tidak perlu diterapkan untuk semua aset tetap yang dimiliki perusahaan’’. Beberapa contoh
kelompok aset adalah:
1.      Tanah;

vii
2.      Tanah dan bangunan;
3.      Mesin;
4.      Kapal;
5.      Pesawat udara;
6.      Kendaraan bermotor;
7.      Perabotan;
8.      Peralatan kantor.
      a)      Model Biaya
Dalam model biaya, setelah diakui sebagai aset maka suatu aset tetap dicatat sebesar biaya
perolehan dikurangi akumulasi penyusutan dan akumulasi rugi penurunan nilai aset.

Sebagai contoh, PT Berlian membeli Peralatan dengan biaya perolehan Rp1 miliar, pada
tanggal 2 Januari 2015. Entitas mengestimasi umur manfaat Peralatan tersebut adalah 10 tahun, tanpa
nilai sisa. Entitas menggunakan metode penyusutan garis lurus. Pada tanggal 31 Desember,
diestimasi terdapat rugi penurunan nilai Peralatan sebesar Rp20 juta.
Jan 2015 Peralatan Rp1.000.000.000
Kas Rp1.000.000 000

Beban Penyusutan Rp100.000.000


Akumulasi Penyusutan Rp 100.000.000
(1.000.000.000/10 tahun = 100.000.000)

31 Des 2015 Rugi Penurunan Nilai Rp20.000.000


Akumulasi Rugi Penurunan Nilai Rp20.000.000

Nilai tercatat Peralatan per 31 Desember 2015:


Biaya perolehan 1.000.000.000
Dikurangi: Akumulasi penyusutan (100.000.000)
Dikurangi: Akumulasi rugi penurunan nilai (20.000.000)
Peralatan-neto 880.000.000

      b)     Model Revaluasi


Revaluasi harus dilakukan dengan keteraturan yang cukup regular untuk memastikan bahwa
jumlah tercatat tidak berbeda secara material dari jumlah yang ditentukan dengan menggunakan nilai
wajar pada tanggal neraca. Standar tidak mengharuskan revaluasi dilakukan setiap tahun. Frekuensi
revaluasi bergantung pada pergerakan nilai wajar dari aset tetap.
Menurut PSAK 16, nilai wajar adalah jumlah yang dipakai untuk mempertukarkan suatu aset
antara pihak-pihak yang berkeinginan dan memiliki pengetahuan memadai dalam suatu transaksi
dengan wajar (arm’s length transaction). Nilai wajar dari aset tetap, seperti tanah, bangunan, pabrik,
dan peralatan, biasanya ditentukan melalui penilaian yang dilakukan oleh penilai. Namun entitas dapat
mengestimasikan nilai wajar menggunakan pendekatan peghasilan atau biaya pengganti yang telah
disusutkan (depreciated replacement cost approach).
Selisih lebih nilai wajar dari nilai tercatat aset tetap dicatat di akun surplus revaluasi, yang
merupakan komponen pendapatan komprehensif lainnya. Jika suatu aset tetap direvaluasi, maka
terdapat 2 alternatif perlakuan untuk akumulasi penyusutan aset tetap, adalah sebagai berikut.

viii
1. Disajikan kembali secara proporsional dengan perubahan dalam jumlah tercatat bruto dari aset
sehingga jumlah tercatat aset setelah revaluasi sama dengan jumlah revaluasian. Metode ini
sering digunakan apabila aset direvaluasi dengan cara memberi indeks untuk menentukan
biaya pengganti yang telah disusutkan.
2. Dieliminasi terhadap jumlah tercatat bruto dari aset dan jumlah tercatat neto setelah eliminasi
disajikan kembali sebesar jumlah revaluasian dari aset tersebut. Metode ini sering
digunakan untuk bangunan.

Berikut adalah contoh penerapan metode revaluasi. PT B memiliki Peralatan dengan biaya
perolehan Rpl.56 miliar yang diperoleh pada tanggal 1 Januari 2014. Masa manfaat Peralatan tersebut
adalah 6 tahun, tanpa nilai sisa. PT B memilih metode revaluasi untuk Peralatan tersebut. Pada tanggal
31 Desember 2015 nilai wajar Peralatan tersebut adalah Rp1.6 miliar.
1 Jan 2014 Peralatan Rp1.560.000.000
Kas Rp1.560.000.000

31 Des 2014 Beban Penyusutan Rp260.000.000


Akumulasi Penyusutan Rp 260.000.000
(1.560.000.000/6 tahun = 260.000.000)

31 Des 2015 Beban Penyusutan Rp260.000.000


Akumulasi Penyusutan Rp 260.000.000
(1.560.000.000/6 tahun = 260.000.000)

Nilai buku Peralatan per 31 Desember 2015 = Rpl.560 juta - (Rp260 juta x 2 tahun) = 1.040
juta
Selisih Surplus Revaluasi = Rp1.600 juta - Rp1.040 juta = Rp560 juta

      c)      Metode Proporsional


                  Peralatan                                                     Rp 420.000.000
                      Akumulasi penyusutan                                    Rp 140.000.000
                      Surplus revaluasi                                             Rp 560.000.000

Gross up nilai peralatan = Rp 800 juta × 6/4 = Rp 1.200 juta

      d)     Metode Eliminasi


Jika jumlah tecatat aset meningkat akibat revaluasi, kenaikan tersebut langsung di kredit
ke surplus revaluasi. Namun, apabila sebelumnya aset tersebut mengalami penurunan nilai yang
diakui dalam laporan laba rugi komprehensif maka kenaikan tersebut harus diakui dalam laporan
laba rugi komprehensif hingga sebesar jumlah penurunan tersebut.
Sebaliknya jika jumlah tercatat aset turun akibat revaluasi, maka penurunan tersebut diakui
dalam laporan laba rugi komprehensif. Namun, penurunan nilai akibat revaluasi tersebut langsung
didebit ke surplus revaluasi selama penurunan tersebut tidak melebihi saldo kredit surplus revaluasi
untuk aset tersebut.

Akumulasi Penyusutan Rp520.000.000


Peralatan Rp520.000.000
Peralatan Rp560.000.000
Surplus Revaluasi Rp560.000.000

ix
2.5 Penyusutan
Setiap bagian dari aset tetap yang memiliki biaya perolehan cukup signifikan terhadap total
biaya perolehan seluruh aset harus disusutkan secara terpisah. Contoh: komponen-komponen dari
pesawat terbang seperti badan pesawat dan mesin pesawat memiliki biaya perolehan yang cukup
signifikan dan juga umur manfaat yang terbatas.
Entitas harus mengestimasi nilai residu dan umur manfaat dari aset tetap untuk menentukan
besaran penyusutan tiap periode. Umur manfaat adalah:

1. suatu periode di mana aset diharapkan akan digunakan oleh entitas; atau
2. jumlah produksi atau unit serupa yang diharapkan akan diperoleh dari aset tersebut oleh
entitas

Umar manfaat aset tetap dapat lebih pendek dari umur fisiknya, misalnya karena manajemen
dari entitas mempunyai kebijakan untuk melepaskan aset tetap setelah jangka waktu tertentu. Berikut
adalah faktor faktor yang harus dipertimbangkan dalam menentukan umur manfaat dari setiap aset.

1. Prakiraan daya pakai dari aset yang bersangkutan. Daya pakai atau daya guna tersebut
dinilai dengan merujuk pada prakiraan kapasitas atau kemampuan fisik aset tersebut untuk
menghasilkan sesuatu.
2. Prakiraan tingkat keausan fisik, yang bergantung pada faktor pengoperasian aset tersebut
seperti jumlah penggiliran (shift) penggunaan aset dan program pemeliharaan aset dan
perawatannya, serta perawatan dan pemeliharaan aset pada saat aset tersebut tidak
digunakan (menganggur),
3. Keusangan teknis dan keusangan komersial yang diakibatkan oleh perubahan atau
peningkatan produksi, atau karena perubahan permintaan pasar atas produk atau jasa yang
dihasilkan oleh aset tersebut.
4. Pembatasan penggunaan aset karena aspek hukum atau peraturan tertentu, seperti
berakhirnya waktu penggunaan sehubungan dengan sewa.

Sedangkan yang dimaksud dengan nilai residu aset adalah jumlah yang diperkirakan akan
diperoleh entitas saat ini dari pelepasan aset, setelah dikurangi taksiran biaya pelepasan, jika aset
tersebut telah mencapai umur dan kondisi yang diharapkan pada akhir umur manfaatnya

Terdapat beberapa alternatif metode penyusutan, yaitu

1. metode garis lurus;


2. metode saldo menurun;
3. metode jumlah unit.

Metode penyusutan yang dipilih oleh entitas harus mencerminkan ekspektasi pola konsumsi
manfaat ekonomis masa depan dari aset oleh entitas
Nilai residu dan umur manfaat setiap aset tetap harus di-review minimum setiap akhir tahun
buku. Apabila berdasarkan hasil review berbeda dengan estimasi sebelumnya, maka perbedaan
tersebut harus diperlakukan sebagai perubahan estimasi akuntansi sesuai dengan PSAK 25 (revisi
2009) Laba atau rugi bersih untuk periode berjalan,koreksi kesalahan mendasar, dan perubahan
kebijakan akuntansi.
Sama seperti estimasi nilai sisa dan umur manfaat,metode penyusutan yang digunakan untuk
aset tetap juga harus di-review minimum setiap akhir tahun buku dan apabila terjadi perubahan yang
signifikan dalam ekspektasi pola konsumsi manfaat ekonomi masa depan dari aset tersebut, maka
metode penyusutan harus dirubah untuk mencerminkan perubahan pola tersebut. Perubahan metode
penyusutan harus diperlakukan sebagai perubahan estimasi akuntansi sesuai dengan PSAK 25.

x
2.6 Penghentian Pengakuan
Jumlah tercatat aset tetap dihentikan pengakuannya pada saat:
1.    Dilepaskan; atau 
2. Tidak ada manfaat ekonomis masa depan yang diharapkan dari penggunaan atau
pelepasannya.
Laba atau rugi yang timbul dari penghentian pengakuan aset tetap harus dimasukkan
dalam laporan laba rugi komprehensif pada saat aset tersebut  dihentikan pengakuannya.

Berikut adalah contoh penghentian pengakuan tetap. PT Mara membeli mesin pada
tanggal 1 Juli 2012 dengan harga perolehan Rp400 juta. Aset tersebut mempunyai umur manfaat 10
tahun dan nilai sisa Rp80 juta. Pada tanggal 1 Januari 2015, entitas menjual aset tersebut dengan
harga Rp324 juta.

Penyusutan per tahun = (Rp400 juta - Rp80 juta) / 10 tahun Rp32 juta.
Akumulasi penyusutan sampai tanggal I Januari 2015 = Rp32 juta x 2,5 = Rp 80 juta
Nilai tercatat pada tanggal I Januari 2015 = Rp400 juta - Rp80 juta = Rp320 juta
Keuntungan penjualan aset tetap = Rp324 juta – Rp320 juta = Rp4 juta

Ayat jurnal untuk mencatat penjualan mesin tersebut adalah sebagai berikut.
Kas Rp324.000.000
Akumulasi Penyusustan Rp80.000.000
Mesin Rp400.000.000
Keuntungan dari Penjualan Aset Tetap Rp 4.000.000

2.7 Penurunan Nilai


Sesuai ketentuan dalam PSAK 48, entitas harus menilai apakah terdapat indikasi suatu
aset mengalami penurunan nilai pada setiap akhir periode pelaporan. Jika terdapat indikasi maka
entitas harus mengestimasi jumlah terpulihkan aset tersebut. Namun, jika tidak terdapat indikasi,
maka entitas tidak perlu mengestimasi jumlah terpulihkan.
Dalam mempertimbangkan ada tidaknya indikasi penurunan nilai atas aset tetap, maka
entitas harus mempertimbangkan dari sumber eksternal dan sumber internal, Informasi dari sumber-
sumber eksternal adalah sebagai berikut.

1. Selama periode tersebut, nilai pasar aset telah turun secara signifikan lebih dari yang
diharapkan sebagai akibat dari berjalannya waktu atau pemakaian normal.
2. Perubahan signifikan dalam hal teknologi, pasar, ekonomi atau lingkup hukum tempat entitas
beroperasi atau di pasar tempat aset dikaryakan, yang berdampak merugikan terhadap entitas,
telah terjadi selama periode atau akan terjadi dalam waktu dekat.
3. Suku bunga pasar atau tingkat imbalan pasar dari investasi telah meningkat selama periode
tersebut dan kenaikan tersebut mungkin akan memengaruhi tingkat diskont yang digunakan
dalam menghitung nila pakai aset dan menurunkan nilai terpulihkan aset secara material.
4. Jumlah tercatat aset neta entitas melebihi kapitalisati Pasarnya.

Sedangkan informasi dari sumber-sumber internal dapat berupa sebagai berikut.


1. Terdapat bukti mengenai keuangan atan kerusakan fisik aset.
2. Telah terjadi atau akan terjadi dalam waktu dekat perubahan signifikan yang berdampak
merugikan sehubungan dengan seberapa jauh, atau cara, suatu aset digunakan atau

xi
diharapkan akan digunakan. Perubahan-perubahan ini termasuk dalam hal aset menjadi
tidak digunakan, rencana untuk menghentikan atau restrukturisasi operasi yang di dalamnya
suatu aset digunakan, rencana untuk melepas aset sebelum tanggal yang diharapkan
sebelumnya, dan penilaian ulang masa manfaat aset dari tidak terbatas menjadi terbatas.
3. Terdapat bukti dari pelaporan internal yang mengindikasikan bahwa kinerja ekonomi set
lebih burult, atau akan lebih buruk, dari yang diharapkan.
2.8  Penyajian dan Pengungkapan

Aset tetap disajikan di neraca (laporan perubahan ekuitas) di bagian aset tidak
lancar. Laporan keuangan mengungkapkan,untuk setiap kelompok aset tetap antara lain:
1. Dasar pengukuran yang digunakan dalam menentukan tercatat bruto.
2. Metode penyusutan yang digunakan
3. Manfaat atau tarif pnyusutan yang digunakan.
4. Jumlah tercatat bruto dan akumulasi penyusutan (jumlah dengan akumulasi rugi
penurunan nilai) pada awal dan akhir periode
5. Rekonsiliasi jumlah tercatat pada awal dan akhir periode.
Laporan keuangan juga mengungkapkan antara lain:
1. Keberadaan dan jumlah restribsi atas hak milik,dan aset tetap yang dijaminkan untuk
utang
2. Jumlah pengeluaran yang diakui dalam jumlah tercatat aset tetap yang sedang dalam
pembangunan.
3.  Jumlah komitmen kontraktual dalam perolehan aset tetap.
4. Jumlah kompensasi dari pihak ketiga untuk aset tetap yang mengalami penurunan
nilai,hilang atau dihentikan yang dimasukkan daklam laporan laba rugi komprehensif,jika
tidak diungkapkan secara terpisah pada laporan laba rugi komprehensif.
Untuk alasan yang serupa juga perlu diungkakan:
a.       Penyusutan apakah diakui dalam laporan laba rugi komprehensif atau diakui sebagai
bagian dari biaya perolehan aset lain selama satu periode
b.      Akumulasi  penyusutan pada akhir periode untuk aset tetap pengungkapan tersebut dapat
muncul dari perubahan estimasi dalam:
1)      Nilai residu
2)      Estimasi biaya pembongkaran,pemindahan atau restorasi atau aset tetap.
3)      Umur manfaat
4)      Metode penyusutan.

Sesuai dengan PSAK 25, entitas mengungkapkan sifat dan dampak perubahan estimasi
akuntansi yang berdampak material pada periode berikutnya. Untuk aset tetap, Pengungkapan
tersebut dapat muncul dari perubahan estimasi dalam:
      1.      Nilai residu;
      2.      Estimasi biaya pembongkaran, pemindahan atau restorasi suatu aset tetap;
      3.      Umur manfaat; dan
      4.      Metode penyusutan.
Jika aset tetap disajikan pada jumlah refaluasi, hal yang harus diungkapkan:
1. Tanggal efektif revaluasi
2.  Apakah nilai independen dilibatkan
3. Metode dan asumsi signifikan yang digunakan dalam meestimasi nilai wajar aset
4. Penjelasan mengenai nilai wajar aset yang ditentukan secara langsung berdasar harga yang
dapat diobservasi dalam suatu pasar aktif atau transaksi pasar terakhir yang wajar atau
diestimasi menggunakan teknik penilaian lainnya

xii
5. Untuk setiap kelompok aset tetap, jumlah tercatataset seandainya aset tersebut dicatat
dengan model biaya 
6. Surplus revaluasi, yang menunjukkan perubahan selama periode dan pembatasan-
pembatasan distribusikepada pemegang saham

Sesuai dengan PSAK 48, sesuai entitas mengungkapkan informasi penurunan nilai aset tetap
sebagai tambahan informasi yang di syaratkan.
Informasi berikut relevan dengan kebutuhan pengguna laporan keuangan, sehingga entitas juga
dianjurkan melakukan pengungkapan atas:
1. Jumlah tercatat aset tetap yang tidak dipakai sementara;
2. Jumlah tercatat bruto dari setiap aset tetap yang telah disusutkan penuh dan masih
digunakan;
3. Jumlah tercatat aset tetap yang dihentikan dari penggunaan aktif dan tidak diklasifikasikan
sebagai tersedia untuk dijual; dan 
4. Jika model biaya digunakan, nilai wajar aset tetap apabila berbeda secara material dari
jumlah tercatat

2.9 Definisi Properti Investasi


Property investasi adalah property (tanah atau bangunan atau atau bagian dari suatu bangunan
atau kedua-duanya ) yang dikuasai oleh pemilik atau lesse atau penyewa melalui sewa pembiayaan
untuk menghasilkan rental atau untuk kenaikkan nilai atau kedua-duanya dan tidak untuk digunakan
dalam produksi atau penyediaan barang atau jasa atau untuk tujuan adminstratif atau untuk dijual
dalam kegiayan usaha sehari-hari.
2.10 Pengakuan
Biaya perolehan property investasi harus diakui sebagai jika dan hanya besar
kemungkinan manfaat ekonomis di masa depan berkenaan dengan asset tersebut akan mengalir ke
entitas; dan biaya perolehan asset dapat dikur secara andal.
2.11 Pengukuran awal
Pada pengukuran awal, property investasi yang memenuhi kualifikasi untuk diakui sebagai
asset harus diukur sebesar biaya perolehan yang meliputi harga pembelian dan biaya yang dapat
diatribusikan secara langsung.
2.12 Pengukuran setelah perolehan
Entitas harus memilih model nilai wajar atau model biaya sebagi kebijakan
akuntansi untuk pengukuran setelah perolehan.
 Berbeda dengan model revaluasi, model nilai wajar dalam property investasi harus
diterapkan untuk seluruh property investasi.

2.13 Model Biaya


Perlakuan akuntansi setelah perolehan dengan menggunakan model biaya sama
seperti model biaya di aset tetap yang telah dijelaskan di bagian sebelumnya, yaitu dicatat sebesar
biaya perolehan dikurangi akumulasi penyusutan dan akumulasi rugi penurunan nilai aret
Pengaturan untuk penghitungan penyusutan juga sama dengan aset tetap

2.14 Model Nilai Wajar


Berbeda dengan model revaluasi, model nilai wajar dalam properti investasi harus diterapkan untuk
seluruh properti investasi, bukan hanya untuk kelompok tertentu saja. Kecuali dalam kondisi
tertentu yang akan dijelaskan di bawah. Perbedaan lainnya dengan model revaluasi adalah selisih

xiii
yang timbul dari penyesuaian ke nilai wajar langsung diakui dalam laporan labe rugi komprehensif
dan tidak dilakukan penghitungan penyusutan apabila entitas memilih menggunakan model nilai
wajar.
Setelah pengakuan awal, entitas yang memilih menggunakan model nilai wajar
mengukur seluruh properti investasi berdasarkan nilai wajar. Apabila hak atas properti yang
dimiliki oleh lessee melalui sewa operasi diklasifikasi sebagai properti investasi maka entitas tidak
mempunyai pilihan, harus menerapkan model nilai wajar.
Dalam beberapa kasus yang jarang terjadi, mungkin terdapat bukti yang jelas bahwa nilai
wajar properti investasi tidak dapat ditentukan secara andal, yaitu dalam kondisi jika dan hanya
jika, transaksi pasar serupa jarang terjadi dan alternatif estimasi andal nilai wajar (sebagai contoh,
berdasarkan proyeksi arus kas diskontoan)tidak tersedia. Dalam kasus tersebut maka entitas
menerapkan model biaya berdasarkan PSAK 16 untuk properti investasi tersebut. Nilai residu dari
properti investasi harus diasumsikan nol, dan untuk semua properti investasi lainnya tetap diukur
berdasarkan nilai wajar.

2.15 Penghentian Pengakuan


Property investasi dihentikan pengakuannya pada saat pelepasan atau ketika property
tidak digunakan lagi secara permanen dan tidak memiliki manfaat ekonomis di masa depan.
Pelepasan ini dapat dilakukan dengan cara dijual atau disewakan secara sewa pembiayaan. Laba
atau rugi yang timbul dari pelepasan property investasi merupakan selisih antara hasil neto dari
pelepasan dengan jumlah tercatat asset , dan diakui dalam laporan laba rugi komprehensif dalam
periode terjadinya penghentian.
Transfer
Apabila tujuan dari penggunaan asset mengalami perubahan maka perlu dilakukan transfer
klasifikasi jika dan hanya jika terdapat perubahan penggunaan seperti ;
1. Dimulainya penggunaan oleh pemilik
2. Dimulainya pengembangan untuk dijual
3. Berakhirnya pemakaian oleh pemilik
4. Dimulai sewa operasi kepada pihak lain
5. Berakhirnya pembangunan atau pengembangan dan akan digunakan untuk
tujuan properti investasi.

2.16 Penyajian
Property investasi disajikan sebagai bagian dari asset tidak lancar didalam laporan
posisi keuangan (neraca).
2.17 Pengungkapan
Entitas mengungkapkan antara lain sebagai berikut :
1. Apakah entitas tersebut menerapkan model nilai wajar atau model biaya
2. Jika menerapkan model nilai wajar , apakah, dan dalam keadaan bagaimana ,
hak, atas property yang dikuasai dengan cara sewa operasi diklasifikasikan dan
dicatat sebagai property investasi.
3. Apabila pengklasifikasian ini sulit dilakukan, criteria yang digunakan untuk
membedakan property investasi dengan property yang digunakan sendiri dan
dengan property yang dimiliki untuk dijual dalam kegiatan sehari-hari.
4. Metode dan asumsi signifikan yang diterapkan dalam menentukan nilai wajar
dari property investasi, yang mencakup pernyataan apakah penentuan nilai
wajar tersebut didukung oleh bukti pasar atau factor lainnya

xiv
5. Sejauh mana nilai wajar property investasi didasarkan atas penilaian oleh
penilai independen yang diakui dan memiliki kualifikasi profesiaonal yang
relevan.
6. Jumlah yang diakui dalam laporan laba rugi komprehensif untuk :
a. Penghasilan rental dari property
b. Beban operasi langsung yang timbul dari property investasi yang
menghasilkan penghasilan rental selama periode tersebut
c. Beban operasi langsung yang tidak menghasilkan pendapatan rental
selama periode tersebut
d. Perubahan kumulatif dalam nilai wajar yang diakui dalam laporan laba
rugi komprehensif atas penjualan property investasi
7. Eksistensi dan jumlah pembatasan atas realisasi dari property investasi atau
pembayaran penghasilan dan hasil pelepasan
8. Kewajiban kontraktual untuk membeli , membangun, atau mengembangkan
property investasi atau untuk perbaikan, pemeliharaan, atau peningkatan.

xv
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Aset tetap adalah aset berwujud yang:


a. Dimiliki untuk dipergunakan dalam produksi atau penyediaan barang atau jasa, untuk
direntalkan kepada pihak lain, atau untuk tujuan administratif, dan
b. Diharapkan untuk digunakan selama lebih dari satu periode
Berdasarkan definisi diatas terdapat beberapa hal penting terkait aset tetap, yaitu:
1. Aset tetap adalah aset berwujud, yaitu mempunyai bentuk fisik (seperti tanah, bangunan),
berbeda dengan paten atau merek dagang yang tidak mempunyai bentuk fisik (merupakan
aset tak berwujud)
2. Aset tetap mempunyai tujuan penggunaan khusus, yaitu digunakan dalam produksi atau
penyediaan barang atau jasa, untuk direntalkan kepada pihak lain, atau untuk tujuan
administratif. Aset seperti tanah yang dimiliki perusahaan dengan tujuan untuk dijual,
bukan merupakan aset tetap.
3. Aset tetap termasuk kedalam aset tidak lancar, karena diharapkan akan digunakan untuk
lebih dari 1 (satu) periode akuntansi.
Sedangkan menurut PSAK 13 (revisi 2007), properti investasi adalah property (tanah atau
bangunan atau bagian dari suatu bangunan atau kedua-duanya) yang dikuasai (oleh pemilik atau lesseel
penyewaan melalui sewa pembiayaan) untuk menghasilkan rental atau untuk kenaikan nilai kedua-
duanya, dan tidak untuk:
1. Digunakan dalam produksi atau penyediaan barang atau jasa atau untuk tujuan
administrative; atau
2. Dijual dalam kegiatan usaha sehari-hari.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat dilihat beberapa perbedaan antara aset tetap dan properti
investasi,yaitu property investasi harus berbentuk properti (yaitu tanah atau bangunan atau bagian dari
suatu bangunan atau kedua-duanya) dan digunakan untuk menghasilkan rental atau untuk kenaikan nilai.

xvi

Anda mungkin juga menyukai