Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

“Pengertian dan Garis Besar Investasi”


Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas kelompok pada mata kuliah
Manajemen Investasi dan Pasar Modal

Dosen Pengampu:
Lili Safrida S.E., M.Si., Ak.

Disusun oleh:
Kelompok 1
Ayu Permatasari (1910313320020)
Ananda Puteri (1910313320029)
Kayla Detana Shabiru (1910313220059)
Tania Adeline Sari Tarigan (1910313220017)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARMASIN
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena telah memberikan
rahmat-Nya berupa kesehatan dan pengetahuan kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah Manajemen Investasi dan Pasar Modal dengan judul “Pengertian dan Garis Besar
Investasi” ini dengan tepat waktu.

Dalam kesempatan kali ini kami ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Orang tua yang telah memberikan dukungan kepada kami


2. Ibu Lili Safrida S.E., M.Si., Ak. selaku dosen mata kuliah Manajemen Investasi dan
Pasar Modal
3. Teman-teman yang telah aktif berpartisipasi dalam memberikan bantuan baik berupa
tenaga maupun pikiran demi terselesaikannya makalah ini.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih memiliki kekurangan, sehingga kami
bermaksud meminta kritik dan saran dari pembaca agar makalah-makalah selanjutnya dapat
menjadi lebih baik lagi. Kemudian kami berharap agar makalah ini dapat bermanfaat bagi
pembaca.

Terima Kasih.

Banjarmasin, 22 Februari 2021

Kelompok 1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................................i

DAFTAR ISI...................................................................................................................................ii

BAB I...............................................................................................................................................1

PENDAHULUAN...........................................................................................................................1

1.1 Latar Belakang.......................................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah..................................................................................................................1

1.3 Tujuan Masalah......................................................................................................................2

BAB II.............................................................................................................................................3

PEMBAHASAN..............................................................................................................................3

2.1 Definisi Investasi....................................................................................................................3

2.2 Tujuan Investasi.....................................................................................................................3

2.3 Proses Investasi......................................................................................................................4

2.4 Dasar Keputusan Investasi.....................................................................................................5

2.5 Proses Keputusan Investasi....................................................................................................7

BAB III..........................................................................................................................................12

PENUTUP.....................................................................................................................................12

3.1 Kesimpulan..........................................................................................................................12

3.2 Saran.....................................................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................13
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Setiap individu pada dasarnya memerlukan investasi, karena dengan investasi setiap orang
dapat mempertahankan dan memperluas basis kekayaannya yang dapat digunakan sebagai
jaminan sosial di masa depannya. Investasi dapat diartikan sebagai komitmen untuk
menanamkan sejumlah dana pada saat ini dengan tujuan memperoleh keuntungan di masa
datang. Dengan kata lain, investasi merupakan komitmen untuk mengorbankan konsumsi
sekarang (sacrifice current consumption) dengan tujuan memperbesar konsumsi di masa
mendatang . Investasi dapat berkaitan dengan penanaman sejumlah dana pada aset real seperti:
tanah, emas, rumah, dan asset real lainnya atau pada asset finansial seperti: deposito, saham,
obligasi, reksa dana, dan surat berharga lainnya.
Seluruh aktifitas investasi yang dilakukan oleh investor akan melalui kegiatan yang disebut
proses investasi. Untuk memahami proses investasi, seorang investor terlebih dahulu harus
mengetahui beberapa konsep dasar investasi yang akan menjadi dasar pijakan dalam setiap
pembuatan keputusan investasi yang dibuat. Hal mendasar dalam proses pembuatan keputusan
investasi adalah pemahaman hubungan antara keuntungan yang diharapkan dan risiko suatu
investasi. Hubungan risiko dan keuntungan merupakan hubungan yang linear, dimana semakin
besar keuntungan maka semakin besar risiko yang akan ditanggung.

1.2 Rumusan masalah


1. Apa yang dimaksud dengan investasi?
2. Apa saja tujuan dari adanya investasi?
3. Bagaimana proses dalam investasi?
4. Apa saja dasar keputusan investasi?
5. Bagaimana proses keputusan investasi?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian investasi.
2. Untuk mengetahui tujuan dari adanya investasi.
3. Untuk mengetahui proses dalam investasi.
4. Untuk mengetahui dasar keputusan investasi.
5. Untuk mengetahui proses keputusan investasi.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Investasi
Investasi adalah komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya lainnya yang dilakukan
pada saat ini, dengan tujuan memperoleh sejumlah keuntungan di masa datang. Istilah investasi
bisa berkaitan dengan berbagai macam aktivitas. Menginvestasikan sejumlah dana pada aset riil
(tanah, emas, mesin, atau bangunan), maupun aset finansial (depcsito, saham, reksa dana, sukuk
ataupun obligasi) merupakan aktivitas investasi yang umumnya dilakukan. Pihak-pihak yang
melakukan kegiatan investasi disebut investor.
Investor pada umumnya bisa digolongkan menjadi dua, yaitu investor individual (individual/
retail investors) dan investor institusional (institutional investors). Investor individual terdiri atas
irdıvidu-individu yang melakukan aktivitas investasi. Sedangkan investor institusional biasanya
terdiri atas perusahaan-perusahaan asuransi, lembaga penyimpan dana (bank dan lembaga
simpan pinjam), lembaga dana pensiun, maupun perusahaan investasi. Investasi juga
mempelajari bagaimana mengelola kesejahteraan investor (investors wealth). Dengan demikian
dalam pengertian yang lebih luas, kapan saja seseorang memutuskan untuk tidak menghabiskan
seluruh penghasilan saat ini, dia dihadapkan pada keputusan investasi.
Alasan seseorang melakukan investasi adalah karena dipicu oleh kebutuhan akan masa
depan dan banyaknya ketidakpastian dalam hidup (musibah, kondisi kesehatan) serta laju inflasi.
Karena desakan kebutuhan masa depan itulah maka perencanaan investasi perlu dilakukan agar
dapat memenuhi kebutuhan masa depan.

2.2 Tujuan Investasi


Pada dasarnya, tujuan melakukan investasi adalah untuk menghasilkan sejumlah uang.
Tujuan investasi yang lebih luas adalah untuk meningkatkan kesejahteraan investor. Tujuan dari
investasi secara garis besar, yaitu untuk mengharapkan pendapatan (return) yang lebih besar atas
investasi yang telah dilakukan untuk hasil yang akan diperoleh pada masa yang akan datang dan
tentunya dengan tingkat resiko yang selalu menyertainya.
Secara lebih khusus, ada beberapa tujuan seseorang melakukan investasi :
a. Untuk mendapatkan kehidupan yang lebih layak dimasa datang.
Seseorang yang bijaksana akan berpikir bagaimana meningkatkan taraf hidupnya dari
waktu ke waktu atau setidaknya berusaha bagaimana mempertahankan tingkat
pendapatannya yang ada sekarang agar tidak berkurang dimasa yang akan datang.
b. Mengurangi tekanan inflasi.
Dengan melakukan investasi dalam pemilikan perusahaan atau objek lain, sescorang
dapat menghin- darkan diri dari risiko penurunan nilai kekayaan atau hak milikrya akibat
adanya pengaruh inflasi.
c. Dorongan untuk menghemat pajak.
Beberapa negara di dunia banyak melakukan kebijakan yang bersifat mendorong
tumbuhnya investasi di masyarakat melalui pemberian fasilitas perpajakan kepada
masyarakat yang melakakan investasi pada bidang-bidang usaha tertentu.

2.3 Proses Investasi


Pemahaman tentang proses investasi meliputi pemahaman tentang berbagai tahap-tahap
yang biasanya dilakukan investor dalam membuat keputusan investasi. Pemahaman tentang
proses investasi terlebih dahulu memerlukan pemahaman dasar-dasar keputusan investasi dan
bagaimana mengorganisasikan aktivitas-aktivitas dalam proses keputusan investasi. Untuk
memahami proses investasi, seorang investor terlebih dahulu harus mengetahui beberapa konsep
dasar investasi, yang akan menjadi dasar pijakan dalam setiap tahap pembuatan keputusan
investasi yang akan dibuat.
Hal mendasar dalam proses keputusan investasi adalah pemahaman pola hubungan antara
returnyang diharapkan dan risiko suatu investasi. Secara umum, hubungan risiko dan return yang
diharapkan dari suatu investasi merupakan hubungan yang searah dan linear. Artinya semakin
besar risiko suatu investasi maka semakin besar pula tingkat return yang diharapkan dari
investasi tersebut dan sebaliknya. Hubungan seperti itulah yang menjawab pertanyaan mengapa
tidak semua investor hanya berinvestasi pada aset yang menawarkan tingkat return yang paling
tinggi. Di samping memperhatikan return yang tinggi, investor juga harus mempertimbangkan
tingkat risiko yang harus ditanggung.
2.4 Dasar Keputusan Investasi
Dasar keputusan investasi terdiri dari tingkat return yang diharapkan, tingkat risiko serta
hubungan antara return dan risiko. Berikut ini akan dibahas masing-masing dasar keputusan
investasi tersebut.
 Return
Alasan utama orang berinvestasi adalah untuk memperoleh keuntungan. Dalam konteks
manajemen investasi tingkat keuntungan investasi disebut sebagai return. Suatu hal yang
sangat wajar jika investor menuntut tingkat return tertentu atas dana yang telah
diinvestasikannya. Return yang diharapkan investor dari investasi yang dilakukannya
merupakan kompensasi atas biaya kesempatan (opportunity cost) dan risiko penurunan daya
beli akibat adanya pengaruh inflasi.
Dalam konteks manajemen investasi, perlu dibedakan antara return yang diharapkan
(expected return) dan return yang terjadi (realized return). Return yang diharapkan
merupakan tingkat return yang diantisipasi investor di masa datang. Sedangkan return yang
terjadi atau return aktual merupakan tingkat return yang telah diperoleh investor pada masa
lalu. Ketika investor menginvestasikan dananya, dia akan mensyaratkan tingkat return
tertentu dan jika periode investasi telah berlalu, investor tersebut akan dihadapkan pada
tingkat return yang sesungguhnya dia terima. Antara tingkat return yang diharapkan dan
tingkat return aktual yang diperoleh investor dari investasi yang dilakukan mungkin saja
berbeda. Perbedaan antara return yang diharapkan dengan return yang benar-benar diterima
(return aktual) merupakan risiko yang harus selalu dipertimbangkan dalam proses investasi.
Sehinga, dalam berinvestasi di samping memperhatikan tingkat return, investor harus selalu
mempertimbangkan tingkat risiko suatu investasi.
 Risiko
Sudah sewajarnya jika investor mengharapkan return yang setinggi-tingginya dari investasi
yang dilakukannya. Akan tetapi, ada hal penting yang harus selalu dipertimbangkan, yaitu
berapa besar risiko yang harus ditanggung dari investasi tersebut. Umumnya semakin besar
risiko maka semakin besar pula tingkat return yang diharapkan. Penelitian terhadap return
saham dan obligasi di Amerika yang dilakukan oleh Jeremy J. Siegel Tahun 1992,
menemukan bahwa dalam periode 1802-1990, return saham jauh melebihi return obligasi.
Kelebihan return saham atas return obligasi tersebut disebut juga sebagai equity premium.
Salah satu faktor yang menyebabkan terjadinya fenomena equity premium tersebut adalah
adanya fakta bahwa risiko saham lebih tinggi dari risiko obligasi.
Risiko bisa diartikan sebagai kemungkinan return aktual yang berbeda dengan return yang
diharapkan. Secara spesifik, mengacu pada kemungkinan realisasi return aktual lebih rendah
dari return minimum yang diharapkan. Return minimum yang diharapkan sering kali disebut
sebagai return yang disyaratkan (required rate of return). Dalam ilmu ekonomi pada
umumnya dan ilmu investasi pada khususnya terdapat asumsi bahwa investor adalah makhluk
yang rasional. Investor yang rasional tentunya tidak akan menyukai ketidakpastian atau risiko.
Investor yang mempunyai sikap enggan terhadap risiko seperti ini disebut sebagai risk-averse
investors. Investor seperti ini tidak akan mau mengambil risiko suatu investasi jika investasi
tersebut tidak memberikan harapan return yang layak sebagai kompensasi terhadap risiko
yang harus ditanggung investor tersebut.
Sikap investor terhadap risiko akan sangat tergantung kepada preferensi investor tersebut
terhadap risiko. Investor yang lebih berani akan memilih risiko investasi yang lebih tinggi,
yang diikuti oleh harapan tingkat return yang tinggi pula. Demikian pula sebaliknya, investor
yang tidak mau menanggung risiko yang terlalu tinggi, tentunya tidak akan bisa
mengharapkan tingkat return yang terlalu tinggi.
 Hubungan Tingkat Risiko dan Return yang Diharapkan
Secara teoritis, hubungan antara risiko dan return yang diharapkan secara teoritis
taerupakan hubungan yang bersifat searah dan linear. Artinya, Semakin besar risiko suatu
aset, semakin besar pula return yang diharapkan atas aset tersebut, demikian sebaliknya.
Gambar 1.3 dibawah ini menunjukkan hubungan antara return yang diharapkan dan risiko
pada berbagai jenis aset yang mungkin bisa dijadikan alternatif investasi.
Garis vertikal dalam gambar 1.3 menunjukkan besarnya tingkat return yang diharapkan
dari masing-masing jenis aset, sedangkan garis horizontal memperlihatkan risiko yang
ditanggung investor. Titik RF pada gambar 1.3 menunjukkan tingkat return bebas risiko (risk-
free rate), untuk selanjutnya akan ditulis sebagai RF. RF dalam gambar 1.3 menunjukkan satu
pilihan investasi yang menawarkan tingkat return yang diharapkan sebesar RF dengan risiko
sebesar 0.
Selanjutnya, obligasi pemerintah terlihat mempunyai risiko yang cenderung rendah dan
tingkat return diharapkan yang diharapkan juga tidak terlalu tinggi. Sedangkan di sisi lain,
jika kita berinvestasi pada kontrak futures misalnya, sesuai dengan gambar 1.3, terlihat bahwa
risiko yang harus ditanggung tergolong sebagai risiko yang tinggi, dengan tingkat return
diharapkan yang tinggi pula. Kesimpulan yang bisa ditarik dari pola hubungan antara risiko
dan return yang diharapkan adalah bahwa risiko dan return yang diharapkan mempunyai
hubungan yang searah dan linear. Artinya, semakin tinggi risiko suatu aset, semakin tinggi
pula tingkat return yang diharapkan dari aset tersebut, demikian pula sebaliknya.

2.5 Proses Keputusan Investasi


Proses keputusan investasi merupakan proses keputusan yang berkesinambungan (on going
process). Proses keputusan investasi terdiri atas lima tahap keputusan yang berjalan terus-
menerus sampai tercapai keputusan investasi yang terbaik. Tahap-tahap keputusan investasi
meliputi lima tahap keputusan, yaitu :
Dalam gambar tersebut terlihat bahwa tahap-tahap dalam proses keputusan investasi
merupakan proses yang berkesinambungan (on going process), terdiri atas lima tahap
keputusan yang berjalan terus-menerus.
1. Penentuan tujuan investasi
Tahap pertama dalam proses ke- putusan investasi adalah menentukan tujuan investasi
yang akan dilakukan. Tujuan investasi masing-masing investor bisa berbeda-beda tergantung
pada investor yang membuat keputusan tersebut. Misalnya, lembaga dana pensiun yang
bertujuan uniuk memperoleh dana untuk membayar dana pensiun nasabahnya di masa depan
mungkin akan memilih investasi pada portofolio reksadana. Sedangkan bagi institusi
penyimpan dana seperti bank misalnya, mempunyai tujuan untuk memperoleh return yang
lebih tinggi di atas biaya investasi yang dikeluarkan. Mereka biasanya lebih menyukai
investasi pada sekuritas yang mudah diperdagangkan ataupun pada penyaluran kredit yang
lebih berisiko telapi memberikan harapan return yang tinggi.
2. Penentuan kebijakan investasi
Tahap kedua ini merupakan tahap penentuan kebijakan untuk memenuhi tujuan investasi
yang telah diterapkan. Tahap ini dimulai dengan penentuan keputusan alokasi aset (asset
allocation decision). Keputusan ini menyangkut pendistribusian dana yang dimiliki pada
berbagai kelas aset yang tersedia (saham, obligasi, real estat ataupun sekuritas har negeri).
Investor juga harus memperhatikan berbagai batasan yang memengaruhi kebijakan investasi
seperti seberapa besar dana yang dimiliki dan porsi pendistribusian dana tersebut serta beban
pajak dan pelaporan yang harus ditanggung.

3. Pemilihan strategi portofolio


Strategi portofolio yang dipilih harus konsisten dengan dua tahap sebelumnya. Ada dua
strategi portofolio yang bisa dipilih, yaitu strategi portofolio aktif dan strategi portofolio pasif.
Strategi portofolio aktif meliputi kegiatan penggunaan informasi yang tersedia dan teknik-
teknik peramalan secara aktif untuk mencari kombinasi portofolio yang lebih baik. Strategi
portofolio pasif meliputi aktivitas investasi pada portofolio yang seiring dengan kinerja indeks
pasar. Asumsi strategi pasif ini adalah bahwa semua informasi yang tersedia akan diserap
pasar dan direfleksikan pada harga saham.

Di atas merupakan empat strategi investasi hasil kombinasi strategis aktif-pasif. Pertama,
ada strategi AA, dimana investor secara aktif memindahkan dananya antar kelas asset
berdasarkan keyakinan dan harapannya mengenai kinerja mendatang dan investor juga secara
aktif mencari sekuritas berkinerja bagus pada tiap kelas asset. Kedua ada strategi PP, dimana
investor menerapkan strategi pasif sepenuhnya. Dan investor tidak mengubah alokasi dananya
dan tidak juga memilih sekuritas individual yang sekiranya berkinerja bagus. Ketiga ada
strategi AP, yaitu investor secara aktif megubah asset yang dipeganya, tetapi tidak
mengusahakan untuk mencari sekuritas tertentu dalam tiap kelas asset. Terakhir strategi PA,
dimana investor tidak mengubah alokasi asetnya, tetapi secara aktif memilih sekuritas
sekuritas individual.

4. Pemilihan Asset
Setelah strategi portofolio ditentukan, tahap selanjutnya adalah pemilihan asset asset yang
akan dimasukkan ke dalam portofolio. Tahahp ini memerlukan pengevaluasian setiap
sekuritas yang ingin dimasukkan ke dalam portofolio. Tujuan tahap ini adalah untuk mencari
kombinasi portofolio yang efisien, yaitu portofolio yang menawarkan return diharapkan yang
tertinggi dengan tingkat risiko tertentu atau sebaliknya menawarkan return di harapkan
tertentu dengan tingkat risiko yang terendah.

Diatas merupakan contoh dominasi dalam investasi, dapat dilihat bahwa investasi DDD
didominasi oleh CCC dan EEE. Hal ini dikarenakan, investasi DDD risiko nya sama dengan
investasi CCC namun return/harapannya lebih besar investasi CCC.sedangkan investasi EEE
mendominasikan investasi DDD karena walaupun return/harapannya sama sama 0,10 namun
risiko investasi EEE lebih ekcil dibandingkan investasi DDD. Hal ini sama dengan investasi
FFF yang didominasikan oleh investasi AAA dan BBB.
Sedangkan investasi AAA,BBB,CCC,dan EEE tidak didominasikan oleh siapapun. Namun
melalui diversifikasi yang mengombinasikan 4 investasi tersebut dimungkinkan untuk
memperoleh tingkat risiko yang lebih rendah pada tingkat return harapan yang diberikan ke 4
investasi tersebut. Sekumpulan portofolio efisien yang mengandung dan didiversifikasi secara
bagus dari ke 4 investasi tersebut akan di dominasikan investasi secara invidual pada ke 4
investasi tersebut. Melalui diversifikasi, investor dapat memperoleh tingkat return harapan
yang lebih tinggi pada tingkat risiko yang sama yang disediakan oleh investasi individual.

5. Pengukuran dan evaluasi kinerja portofolio


Tahap ini merupakan tahap paling akhir dari proses keputusan investasi. Meskipun tahap
terakhir bukan berarti berhenti sampai tahap ini saja, karena proses keputusan investasi
merupakan proses keputusan yang berkesinabungan dan terus menerus. Sehingga, jika tahap
pengukuran dan evaluasi kinerja telah dilewati dan ternyata hasilnya kurang baik, maka
proses keputusan innvestasi harus dimulai lagi dari tahap pertama, demikian seterusnya
sampai tercapai keputusan investasi yang paling optimal. Tahap pengukuran dan evaluasi
kerja ini meliputi pengukuran kinerja portofolio dan pembandingan hasil pengukuran tersebut
dengan kinerja portfolio lainnya melalui proses benchmarking. Proses benchmarking ini
biasanya dilakukan terhadap indeks portofolio yang telah di tentukan disbanding kinerja
portofolio lainnya.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Investasi adalah komitmen sejumlah uang atau sumber daya lainnya yang dilakukan saat ini
(present time) dengan harapan memperoleh manfaat di kemudian hari (in future). Aset-aset yang
bisa dijadikan sebagai alternatif investasi bisa digolongkan sebagai aset real (real assets), seperti
tanah, bangunan, ataupun emas, serta aset finansial (financial assets), seperti reksadana, obligasi,
saham maupun sekuritas derivatif. Pihak-pihak yang melakukan kegiatan investasi disebut
investor. Investor bisa dikelompokkan menjadi investor individual (individual investors) dan
investor institusional (institutional investors).
Tujuan investasi adalah untuk meningkatkan kesejahteraan investor (dalam ukuran moneter).
Di samping itu, tujuan investasi adalah untuk mengurangi dampak inflasi dan tujuan untuk
mengurangi beban pajak. Pola hubungan risiko dan return yang diharapkan dari suatu investasi
merupakan hubungan yang searah dan linear. Artinya, semakin besar risiko suatu investasi maka
semakin besar pula tingkat return yang diharapkan dari investasi tersebut dan sebaliknya. Proses
keputusan investasi merupakan proses keputusan yang berkesinambungan, yang meliputi lima
tahap, yaitu penentuan tujuan investasi; penentuan kebijakan investasi; pemilihan strategi
portofolio, pemilihan aset dan pembentukan portofolio, serta pengukuran dan evaluasi kinerja
portofolio.

3.2 Saran
Demikian makalah yang kami buat, semoga dapat bermanfaat bagi pembaca. Apabila ada
saran dan kritik yang ingin disampaikan, silahkan sampaikan kepada kami. Apabila ada terdapat
kesalahan mohon dapat memaafkan dan memakluminya, karena kami hanya manusia biasa yang
tak luput dari kesalahan.
DAFTAR PUSTAKA

Tandelilin, Eduardus.2010. Pasar Modal: Manajemen Portofolio dan Investasi .Yogyakarta :


Kanisius

Anda mungkin juga menyukai