KELAYAKAN INVESTASI)
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Manajemen
Keuangan
Dosen pengampu : Eka Murtiasri, S.E., M.Si.
Oleh Kelompok 6:
KELAS AK3C
JURUSAN AKUNTANSI
PROGRAM STUDI D3 AKUNTANSI
POLITEKNIK NEGERI SEMARANG
TAHUN 2022/2023
DAFTAR ISI
i
KATA PENGANTAR
Penulis
ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Investasi merupakan salah satu prioritas utama kebijakan dibidang
ekonomi pasca krisis tahun 1997, dengan kebijakan tersebut pemerintah
berusaha menggerakan semua sektor (riil dan finansial) untuk
mengembalikan roda perekonomian negara yang sempat terpuruk karena
krisis moneter. Salah satu kegiatan investasi yang dilakukan adalah investasi
terhadap pengadaan barang-barang modal atau aktiva tetap.
Adanya investasi terhadap aktiva tetap diharapkan dapat membantu
perusahaan dalam proses kelancaran produksi atau distribusi kegiatan
usahanya. Oleh karena itu, investasi terhadap aktiva tetap membutuhkan
analisis keputusan yang tidak mudah. Perusahaan harus membuat
pertimbangan yang matang apakah keputusan investasi terhadap aktiva tetap
tersebut layak dilakukan atau tidak.
Di sekitar kita, terdapat banyak cara yang dapat dilakukan dalam
perolehan aktiva tetap, misalnya dengan pembelian langsung, leasing,
membangun sendiri (bangunan/gedung), pertukaran dengan aktiva tetap
lain, hadiah/donasi, dan lain-lain. Metode yang biasanya banyak digunakan
oleh perusahaan dalam memperoleh aktiva tetapnya adalah metode leasing
atau pembelian langsung.
1
1.2.8 Apa itu metode accounting rate of return?
1.2.9 Bagaimana hubungan antara NPV-PI-IRR?
1.2.10 Apa itu pencatuan modal?
1.2.11 Bagaimana perluasan penggunaan konsep present value?
1.3. Tujuan
Adapun tujuan penulis menulis makalah ini yaitu:
1.3.1 untuk mengetahui perputaran dana yang inventasikan dalam aktiva
tetap.
1.3.2 Untuk mengetahui capital budgeting.
1.3.3 Untuk mengetahui usul usul investasi dan pemilihan alternatif.
1.3.4 Untuk mengetahui pengertian cash flow.
1.3.5 Untuk mengetahui metode payback period.
1.3.6 Untuk mengetahui metode present value.
1.3.7 Untuk mengetahui metode internal rate of return.
1.3.8 Untuk mengetahui metode accounting rate of return.
1.3.9 Untuk mengetahui hubungan antara NPV-PI-IRR.
1.3.10 Untuk mengetahui pencatuan modal.
1.3.11 Untuk mengetahui perluasan penggunaan konsep present value.
1.4. Manfaat
1.4.1 Untuk dosen
• Mengetahui sejauh mana mahasiswa menguasai materi.
• Sebagai bahan evaluasi pembelajaran.
1.4.2 Untuk mahasiswa
• Menambah wawasan dalam materi aktiva tetap (perluasan
konsep kelayakan investasi).
• Mengetahui berbagai metode penilaian proyek investasi.
• Menerapkan konsep aktiva tetap (perluasan konsep kelayakan
investasi) dalam memecahkan masalah.
2
BAB II PEMBAHASAN
3
Jumlah dana yang diinvestasikan dalam aktiva tetap tidak sama
jumlahnya selama periode investasi atau selama umur penggunaan kativa
tetap tersebut. Jumlah dana yang terikat dalam aktiva tetap akan berangsur-
angsur berkurang sesuai dengan metode depresiasi yang digunakan. Apabila
digunakan “strategi line method” atau dengan presentase tetap dari harga
beli, perjalanan dari daerah yang tertanam dalam aktiva tetap secara
individual dapat digambarkan sebagai berikut:
4
keseluruhan yang ditanamkan dalam aktiva tetap sebesar Rp 100.000 telah
bebas semuanya. Oleh karena dana yang diinvestasikan dalam aktiva tetap
selama waktu penggunaannya tidak tetap sama, yaitu mulai dari Rp 100.000
pada saat pembelian sampai Rp 0 pada akhir tahun kesepuluh, maka dapat
dikatakan bahwa dana rata-rata yang ditanamkan dalam aktiva tetap tersebut
selama 10 tahun apabila menggunakan metode depresiasi “straight line”
adalah Rp 50.000 yaitu:
Rp 100.000 + Rp 0
atau
2
11
Rp 550.000
= = Rp 50.000
11
5
Apabila pada akhir tahun ke-5 atau permulaan tahun ke-6 mesin A
yang habis disusut tidak diganti, jumlah dana yang tertanam dalam mesin-
6
mesin sebesar Rp 10.000. Tapi apabila dalam permulaan tahun ke-6 segera
dibeli mesin baru untuk mengganti A dengan harga Rp 5.000, maka jumlah
dana yang tertanam dalam mesin kembali lagi berjumlah Rp 15.000.
Demikian seterusnya terjadi yang sama bagi mesin-mesin berikutnya.
Dari grafik dalam gambar (.2 nampak bahwa saat di mana dicapainya
tingkat maksimal dana minimal jumlah dana yang tertanam dalam masing-
masing aktiva tersebut adalah berbeda-beda. Dari grafik tersebut nampak
pula bahwa jumlah dana yang tertanam dalam kompleks aktiva tetap itu
sesudah akhir tahun ke-4, fluktuasi jumlah dana yang tertanam dalam aktiva
tersebut adalah konstan di mana jumlah maksimal yang dicapai adalah Rp
15.000, sedangkan jumlah minimalnya adalah Rp 10.000 dan jumlah
minimal ini merupakan inti permanen dari dana yang diinvestasikan dalam
aktiva tetap tersebut sesudah tahun ke-4.
Apabila dilihat secara individual dana yang tertanam dalam masing-
masing mesin tersebut adalah bergerak dari Rp 5.000 sampai ke Rp 0.
Apabila semua mesin (5 buah) dibeli pada saat yang sama, terlihatlah bahwa
dana yang tertanam dalam mesin-mesin itu berubah-ubah mulai dari Rp
25.000 (yaitu 5 x Rp 5.000) yang ini merupakan tingkat maksimal, sampai
ke Rp 0 (tingkat minimal). Di sini tingkat maksimal maupun tingkat
minimal dari kelima mesin tersebut tercapai pada saat yang berbeda.
Apabila dana yang tertanam dalam aktiva tetap tersebut mencapainya
tingkat minimal maupun tingkat maksimal pada saat yang berbeda satu
sama lainnya maka nampaklah apa yang disebut “gejala diversitas”. Dengan
demikian maka diversitas adalah sebagai lawan dari “bersamaan waktu”.
Dari contoh tersebut di atas gejala diversitas hanya nampak pada pembelian
aktiva tetap yang berturut-turut waktunya, sedangkan pada pembelian yang
sama waktunya dan sama pula unsur penggunaannya tidak nampak gejalla
diversitas. Apabila pada segolongan unsur-unsur variable terdapat gejala
diversitas, maka nampaklah bahwa maksimal dari keseluruhan dana yang
tertanam dalam aktiva tetap (Rp 15.000) akan selalu terletak lebih rendah
daripada jumlah maksimal dari unsur-unsurnya (Rp 25.000), dan sebaliknya
minimal dan keseluruhan dana yang tertanam dalam aktiva tetap (Rp
7
10.000) akan terletak lebih tinggi daripada jumlah minimal dari unsur-
unsurnya (Rp 0).
2.2. Capital Budgeting
Sebagaimana diuraikan sebelumnya bahwa perusahaan mengadakan
investasi dalam aktiva tetap adalah juga dengan harapan bahwa perusahaan
akan memperoleh kembali dana yang diinvestasikan tersebut seperti halnya
pada investasi dalam aktiva lancar. Perbedaannya terletak dalam jangka
waktu dan cara kembalinya dana yang diinvestasikan dalam kedua golongan
aktiva tersebut. Keseluruhan proses perencanaan dan pengambilan
keputusan mengenai pengeluaran dana di mana jangka waktu kembalinya
dana tersebut melebihi waktu satu tahun dikatakan sebagai “Capital
Budgeting”. Batas jangka waktu satu tahun tersebut tidaklah mutlak.
Termasuk dalam golongan pengeluaran dana ini ialah pengeluaran dana
untuk pembelian aktiva tetap (plant investment), yaitu tanah, bangunan-
bangunan, mesin-mesin, dan peralatan-peralatan lainnya. Demikian pula
pengeluaran dana untuk proyek advertensi jangka panjang, penelitian dan
pengembangan termasuk juga dalam golongan “capital budgeting
expenditures”.
Capital budgeting mempunyai arti yang sangat penting bagi
perusahaan karena dana yang dikeluarkan akan terikat untuk jangka waktu
yang panjang. Ini berarti bahwa perusahaan harus menunggu selama waktu
yang panjang atau lama sampai keseluruhan dana yang tertanam dapat
diperoleh kembali oleh perusahaan. Ini akan berpengaruh bagi penyediaan
dana untuk keperluan lain.
Investasi dalam aktiva tetap menyangkut harapan terhadap hasil
penjualan di waktu yang akan datang. Kesalahan dalam mengadakan
forecasting akan dapat mengakibatkan adanya over atau under-investment
dalam aktiva tetap. Apabila investasi dalam aktiva tetap terlalu besar
melebihi daripada yang diperlukan akan memberikan beban tetap yang besar
bagi perusahaan. Sebaliknya kalau jumlah investasi dalam aktiva tetap
terlalu kecil akan dapat mengakibatkan kekurangan peralatan, yang ini dapat
mengakibatkan perusahaan bekerja dengan harga pokok yang tinggi
8
sehingga mengurangi daya bersaingnya atau kemungkinan lain ialah
kehilangan sebagian dari pasar bagi produknya.
Pengeluaran dana untuk keperluan tersebut biasanya meliputi jumlah
yang besar. Jumlah dana yang besar itu mungkin tidak dapat diperoleh
dalam jangka waktu yang pendek atau mungkin tidak dapat diperoleh
sekaligus. Berhubung dengan itu, maka sebelumnya harus dibuat rencana
yang hati-hati dan teliti.
Kesalahan dalam pengambilan keputusan mengenai pengeluaran
modal tersebut akan mempunyai akibat yang panjang dan berat. Kesalahan
dalam pengambilan keputusan di bidang ini tidak dapat diperbaiki tanpa
adanya kerugian.
2.3. Usul Usul Investasi Dan Pemilihan Alternatif
Ada berbagai cara dalam menggolong-golongkan usul-usul investasi.
Salah satu penggolongan usul-usul investasi didasarkan menurut kategori di
bawah ini:
1. Investasi penggantian
2. Investasi penambahan kapasitas
3. Investasi penambahan jenis produk baru
4. Investasi lain-lain
9
ketidakpastiannya pada investasi penambahan kapasitas lebih besar daripada
investasi penggantian.
Golongan investasi yang ketiga ialah investasi untuk menghasilkan
produk baru di samping tetap menghasilkan produk yang telah diproduksi
pada waktu itu. Karena itu menyangkut produk baru maka investasi ini juga
mempunyai tingkat ketidakpastian yang besar.
Termasuk dalam golongan investasi-investasi lain-lain ialah usul-usul
investasi yang tidak termasuk dalam ketiga golonga tersebut, misalnya
investasi untuk pemasangan alat pemanas (heater), alat pendingin (air
conditioner), pemasangan sistem music dimaksudkan untuk dapat
meningkatkan moral pada karyawan.
Pada umumnya jumlah usul-usul investasi yang diajukan di dalam
perusahaan lebih banyak daripada besarnya dana yang tersedia untuk dapat
membelanjainya. Berhubung dengan itu maka perlu diadakan penilaian
terhadap usul-usul investasi yang diajukan, untuk kemudian diadakan
“ranking” atas dasar suatu kriteria tertentu. Pada akhirnya berdasarkan
ukuran yang ditetapkan oleh perusahaan dapatlah dipilih usul-usul proyek
mana yang dapat diterima, mana yang ditolak, dan mana yang ditunda
pelaksanaanya.
10
2. aliran kas masuk neto tahunan (net annual inflow of cash), yaitu
sebagai hasil dari investasi baru tersebut, yang ini sering pula disebut
"net cash proceeds" atau cukup dengan istilah "proceeds".
Untuk dapat memberikan gambaran yang lebih jelas mengenai
perbedaan antara keuntungan yang dilaporkan dalam buku dengan konsep
aliran kas (cash flow) dapatlah diberikan contoh sebagai berikut:
Contoh Soal 9.1.
Suatu perusahaan mempunyai rencana untuk membeli sebuah mesin
baru untuk mengganti sebuah mesin lama yang dianggap sudah tidak efisien
lagi. Harga mesin baru beserta biaya pemasangannya sebesar Rp60.000,00
dengan taksiran umur penggunaan 3 tahun. Mesin lama yang masih
mempunyai umur penggunaan 3 tahun lagi, kalau dijual pada waktu ini
harganya sesuai dengan harga bukunya yaitu Rp15.000,00. Kalau mesin
lama dijual dan diganti dengan mesin baru, maka jumlah investasi tambahan
atau aliran kas keluar neto (net cash outlay) untuk proyek investasi tersebut
adalah sebesar Rp45.000,00 yaitu harga beli mesin beserta biaya
pemasangan (Rp60.000,00) dikurangi dengan hasil penjualan mesin lama
(Rp15.000,00).
Penggantian mesin lama dengan mesin baru tersebut diharapkan akan
dapat menghemat biaya - biaya tenaga kerja, material, dan biaya reparasi
(cash saving) setiap tahunnya sebesar Rp27.500,00 sebelum pajak. Pajak
penghasilan ditetapkan 40%. Berdasarkan data tersebut kita dapat menyusun
dua macam perhitungan yaitu atas dasar accounting atau "accrual basis" dan
yang lain atas dasar "cash flow" , seperti nampak dalam Tabel 9.2. di bawah
ini
11
Tambahan "net cash in flows" setiap tahunnya sebesar Rp22.500,00 adalah
sama besarnya dengan keuntungan neto sesudah pajak Rp7.500) plus
tambahan depresiasi (Rp15.000,00) . Tambahan "cash flows" selama 3 tahun,
yaitu selam umur penggunaan mesin baru adalah 3 x Rp22.500,00 =
Rp67.500,00. Kalau digambarkan maka pola "cash flow" dari proyek investasi
penggantian tersebut adalah sebagai berikut:
12
4. Accounting rate of return.
Tiga metode yang pertama mendasarkan diri pada aliran kas (cash
flows) atau "proceeds", sedangkan metode yang terakhir menggunakan
keuntungan neto sesudah pajak yang dilaporkan dalam buku (reported
accounting income) sebagai dasar perhitungannya.
Keempat metode penilaian usul investasi tersebut akan diuraikan
masing masing secara tersendiri, dan pertama-tama akan dimulai dengan
uraian tentang metode "payback period ".
"Payback Period" (periode payback) adalah suatu periode yang
perlukan untuk dapat menutup kembali pengeluaran investasi dengan
menggunakan "proceeds" atau aliran kas neto (net cash flows) . Dengan
demikian payback period dari suatu investasi menggambarkan panjangnya
waktu yang diperlukan agar dana yang tertanam pada suatu investasi dapat
diperoleh kembali seluruhnya. Apabila proceeds setiap tahunnya sama
jumlahnya, maka payback period dari suatu investasi dapat dihitung dengan
cara membagi jumlah investasi dengan proceeds tahunan. Dari contoh soal
9.1. dapat dihitung payback periodnya seperti di bawah ini:
Ini berarti bahwa dana yang tertanam dalam aktiva tersebut sebesar
Rp45.000, sudah akan dapat diperoleh kembali seluruhnya dalam waktu 2
tahun Sesudah payback period dapat dihitung, maka tahap berikutnya ialah
membandingkan payback period dari investasi yang diusulkan itu dengan
"maximum payback period" yang dapat diterima. Apabila payback period
dari suatu investasi yang diusulkan lebih pendek daripada periode payback
maximum, maka usul investasi tersebut dapat diterima. Sebaliknya kalau
payback periodnya lebih panjang dari pada periode payback maximum
maka usul investasi tersebut seharusnya ditolak. Konsep ini didasarkan pada
pertimbangan tentang pentingnya dipertahankannya likuiditas perusahaan.
13
Juga konsep ini sejauh mungkin mengurangi unsur ketidakpastian yang ada
pada suatu investasi. Hal ini disebabkan karena semakin pendek usia suatu
investasi, semakin kecil pula risiko ketidakpastian yang mungkin
ditimbulkannya. Dalam contoh tersebut di atas apabila perusahaan telah
menetapkan periode payback maximum 3 tahun, maka usul investasi
penggantian mesin lama dengan mesin dapat diterima, karena payback
periode dari investasi yang diusulkan tersebut (2 tahun) tidak melebihi
periode payback maximum.
Selanjutnya apabila kita harus memilih salah satu dari beberapa usul
investasi atas dasar metode ini, maka kita akan memilih usul investasi yang
mempunyai payback period yang paling pendek. Apabila proceeds sesuatu
investasi tidak sama besarnya dari tahun ke tahun, dengan sendirinya cara
perhitungan di atas tidak dimungkinkan. Oleh karena itu kita perlu
menghitung proceeds tahun per tahun, sehingga keseluruhan investasi dapat
diperoleh
Tahun Proceeds:
1 ............... Rp60.000,00
2 ............... Rp50.000,00
3 ............... Rp40.000,00
4 ............... Rp30.000,00
5 ............... Rp20.000,00
6 ............... Rp10.000,00
Payback period dari investasi yang diusulkan itu dapat dihitung dengan cara
sbb:
14
Jumlah investasi
Rp120.000,00
Procceds tahun ke-1
Rp60.000,00
Rp60.000,00
Proceeds tahun ke-2
Rp50.000,00
Investasi yang belum tertutup sesudah akhir tahun ke-2
Rp10.000,00
15
Oleh karena metode ini memperhatikan "time value of money" maka
proceeds yang digunakan dalam menghitung net present value (NPV) adalah
proceeds atau "cash flows" yang didiskontokan atas dasar biaya modal (cost
of capital) atau "rate of return" yang diinginkan. Dalam metode ini pertama-
tama yang dihitung adalah nilai sekarang (present value ) dari proceeds yang
diharapkan atas dasar "discount rate" tertentu. Kemudian jumlah "present
value" (PV) dari keseluruhan proceeds selama usianya dikurangi dengan PV
dari jumlah investasinya (initial investment). Selisih antara PV dari
keseluruhan proceeds dengan PV dari pengeluaran modal (" capital outlays"
atau "initial investment") dinamakan "nilai sekarang neto" (net present
value/NPV). Apabila jumlah PV dari keseluruhan proceeds yang diharapkan
lebih besar daripada PV dari investasinya maka usul investasi tersebut dapat
diterima. Sebaliknya kalau jumlah PV dari keseluruhan proceeds lebih kecil
daripada PV dari investasinya yang ini berarti bahwa NPV-nya negatif maka
usul investasi tersebut seharusnya ditolak. Apabila proceeds setiap tahunnya
sama besarnya, maka NPV dapat dihitung dengan mudah, dengan
menggunakan bantuan tabel PV dari annuity (Tabel A 2.)
Dengan menggunakan contoh soal 9.1, setelah ditambah keterangan
mengenai "cost of capital" atau "rate of return" yang kita inginkan, maka
dapatlah dihitung NPV - nya. Misalnya "discount rate" yang digunakan
sebesar 10% .
16
penggantian mesin lama dengan mesin baru dapat diterima. Apabila kita
harus memilih salah satu dan beberapa usul investasi atas dasar metode ini
maka kita akan memilih usul investasi yang mempunyai NPV yang paling
besar.
Apabila proceeds suatu investasi tidak sama besarnya dari tahun ke
tahun, contoh perhitungan di atas tidak dapat digunakan. Oleh karena itu
kita harus menghitung PV dari proceeds setiap tahunnya untuk kemudian
dijumlahkan sehingga diperoleh jumlah PV dari keseluruhan proceeds yang
diharapkan dari investasi tersebut.
Untuk lebih jelasnya kita dapat menggunakan contoh soal 9.2. untuk
menghitung NPV-nya, seperti nampak pada tabel di bawah ini.
Dengan "rate of return" yang kita inginkan sebesar 10%, usul investasi
tersebut dapat menghasilkan PV dari proceeds yang lebih besar daripada PV
dari pengeluaran modalnya sehingga NPV-nya positif, maka usul investasi
tersebut dap diterima. Secara matematik rumus NPV dapat dituliskan
sebagai berikut :
17
di mana "k" adalah "discount rate" yang digunakan, "At" adalah cash flow
pada periode t, dan "n" adalah periode yang terakhir di mana cash flow
diharapkan. Dengan menggunakan rumus tersebut maka NPV dari contoh di
atas dapat dihitung sebagai berikut:
18
proceeds lebih besar daripada PV dari investasi atau outlays-nya,maka harus
menggunakan tingkat bunga yang lebih tinggi lagi. Sebaliknya kalau PV
dari proceeds lebih kecil dari pada PV investasi, maka menggunakan tingkat
bunga yang lebih rendah. Begitu seterusnya, hingga menemukan tingkat
bunga yang dapat menjadikan PV dari proceeds sama besar dengan PV dari
outlays-nya. Pada tingkat bunga inilah NPV dari usul investasi tersebut
adalah Rp 0 atau mendekati nol. Besarnya tingkat bunga menggambarkan
besarnya “internal rate of return” dari usul investasi tersebut.
Metode internal rate of return dapat dicari dengan rumus sebagai berikut :
𝑷𝟐−𝑷𝟏
r = P1−C1
𝑪𝟐−𝑪𝟏
keterangan :
P1 = tingkat bunga ke 1
P2 = tingkat bunga ke 2
C1 = NPV ke 1
C2 = NPV ke 2
Secara sistematik rumus internal rate of return dapat ditulis sebagai berikut :
𝑛
𝐴𝑡
∑[ ]=0
(1 + 𝑟)𝑡
𝑡=0
Dimana “r” adalah tingkat bunga yang akan menjadikan PV dari proceeds
sama dengan PV dati capital outlyas, At adalah cash flow untuk periode t,
dan “n” adalah periode yang terakhir dari cash flow yang diharapkan.
19
Apabila “initial cash flow” terjadi pada waktu 0, maka persamaannya dapat
dinyatakan sebagai berikut:
𝑨𝟏 𝑨𝟐 𝑨𝒏
𝑨𝟎 = + + ....... +
(𝟏+𝒓) (𝟏+𝒓)𝟐 (𝟏+𝒓)𝒏
Dari contoh soal 9.1 dapat dihitung besarnya accounting rate of return
sebagai berikut :
20
7.500 (𝐸𝐴𝑇)
=
45.000 (𝑖𝑛𝑖𝑡𝑖𝑎𝑙 𝑖𝑛𝑣𝑒𝑠𝑚𝑒𝑛𝑡)𝑥 100%
= 16,67%
7.500
= 𝑥 100% = 33,34%
(42.00∶2)
21
dilaksanakan meskipun sebenarnya usul-usul investasi dapat diterima.
Batasan dana investasi tersebut dalam satu tahun inilah yang disebut
pencatuan modal atau capital rationing.
Pencatuan modal terjadi setiap waktu kalau ada kendala mengenai
jumlah dana yang dapat diinvestasikan selama suatu periode tertentu.
Kendala semacam ini lazim terjadi pada sejumlah perusahaan yang dalam
mendanai investasi lebih menekankan pada sumber intern dan kurang
berminat untuk mendanai dari sumber ekstern.
Jika terdapat pencatuan modal maka manajer harus menyeleksi
kombinasi dari usul-usul investasi yang dapat menghasilkan nilai-sekarang-
neto atau NPV yang paling tinggi sesuai dengan kendala anggaran untuk
periode yang bersangkutan.
Untuk lebih jelasnya dapat diberikan contoh sebagai berikut.
Suatu perusahaan mempunyai peringkat atau ranking usulan
investasi menurut besarnya profitability-index sebagai berikut:
Usulan Dana Investasi yang Diperlukan (Outlay) Profitability Index
Investasi
4 Rp 1.400.000 1,18
3 Rp 500.000 1,17
6 Rp 800.000 1,16
2 Rp 700.000 1,16
5 Rp 400.000 1,14
1 Rp 600.000 1,10
22
6 Rp 800.000 (1,16 – 1,0) = Rp 128.000
5 Rp 400.000 (1,14 – 1,0) = Rp 56.000
Rp 1.700.000 = Rp 269.000
Alternatif II
Kombinasi dari usul-usul investasi 6 dan 2 yang memerlukan dana
investasi Rp 800.000 + Rp 700.000 = Rp 1.500.000 dengan keseluruhan
NPV :
Usul 6 Rp 800.000 (1,16 – 1,0) = Rp 128.000
2 Rp 700.000 (1,16 – 1,0) = Rp 112.000
Rp 1.500.000 Total NPV = Rp 240.000
Alternatif III
Usul investasi 4 yang memerlukan dana investasi sebesar Rp
1.400.000 dan mempunyai NPV sebesar
Rp 1.400.000 (1,18 – 1,0) = Rp 252.000
Dari hasil perhitungan di atas ternyata alternatif I menghasilkan NPV
yang paling tinggi sehingga dengan demikian kita akan memilih alternatif I
yang terdiri dari usul-usul investasi 3,6, dan 5.
Kita menyadari bahwa pelaksanaan anggaran tidak kaku yang artinya
dalam praktik dimungkinkan adanya fleksibilitas. Lagi pula biaya dari suatu
usul investasi tertentu mungkin disebar selama beberapa tahun. Berhubung
dengan itu, kita harus mempertimbangkan lebih dari hanya kendala satu
waktu saja. Ini berarti bahwa kita tidak hanya mengadakan analisis waktu
tunggal saja, tetapi juga perlu mengadakan analisis waktu ganda.
Kemungkinan terjadi jika suatu usul investasi tidak dilaksanakan pada
tahun ini dan ditunda sampai tahun depan, proyek tersebut akan mempunyai
profitabilitas yang lebih rendah dibandingkan jika dilaksanakan pada tahun
ini.
Apabila kita mengadakan analisis waktu ganda maka usul-usul
investasi yang mempunyai angka kehilangan yang besar diusahakan sedapat
mungkin dilaksanakan tahun ini, sedangkan yang mempunyai angka
kehilangan yang kecil dapat ditunda sampai tahun depan. Tetapi tujuannya
adalah tetap, yaitu memilih kombinasi usul investasi yang dapat
23
menghasilkan NPV yang paling tinggi. Hanya kombinasinya di sini meliputi
usul investasi yang akan dilakukan tahun depan. Untuk lebih jelasnya dapat
diberikan contoh berikut.
Suatu perusahaan mempunyai kesempatan investasi di bawah ini yang
diurutkan menurut besarnya profitability-index.
Usul Profitability Dana Profitability
Investasi Indeks Tahun Investasi Index Jika
Ini Ditunda Tahun
Depan
6 1,15 Rp 2.500.000 1,11
7 1,13 Rp 2.000.000 1,11
3 1,12 Rp 5.000.000 1,07
2 1,09 Rp 3.000.000 1,03
1 1,08 Rp 2.000.000 1,01
5 1,07 Rp 2.500.000 1,05
4 1,05 Rp 3.000.000 1,01
24
Alternatif II
Kombinasi dari usul-usul investasi 6,3,2,1, dan 5 yang juga
memerlukan dana investasi sebesar Rp 15.000.000. Keseluruhan NPV dari
alternatif ini adalah :
Dari dua alternatif tersebut ternyata alternatif I yaitu yang terdiri dari
usul-usul investasi 6,7,3,2, dan 5 mempunyai total NPV yang lebih besar
daripada alternatif II sehingga kita harus memilih alternatif atau kombinasi
I.
b. Analisis Waktu Ganda
Dalam analisis waktu ganda kita perlu mengetahui besarnya
kehilangan angka dari masing-masing usul investasi jika usul tersebut
terpaksa ditunda sampai tahun depan yang ini dapat dilihat sebagai berikut:
Usul Outlay PI PI Jika Kehilangan
Investasi Sekarang Ditunda Angka
Tahun
Depan
6 Rp 2.500.000 1,15 1,11 0,04
7 Rp 2.000.000 1,13 1,11 0,02
3 Rp 5.000.000 1,12 1,07 0,05
2 Rp 3.000.000 1,09 1,03 0,06
1 Rp 2.000.000 1,08 1,01 0,07
5 Rp 2.500.000 1,07 1,05 0,02
4 Rp 3.000.000 1,05 1,01 0,04
25
Susunan kombinasi yang dapat terjadi :
Kombinasi I
Tahun ini :
Usulan 6 Rp 2.500.000 (1,15 – 1,0) = Rp 375.000
7 Rp 2.000.000 (1,13 – 1,0) = Rp 260.000
3 Rp 5.000.000 (1,12 – 1,0) = Rp 600.000
2 Rp 3.000.000 (1,09 – 1,0) = Rp 270.000
5 Rp 2.500.000 (1,07 – 1,0) = Rp 175.000
Rp 15.000.000 = Rp 1.680.000
Dana investasi tahun ini yang digunakan Rp 15.000.000 dan usul investasi
yang ditunda memerlukan Rp 3.000.000 sehingga keseluruhan menjadi Rp
18.000.000.
Kombinasi II
Tahun ini :
Usulan 6 NPV = Rp 375.000
3 = Rp 600.000
1 = Rp 160.000
5 = Rp 175.000
4 = Rp 150.000
NPV proyek tahun ini = Rp 1.460.000
26
Dana investasi tahun ini yang digunakan Rp 15.000.000 dan usul investasi
yang ditunda memerlukan Rp 2.000.000 sehingga keseluruhan menjadi Rp
17.000.000.
Kombinasi III
Tahun ini :
Usulan 6 NPV = Rp 375.000
2 = Rp 270.000
3 = Rp 600.000
1 = Rp 160.000
5 = Rp 175.000
NPV proyek tahun ini = Rp 1.580.000
27
mengambil keputusan alternatif investasi mana yang dia pilih, berarti bahwa
perusahaan terikat utuk melaksanakannnya konsep nilai sekarang arus kas
banyak membantu pimpinan perusahaan dalam melakukan keputusan
pemilihan alternatif, misalnya:
1) Apakah perusahaan akan tetap menggunakan mesin yang sekarang
digunakan atau akan menggantinya dengan mesin jenis baru yang
lebih efisien?
2) Apakah perusahaan akan menerima usul untuk mengadakan ekspansi
atas tetap mempertahanlan tingkat kapasitas yang ada sekarang?
3) Dalam rangka usaha mengadakan komputerisasi, apakah sebaiknya
perusahaan membeli seperangkat komputer, atau mengadakan kontrak
leasing (buy or lease proposals)
4) Dalam hal perusahaan mendapatkan tawaran beberapa model
peralatan model manakah yang akan dipilih?
Proses pengambilan keputusan pemilihan alternatif juga harus
didasarkan pada konsep benefit cost. Kita membandingkan alternatif kalau
kita mempertahankan keadaan yang lama, yaitu keadaan “statusquo”,
dengan alternatif lainnya. Alternatif yang pertama sering disebut sebagai
kasus dasar dan alternatif lainnya disebut sebagai kasus 2
Dalam membandingkan dua kasus tersebut kita mencari tambahan
manfaat yang dituimbulkan oleh kasus 2 dibandingkan dengan kasus dasar.
Demikian pula kita teliti tambahan biaya atau korban dari kasus 2
dibandingkan dengan kasus dasar. Keudian kedua tambahan tersebut
dibandingkan. Jika ternyata tambahan manfaat lebih besar dari pada
tambahan biaya sehingga menghasilkan pengaruh neto yang positif bagi
kasus dua, maka akan dipilih kasus dua. Namun, apabila sebalinya dima
tambahan manfaat lebih besar dari pada tambahan biaya sehingga
menghasilkan pengaruh neto negatif bagi kasus 2, maka akan dipilih kasus
dasar yang berarti menolak kasus 2
Contoh soal
Lima tahun yang lalu perusahaan membeli seperangkat mesin dengan
harga Rp 75 juta dengan umur penggunaan atau umur ekonomis 15 tahun.
28
Pada waktu ini perusahaan mendapatkan tawaran seperangkat mesin dengan
model baru dengan harga Rp 100 juta termasuk biaya pemasangannya.
Dengan estimasi umur ekonomis 10 tahun. Menurut perhitungan, apabila
mesin lama diganti dengan mesin baru tersebut, diperkirakan setiap
tahunnya akan dapat meningkatkan penghasilan penjualan dari Rp 100 juta
menjadi RP 110. Disamping itu akan dapat menghemat biaya tunai dari Rp
70juta menjadi Rp 50 juta setiap tahunnya. Tingkat pajak penghasilan rata-
rata 40%. Tingkat diskonto yang digunakan ditetapkan sebesar 10%.
Pertanyaan:
Apakah usul penggantian mesin lama dengan mesin model baru sebaiknya
diterima atau ditolak, jika diperkirakan:
a. mesin lama dpat dijual dengan harga Rp 50 juta?
b. Mesin lama dapat dijual dengan harga Rp 60 juta?
c. Mesin lama dapat dijual dengan harga RP 40 juta?
Untuk menjawab pertanyaan tersebut maka perlu dibuat perhitungan sebagai
berikut:
29
Dari hasil perhitungan di atas tambahan manfaat dalam bentuk
tambahan arus kas neto yang dihasilkan dari penggunaan mesin baru
dibandingkan dengan penggunaan mesin lama adalah sebesar Rp
20.000.000 setiap tahunnya selama 10 tahun yaitu umur mesin baru.
Nilai sekarang dari tambahan arus kas neto selama 10 tahun atas dasar
tingkat diskonto 10% adalah:
6,1446 x Rp 20.000.000 = Rp 122.892.000
Langkah selanjutnya adalah menghitung tambahan biaya atau “increasement
cost” dari penggunaan mesin baru dengan memperhitungkan hasil penjualan
mesin lama.
1) Jika mesin lama dapat dijual dengan harga Rp 50.000.000
Oleh karena harga jual mesin lama persis sama besarnya dengan
nilai bukunya maka tidak ada permasalahan pajak karena tidak ada
keuntungan atau kerugian karena penjualan mesin lama. Maka
tambahan investasi dalam kasus ini adalah sebesar Rp 100.000.000
dikurangi dengan hasil penjualan mesin lama yaitu Rp 50.000.000
adalah sebesar Rp 50.000.000. Jumlah inilah yang kita perhitungkan
sebagai tambahan biaya karena penggunaan mesin baru.
Nilai sekarang dari tambahan arus kas = Rp 122.892.000
neto
6,1446 x Rp 20.000.000
Nilai sekarang dari tambahan investasi = Rp 50.000.000
Nilai sekarang neto dari tambahan = Rp 72.890.000
investasi
30
ini adalah lebih kecil, sedangkan nilai sekarang dari tambahan manfaat
atau arus kas neto adalah tetap sehingga nilai sekarang neto dari
tambahan investasi adalah lebih besar.
Nilai sekarang dari Rp 122.890.000
tambahan manfaat
Harga mesin baru Rp 100.000.000
Hasil penjualan Rp 60.000.000
mesin lama
Pajak (40%(60- Rp 4.000.000
50))
Hasil penjualan Rp 56.000.000
neto
Nilai sekarang dari Rp 44.000.000
tambahan invest
Nilai sekarang neto Rp 78.890.000
tambahan invest
31
Nilai sekarang dari Rp 56.000.000
tambahan invest
Nilai sekarang neto Rp 66.890.000
tambahan invest
32
Tambahan biaya Rp 6.000.000
Tambahan keuntungan sebelum pajak Rp 3.000.000
Tambahan pajak 40% Rp 1.200.000
Tambahan keuntungan neto Rp 1.800.000
Ditambahkan kembali depresiasi Rp 2.000.000
Tambahan arus kas neto Rp 3.800.000
Nilai sekarang dari tambahan arus kas neto selama 10 tahun atas dasar
tingkat diskonto
10% = 6,1446 x Rp 3.800.000 Rp 23.349.480
Nilai sekarang dari tambahan investasi (Rp 20.000.000)
Nilai sekarang neto Rp 3.349.480
Oleh karena nilai sekarang neto atau NPV dari tambahan investasi
tersebut adalah positif, maka usul ekspansi dengan penambahan dua unit
mesin baru tersebut dapat diterima. Jika hasil NPV negatif, maka usul
ekspansi seharusnya ditolak.
Membeli atau Mengadakan Kontrak Leasing
Suatu perusahaan telah memutuskan untuk mengadakan program
komputerisasi dalam perusahaannya. Harga beli satu perangkat komputer
adalah Rp 100.000.000. Biaya pemeliharaan komputer per tahun adalah Rp
2.000.000. Umur penggunaan komputer tersebut adalah 5 tahun. Alternatif
lain ialah mengadakan kontrak leasing dengan sewa leasing setiap tahunnya
Rp 22.000.000 termasuk di dalamnya biaya pemeliharaan komputer per
tahun Rp 2.000.000. Opsi mana yang harus dipilih perusahaan?
33
Dari hasil perhitungan di atas ternyata nilai sekarang neto atau NPV
dari investasi dalam komputer adalah negatif. Ini berarti pembelian
komputer tidak dibenarkan sehingga alternatif yang diterima adalah
mengadakan kontrak leasing.
Jika harga komputer hanya Rp 60.000.000 maka nilai sekarang neto dari
investasi tersebut adalah positif yaitu Rp 15.820.000 sehingga usul
pembelian komputer dapat diterima. Dalam hal ini, kita akan memilih
alternatif membeli.
Pemilihan Aktiva Tetap yang Mempunyai Usia Penggunaan yang
Berbeda
Dimisalkan mesin model A harganya Rp 15.000.000 dengan usia
penggunaan 3 tahun. Biaya operasi dan pemeliharaan per tahunnya Rp
4.000.000.
Mesin model B harganya Rp 10.000.000 dengan usia penggunaan 2
tahun. Biaya operasi dan pemeliharaan per tahunnya Rp 6.000.000. Mesin
model mana yang dipilih? Tingkat diskonto ditetapkan 6%.
Chain Method
(Dalam ribuan rupiah)
A B
Tahun DF (6%) Biaya Tunai PV Biaya PV
Tunai
0 1,0 15.000 15.000 10.000 10.000
1 0,943 4.000 3.772 6.000 5.658
2 0,890 4.000 3.560 6.000 14.240
10.000
3 0,840 4.000 15.960 6.000 5.040
15.000
4 0,792 4.000 3.168 6.000 12.672
10.000
5 0,747 4.000 2.988 6.000 4.482
6 0,705 4.000 2.820 6.000 4.230
PV of cost 47.268 56.322
34
Dari hasil perhitungan di atas ternyata PV cost mesin A lebih kecil
dibandingkan dengan mesin B sehingga sebaiknya kita memilih mesin A.
Equivalent Annual Cost Method
(Dalam rupiah)
Mesin Biaya (Dalam PV
ribuan rupiah) (6%)
C0 C1 C2 C3
A +15 +4 +4 +4 25,69
B +10 +6 +6 - 21,00
35
BAB III KESIMPULAN
36
DAFTAR PUSTAKA
37