Anda di halaman 1dari 40

AKTIVA TETAP (PERLUASAN KONSEP

KELAYAKAN INVESTASI)
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Manajemen
Keuangan
Dosen pengampu : Eka Murtiasri, S.E., M.Si.

Oleh Kelompok 6:

1. Atalieza Priyanka E. (3.41.20.2.04)


2. Diah Ari Ningsih (3.41.20.2.07)
3. Lusiani Hutari (3.41.20.2.15)
4. Rashif Ahmad Iqbal (3.41.20.2.24)

KELAS AK3C
JURUSAN AKUNTANSI
PROGRAM STUDI D3 AKUNTANSI
POLITEKNIK NEGERI SEMARANG
TAHUN 2022/2023
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ............................................................................................................ i


KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ...........................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah ......................................................................................1
1.3. Tujuan ........................................................................................................2
1.4. Manfaat ......................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................ 3
2.1. Perputaran Dana Yang Inventasikan Dalam Aktiva Tetap ........................3
2.2. Capital Budgeting ......................................................................................8
2.3. Usul Usul Investasi Dan Pemilihan Alternatif ...........................................9
2.4. Pengertian Cash Flow ..............................................................................10
2.5. Metode Payback Period ...........................................................................12
2.6. Metode Present Value ..............................................................................15
2.7. Metode Internal Rate Of Return ..............................................................18
2.8. Metode Accounting Rate Of Return ........................................................20
2.9. Hubungan Antara NPV-PI-IRR ...............................................................21
2.10. Pencatuan Modal ......................................................................................21
2.11. Perluasan Penggunaan Konsep Present Value .........................................27
BAB III KESIMPULAN ....................................................................................... 36
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 37

i
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah


melimpahkan rahmat serta karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini dengan judul ”Aktiva Tetap (Perluasan Konsep Kelayakan
Investasi)” guna memenuhi tugas kelompok untuk mata kuliah Manajemen
Keuangan.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari kata
sempurna karena keterbatasan yang kami miliki. Oleh karena itu, kami
mengharapkan segala bentuk saran, kritik, dan masukan yang membangun dari
berbagai pihak. Kami berharap makalah ini dapat memberikan manfaat bagi
penulis maupun pembaca.

Semarang, 18 September 2022

Penulis

ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Investasi merupakan salah satu prioritas utama kebijakan dibidang
ekonomi pasca krisis tahun 1997, dengan kebijakan tersebut pemerintah
berusaha menggerakan semua sektor (riil dan finansial) untuk
mengembalikan roda perekonomian negara yang sempat terpuruk karena
krisis moneter. Salah satu kegiatan investasi yang dilakukan adalah investasi
terhadap pengadaan barang-barang modal atau aktiva tetap.
Adanya investasi terhadap aktiva tetap diharapkan dapat membantu
perusahaan dalam proses kelancaran produksi atau distribusi kegiatan
usahanya. Oleh karena itu, investasi terhadap aktiva tetap membutuhkan
analisis keputusan yang tidak mudah. Perusahaan harus membuat
pertimbangan yang matang apakah keputusan investasi terhadap aktiva tetap
tersebut layak dilakukan atau tidak.
Di sekitar kita, terdapat banyak cara yang dapat dilakukan dalam
perolehan aktiva tetap, misalnya dengan pembelian langsung, leasing,
membangun sendiri (bangunan/gedung), pertukaran dengan aktiva tetap
lain, hadiah/donasi, dan lain-lain. Metode yang biasanya banyak digunakan
oleh perusahaan dalam memperoleh aktiva tetapnya adalah metode leasing
atau pembelian langsung.

1.2. Rumusan Masalah


Penulis sudah menyusun sebagian permasalahan yang hendak dibahas
dalam makalah ini. Ada pula sebagian permasalahan yang hendak dibahas
dalam karya tulis ini antara lain:
1.2.1 Apa itu perputaran dana yg inventasikan dalam aktiva tetap?
1.2.2 Apa itu capital budgeting?
1.2.3 Bagaimana cara menggolongkan usul usul investasi dan pemilihan
alternatif?
1.2.4 Apa itu cash flow?
1.2.5 Apa itu metode payback period?
1.2.6 Apa itu metode present value?
1.2.7 Apa itu metode internal rate of return?

1
1.2.8 Apa itu metode accounting rate of return?
1.2.9 Bagaimana hubungan antara NPV-PI-IRR?
1.2.10 Apa itu pencatuan modal?
1.2.11 Bagaimana perluasan penggunaan konsep present value?

1.3. Tujuan
Adapun tujuan penulis menulis makalah ini yaitu:
1.3.1 untuk mengetahui perputaran dana yang inventasikan dalam aktiva
tetap.
1.3.2 Untuk mengetahui capital budgeting.
1.3.3 Untuk mengetahui usul usul investasi dan pemilihan alternatif.
1.3.4 Untuk mengetahui pengertian cash flow.
1.3.5 Untuk mengetahui metode payback period.
1.3.6 Untuk mengetahui metode present value.
1.3.7 Untuk mengetahui metode internal rate of return.
1.3.8 Untuk mengetahui metode accounting rate of return.
1.3.9 Untuk mengetahui hubungan antara NPV-PI-IRR.
1.3.10 Untuk mengetahui pencatuan modal.
1.3.11 Untuk mengetahui perluasan penggunaan konsep present value.

1.4. Manfaat
1.4.1 Untuk dosen
• Mengetahui sejauh mana mahasiswa menguasai materi.
• Sebagai bahan evaluasi pembelajaran.
1.4.2 Untuk mahasiswa
• Menambah wawasan dalam materi aktiva tetap (perluasan
konsep kelayakan investasi).
• Mengetahui berbagai metode penilaian proyek investasi.
• Menerapkan konsep aktiva tetap (perluasan konsep kelayakan
investasi) dalam memecahkan masalah.

2
BAB II PEMBAHASAN

2.1. Perputaran Dana Yang Inventasikan Dalam Aktiva Tetap


Dana yang ditanamkan dalam aktiva tetap seperti halnya dana yang di
investasikan dalam aktiva lancar juga mengalami proses perputaran. Secara
konsepsionil sebenarnya tidak ada perbedaannya antara investasi dalam
aktiva tetap dengan investasi dalam aktiva lancar.
Perusahaan mengadakan investasi dalam inventory, piutang dan lain-
lain adalah dengan harapan bahwa perusahaan akan dapat memperoleh
kembali dana yang telah diinvestasikan dalam aktiva tersebut. Demikian
pula halnya apabila perusahaan mengadakan investasi dalam aktiva tetap
adalah juga dengan harapan yang sama dengan investasi dalam aktiva
lancar, yaitu bahwa perusahaan akan dapat memperoleh kembali dana yang
ditanamkan dalam aktiva tersebut. Tetapi perputaran dana yang tertanam
pada kedua aktiva itu adalah berbeda, yaitu investasi dalam aktiva lancar itu
diharapkan akan dapat diterima kembali dalam waktu dekat dan secara
sekaligus, yaitu dalam waktu satu hari, satu minggu atau paling lama satu
tahun. Sebaliknya investasi dalam mesin, bangunan-bangunan, kendaraan
dan lain sebagainya, dana yang tertanam didalamnya akan diterima kembali
keseluruhannya oleh perusahaan dalam waktu beberapa tahun, dan
kembalinya secara berangsung-angsur melalui depresiasi.
Dengan demikian, perbedaan antara investasi dalam aktiva tetap dan
aktiva lancar adalah terletak dalam soal “waktu” dan “cara perputaran” dana
yang tertanam didalamnya. Perputaran dana yang diinvestasikan dalam
aktiva lancar dapat digambarkan sebagai berikut:

Kas → Aktiva Lancar → Kas

Perputaran dana yang diinvestasikan dalam aktiva tetap dapat digambarkan


sebagai berikut:

3
Jumlah dana yang diinvestasikan dalam aktiva tetap tidak sama
jumlahnya selama periode investasi atau selama umur penggunaan kativa
tetap tersebut. Jumlah dana yang terikat dalam aktiva tetap akan berangsur-
angsur berkurang sesuai dengan metode depresiasi yang digunakan. Apabila
digunakan “strategi line method” atau dengan presentase tetap dari harga
beli, perjalanan dari daerah yang tertanam dalam aktiva tetap secara
individual dapat digambarkan sebagai berikut:

Grafik tersebut menggambarkan perjalanan atau perputaran dana yang


diinvestasikan dalam aktiva tetap dengan harga pembelian Rp 100.000
dengar umur penggunaan selama 10 tahun tanpa nilai residu (salvage value).
Dari grafik tersebut kita dapat melihat bahwa dana yang ditanamkan dalam
aktiva tetap tersebut setiap tahunnya berkurang secara konstan dengan
jumlah Rp 10.000 sebagai depresiasi. Pada permulaan tahun ke-1 atau pada
saat pembelian, dana yang tertanam sebesar Rp 100.000 kemudian pada
akhir tahun pertama tinggal Rp 90.000 akhir tahun kedua tinggal Rp 80.000
demikian seterusnya sehingga pada akhir tahun kesepuluh jumlah dana

4
keseluruhan yang ditanamkan dalam aktiva tetap sebesar Rp 100.000 telah
bebas semuanya. Oleh karena dana yang diinvestasikan dalam aktiva tetap
selama waktu penggunaannya tidak tetap sama, yaitu mulai dari Rp 100.000
pada saat pembelian sampai Rp 0 pada akhir tahun kesepuluh, maka dapat
dikatakan bahwa dana rata-rata yang ditanamkan dalam aktiva tetap tersebut
selama 10 tahun apabila menggunakan metode depresiasi “straight line”
adalah Rp 50.000 yaitu:

Rp 100.000 + Rp 0
atau
2

Rp 100.000 + Rp 90.000 + Rp 80.000 + Rp 70.000 + Rp 60.000 + Rp


50.000 + Rp 40.000 + Rp 30.000 + Rp 20.000 + Rp10.000 + Rp 0

11

Rp 550.000
= = Rp 50.000
11

Sekarang bagaimana halnya apabila perputaran atau perjalanan dana


yang ditanamkan dalam beberapa aktiva tetap dilihat sebagai satu kompleks
atau secara keseluruhan, apakah perjalanan dana yang tertanam dalam aktiva
tetap secara individual? Dalam hubungan ini J.L. Meij memberikan contoh
sebagai berikut: Perjalanan dari dana yang ditanamkan dalam 5 buah alat
produksi tahan lama, di mana masing-masing umur penggunaanya 5 tahun
dan masing-masing alat produksi tersebut dibeli secara berutut-turut dengan
beda waktu satu tahun, dengan menggunakan penyusutan dengan presentase
tetap dari harga beli, dan masing-masing alat produksi tersebut harga
belinya Rp 5.000. Perjalanan dana yang tertanam dalam kelima alat
produksi tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:

5
Apabila pada akhir tahun ke-5 atau permulaan tahun ke-6 mesin A
yang habis disusut tidak diganti, jumlah dana yang tertanam dalam mesin-

6
mesin sebesar Rp 10.000. Tapi apabila dalam permulaan tahun ke-6 segera
dibeli mesin baru untuk mengganti A dengan harga Rp 5.000, maka jumlah
dana yang tertanam dalam mesin kembali lagi berjumlah Rp 15.000.
Demikian seterusnya terjadi yang sama bagi mesin-mesin berikutnya.
Dari grafik dalam gambar (.2 nampak bahwa saat di mana dicapainya
tingkat maksimal dana minimal jumlah dana yang tertanam dalam masing-
masing aktiva tersebut adalah berbeda-beda. Dari grafik tersebut nampak
pula bahwa jumlah dana yang tertanam dalam kompleks aktiva tetap itu
sesudah akhir tahun ke-4, fluktuasi jumlah dana yang tertanam dalam aktiva
tersebut adalah konstan di mana jumlah maksimal yang dicapai adalah Rp
15.000, sedangkan jumlah minimalnya adalah Rp 10.000 dan jumlah
minimal ini merupakan inti permanen dari dana yang diinvestasikan dalam
aktiva tetap tersebut sesudah tahun ke-4.
Apabila dilihat secara individual dana yang tertanam dalam masing-
masing mesin tersebut adalah bergerak dari Rp 5.000 sampai ke Rp 0.
Apabila semua mesin (5 buah) dibeli pada saat yang sama, terlihatlah bahwa
dana yang tertanam dalam mesin-mesin itu berubah-ubah mulai dari Rp
25.000 (yaitu 5 x Rp 5.000) yang ini merupakan tingkat maksimal, sampai
ke Rp 0 (tingkat minimal). Di sini tingkat maksimal maupun tingkat
minimal dari kelima mesin tersebut tercapai pada saat yang berbeda.
Apabila dana yang tertanam dalam aktiva tetap tersebut mencapainya
tingkat minimal maupun tingkat maksimal pada saat yang berbeda satu
sama lainnya maka nampaklah apa yang disebut “gejala diversitas”. Dengan
demikian maka diversitas adalah sebagai lawan dari “bersamaan waktu”.
Dari contoh tersebut di atas gejala diversitas hanya nampak pada pembelian
aktiva tetap yang berturut-turut waktunya, sedangkan pada pembelian yang
sama waktunya dan sama pula unsur penggunaannya tidak nampak gejalla
diversitas. Apabila pada segolongan unsur-unsur variable terdapat gejala
diversitas, maka nampaklah bahwa maksimal dari keseluruhan dana yang
tertanam dalam aktiva tetap (Rp 15.000) akan selalu terletak lebih rendah
daripada jumlah maksimal dari unsur-unsurnya (Rp 25.000), dan sebaliknya
minimal dan keseluruhan dana yang tertanam dalam aktiva tetap (Rp

7
10.000) akan terletak lebih tinggi daripada jumlah minimal dari unsur-
unsurnya (Rp 0).
2.2. Capital Budgeting
Sebagaimana diuraikan sebelumnya bahwa perusahaan mengadakan
investasi dalam aktiva tetap adalah juga dengan harapan bahwa perusahaan
akan memperoleh kembali dana yang diinvestasikan tersebut seperti halnya
pada investasi dalam aktiva lancar. Perbedaannya terletak dalam jangka
waktu dan cara kembalinya dana yang diinvestasikan dalam kedua golongan
aktiva tersebut. Keseluruhan proses perencanaan dan pengambilan
keputusan mengenai pengeluaran dana di mana jangka waktu kembalinya
dana tersebut melebihi waktu satu tahun dikatakan sebagai “Capital
Budgeting”. Batas jangka waktu satu tahun tersebut tidaklah mutlak.
Termasuk dalam golongan pengeluaran dana ini ialah pengeluaran dana
untuk pembelian aktiva tetap (plant investment), yaitu tanah, bangunan-
bangunan, mesin-mesin, dan peralatan-peralatan lainnya. Demikian pula
pengeluaran dana untuk proyek advertensi jangka panjang, penelitian dan
pengembangan termasuk juga dalam golongan “capital budgeting
expenditures”.
Capital budgeting mempunyai arti yang sangat penting bagi
perusahaan karena dana yang dikeluarkan akan terikat untuk jangka waktu
yang panjang. Ini berarti bahwa perusahaan harus menunggu selama waktu
yang panjang atau lama sampai keseluruhan dana yang tertanam dapat
diperoleh kembali oleh perusahaan. Ini akan berpengaruh bagi penyediaan
dana untuk keperluan lain.
Investasi dalam aktiva tetap menyangkut harapan terhadap hasil
penjualan di waktu yang akan datang. Kesalahan dalam mengadakan
forecasting akan dapat mengakibatkan adanya over atau under-investment
dalam aktiva tetap. Apabila investasi dalam aktiva tetap terlalu besar
melebihi daripada yang diperlukan akan memberikan beban tetap yang besar
bagi perusahaan. Sebaliknya kalau jumlah investasi dalam aktiva tetap
terlalu kecil akan dapat mengakibatkan kekurangan peralatan, yang ini dapat
mengakibatkan perusahaan bekerja dengan harga pokok yang tinggi

8
sehingga mengurangi daya bersaingnya atau kemungkinan lain ialah
kehilangan sebagian dari pasar bagi produknya.
Pengeluaran dana untuk keperluan tersebut biasanya meliputi jumlah
yang besar. Jumlah dana yang besar itu mungkin tidak dapat diperoleh
dalam jangka waktu yang pendek atau mungkin tidak dapat diperoleh
sekaligus. Berhubung dengan itu, maka sebelumnya harus dibuat rencana
yang hati-hati dan teliti.
Kesalahan dalam pengambilan keputusan mengenai pengeluaran
modal tersebut akan mempunyai akibat yang panjang dan berat. Kesalahan
dalam pengambilan keputusan di bidang ini tidak dapat diperbaiki tanpa
adanya kerugian.
2.3. Usul Usul Investasi Dan Pemilihan Alternatif
Ada berbagai cara dalam menggolong-golongkan usul-usul investasi.
Salah satu penggolongan usul-usul investasi didasarkan menurut kategori di
bawah ini:

1. Investasi penggantian
2. Investasi penambahan kapasitas
3. Investasi penambahan jenis produk baru
4. Investasi lain-lain

Pada umumnya keputusan mengenai investasi penggantian adalah


yang paling sederhana, yaitu misalnya suatu aktiva yang sudah aus (wear-
out) atau using (obsolete) yang harus diganti dengan aktiva baru, kalua
produksi akan dilanjutkan. Secara umum dapat dikatakan bahwa sebagian
besar dari keputusan mengenai investasi penggnatian dapat diperhitungkan
dengan lebih mudah.
Termasuk dalam golongan investasi penambahan kapasitas misalnya
penambahan jumlah mesin atau pembukaan pabrik baru. Investasi
penambahan kapasitas sering juga bersifat investasi penggantian, misalnya
mesin yang sudah tua yang tidak efisien akan diganti dengan mesin baru
yang lebih besar kapasitasnya dan lebih efisien. Dengan sendirinya, tingkat

9
ketidakpastiannya pada investasi penambahan kapasitas lebih besar daripada
investasi penggantian.
Golongan investasi yang ketiga ialah investasi untuk menghasilkan
produk baru di samping tetap menghasilkan produk yang telah diproduksi
pada waktu itu. Karena itu menyangkut produk baru maka investasi ini juga
mempunyai tingkat ketidakpastian yang besar.
Termasuk dalam golongan investasi-investasi lain-lain ialah usul-usul
investasi yang tidak termasuk dalam ketiga golonga tersebut, misalnya
investasi untuk pemasangan alat pemanas (heater), alat pendingin (air
conditioner), pemasangan sistem music dimaksudkan untuk dapat
meningkatkan moral pada karyawan.
Pada umumnya jumlah usul-usul investasi yang diajukan di dalam
perusahaan lebih banyak daripada besarnya dana yang tersedia untuk dapat
membelanjainya. Berhubung dengan itu maka perlu diadakan penilaian
terhadap usul-usul investasi yang diajukan, untuk kemudian diadakan
“ranking” atas dasar suatu kriteria tertentu. Pada akhirnya berdasarkan
ukuran yang ditetapkan oleh perusahaan dapatlah dipilih usul-usul proyek
mana yang dapat diterima, mana yang ditolak, dan mana yang ditunda
pelaksanaanya.

2.4. Pengertian Cash Flow


Mengapa ada berbagai cara penilaian usul investasi didasarkan pada
altre kas (cash flow) dan bukan pada keuntungan yang dilaporkan dalam
buku ? Jawabannnya di sini adalah sangat sederhana, yaitu bahwa untuk
dapat menghasilkan keuntungan tambahan, kita mengetahui bahwa
keuntungan yang dilaporkan dalam buku belum pasti dalam bentuk kas,
sehingga dengan demikian jumlah kas yang ada dalam buku perusahaan
belum tentu sama dengan jumlah keuntungan yang dilaporkan dalam buku.
Setiap usul pengeluaran modal (capital expenditure) selalu
mengandung dua macam aliran kas (cash flows) , yaitu
1. aliran kas keluar neto (net outflow of cash), yaitu yang diperlukan
untuk investasi baru.

10
2. aliran kas masuk neto tahunan (net annual inflow of cash), yaitu
sebagai hasil dari investasi baru tersebut, yang ini sering pula disebut
"net cash proceeds" atau cukup dengan istilah "proceeds".
Untuk dapat memberikan gambaran yang lebih jelas mengenai
perbedaan antara keuntungan yang dilaporkan dalam buku dengan konsep
aliran kas (cash flow) dapatlah diberikan contoh sebagai berikut:
Contoh Soal 9.1.
Suatu perusahaan mempunyai rencana untuk membeli sebuah mesin
baru untuk mengganti sebuah mesin lama yang dianggap sudah tidak efisien
lagi. Harga mesin baru beserta biaya pemasangannya sebesar Rp60.000,00
dengan taksiran umur penggunaan 3 tahun. Mesin lama yang masih
mempunyai umur penggunaan 3 tahun lagi, kalau dijual pada waktu ini
harganya sesuai dengan harga bukunya yaitu Rp15.000,00. Kalau mesin
lama dijual dan diganti dengan mesin baru, maka jumlah investasi tambahan
atau aliran kas keluar neto (net cash outlay) untuk proyek investasi tersebut
adalah sebesar Rp45.000,00 yaitu harga beli mesin beserta biaya
pemasangan (Rp60.000,00) dikurangi dengan hasil penjualan mesin lama
(Rp15.000,00).
Penggantian mesin lama dengan mesin baru tersebut diharapkan akan
dapat menghemat biaya - biaya tenaga kerja, material, dan biaya reparasi
(cash saving) setiap tahunnya sebesar Rp27.500,00 sebelum pajak. Pajak
penghasilan ditetapkan 40%. Berdasarkan data tersebut kita dapat menyusun
dua macam perhitungan yaitu atas dasar accounting atau "accrual basis" dan
yang lain atas dasar "cash flow" , seperti nampak dalam Tabel 9.2. di bawah
ini

11
Tambahan "net cash in flows" setiap tahunnya sebesar Rp22.500,00 adalah
sama besarnya dengan keuntungan neto sesudah pajak Rp7.500) plus
tambahan depresiasi (Rp15.000,00) . Tambahan "cash flows" selama 3 tahun,
yaitu selam umur penggunaan mesin baru adalah 3 x Rp22.500,00 =
Rp67.500,00. Kalau digambarkan maka pola "cash flow" dari proyek investasi
penggantian tersebut adalah sebagai berikut:

2.5. Metode Payback Period


Ada berbagai metode penilaian proyek investasi atau metode untuk nyusun
"ranking" usul-usul investasi. Dalam buku ini hanya dibicarakan 4 metode
penilaian usul-usul investasi, yaitu metode - metode :
1. Payback period
2. Net present value
3. Internal rate of return (yield method)

12
4. Accounting rate of return.
Tiga metode yang pertama mendasarkan diri pada aliran kas (cash
flows) atau "proceeds", sedangkan metode yang terakhir menggunakan
keuntungan neto sesudah pajak yang dilaporkan dalam buku (reported
accounting income) sebagai dasar perhitungannya.
Keempat metode penilaian usul investasi tersebut akan diuraikan
masing masing secara tersendiri, dan pertama-tama akan dimulai dengan
uraian tentang metode "payback period ".
"Payback Period" (periode payback) adalah suatu periode yang
perlukan untuk dapat menutup kembali pengeluaran investasi dengan
menggunakan "proceeds" atau aliran kas neto (net cash flows) . Dengan
demikian payback period dari suatu investasi menggambarkan panjangnya
waktu yang diperlukan agar dana yang tertanam pada suatu investasi dapat
diperoleh kembali seluruhnya. Apabila proceeds setiap tahunnya sama
jumlahnya, maka payback period dari suatu investasi dapat dihitung dengan
cara membagi jumlah investasi dengan proceeds tahunan. Dari contoh soal
9.1. dapat dihitung payback periodnya seperti di bawah ini:

Jumlah Investasi Rp45.000


Jumlah Procceds Tahunan Rp22.500
Payback Period = (Rp45.000/Rp22.500) x 1th = 2 tahun

Ini berarti bahwa dana yang tertanam dalam aktiva tersebut sebesar
Rp45.000, sudah akan dapat diperoleh kembali seluruhnya dalam waktu 2
tahun Sesudah payback period dapat dihitung, maka tahap berikutnya ialah
membandingkan payback period dari investasi yang diusulkan itu dengan
"maximum payback period" yang dapat diterima. Apabila payback period
dari suatu investasi yang diusulkan lebih pendek daripada periode payback
maximum, maka usul investasi tersebut dapat diterima. Sebaliknya kalau
payback periodnya lebih panjang dari pada periode payback maximum
maka usul investasi tersebut seharusnya ditolak. Konsep ini didasarkan pada
pertimbangan tentang pentingnya dipertahankannya likuiditas perusahaan.

13
Juga konsep ini sejauh mungkin mengurangi unsur ketidakpastian yang ada
pada suatu investasi. Hal ini disebabkan karena semakin pendek usia suatu
investasi, semakin kecil pula risiko ketidakpastian yang mungkin
ditimbulkannya. Dalam contoh tersebut di atas apabila perusahaan telah
menetapkan periode payback maximum 3 tahun, maka usul investasi
penggantian mesin lama dengan mesin dapat diterima, karena payback
periode dari investasi yang diusulkan tersebut (2 tahun) tidak melebihi
periode payback maximum.
Selanjutnya apabila kita harus memilih salah satu dari beberapa usul
investasi atas dasar metode ini, maka kita akan memilih usul investasi yang
mempunyai payback period yang paling pendek. Apabila proceeds sesuatu
investasi tidak sama besarnya dari tahun ke tahun, dengan sendirinya cara
perhitungan di atas tidak dimungkinkan. Oleh karena itu kita perlu
menghitung proceeds tahun per tahun, sehingga keseluruhan investasi dapat
diperoleh

Contoh Soal 9.2.


Ada usul investasi dalam suatu proyek yang membutuhkan investasi
sebesar Rp120.000,00 yang diperkirakan mempunyai proceeds selama
usianya seperti nampak di bawah ini . Pola proceeds (Keuntungan neto
sesudah pajak plus depresiasi).

Tahun Proceeds:
1 ............... Rp60.000,00
2 ............... Rp50.000,00
3 ............... Rp40.000,00
4 ............... Rp30.000,00
5 ............... Rp20.000,00
6 ............... Rp10.000,00

Payback period dari investasi yang diusulkan itu dapat dihitung dengan cara
sbb:

14
Jumlah investasi
Rp120.000,00
Procceds tahun ke-1
Rp60.000,00
Rp60.000,00
Proceeds tahun ke-2
Rp50.000,00
Investasi yang belum tertutup sesudah akhir tahun ke-2
Rp10.000,00

Proceeds tahun ke-3 sebesar Rp40.000,00 padahal dana yang dibutuhkan


untuk menutup kekurangan investasi sebesar Rp10.000,00. Ini berarti bahwa
waktu yang diperlukan untuk memperoleh dana sebesar Rp10.000,00 dalam
tahun ke-3 adalah 1/4 tahun yaitu: 10.000/ 40.000 x 1 tahun
Dengan demikian maka payback period dari investasi yang diusulkan itu
adalah 2 1/4 tahun atau 2 tahun 3 bulan.
Metode payback ini karena sederhananya dan karena sangat mudah
perhitungannya, metode ini banyak digunakan oleh perusahaan-perusahaan .
Tetapi di lain pihak metode ini mempunyai kelemahan - kelemahan
prinsipiil sebagai berikut:
1. Metode ini mengabaikan penerimaan-penerimaan investasi atau
proceeds yang diperoleh sesudah payback period tercapai, oleh
karenanya kriteria ini bukan alat pengukur "profitability" , tetapi alat
pengukur "rapidity" atau kecepatan kembalinya dana.
2. Metode ini juga mengabaikan "time value of money" (nilai waktu
uang)

2.6. Metode Present Value


Dengan adanya kelemahan-kelemahan dari metode payback period,
maka dicarilah metode-metode lain yang memperhatikan baik proceeds
sesudah ter capainya payback period maupun "time value of money" . Salah
satu metode tersebut ialah apa yang disebut metode "net present value" atau
sering hanya di sebut metode "present value".

15
Oleh karena metode ini memperhatikan "time value of money" maka
proceeds yang digunakan dalam menghitung net present value (NPV) adalah
proceeds atau "cash flows" yang didiskontokan atas dasar biaya modal (cost
of capital) atau "rate of return" yang diinginkan. Dalam metode ini pertama-
tama yang dihitung adalah nilai sekarang (present value ) dari proceeds yang
diharapkan atas dasar "discount rate" tertentu. Kemudian jumlah "present
value" (PV) dari keseluruhan proceeds selama usianya dikurangi dengan PV
dari jumlah investasinya (initial investment). Selisih antara PV dari
keseluruhan proceeds dengan PV dari pengeluaran modal (" capital outlays"
atau "initial investment") dinamakan "nilai sekarang neto" (net present
value/NPV). Apabila jumlah PV dari keseluruhan proceeds yang diharapkan
lebih besar daripada PV dari investasinya maka usul investasi tersebut dapat
diterima. Sebaliknya kalau jumlah PV dari keseluruhan proceeds lebih kecil
daripada PV dari investasinya yang ini berarti bahwa NPV-nya negatif maka
usul investasi tersebut seharusnya ditolak. Apabila proceeds setiap tahunnya
sama besarnya, maka NPV dapat dihitung dengan mudah, dengan
menggunakan bantuan tabel PV dari annuity (Tabel A 2.)
Dengan menggunakan contoh soal 9.1, setelah ditambah keterangan
mengenai "cost of capital" atau "rate of return" yang kita inginkan, maka
dapatlah dihitung NPV - nya. Misalnya "discount rate" yang digunakan
sebesar 10% .

Jumlah investasi = Rp45.000,00


Proceeds tahunan selama 3 tahun = Rp22.500,00
Discount rate 10 %.
PV dari "proceeds" = 2,487^2 x Rp22.500,00 =Rp55.958,00
PV dari "outlays" = Rp45.000,000
Net present value = Rp +10.958,00

Hasil perhitungan tersebut di atas menunjukkan bahwa atas dasar "rate


of return" yang diinginkan, PV dari proceeds-nya lebih besar daripada PV
dari tambahan investasi, yang berarti NPV-nya positif, maka usul investasi

16
penggantian mesin lama dengan mesin baru dapat diterima. Apabila kita
harus memilih salah satu dan beberapa usul investasi atas dasar metode ini
maka kita akan memilih usul investasi yang mempunyai NPV yang paling
besar.
Apabila proceeds suatu investasi tidak sama besarnya dari tahun ke
tahun, contoh perhitungan di atas tidak dapat digunakan. Oleh karena itu
kita harus menghitung PV dari proceeds setiap tahunnya untuk kemudian
dijumlahkan sehingga diperoleh jumlah PV dari keseluruhan proceeds yang
diharapkan dari investasi tersebut.
Untuk lebih jelasnya kita dapat menggunakan contoh soal 9.2. untuk
menghitung NPV-nya, seperti nampak pada tabel di bawah ini.

Dengan "rate of return" yang kita inginkan sebesar 10%, usul investasi
tersebut dapat menghasilkan PV dari proceeds yang lebih besar daripada PV
dari pengeluaran modalnya sehingga NPV-nya positif, maka usul investasi
tersebut dap diterima. Secara matematik rumus NPV dapat dituliskan
sebagai berikut :

17
di mana "k" adalah "discount rate" yang digunakan, "At" adalah cash flow
pada periode t, dan "n" adalah periode yang terakhir di mana cash flow
diharapkan. Dengan menggunakan rumus tersebut maka NPV dari contoh di
atas dapat dihitung sebagai berikut:

Kadang - kadang approach PV ini mengubah hasilnya ke dalam


"profitability index" atau "desirability index", dengan cara membagi PV dari
"proceeds" dengan PV dari "outlays".

Dari contoh perhitungan di atas dapat dihitung "profitability index" atau


"desirability index", dengan cara membagi PV dari "proceeds" dengan PV
dari "outlays".

Dari perhitungan diatas dapat dihitung "profitabilitas index" sbb:


PI = Rp164.430,00/Rp120.000,00 = 1.37

Apabila kita menggunakan profitability index sebagai ukurannya, maka usul


investasi yang mempunyai PI lebih besar dari 1 dapat diterima, sebaliknya
kalau kurang dari 1, usul tersebut seharusnya ditolak.

2.7. Metode Internal Rate Of Return


Metode internal rate of return merupakan tingkat bunga yang akan
menjadikan jumlah nilai sekarang dari proceeds yang diharapkan akan
diterima (PV of future proceeds) sama dengan jumlah nilai sekarang dari
pengeluaran modal (PV of capital outlays). Internal taye of raturn ini harus
dicari dengan cara “trial and eror” dengan serba coba-coba. Maksudnya
yaitu, pertama-tama menghitung PV dari proceeds dari suatu investasi
dengan menggunakan tingkat bunga yang dipilih. Kemudian, hasil
perhitungan dibandingkan dengan jumlah PV dari outlays-nya. Jika PV dari

18
proceeds lebih besar daripada PV dari investasi atau outlays-nya,maka harus
menggunakan tingkat bunga yang lebih tinggi lagi. Sebaliknya kalau PV
dari proceeds lebih kecil dari pada PV investasi, maka menggunakan tingkat
bunga yang lebih rendah. Begitu seterusnya, hingga menemukan tingkat
bunga yang dapat menjadikan PV dari proceeds sama besar dengan PV dari
outlays-nya. Pada tingkat bunga inilah NPV dari usul investasi tersebut
adalah Rp 0 atau mendekati nol. Besarnya tingkat bunga menggambarkan
besarnya “internal rate of return” dari usul investasi tersebut.

Metode internal rate of return dapat dicari dengan rumus sebagai berikut :

𝑷𝟐−𝑷𝟏
r = P1−C1
𝑪𝟐−𝑪𝟏

keterangan :

r = internal rate of return yang dicari

P1 = tingkat bunga ke 1

P2 = tingkat bunga ke 2

C1 = NPV ke 1

C2 = NPV ke 2

Secara sistematik rumus internal rate of return dapat ditulis sebagai berikut :

𝑛
𝐴𝑡
∑[ ]=0
(1 + 𝑟)𝑡
𝑡=0

Dimana “r” adalah tingkat bunga yang akan menjadikan PV dari proceeds
sama dengan PV dati capital outlyas, At adalah cash flow untuk periode t,
dan “n” adalah periode yang terakhir dari cash flow yang diharapkan.

19
Apabila “initial cash flow” terjadi pada waktu 0, maka persamaannya dapat
dinyatakan sebagai berikut:

𝑨𝟏 𝑨𝟐 𝑨𝒏
𝑨𝟎 = + + ....... +
(𝟏+𝒓) (𝟏+𝒓)𝟐 (𝟏+𝒓)𝒏

2.8. Metode Accounting Rate Of Return


Sering juga disebut sebagai “average rate of retun” menunjukan
presentase keuntungan neto sesusah pajak dihitung dari “average
invesment” atau “initial invesment”. Apabila tiga metode lainnya yang telah
diuraikan mendasarkan diri pada proceeds atau cash flow, maka metode
accounting rate of retun ini mendasarkan pada keuntungan yang
dilaporkanndalam buku (reported accounting income). Keuntungan dari
metode ini ialah kesederhanaannya dan mudah dimengerti. Metode ini
dalam perhitungannya menggunakan data accounting yang sudah tersedia,
sehingga tidak memerlukan perhitungan tambahan. Sesudah accounting rate
of return ini dihitung, tahap berikutnya ialah mencocokkan dengan
“minimim accounting rate of return” yang dianggap wajar oleh perusahaan.

Apabila accounting rate of return lebih besar daripada minimim


accounting rate of retun maka usul investasi tersebut dapat diterima.
Sebalinya kalau lebih kecil, seharusnya usul investasi tersebut ditolak.

Berikut kelemahan dari metode ini :

1. Tidak memperhatikan time value of money.


2. Menitik beratkan pada masalah accounting, dan kurang memperhatikan
data cash flows dari investasi yang bersangkutan.
3. Merupakan pendekatan jangka pendek dengan menggunakan angka rata-
rata yang menyesatkan.
4. Kurang memperhatikan panjangannya jangka waktu investasi.

Dari contoh soal 9.1 dapat dihitung besarnya accounting rate of return
sebagai berikut :

Accounting rate of return atas dasar initial investment:

20
7.500 (𝐸𝐴𝑇)
=
45.000 (𝑖𝑛𝑖𝑡𝑖𝑎𝑙 𝑖𝑛𝑣𝑒𝑠𝑚𝑒𝑛𝑡)𝑥 100%

= 16,67%

Accounting rate of return atas dasar investasi rata-rata (avarage investment):

7.500
= 𝑥 100% = 33,34%
(42.00∶2)

Jika menggunakan metode ini, maka harus memilih investasi


yang dapat meghasilkan accounting rate of return yang paling
besar.

2.9. Hubungan Antara NPV-PI-IRR


Tiga metode usul investasi (Npv-PI-IRR) semuanya termasuk
kedalam kelompok discounted cash flow yang memperhatikan nilai waktu
uang dan preceeds selama keseluruhan umur proyek. Oleh karena itu
memiliki dasar yang sama. Maka semisal suatu usul investasi dinilai
menggunakan metode profitabilitas index dan jawabannya diterima, maka
kalau dinilai menggunakan net present value ataupun menggunakan internsl
rate of return jawabannya juga akan diterima dan tidak mungkin
memberikan jawaban yang berbeda. Sebab kalau PI dari suatu usul investasi
adalah 1,0, maka NPV dari usul investasi tsb adalah 0, dan IRR dari usul
investasi tsb pasti sama besar dengan tingkat diskonto yang ditetapkan
sebelum nya. Dengan demikian maka kalau suatu usul investasi mempunyai
PI > 1,0 yang berarti usul investasi diterima, maka NPV dari suatu usul
investasi >0 yang berarti usul diterima, selanjutnya IRR dari suatu usul
investasi itu pasti lebih besar daripada tingkat diskontonya sehingga usul
investasi tsb selayaknya diterima. Namun, apabila sebaliknya maka usul
ditolak.

2.10. Pencatuan Modal


Dana investasi yang tersedia untuk suatu tahun sering dibatasi oleh
batas tertinggi tertentu sehingga usul investasi terpaksa tidak dapat

21
dilaksanakan meskipun sebenarnya usul-usul investasi dapat diterima.
Batasan dana investasi tersebut dalam satu tahun inilah yang disebut
pencatuan modal atau capital rationing.
Pencatuan modal terjadi setiap waktu kalau ada kendala mengenai
jumlah dana yang dapat diinvestasikan selama suatu periode tertentu.
Kendala semacam ini lazim terjadi pada sejumlah perusahaan yang dalam
mendanai investasi lebih menekankan pada sumber intern dan kurang
berminat untuk mendanai dari sumber ekstern.
Jika terdapat pencatuan modal maka manajer harus menyeleksi
kombinasi dari usul-usul investasi yang dapat menghasilkan nilai-sekarang-
neto atau NPV yang paling tinggi sesuai dengan kendala anggaran untuk
periode yang bersangkutan.
Untuk lebih jelasnya dapat diberikan contoh sebagai berikut.
Suatu perusahaan mempunyai peringkat atau ranking usulan
investasi menurut besarnya profitability-index sebagai berikut:
Usulan Dana Investasi yang Diperlukan (Outlay) Profitability Index
Investasi
4 Rp 1.400.000 1,18
3 Rp 500.000 1,17
6 Rp 800.000 1,16
2 Rp 700.000 1,16
5 Rp 400.000 1,14
1 Rp 600.000 1,10

Dana investasi yang disediakan untuk tahun tersebut sebesar Rp


1.700.000. Dari data itu, kita akan mempunyai berbagai kombinasi usulan
investasi dengan NPV sebagai berikut:
Alternatif I
Kombinasi dari usul-usul investasi 3,6, dan 5 yang memerlukan dana
investasi sebesar Rp 500.000 + Rp 800.000 + Rp 400.000 = Rp 1.700.000
dengan keseluruhan NPV:
Usul 3 Rp 500.000 (1,17 – 1,0) = Rp 85.000

22
6 Rp 800.000 (1,16 – 1,0) = Rp 128.000
5 Rp 400.000 (1,14 – 1,0) = Rp 56.000
Rp 1.700.000 = Rp 269.000
Alternatif II
Kombinasi dari usul-usul investasi 6 dan 2 yang memerlukan dana
investasi Rp 800.000 + Rp 700.000 = Rp 1.500.000 dengan keseluruhan
NPV :
Usul 6 Rp 800.000 (1,16 – 1,0) = Rp 128.000
2 Rp 700.000 (1,16 – 1,0) = Rp 112.000
Rp 1.500.000 Total NPV = Rp 240.000
Alternatif III
Usul investasi 4 yang memerlukan dana investasi sebesar Rp
1.400.000 dan mempunyai NPV sebesar
Rp 1.400.000 (1,18 – 1,0) = Rp 252.000
Dari hasil perhitungan di atas ternyata alternatif I menghasilkan NPV
yang paling tinggi sehingga dengan demikian kita akan memilih alternatif I
yang terdiri dari usul-usul investasi 3,6, dan 5.
Kita menyadari bahwa pelaksanaan anggaran tidak kaku yang artinya
dalam praktik dimungkinkan adanya fleksibilitas. Lagi pula biaya dari suatu
usul investasi tertentu mungkin disebar selama beberapa tahun. Berhubung
dengan itu, kita harus mempertimbangkan lebih dari hanya kendala satu
waktu saja. Ini berarti bahwa kita tidak hanya mengadakan analisis waktu
tunggal saja, tetapi juga perlu mengadakan analisis waktu ganda.
Kemungkinan terjadi jika suatu usul investasi tidak dilaksanakan pada
tahun ini dan ditunda sampai tahun depan, proyek tersebut akan mempunyai
profitabilitas yang lebih rendah dibandingkan jika dilaksanakan pada tahun
ini.
Apabila kita mengadakan analisis waktu ganda maka usul-usul
investasi yang mempunyai angka kehilangan yang besar diusahakan sedapat
mungkin dilaksanakan tahun ini, sedangkan yang mempunyai angka
kehilangan yang kecil dapat ditunda sampai tahun depan. Tetapi tujuannya
adalah tetap, yaitu memilih kombinasi usul investasi yang dapat

23
menghasilkan NPV yang paling tinggi. Hanya kombinasinya di sini meliputi
usul investasi yang akan dilakukan tahun depan. Untuk lebih jelasnya dapat
diberikan contoh berikut.
Suatu perusahaan mempunyai kesempatan investasi di bawah ini yang
diurutkan menurut besarnya profitability-index.
Usul Profitability Dana Profitability
Investasi Indeks Tahun Investasi Index Jika
Ini Ditunda Tahun
Depan
6 1,15 Rp 2.500.000 1,11
7 1,13 Rp 2.000.000 1,11
3 1,12 Rp 5.000.000 1,07
2 1,09 Rp 3.000.000 1,03
1 1,08 Rp 2.000.000 1,01
5 1,07 Rp 2.500.000 1,05
4 1,05 Rp 3.000.000 1,01

Dana investasi yang tersedia untuk digunakan tahun ini sebesar Rp


16.000.000. Untuk tahun depan akan tersedia tambahan dana investasi
sebesar Rp 2.000.000 lagi.
a. Analisis Waktu Tunggal
Alternatif I
Kombinasi dari usul-usul investasi 6,7,3,2, dan 5 yang memerlukan
dana investasi sebesar Rp 2,50 + Rp 2,00 + Rp 5,00 + Rp 3,00 + Rp 2,50 =
Rp 15,00 (dalam jutaan rupiah). Keseluruhan NPV dari ini adalah :
Usul 6 Rp 2.500.000 (1,15 – 1,0) = Rp 375.000
7 Rp 2.000.000 (1,13 – 1,0) = Rp 260.000
3 Rp 5.000.000 (1,12 – 1,0) = Rp 600.000
2 Rp 3.000.000 (1,09 – 1,0) = Rp 270.000
5 Rp 2.500.000 (1,07 – 1,0) = Rp 175.000
Rp 15.000.000 Total NPV = Rp 1.680.000

24
Alternatif II
Kombinasi dari usul-usul investasi 6,3,2,1, dan 5 yang juga
memerlukan dana investasi sebesar Rp 15.000.000. Keseluruhan NPV dari
alternatif ini adalah :

Usul 6 Rp 2.500.000 (1,15 – 1,0) = Rp 375.000


3 Rp 5.000.000 (1,12 – 1,0) = Rp 600.000
2 Rp 3.000.000 (1,09 – 1,0) = Rp 270.000
1 Rp 2.000.000 (1,08 – 1,0) = Rp 160.000
5 Rp 2.500.000 (1,07 – 1,0) = Rp 175.000
Rp Total NPV = Rp 1.580.000
15.000.000

Dari dua alternatif tersebut ternyata alternatif I yaitu yang terdiri dari
usul-usul investasi 6,7,3,2, dan 5 mempunyai total NPV yang lebih besar
daripada alternatif II sehingga kita harus memilih alternatif atau kombinasi
I.
b. Analisis Waktu Ganda
Dalam analisis waktu ganda kita perlu mengetahui besarnya
kehilangan angka dari masing-masing usul investasi jika usul tersebut
terpaksa ditunda sampai tahun depan yang ini dapat dilihat sebagai berikut:
Usul Outlay PI PI Jika Kehilangan
Investasi Sekarang Ditunda Angka
Tahun
Depan
6 Rp 2.500.000 1,15 1,11 0,04
7 Rp 2.000.000 1,13 1,11 0,02
3 Rp 5.000.000 1,12 1,07 0,05
2 Rp 3.000.000 1,09 1,03 0,06
1 Rp 2.000.000 1,08 1,01 0,07
5 Rp 2.500.000 1,07 1,05 0,02
4 Rp 3.000.000 1,05 1,01 0,04

25
Susunan kombinasi yang dapat terjadi :
Kombinasi I
Tahun ini :
Usulan 6 Rp 2.500.000 (1,15 – 1,0) = Rp 375.000
7 Rp 2.000.000 (1,13 – 1,0) = Rp 260.000
3 Rp 5.000.000 (1,12 – 1,0) = Rp 600.000
2 Rp 3.000.000 (1,09 – 1,0) = Rp 270.000
5 Rp 2.500.000 (1,07 – 1,0) = Rp 175.000
Rp 15.000.000 = Rp 1.680.000

Ditunda Tahun Depan:


Usulan 4 Rp 3.000.000 (1,01 – 1,0) = Rp 30.000
Rp 18.000.000 Total NPV = Rp 1.710.000

Dana investasi tahun ini yang digunakan Rp 15.000.000 dan usul investasi
yang ditunda memerlukan Rp 3.000.000 sehingga keseluruhan menjadi Rp
18.000.000.
Kombinasi II
Tahun ini :
Usulan 6 NPV = Rp 375.000
3 = Rp 600.000
1 = Rp 160.000
5 = Rp 175.000
4 = Rp 150.000
NPV proyek tahun ini = Rp 1.460.000

Ditunda Tahun Depan:


Usulan 7 Rp (1,11 – 1,0) = Rp 220.000
2.000.000
Total NPV = Rp 1.680.000

26
Dana investasi tahun ini yang digunakan Rp 15.000.000 dan usul investasi
yang ditunda memerlukan Rp 2.000.000 sehingga keseluruhan menjadi Rp
17.000.000.
Kombinasi III
Tahun ini :
Usulan 6 NPV = Rp 375.000
2 = Rp 270.000
3 = Rp 600.000
1 = Rp 160.000
5 = Rp 175.000
NPV proyek tahun ini = Rp 1.580.000

Ditunda Tahun Depan:


Usulan 7 Rp (1,11 – 1,0) = Rp 220.000
2.000.000
Total NPV = Rp 1.800.000

Dana investasi tahun ini yang digunakan Rp 15.000.000 dan usul


investasi yang ditunda memerlukan Rp 2.000.000 sehingga keseluruhan
menjadi Rp 17.000.000.
Dari hasil perhitungan di atas tampak jelas bahwa kombinasi III
adalah kombinasi yang menghasilkan keseluruhan atau total NPV yang
paling besar dibandingkan dengan kombinasi I dan II sehingga sebaiknya
perusahaan memilih kombinasi III.
Salah satu faktor yang menyebabkan bahwa kombinasi III mampu
menghasilkan NPV keseluruhan yang paling besar ialah karena usul-usul
investasi yang mempunyai kehilangan angka yang besar jika ditunda
semuanya dipilih untuk dilaksanakan tahun ini. Sedangkan usulan yang
kehilangan angkanya kecil ditunda sampai tahun depan.
2.11. Perluasan Penggunaan Konsep Present Value
Seorang manajer dalam menghadi berbagai alternatif investasi, harus
memilih salah satu dari berbagai alternatif tersebut. Apabilah dia telah

27
mengambil keputusan alternatif investasi mana yang dia pilih, berarti bahwa
perusahaan terikat utuk melaksanakannnya konsep nilai sekarang arus kas
banyak membantu pimpinan perusahaan dalam melakukan keputusan
pemilihan alternatif, misalnya:
1) Apakah perusahaan akan tetap menggunakan mesin yang sekarang
digunakan atau akan menggantinya dengan mesin jenis baru yang
lebih efisien?
2) Apakah perusahaan akan menerima usul untuk mengadakan ekspansi
atas tetap mempertahanlan tingkat kapasitas yang ada sekarang?
3) Dalam rangka usaha mengadakan komputerisasi, apakah sebaiknya
perusahaan membeli seperangkat komputer, atau mengadakan kontrak
leasing (buy or lease proposals)
4) Dalam hal perusahaan mendapatkan tawaran beberapa model
peralatan model manakah yang akan dipilih?
Proses pengambilan keputusan pemilihan alternatif juga harus
didasarkan pada konsep benefit cost. Kita membandingkan alternatif kalau
kita mempertahankan keadaan yang lama, yaitu keadaan “statusquo”,
dengan alternatif lainnya. Alternatif yang pertama sering disebut sebagai
kasus dasar dan alternatif lainnya disebut sebagai kasus 2
Dalam membandingkan dua kasus tersebut kita mencari tambahan
manfaat yang dituimbulkan oleh kasus 2 dibandingkan dengan kasus dasar.
Demikian pula kita teliti tambahan biaya atau korban dari kasus 2
dibandingkan dengan kasus dasar. Keudian kedua tambahan tersebut
dibandingkan. Jika ternyata tambahan manfaat lebih besar dari pada
tambahan biaya sehingga menghasilkan pengaruh neto yang positif bagi
kasus dua, maka akan dipilih kasus dua. Namun, apabila sebalinya dima
tambahan manfaat lebih besar dari pada tambahan biaya sehingga
menghasilkan pengaruh neto negatif bagi kasus 2, maka akan dipilih kasus
dasar yang berarti menolak kasus 2
Contoh soal
Lima tahun yang lalu perusahaan membeli seperangkat mesin dengan
harga Rp 75 juta dengan umur penggunaan atau umur ekonomis 15 tahun.

28
Pada waktu ini perusahaan mendapatkan tawaran seperangkat mesin dengan
model baru dengan harga Rp 100 juta termasuk biaya pemasangannya.
Dengan estimasi umur ekonomis 10 tahun. Menurut perhitungan, apabila
mesin lama diganti dengan mesin baru tersebut, diperkirakan setiap
tahunnya akan dapat meningkatkan penghasilan penjualan dari Rp 100 juta
menjadi RP 110. Disamping itu akan dapat menghemat biaya tunai dari Rp
70juta menjadi Rp 50 juta setiap tahunnya. Tingkat pajak penghasilan rata-
rata 40%. Tingkat diskonto yang digunakan ditetapkan sebesar 10%.
Pertanyaan:
Apakah usul penggantian mesin lama dengan mesin model baru sebaiknya
diterima atau ditolak, jika diperkirakan:
a. mesin lama dpat dijual dengan harga Rp 50 juta?
b. Mesin lama dapat dijual dengan harga Rp 60 juta?
c. Mesin lama dapat dijual dengan harga RP 40 juta?
Untuk menjawab pertanyaan tersebut maka perlu dibuat perhitungan sebagai
berikut:

Tambahan Arus Kas Neto


Keterangan Mesin Lama Mesin Baru Tambahan
Arus Kas
Neto
Penjualan Rp 100.000 Rp 110.000 Rp 10.000
Biaya tunai Rp 70.000 Rp 50.000 Rp 20.000
Depresiasi Rp 5.000 Rp 10.000
Biaya total Rp 75.000 Rp 60.000
Keuntungan sebelum Rp 25.000 Rp 50.000
pajak Rp 10.000 Rp 20.000 (Rp
Pajak (40%) 10.000)
Keuntungan neto Rp 15.000 Rp 30.000
Ditambahkan kembali Rp 5.000 Rp 10.000
depresiasi
Arus Kas Neto Rp 20.000 Rp 40.000 Rp 20.000

29
Dari hasil perhitungan di atas tambahan manfaat dalam bentuk
tambahan arus kas neto yang dihasilkan dari penggunaan mesin baru
dibandingkan dengan penggunaan mesin lama adalah sebesar Rp
20.000.000 setiap tahunnya selama 10 tahun yaitu umur mesin baru.
Nilai sekarang dari tambahan arus kas neto selama 10 tahun atas dasar
tingkat diskonto 10% adalah:
6,1446 x Rp 20.000.000 = Rp 122.892.000
Langkah selanjutnya adalah menghitung tambahan biaya atau “increasement
cost” dari penggunaan mesin baru dengan memperhitungkan hasil penjualan
mesin lama.
1) Jika mesin lama dapat dijual dengan harga Rp 50.000.000
Oleh karena harga jual mesin lama persis sama besarnya dengan
nilai bukunya maka tidak ada permasalahan pajak karena tidak ada
keuntungan atau kerugian karena penjualan mesin lama. Maka
tambahan investasi dalam kasus ini adalah sebesar Rp 100.000.000
dikurangi dengan hasil penjualan mesin lama yaitu Rp 50.000.000
adalah sebesar Rp 50.000.000. Jumlah inilah yang kita perhitungkan
sebagai tambahan biaya karena penggunaan mesin baru.
Nilai sekarang dari tambahan arus kas = Rp 122.892.000
neto
6,1446 x Rp 20.000.000
Nilai sekarang dari tambahan investasi = Rp 50.000.000
Nilai sekarang neto dari tambahan = Rp 72.890.000
investasi

Dari penghitungan diatas dapat disimpulkan bahwa penggantian mesin


lama dengan mesin baru selayaknya diperlukan dan dapat
dipertanggungjawabkan secara finansial.
2) Jika mesin lama dijual dengan harga Rp 60.000.000
Dalam hal ini yang berbeda dengan soal a) hanyalah terletak
pada besarnya tambahan investasi. Tambahan investasi dalam kasus

30
ini adalah lebih kecil, sedangkan nilai sekarang dari tambahan manfaat
atau arus kas neto adalah tetap sehingga nilai sekarang neto dari
tambahan investasi adalah lebih besar.
Nilai sekarang dari Rp 122.890.000
tambahan manfaat
Harga mesin baru Rp 100.000.000
Hasil penjualan Rp 60.000.000
mesin lama
Pajak (40%(60- Rp 4.000.000
50))
Hasil penjualan Rp 56.000.000
neto
Nilai sekarang dari Rp 44.000.000
tambahan invest
Nilai sekarang neto Rp 78.890.000
tambahan invest

3) Jika harga jual dari mesin lama Rp 40.000.000


Disini, akan timbul kerugian pada penjualan mesin lama.
Adanya kerugian ini akan mempunyai pengaruh memperkecil jumlah
pajak penghasilan keseluruhan yang harus dibayar oleh perusahaan,
yang berarti ada penghematan pajak dan akan memperbesar dana yang
tersedia untuk dana investasi.
Nilai sekarang dari Rp 122.890.000
tambahan manfaat
Harga mesin baru Rp 100.000.000
Hasil penjualan Rp 40.000.000
mesin lama
Pajak (40%(60- Rp 4.000.000
50))
Hasil penjualan Rp 44.000.000
neto

31
Nilai sekarang dari Rp 56.000.000
tambahan invest
Nilai sekarang neto Rp 66.890.000
tambahan invest

Dari hasil perhitungan di atas ternyata usul penggantian mesin lama


dengan mesin baru tetap dapat dibenarkan, meskipun ada kerugian
penjualan mesin lama karena nilai sekarang neto atau NPV adalah positif.
Investasi Ekspansi
Pada waktu ini, suatu perusahaan bekerja dengan 4 unit mesin dengan
kapasitas produksi 40.000 unit per tahun. Perusahaan sudah bekerja dengan
kapasitas penuh yang bekerja dengan 3 giliran. Permintaan terhadap
produknya meningkat terus dan meningkatnya permintaan ini diperkirakan
akan berlangsung terus untuk jangka waktu yang panjang. Setelah diadakan
evaluasi, perusahaan menambah kapasitas produksinya dengan menambah
dua unit mesin baru dengan harga Rp 20.000.000 dan umur ekonomis 10
tahun. Harga jual produk tetap dipertahankan seperti yang sekarang yaitu Rp
400 per unit. Maka estimasi penjualan dan biaya tunai sesudah ekspansi
dibandingkan dengan sebelum ekspansi adalah :
Sebelum Ekspansi Sesudah
Ekspansi
Penjualan Rp 16.000.000 Rp 25.000.000
Biaya Rp 6.000.000 Rp 10.000.000

Apakah usul ekspansi penambahan dua unit mesin baru tersebut


sebaiknya diterima atau ditolak jika tingkat diskonto ditetapkan sebesar 10%
dan tingkat pajak penghasilan rata-rata 40%?
Tambahan penjualan per tahun Rp 9.000.000
(Rp 25.000.000 – Rp 16.000.000)
Tambahan biaya tunai Rp 4.000.000
(Rp 10.000.000 – Rp 6.000.000)
Depresiasi mesin baru Rp 2.000.000

32
Tambahan biaya Rp 6.000.000
Tambahan keuntungan sebelum pajak Rp 3.000.000
Tambahan pajak 40% Rp 1.200.000
Tambahan keuntungan neto Rp 1.800.000
Ditambahkan kembali depresiasi Rp 2.000.000
Tambahan arus kas neto Rp 3.800.000

Nilai sekarang dari tambahan arus kas neto selama 10 tahun atas dasar
tingkat diskonto
10% = 6,1446 x Rp 3.800.000 Rp 23.349.480
Nilai sekarang dari tambahan investasi (Rp 20.000.000)
Nilai sekarang neto Rp 3.349.480
Oleh karena nilai sekarang neto atau NPV dari tambahan investasi
tersebut adalah positif, maka usul ekspansi dengan penambahan dua unit
mesin baru tersebut dapat diterima. Jika hasil NPV negatif, maka usul
ekspansi seharusnya ditolak.
Membeli atau Mengadakan Kontrak Leasing
Suatu perusahaan telah memutuskan untuk mengadakan program
komputerisasi dalam perusahaannya. Harga beli satu perangkat komputer
adalah Rp 100.000.000. Biaya pemeliharaan komputer per tahun adalah Rp
2.000.000. Umur penggunaan komputer tersebut adalah 5 tahun. Alternatif
lain ialah mengadakan kontrak leasing dengan sewa leasing setiap tahunnya
Rp 22.000.000 termasuk di dalamnya biaya pemeliharaan komputer per
tahun Rp 2.000.000. Opsi mana yang harus dipilih perusahaan?

Nilai sekarang dari penghematan sewa leasing selama = Rp 75.820.000


5 tahun dengan tingkat diskonto 10%
3,791 x (Rp 22.000.000 – Rp 2.000.000)
Nilai sekarang dari tambahan investasi = Rp 100.000.000
Nilai sekarang neto tambahan investasi = (Rp 24.180.000)

33
Dari hasil perhitungan di atas ternyata nilai sekarang neto atau NPV
dari investasi dalam komputer adalah negatif. Ini berarti pembelian
komputer tidak dibenarkan sehingga alternatif yang diterima adalah
mengadakan kontrak leasing.
Jika harga komputer hanya Rp 60.000.000 maka nilai sekarang neto dari
investasi tersebut adalah positif yaitu Rp 15.820.000 sehingga usul
pembelian komputer dapat diterima. Dalam hal ini, kita akan memilih
alternatif membeli.
Pemilihan Aktiva Tetap yang Mempunyai Usia Penggunaan yang
Berbeda
Dimisalkan mesin model A harganya Rp 15.000.000 dengan usia
penggunaan 3 tahun. Biaya operasi dan pemeliharaan per tahunnya Rp
4.000.000.
Mesin model B harganya Rp 10.000.000 dengan usia penggunaan 2
tahun. Biaya operasi dan pemeliharaan per tahunnya Rp 6.000.000. Mesin
model mana yang dipilih? Tingkat diskonto ditetapkan 6%.
Chain Method
(Dalam ribuan rupiah)
A B
Tahun DF (6%) Biaya Tunai PV Biaya PV
Tunai
0 1,0 15.000 15.000 10.000 10.000
1 0,943 4.000 3.772 6.000 5.658
2 0,890 4.000 3.560 6.000 14.240
10.000
3 0,840 4.000 15.960 6.000 5.040
15.000
4 0,792 4.000 3.168 6.000 12.672
10.000
5 0,747 4.000 2.988 6.000 4.482
6 0,705 4.000 2.820 6.000 4.230
PV of cost 47.268 56.322

34
Dari hasil perhitungan di atas ternyata PV cost mesin A lebih kecil
dibandingkan dengan mesin B sehingga sebaiknya kita memilih mesin A.
Equivalent Annual Cost Method
(Dalam rupiah)
Mesin Biaya (Dalam PV
ribuan rupiah) (6%)
C0 C1 C2 C3
A +15 +4 +4 +4 25,69
B +10 +6 +6 - 21,00

Biaya tahunan ekuivalen dihitung dengan cara membagi PV biaya dibagi


dengan faktor anuitas
Biaya tahunan ekuivalen untuk mesin A : 25,69/2,673 = 9,61
Biaya tahunan ekuivalen untuk mesin B : 21,00/1,833 = 11,45
Oleh karena mesin A mempunyai biaya tahunan ekuivalen yang lebih kecil
dari B, maka dipilihlah mesin A.

35
BAB III KESIMPULAN

Investasi merupakan salah satu prioritas utama kebijakan dibidang


ekonomi pasca krisis tahun 1997, dengan kebijakan tersebut pemerintah
berusaha menggerakan semua sektor (riil dan finansial) untuk
mengembalikan roda perekonomian negara yang sempat terpuruk karena
krisis moneter. Salah satu kegiatan investasi yang dilakukan adalah investasi
terhadap pengadaan barang-barang modal atau aktiva tetap.
Ada berbagai cara penilaian usul investasi didasarkan pada altre kas
(cash flow) dan bukan pada keuntungan yang dilaporkan dalam karena
untuk dapat menghasilkan keuntungan tambahan, kita mengetahui bahwa
keuntungan yang dilaporkan dalam buku belum pasti dalam bentuk kas,
sehingga dengan demikian jumlah kas yang ada dalam buku perusahaan
belum tentu sama dengan jumlah keuntungan yang dilaporkan dalam buku.
Tiga metode usul investasi (Npv-PI-IRR) semuanya termasuk
kedalam kelompok discounted cash flow yang memperhatikan nilai waktu
uang dan preceeds selama keseluruhan umur proyek. Maka semisal suatu
usul investasi dinilai menggunakan metode profitabilitas index dan
jawabannya diterima, maka kalau dinilai menggunakan net present value
ataupun menggunakan internsl rate of return jawabannya juga akan diterima
dan tidak mungkin memberikan jawaban yang berbeda.
Dana investasi yang tersedia untuk suatu tahun sering dibatasi oleh
batas tertinggi tertentu sehingga usul investasi terpaksa tidak dapat
dilaksanakan meskipun sebenarnya usul-usul investasi dapat diterima.
Seorang manajer dalam menghadi berbagai alternatif investasi, harus
memilih salah satu dari berbagai alternatif tersebut. Apabilah dia telah
mengambil keputusan alternatif investasi mana yang dia pilih, berarti bahwa
perusahaan terikat utuk melaksanakannnya konsep nilai sekarang arus kas
banyak membantu pimpinan perusahaan dalam melakukan keputusan
pemilihan alternatif

36
DAFTAR PUSTAKA

Riyanto, Bambang. (2010). Dasar Dasar Pembelajaran Perusahaan Edisi 4.


Yogyakarta : Buku Bhakti Profesindo

37

Anda mungkin juga menyukai