Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

“TEORI INVESTASI“

Dosen Pengampu: Syaiful Amri, S.Pd.,M.Pd

Disusun Oleh:

Kelompok 4

1. Gina Septiani Putri (222559SM)


2. Nabila Puan Maharani (222576SM)

PROGRAM STUDI S1 MANAJEMEN


SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI AMM MATARAM TAHUN
AKADEMIK 2023

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadiran Allah SWT, atas limpahan rahmat dan
hidayah-Nya serta Salawat salam kepada junjungan Alam Nabi Muhammad SAW
beserta keluarga dan sahabat beliau sekalian. Kami dapat menyelesaikan tugas
makalah ini dengan judul “Teori Investasi” Makalah ini disusun sebagai salah
satu tugas mata perkuliahan Pengantar Ilmu Ekonomi Makro.

Dan tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada para pihak yang telah
berkontribusi dalam penulisan makalah ini dengan memberikan sumbangan materi
maupun pikirannya. Namun tetap saja kami menyadari bahwa makalah ini jauh
dari kata sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
dapat dijadikan masukan guna perbaikan di masa yang akan datang.

Mataram, 5 April 2023

Kelompok 4
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………………......

DAFTAR ISI……………………………………………………………………….

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang……………………………………………………………...
B. Rumusan Masalah…………………………………………………………..

BAB 2 PEMBAHASAN

A. Pengertian Investasi.....……………………………………………………..
B. Investasi dalam Konteks Makroekonomi.....................................................
C. Nilai Waktu dari Uang.................................................................................
D. Kriteria Investasi..........................................................................................
E. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Tingkat Investasi...................................
F. Investasi dan Pertumbuhan Ekonomi...........................................................

BAB 3 PENUTUP

A. Kesimpulan………………………………………………………………………

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………...
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Investasi adalah kata kunci penentu laju pertumbuhan ekonomi, karena


disamping akan mendorong kenaikan output secara signifikan, juga secara
otomatis akan meningkatkan permintaan input, sehingga pada gilirannya akan
meningkatkan kesejahteraan masyarakat sebagai konsekuensi dari meningkatnya
pendapatan yang diterima masyarakat (Makmun & Yasin, 2003: 63).

Rostow (dalam Todaro, 2000) menyatakan bahwa setiap upaya untuk "tinggal
landas" dalam konsep pembangunan nasional sebuah negara, mengharuskan
adanya mobilisasi tabungan dalam dan luar negeri dengan maksud untuk
menciptakan investasi yang cukup, untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi
sehingga pada gilirannya akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat sebagai
konsekuensi dari meningkatnya pendapatan yang diterima masyarakat. melihat
realita yang ada, investasi merupakan faktor dominan dalam pembangunan
ekonomi suatu negara. Hal ini dapat dilihat daristatistik yang menunjukkan bahwa
semakin tinggi nilai investasi dari negara yang bersangkutan maka semakin tinggi
pula pertumbuhan ekonomi negara tersebut.

Uraian di atas menunjukkan bahwa perlunya peningkatan nilai investasi bagi


setiap negara khususnya negara berkembang seperti Indonesia. Pentingnya
investasi ini, dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi, menjadikan pemerintah
dari setiap negara berlomba-berlomba untuk menciptakan iklim investasi yang
kondusif dalam negaranya. Hal ini dilakukan dengan berbagai upaya yang antara
lain, memulihkan situasi politik, keamanan dan ketertiban, memberikan insentif
bagi para investor, memberikan kemudahan dalam birokrasi, menjamin kepastian
hukum, serta menjalin hubungan diplomasi baik secara bilateral maupun
multilateral dengan negara lain. Kesemua upaya tersebut berorientasi pada
peningkatan nilai investasi yang pada akhirnya diharapkan dapat meningkatkan
pertumbuhan ekonomi schingga cita-cita negara untuk menciptakan kesejahteraan
bagi rakyatnya dapat tercapai.

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu investasi?
2. Mengapa seseorang berinvestasi?
3. Keuntungan investasi?
BAB 2

PEMBAHASAN

A. Pengertian Investasi

Investasi adalah suatu istilah dengan beberapa pengertian yang berhubungan


dengan keuangan dan ekonomi. Istilah tersebut berkaitan dengan akumulasi suatu
bentuk aktiva dengan suatu harapan mendapatkan keuntungan dimasa depan.
Terkadang, investasi disebut juga sebagai penanaman modal. Dewasa ini banyak
negara-negara yang melakukan kebijaksanaan yang bertujuan untuk meningkatkan
investasi baik domestik ataupun modal asing. Hal ini dilakukan oleh pemerintah
sebab kegiatan investasi akan mendorong pula kegiatan ekonomi suatu negara,
penyerapan tenaga kerja, peningkatan output yang dihasilkan, penghematan
devisa atau bahkan penambahan devisa.

Ada beberapa pendapat yang di kemukakan oleh berbagai pihak terhadap


pengertian investasi:

Pengertian investasi menurut Kasmir dan Jakfar (2012), investasi dapat


diartikan sebagai penanaman modal dalam suatu kegiatan yang memiliki jangka
waktu relatif panjang dalam berbagai bidang usaha. Penanaman modal yang
ditanamkan dalam arti sempit berupa proyek tertentu baik bersifat fisik atau pun
non fisik, seperti proyek pendirian pabrik, jalan, jembatan, pembangunan gedung
dan proyek penelitian, dan pengembangan.

Pengertian investasi menurut Downes dan Goodman investasi adalah investasi


keuangan dimana seorang investor menanamkan uangnya dalam bentuk usaha
dalam waktu tertentu dari setiap orang yang ingin memperoleh laba dari
keberhasilan pekerjaannya.

Investasi dilakukan untuk meningkatkan nilai di masa mendatang. Dari


pengalaman negara-negara maju terbukti bahwa faktor yang paling berpengaruh
terhadap kemajuan ekonomi adalah besarnya barang modal dan kualitas sumber
daya manusia. Karena itu, jika sebuah perekonomian ingin maju, perekonomian
tersebut harus melakukan investasi. Pentingnya investasi itulah yang
menyebabkannya masuk dalam pembahasan khusus di Teori Makroekonomi.

B. Investasi dalam Konteks Makroekonomi

Untuk memudahkan dan memperdalam pemahaman, dalam teori


makroekonomi yang dibahas adalah investasi fisik, misalnya dalam bentuk barang
modal (pabrik dan peralatan), bangunan dan persediaan barang (inventory).
Dengan pembatasan tersebut, maka definisi investasi dapat lebih dipertajam
sebagai pengeluaran-pengeluaran yang meningkatkan stok barang modal (capital
stock). Stok barang modal (barang modal tersedia) adalah jumlah barang modal
dalam suatu perekonomian, pada satu saať tertentu. Untuk mempermudah
penghitungan, umumnya stok barang modal dinilai dengan uang, yaitu jumlah
barang modal dikalikan harga perolehan per unit barang modal. Dengan demikian,
barang modal merupakan konsep stok (stock concept), karena besarnya dihitung
pada satu periode tertentu.

Agar tidak terjadi kerancuan dengan kenyataan sehari-hari, perhitungan


investasi harus konsisten dengan perhitungan pendapatan nasional. Perhitungan
investasi memasukkan barang modal, bangunan/konstruksi, maupun persediaan
barang jadi yang masih baru. Jika seorang pengusaha membeli pabrik dan
bangunan yang pernah dipakai orang lain, kegiatan tersebut tidak dapat dihitung
sebagai investasi, sebab kegiatan tersebut tidak menambah stok barang modal
yang baru.
Investasi merupakan konsep aliran (flow concept), karena besarnya dihitung
selama suatu interval periode tertentu. Namun, investasi akan memengaruhi
jumlah barang modal yang tersedia (capital stock) pada suatu periode tertentu.
Tambahan stok barang modal adalah sebesar pengeluaran investasi satu periode
sebelumnya.

C. Nilai Waktu dari Uang

Investasi yang dilakukan saat ini tidak serta-merta menghasilkan peningkatan


pendapatan hari ini juga. Dibutuhkan tenggang waktu. Makin tinggi jumlah dan
kualitas investasi, biasanya tenggang waktunya makin panjang. Sebuah restoran
yang ingin memperbesar usahanya dengan membeli gedung baru, meja makan dan
peralatan peralatan yang baru, membutuhkan tempo kurang dari satu tahun untuk
menghasilkan. Namun investasi dalam bentuk pendirian pabrik mobil, mungkin
membutuhkan tenggang waktu sekitar lima tahun. Karena itu, pertimbangan
pokok dari keputusan investasi adalah berapa nilai sekarang (present value) dari
uang yang akan kita peroleh di masa mendatang atau berapa nilai uang masa
mendatang (future value) dari jumlah yang kita investasikan saat ini.

 Nilai Sekarang (Present Value)


Anggaplah Rudi ditawari sebuah rencana usaha dengan investasi awal
sebesar Rp100 juta. Berdasarkan proposal, lima tahun kemudian nilai
nominal uang yang akan dia peroleh adalah Rp161 juta. Pertanyaannya
adalah, apakah nilai Rp161 juta lima tahun mendatang itu lebih besar
daripada Rp100 juta saat ini? Jika ya, proposal usaha tersebut layak
diterima. Namun jika tidak, maka Rudi sebaiknya menolak rencana usaha
tersebut.
Bagaimana kita mengetahui nilai sekarang dari Rp161 juta tersebut di
atas? Hal ini sangat tergantung dari tingkat pengembalian investasi
(investment return) yang Rudi harapkan. Seandainya untuk menjalankan
usahanya tersebut Rudi harus meminjam dari bank dengan bunga
pinjaman 15% per tahun. Rudi berharap tingkat pengembalian investasi
setidak-tidaknya sama dengan 15%. Karena itu, nilai Rp161 juta harus
dideflasi sebesar 15% per tahun. Dalam perhitungan manajemen
keuangan, angka 15% tersebut dikenal sebagai faktor diskonto (discount
factor).
Jika nilai sekarang dari Rp161 juta yang akan diterima lima tahun
mendatang dinotasikan V, nilai Rp161 juta adalah X, sedang waktu adalah
t, dan faktor diskonto adalah r, maka berdasarkan manipulasi matematika
sederhana, hubungan antara elemen-elemen tersebut
adalah:

Nilai sekarang dari Rp161 juta yang akan diterima lima tahun mendatang
adalah Rp80,1 juta. Karena nilainya lebih kecil daripada investasi awal,
yang sebesar Rp100 juta, maka proposal usaha ditolak Sebab usaha
tersebut justru membuat nilai ril uang yang dinvestasikan makin kecil.
Dapat juga dikatakan bahwa return dari investasi lebih kecil daripad
tingkat bunga pinjaman. Ini bisa dibuktikan dengan menggunakan
persamaan eksponensial sederhana di bawah ini. Jika nilai Rp161 juta lima
tahun mendatang dinotasikan sebagai Zp sedangkan investasi awal
dinotasikan sebagai Zo maka:
 Nilai Masa Mendatang (Future Value)
Menghitung nilai masa mendatang adalah kebalikan dari menghitung nilai
sekarang atas output investasi yang direncanakan. Sekalipun melihat dari
sudut pandang yang bertolak belakang, keputusan yang dihasilkan tetap
sama. Dalam kasus di atas, dilihat dari nilai uang masa mendatang, dasar
pengambilan keputusan terhadap proposal yang ditawarkan adalah berapa
nilai lima tahun mendatang dari uang yang diinvestasikan saat ini. Jika
nilai Rpl6l juta lima tahun mendatang adalah lebih besar daripada nilai
masa mendatang yang diharapkan, proposal usaha diterima. Demikian pula
sebaliknya, jika nilainya lebih kecil. Jika investasi awal dinotasikan
sebagai A, nilai masa mendatang yang diharapkan adalah F. waktu adalah
t, dan tingkat pengembalian investasi yang diharapkan adalah > 15%,
maka:

Nilai mendatang (lima tahun mendatang) yang diharapkan Rudi dari


investasi saat ini adalah minimal Rp201 juta, sedangkan yang ditawarkan
proposal usaha tersebut hanya Rp161 juta, karena tingkat pengembalian
investasi yang dihasilkan hanyalah 10%. Sehingga proposal ditolak.
D. Kriteria Investasi

Dari penjelasan di Sub Bab Nilai Waktu Uang dapat disimpulkan bahwa
keputusan investasi merupakan keputusan rasional, karena keputusan berdasarkan
pertimbangan rasional. Dalam praktik, digunakan beberapa alat bantu atau
kriteria-kriteria tertentu untuk memutuskan diterima atau ditolaknya rencana
investasi. Kriteria-kriteria tersebut disebut kriteria investasi (investment criteria).
Minimal ada empat kriteria investasi yang digunakan dalam praktik, yaitu:

1. Payback Period

2. Benefit/Cost Ratio

3. Net Present Value

4. Internal Rate of Return

Dalam buku pengantar ini, hanya tiga kriteria pertama yang akan dijelaskan
dengan menggunakan contoh perhitungan.

1. Payback Period

Payback period (periode pulang pokok) adalah waktu yang dibutuhkan agar
investasi yang direncanakan dapat dikembalikan, atau waktu yang dibutuhkan
untuk mencapai titik impas. Jika waktu yang dibutuhkan makin pendek, proposal
investasi dianggap makin baik. Kendatipun demikian, kita harus berhati-hati
menafsirkan kriteria payback period ini. Sebab ada investasi yang baru
menguntungkan dalam jangka panjang (> 5 tahun). Misalnya, investasi
perkebunan kelapa sawit baru mencapai titik impas sekitar 8-10 tahun. Dilihat dari
sudut ini, investasi perkebunan kelapa sawit kurang baik dibanding investasi
perkebunan singkong (ubi kayu), karena payback period investasi kebun singkong
mungkin hanya dua tahunan. Namun dilihat dari sisi-sisi yang lain, investasi
perkebunan kelapa sawit jauh lebih menguntungkan dibanding singkong.

2. Benefit/Cost Ratio (B/C Ratio)


B/C ratio mengukur mana yang lebih besar, biaya yang dikeluarkan dibanding
hasil (output) yang diperoleh. Biaya yang dikeluarkan dinotasikan sebagai C
(cost). Output yang dihasilkan dinotasikan sebagai B (benefit). Jika nilai B/C
sama dengan 1, maka B = C, output yang dihasilkan sama dengan biaya yang
dikeluarkan. Bila nilai B/C < 1 maka B < C yang artinya output yang dihasilkan
lebih kecil daripada biaya yang dikeluarkan. Begitu juga sebaliknya. Keputusan
menerima atau menolak proposal investasi dapat dilakukan dengan melihat nilai
B/C. Umumnya, proposal investasi baru diterima jika B/C > 1, sebab berarti
output yang dihasilkan lebih besar daripada biaya yang dikeluarkan.

3. Net Present Value (NPV)

Dua kriteria pertama dapat dihitung berdasarkan nilai nominal (non discounted
method). Sayangnya, perhitungan dengan menggunakan nilai nominal dapat
menyesatkan, sebab tidak memperhitungkan nilai waktu dari uang. Bisa saja
sebuah proposal proyek, berdasarkan nilai nominal menghasilkan B/C > 1,
padahal nilai sekarangnya sangat kecil. Jika memperhitungkan nilai waktu dari
uang, barangkali B/C < 1. Untuk membuat hasil lebih akurat, maka nilai sekarang
didiskontokan (discounted method) seperti contoh-contoh sebelumnya.
Keuntungan lain dengan menggunakan metode diskonto adalah kita dapat
langsung menghitung selisih nilai sekarang dari biaya total dengan penerimaan
total bersih. Selisih inilah yang disebut net present value. Suatu proposal investasi
akan diterima jika NPV > 0, sebab nilai sekarang dari penerimaan total lebih besar
daripada nilai sekarang dari biaya total.

4. Internal Rate of Return (IRR)

Internal rate of return (IRR) adalah nilai tingkat pengembalian investasi, dihitung
pada saat NPV sama dengan nol. Jika pada saat NPV = 0, nilai IRR = 12%, maka
tingkat pengembalian investasi adalah 12%. Keputusan menerima atau menolak
rencana investasi dilakukan berdasarkan hasil pembandingan IRR dengan tingkat
pengembalian investasi yang diinginkan (r). Jika r yang dinginkan adalah 15%,
sementara IRR hanya 12%, proposal investasi ditolak. Begitu juga sebaliknya.
E. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Tingkat Investasi

Sebagai sebuah keputusan yang rasional, investasi sangat ditentukan oleh dua
faktor utama yaitu tingkat pengembalian yang diharapkan dan biaya investasinya.

 Tingkat Pengembalian yang Diharapkan (Expected Rate of Return)

Kemampuan perusahaan menentukan tingkat investasi yang diharapkan, sangat


dipengaruhi oleh kondisi internal dan eksternal perusahaan.

Kondisi Internal Perusahaan

Kondisi internal adalah faktor-faktor yang berada di bawah kendali


perusahaan, misalnya tingkat efisiensi, kualitas SDM, dan teknologi yang
digunakan. Ketiga aspek tersebut berhubungan positif dengan tingkat
pengembalian yang diharapkan. Artinya, makin tinggi tingkat efisiensi, kualitas
SDM dan teknologi, maka tingkat pengembalian yang dibarapkan makin tinggi.

Selain ketiga aspek teknis tersebut di atas, tingkat pengembalian yang


diharapkan juga dipengaruhi oleh faktor-faktor nonteknis, terutama di negara
sedang berkembang. Misalnya, apakah perusahaan memiliki hak dan atau
kekuatan monopoli, kedekatan dengan pusat kekuasaan, dan penguasaan jalur
informasi.

Kondisi Eksternal Perusahaan

Kondisi eksternal yang perlu dipertimbangkan dalam pengambilan keputusan


akan investasi terutama adalah perkiraan tentang tingkat produksi dan
pertumbuhan ekonomi domestik maupun internasional. Jika perkiraan tentang
masa depan ekonomi nasional maupun dunia bernada optimis, biasanya tingkat
investasi meningkat, karena tingkat pengembalian investasi dapat dinaikkan.

Selain perkiraan kondisi ekonomi, kebijakan yang ditempuh pemerintah juga


dapat menentukan tingkat investasi. Kebijakan menaikkan pajak, misalnya,
diperkirakan akan menurunkan tingkat permintaan agregat. Akibatnya, tingkat
investasi akan menurun. Faktor sosial politik juga menentukan gairah investasi.
jika sosial-politik makin stabil, investasi umumnya juga meningkat. Demikian
pula faktor keamanan (kondisi keamanan negara).

 Biaya Investasi

Faktor yang paling menentukan tingkat biaya investasi adalah tingkat bunga
pinjaman. Makin tinggi tingkat bunganya, maka biaya investasi makin mahal.
Akibatnya, minat berinvestasi makin menurun.

Namun, tidak jarang, walaupun tingkat bunga pinjaman rendah, minat akan
investasi tetap rendah. Hal ini disebabkan oleh biaya total investasi yang masih
tinggi. Faktor yang memengaruhi terutama adalah masalah kelembagaan.
Misalnya, prosedur izin investasi yang berbelit-belit dan lama (>3 tahun),
menyebabkan biaya ekonomi dengan memperhitungkan nilai waktu uang dari
investasi makin mahal. Demikian halnya dengan keberadaan dan efisiensi
lembaga keuangan, tingkat kepastian hukum, stabilitas politik, dan keadaan
keamanan.

 Marginal Efficiency of Capital (MEC), Tingkat Bunga, dan Marginal


Efficiency of Investment (MEI)

1. Marginal Eficiency of Capital (MEC), Investasi, dan Tingkat Bunga


Marginal Efficiency of Capital (MEC) atau Efisiensi Modal Marginal (EMM)
adalah tingkat pengembalian yang diharapkan (expected rate of return) dari setiap
tambahan barang modal. Pada studi kasus sebelumnya, kita telah membahas hal
ini dalam ruang lingkup satu proyek saja. Padahal dalam kehidupan sehari-hari
sebuah perusahaan, terutama perusahaan multinasional (MNC) atau konglomerat
lokal, sering merencanakan banyak kegiatan akan investasi sekaligus.

Sebagai contoh, PT Tiara Sakti sudah menjadi konglomerat dan ingin


memperluas usaha di bidang industri, seperti tabel di bawah ini.

Jika rencana investasi di atas disusun dalam histogram berdasarkan ranking MEC
tertinggi, akan diperoleh bentuk seperti diagram pada Gambar 15.1. Penyusunan
berdasarkan ranking MEC dilakukan untuk mempermudah pengambilan
keputusan akan investasi mana yang harus dilakukan, berkaitan dengan tingkat
bunga pinjaman yang berlaku. Seandainya tingkat bunga pinjaman hanya 12,5%
per tahun, seluruh rencana investasi layak dilaksanakan. Dengan demikian,
permintaan akan investasi PT Tiara Sakti adalah Rp4.000 miliar. Bila tingkat
bunga pinjaman naik menjadi 16% per tahun, rencana investasi di industri
pertanian terpaksa dibatalkan. Permintaan akan investasi PT Tiara Sakti berkurang
menjadi Rp3.750 miliar. Tingkat bunga pinjaman terus naik sampai menjadi 28%
per tahun. Rencana investasi yang layak hanya ada di industri kimia, sehingga
permintaan investasi tinggal Rp1.500 miliar. Jika tingkat bunga melebihi angka
30% per tahun, tidak ada rencana investasi yang layak lagi, permintaan investasi
menjadi sama dengan nol. Makin tinggi tingkat bunga, tingkat investasi makin
menurun. Hubungan tersebut, dalam konteks PT Tiara Sakti, dapat dinyatakan
dalam tabel dibawah ini:
dapat diterjemahkan dalam kurva permintaan investasi PT Tiara Sakti. Slope
(kemiringan) kurva permintaan investasi yang negatif menunjukkan hubungan
berlawanan arah antara tingkat bunga dengan investasi. Menurunkan kurva
permintaan akan investasi nasional (pasar) adalah sama dengan menurunkan kurva
permintaan pasar terhadap barang tertentu, yaitu dengan menjumlahkan secara
horizontal total permintaan investasi dari perusahaan-perusahaan yang ada dalam
perekonomian.

2. Marginal Efficiency of Capital (MEC) dan Marginal Eficiency of


Investment (MED)

Sama halnya dengan kurva permintaan akan investasi, kurva MEC secara nasional
dapat diturunkan dengan menjumlahkan secara horizontal kurva-kurva MEC dari
perusahaan-perusahaan yang ada dalam perekonomian. Seperti gambar di bawah
Namun, ada beberapa ekonom yang tidak sependapat dengan cara penurunan
kurva MEC pada Gambar diatas. Salah satu kelemahan cara penurunan pada
Gambar diatas adalah harga barang modal (tingkat bunga) diasumsikan tetap.
Padahal jika permintaan akan barang modal secara nasional meningkat, logikanya
tingkat bunga akan naik. Akibatnya, kenaikan permintaan akan investasi tidak
sebesar yang digambarkan kurva MEC. Kurva yang lebih relevan untuk
menjelaskan hal di atas adalah kurva Marginal Efficiency of Investment (MED)
atau Efisiensi Investasi Marginal (EÏM). Kurva ini menunjukkan hubungan antara
tingkat bunga dengan tingkat investasi dalam suatu perekonomian, dengan
memperhitungkan perubahan harga barang modal MEC akan sama besar dengan
MEI pada tingkat bunga tertentu, di mana pembelian barang modal hanya untuk
menggantikan barang modal yang sudah tidak dapat dipakai lagi. Dalam diagram
(lihat Gambar 15.4), kondisi tersebut dimisalkan terjadi pada tingkat bunga 30%%
per tahun. Jika tingkat bunga pinjaman turun menjadi 20%, maka permintaan akan
investasi total dengan asumsi masing-masing perusahaan berpikir bahwa
perusahaan yang lain tidak akan menambah barang modal, adalah I,: Namun,
karena semua perusahaan ingin meningkatkan stok barang modal, maka harga
barang modal naik. Kenaikan harga barang modal menyebabkan ada rencana
investasi yang harus dibatalkan karena tidak layak lagi. Akhirnya, tingkat
investasi yang sebenarnya hanya sejumlah I.

F. Investasi dan Pertumbuhan Ekonomi

Di tingkat perusahaan, syarat untuk memelihara keuntungan adalah dengan


menjaga agar tingkat produksi tidak berkurang. Untuk itu, stok barang modal
tidak boleh berkurang. Dilihat dari sisi ini, investasi merupakan upaya memelihara
stok barang modal (capital stock adjustment process). Besarnya investasi yang
harus dilakukan untuk memelihara barang stok adalah senilai persentase
penyusutan dikalikan stok barang modal yang diharapkan. Misalnya, nilai barang
modal yang harus tersedia supaya perusahaan dapat mempertahankan tingkat
produksi adalah Rp10 miliar, sedangkan penyusutan adalah 10% per tahun, maka
investasi per tahun adalah 10% x Rp 10 miliar = Rp1 miliar. Jika perusahaan ingin
meningkatkan keuntungan dengan cara meningkatkan kapasitas produksi, maka
investasi yang dilakukan harus lebih besar daripada Rp1 miliar, agar stok barang
modal bisa menjadi lebih besar daripada Rp10 miliar.
Keputusan perusahaan-perusahaan untuk meningkatkan stok barang modal
dapat memberikan dampak positif terhadap total perekonomian, sebab
peningkatan stok barang modal secara nasional akan dapat meningkatkan kegiatan
produksi dan juga dapat memperluas kesempatan kerja.

BAB 3

PENUTUP
A. Kesimpulan

Investasi adalah suatu kegiatan dimana investor menanamkan kekayaannya untuk


dijadikan modal usaha dengan maksud agar mendapatkan keuntungan yang besar.
Dengan adanya investasi tersebut, bisa memberikan andil bagi perkembangan
negara. Dapat disimpulkan bahwa investasi merupakan salah satu indikator
penentu tingkat pertumbuhan dan pembangunan ekonomi suatu negara. Dengan
kata lain, semakin tinggi nilai investasi dalam suatu negara maka akan semakin
tinggi pula pertumbuhan dan pembangunan ekonomi dari negara yang
bersangkutan alam negeri, penekanannya lebih kepada aspek Di dalam
penanaman modal perseorangan warga negara Indonesia, badan usaha milik
negara, dan/atau pemerintah Negara Indonesia yang melakukan penanaman modal
di wilayah negara Republik Indonesia. Sedangkan dalam penanaman modal asing
penekanannya lebih kepada perseorangan warga negara asing, badan usaha asing,
dan/atau pemerintah asing yang melakukan penanaman modal di wilayah negara
Republik Indonesia, dengan kegiatan usaha-usaha atau jenis usaha terbuka bagi
kegiatan penanaman modal, kecuali bidang usaha atau jenis usaha yang
dinyatakan tertutup dan terbuka dengan persyaratan dan batasan kepemilikan_
modal asing atas bidang usaha perusahaan diatur didalam Peraturan Presiden No.
36 Tahun 2010. Dengan beberapa pertimbangan, maka dapat disimpulkan bahwa
negara Indonesia adalah sebuah negara yang sedang berkembang, dan tentunya
masih banyak dana-dana yang diperlukan untuk melangsungkan hidupnya, salah
satunya melalui Penanaman Modal Dalam Negeri dan Penanaman Modal Asing.
Dengan tersedianya modal yang mencukupi, diharapkan dapat menjadi faktor
utama yang berperan dalam mempercepat pertumbuhan ekonomi nasional,
sehingga tujuan pembangunan nasional: masyarakat yang adil, makmur, dan
sejahtera, dapat tercapai.

DAFTAR PUSTAKA
https://www.scribd.com/doc/115040194/Makalah-Teori-Ekonomi-Makro-
Investasi.

Rahardja, Pratama. Manurung, Mandala. 2008. Teori Ekonomi Mikroekonomi dan


Makroekonomi Pengantar Ilmu Ekonomi, Edisi Keempat, Jakarta; Lembaga
Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai