“TEORI INVESTASI“
Disusun Oleh:
Kelompok 4
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadiran Allah SWT, atas limpahan rahmat dan
hidayah-Nya serta Salawat salam kepada junjungan Alam Nabi Muhammad SAW
beserta keluarga dan sahabat beliau sekalian. Kami dapat menyelesaikan tugas
makalah ini dengan judul “Teori Investasi” Makalah ini disusun sebagai salah
satu tugas mata perkuliahan Pengantar Ilmu Ekonomi Makro.
Dan tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada para pihak yang telah
berkontribusi dalam penulisan makalah ini dengan memberikan sumbangan materi
maupun pikirannya. Namun tetap saja kami menyadari bahwa makalah ini jauh
dari kata sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
dapat dijadikan masukan guna perbaikan di masa yang akan datang.
Kelompok 4
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………………………………………………......
DAFTAR ISI……………………………………………………………………….
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang……………………………………………………………...
B. Rumusan Masalah…………………………………………………………..
BAB 2 PEMBAHASAN
A. Pengertian Investasi.....……………………………………………………..
B. Investasi dalam Konteks Makroekonomi.....................................................
C. Nilai Waktu dari Uang.................................................................................
D. Kriteria Investasi..........................................................................................
E. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Tingkat Investasi...................................
F. Investasi dan Pertumbuhan Ekonomi...........................................................
BAB 3 PENUTUP
A. Kesimpulan………………………………………………………………………
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………...
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Rostow (dalam Todaro, 2000) menyatakan bahwa setiap upaya untuk "tinggal
landas" dalam konsep pembangunan nasional sebuah negara, mengharuskan
adanya mobilisasi tabungan dalam dan luar negeri dengan maksud untuk
menciptakan investasi yang cukup, untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi
sehingga pada gilirannya akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat sebagai
konsekuensi dari meningkatnya pendapatan yang diterima masyarakat. melihat
realita yang ada, investasi merupakan faktor dominan dalam pembangunan
ekonomi suatu negara. Hal ini dapat dilihat daristatistik yang menunjukkan bahwa
semakin tinggi nilai investasi dari negara yang bersangkutan maka semakin tinggi
pula pertumbuhan ekonomi negara tersebut.
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu investasi?
2. Mengapa seseorang berinvestasi?
3. Keuntungan investasi?
BAB 2
PEMBAHASAN
A. Pengertian Investasi
Nilai sekarang dari Rp161 juta yang akan diterima lima tahun mendatang
adalah Rp80,1 juta. Karena nilainya lebih kecil daripada investasi awal,
yang sebesar Rp100 juta, maka proposal usaha ditolak Sebab usaha
tersebut justru membuat nilai ril uang yang dinvestasikan makin kecil.
Dapat juga dikatakan bahwa return dari investasi lebih kecil daripad
tingkat bunga pinjaman. Ini bisa dibuktikan dengan menggunakan
persamaan eksponensial sederhana di bawah ini. Jika nilai Rp161 juta lima
tahun mendatang dinotasikan sebagai Zp sedangkan investasi awal
dinotasikan sebagai Zo maka:
Nilai Masa Mendatang (Future Value)
Menghitung nilai masa mendatang adalah kebalikan dari menghitung nilai
sekarang atas output investasi yang direncanakan. Sekalipun melihat dari
sudut pandang yang bertolak belakang, keputusan yang dihasilkan tetap
sama. Dalam kasus di atas, dilihat dari nilai uang masa mendatang, dasar
pengambilan keputusan terhadap proposal yang ditawarkan adalah berapa
nilai lima tahun mendatang dari uang yang diinvestasikan saat ini. Jika
nilai Rpl6l juta lima tahun mendatang adalah lebih besar daripada nilai
masa mendatang yang diharapkan, proposal usaha diterima. Demikian pula
sebaliknya, jika nilainya lebih kecil. Jika investasi awal dinotasikan
sebagai A, nilai masa mendatang yang diharapkan adalah F. waktu adalah
t, dan tingkat pengembalian investasi yang diharapkan adalah > 15%,
maka:
Dari penjelasan di Sub Bab Nilai Waktu Uang dapat disimpulkan bahwa
keputusan investasi merupakan keputusan rasional, karena keputusan berdasarkan
pertimbangan rasional. Dalam praktik, digunakan beberapa alat bantu atau
kriteria-kriteria tertentu untuk memutuskan diterima atau ditolaknya rencana
investasi. Kriteria-kriteria tersebut disebut kriteria investasi (investment criteria).
Minimal ada empat kriteria investasi yang digunakan dalam praktik, yaitu:
1. Payback Period
2. Benefit/Cost Ratio
Dalam buku pengantar ini, hanya tiga kriteria pertama yang akan dijelaskan
dengan menggunakan contoh perhitungan.
1. Payback Period
Payback period (periode pulang pokok) adalah waktu yang dibutuhkan agar
investasi yang direncanakan dapat dikembalikan, atau waktu yang dibutuhkan
untuk mencapai titik impas. Jika waktu yang dibutuhkan makin pendek, proposal
investasi dianggap makin baik. Kendatipun demikian, kita harus berhati-hati
menafsirkan kriteria payback period ini. Sebab ada investasi yang baru
menguntungkan dalam jangka panjang (> 5 tahun). Misalnya, investasi
perkebunan kelapa sawit baru mencapai titik impas sekitar 8-10 tahun. Dilihat dari
sudut ini, investasi perkebunan kelapa sawit kurang baik dibanding investasi
perkebunan singkong (ubi kayu), karena payback period investasi kebun singkong
mungkin hanya dua tahunan. Namun dilihat dari sisi-sisi yang lain, investasi
perkebunan kelapa sawit jauh lebih menguntungkan dibanding singkong.
Dua kriteria pertama dapat dihitung berdasarkan nilai nominal (non discounted
method). Sayangnya, perhitungan dengan menggunakan nilai nominal dapat
menyesatkan, sebab tidak memperhitungkan nilai waktu dari uang. Bisa saja
sebuah proposal proyek, berdasarkan nilai nominal menghasilkan B/C > 1,
padahal nilai sekarangnya sangat kecil. Jika memperhitungkan nilai waktu dari
uang, barangkali B/C < 1. Untuk membuat hasil lebih akurat, maka nilai sekarang
didiskontokan (discounted method) seperti contoh-contoh sebelumnya.
Keuntungan lain dengan menggunakan metode diskonto adalah kita dapat
langsung menghitung selisih nilai sekarang dari biaya total dengan penerimaan
total bersih. Selisih inilah yang disebut net present value. Suatu proposal investasi
akan diterima jika NPV > 0, sebab nilai sekarang dari penerimaan total lebih besar
daripada nilai sekarang dari biaya total.
Internal rate of return (IRR) adalah nilai tingkat pengembalian investasi, dihitung
pada saat NPV sama dengan nol. Jika pada saat NPV = 0, nilai IRR = 12%, maka
tingkat pengembalian investasi adalah 12%. Keputusan menerima atau menolak
rencana investasi dilakukan berdasarkan hasil pembandingan IRR dengan tingkat
pengembalian investasi yang diinginkan (r). Jika r yang dinginkan adalah 15%,
sementara IRR hanya 12%, proposal investasi ditolak. Begitu juga sebaliknya.
E. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Tingkat Investasi
Sebagai sebuah keputusan yang rasional, investasi sangat ditentukan oleh dua
faktor utama yaitu tingkat pengembalian yang diharapkan dan biaya investasinya.
Biaya Investasi
Faktor yang paling menentukan tingkat biaya investasi adalah tingkat bunga
pinjaman. Makin tinggi tingkat bunganya, maka biaya investasi makin mahal.
Akibatnya, minat berinvestasi makin menurun.
Namun, tidak jarang, walaupun tingkat bunga pinjaman rendah, minat akan
investasi tetap rendah. Hal ini disebabkan oleh biaya total investasi yang masih
tinggi. Faktor yang memengaruhi terutama adalah masalah kelembagaan.
Misalnya, prosedur izin investasi yang berbelit-belit dan lama (>3 tahun),
menyebabkan biaya ekonomi dengan memperhitungkan nilai waktu uang dari
investasi makin mahal. Demikian halnya dengan keberadaan dan efisiensi
lembaga keuangan, tingkat kepastian hukum, stabilitas politik, dan keadaan
keamanan.
Jika rencana investasi di atas disusun dalam histogram berdasarkan ranking MEC
tertinggi, akan diperoleh bentuk seperti diagram pada Gambar 15.1. Penyusunan
berdasarkan ranking MEC dilakukan untuk mempermudah pengambilan
keputusan akan investasi mana yang harus dilakukan, berkaitan dengan tingkat
bunga pinjaman yang berlaku. Seandainya tingkat bunga pinjaman hanya 12,5%
per tahun, seluruh rencana investasi layak dilaksanakan. Dengan demikian,
permintaan akan investasi PT Tiara Sakti adalah Rp4.000 miliar. Bila tingkat
bunga pinjaman naik menjadi 16% per tahun, rencana investasi di industri
pertanian terpaksa dibatalkan. Permintaan akan investasi PT Tiara Sakti berkurang
menjadi Rp3.750 miliar. Tingkat bunga pinjaman terus naik sampai menjadi 28%
per tahun. Rencana investasi yang layak hanya ada di industri kimia, sehingga
permintaan investasi tinggal Rp1.500 miliar. Jika tingkat bunga melebihi angka
30% per tahun, tidak ada rencana investasi yang layak lagi, permintaan investasi
menjadi sama dengan nol. Makin tinggi tingkat bunga, tingkat investasi makin
menurun. Hubungan tersebut, dalam konteks PT Tiara Sakti, dapat dinyatakan
dalam tabel dibawah ini:
dapat diterjemahkan dalam kurva permintaan investasi PT Tiara Sakti. Slope
(kemiringan) kurva permintaan investasi yang negatif menunjukkan hubungan
berlawanan arah antara tingkat bunga dengan investasi. Menurunkan kurva
permintaan akan investasi nasional (pasar) adalah sama dengan menurunkan kurva
permintaan pasar terhadap barang tertentu, yaitu dengan menjumlahkan secara
horizontal total permintaan investasi dari perusahaan-perusahaan yang ada dalam
perekonomian.
Sama halnya dengan kurva permintaan akan investasi, kurva MEC secara nasional
dapat diturunkan dengan menjumlahkan secara horizontal kurva-kurva MEC dari
perusahaan-perusahaan yang ada dalam perekonomian. Seperti gambar di bawah
Namun, ada beberapa ekonom yang tidak sependapat dengan cara penurunan
kurva MEC pada Gambar diatas. Salah satu kelemahan cara penurunan pada
Gambar diatas adalah harga barang modal (tingkat bunga) diasumsikan tetap.
Padahal jika permintaan akan barang modal secara nasional meningkat, logikanya
tingkat bunga akan naik. Akibatnya, kenaikan permintaan akan investasi tidak
sebesar yang digambarkan kurva MEC. Kurva yang lebih relevan untuk
menjelaskan hal di atas adalah kurva Marginal Efficiency of Investment (MED)
atau Efisiensi Investasi Marginal (EÏM). Kurva ini menunjukkan hubungan antara
tingkat bunga dengan tingkat investasi dalam suatu perekonomian, dengan
memperhitungkan perubahan harga barang modal MEC akan sama besar dengan
MEI pada tingkat bunga tertentu, di mana pembelian barang modal hanya untuk
menggantikan barang modal yang sudah tidak dapat dipakai lagi. Dalam diagram
(lihat Gambar 15.4), kondisi tersebut dimisalkan terjadi pada tingkat bunga 30%%
per tahun. Jika tingkat bunga pinjaman turun menjadi 20%, maka permintaan akan
investasi total dengan asumsi masing-masing perusahaan berpikir bahwa
perusahaan yang lain tidak akan menambah barang modal, adalah I,: Namun,
karena semua perusahaan ingin meningkatkan stok barang modal, maka harga
barang modal naik. Kenaikan harga barang modal menyebabkan ada rencana
investasi yang harus dibatalkan karena tidak layak lagi. Akhirnya, tingkat
investasi yang sebenarnya hanya sejumlah I.
BAB 3
PENUTUP
A. Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
https://www.scribd.com/doc/115040194/Makalah-Teori-Ekonomi-Makro-
Investasi.