Anda di halaman 1dari 18

TUGAS KELOMPOK

MATA KULIAH PENGANTAR EKONOMI

TEORI INVESTASI
Disusun Oleh:
RISAN
ERVANDI ARYA PRASETYA
NORATI

FAKU LTAS EKONOMI


UNIVERSITAS MUHAMMADYAH PONTIANAK
2014

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ....................................................................................................

BAB. I

PENDAHULUAN ........................................................................

A. LATAR BELAKANG ..........................................................................

BAB. II
A.
B.
C.
D.
E.
F.

PEMBAHASAN ...........................................................................

PENGERTIAN INVESTASI ............................................................... 3


JENIS-JENIS INVESTASI .................................................................. 5
FUNGSI INVESTASI .......................................................................... 7
KRITERIA INVESTASI ...................................................................... 8
INVESTASI DALAM KONTEKS EKONOMI MAKRO .................. 11
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT INVESTASI ......... 12

BAB. III

PENUTUP ..................................................................................... 15

A. KESIMPULAN .................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 17

BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Beberapa dekade terakhir, kata investasi begitu akrab di telinga
setiap orang. Jika dulu investasi selalu identik dengan kalangan elit bisnis,
dan hanya bisa dilakukan oleh pebisnis kelas atas. Namun sekarang,
masyarakat bawahpun telah bisa berinvestasi. Investasi bukan lagi hanya
berhubungan dengan bisnis-bisnis kelas kakap saja. Msayarakat menengah ke
bawahpun telah mengenal istilah investasi dan menjadi pelaku investasi itu
sendiri secara sadar atau tidak.
Investasi tidak hanya berhubungan dengan seseorang menanamkan
modal dengan jumlah tertentu pada suatu perusahaan dan secara berkala
mendapatkan bagian keuntungan dari penanaman modal tersebut. Akan tetapi,
investasi memiliki banyak pilihan di antaranya yaitu membuka deposito,
menabung, membeli tanah dan bangunan, obligasi, membeli emas, saham,
dan lain-lain. Pilihan investasi tersebut tentu saja merupakan jenis investasi
yang bisa dilakukan oleh semua kalangan.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) investasi diartikan
sebagai penanaman uang atau di suatu perusahaan atau proyek untuk tujuan
memproleh keuntungan. Pada dasarnya investasi adalah membeli suatu aset
yang diharapkan di masa datang dapat dijual kembali dengan nilai yang lebih
tinggi.
Investasi adalah suatu istilah dengan beberapa pengertian yang
berhubungan
dengan

dengan keuangan dan ekonomi.

akumulasi

suatu

bentuk aktiva

Istilah
dengan

tersebut

berkaitan

suatu

harapan

mendapatkan keuntungan di masa depan. Terkadang, investasi disebut juga


sebagai penanaman modal (http://id.wikipedia.org/wiki).
Investasi merupakan salah satu cara perusahaan

dalam

mengoptimalkan penggunaan kas jika terjadi surplus. Dengan berinvestasi


maka dana yang terdapat dalam kas perusahaan tidak menganggur. Investasi

dapat dimaksudkan sebagai akumulasi dari suatu bentuk aktiva untuk


memperoleh manfaat di masa yang akan datang (Afandi: 2013).
Untuk memudahkan dan memperdalam pemahaman dalam teori
ekonomi makro maka definisi investasi dapat lebih dipertajam sebagai
pengeluaran-pengeluaran

yang

meningkatkan

stok

barang

modal (capital stock). Yang dimaksud dengan stok barang modal (barang
modal tersedia) adalah jumlah barang modal dalam suatu perekonomian,
pada satu saat tertentu. Untuk mempermudah penghitungan, umumnya stok
barang modal dinilai dengan uang, yaitu jumlah barang modal dikalikan
harga perolehan per unit barang modal. Dengan demikian barang modal
merupakan konsep stok (stock concept), karena besarnya dihitung pada satu
periode tertentu.
Investasi merupakan keputusan rasional, oleh karena itu
dibutuhkan beberapa kriteria untuk menentukan apakah suatu rencana/
proposal investasi yang diajukan bisa diterima atau ditolak.
Makalah ini akan membahas mengenai pengertian investasi, jenisjenis investasi, fungsi investasi, kriteria investasi, investasi dalam konteks
ekonomi makro serta faktor-faktor yang mempengaruhi investasi.

BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN INVESTASI
Definisi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Investasi
diartikan sebagai penanaman uang atau di suatu perusahaan atau proyek
untuk tujuan memproleh keuntungan. Pada dasarnya investasi adalah
membeli suatu aset yang diharapkan di masa datang dapat dijual kembali
dengan nilai yang lebih tinggi.
Pengertian investasi menurut Ikatan Akuntansi Indonesia dalam
PSAK: adalah suatu aktiva yang digunakan perusahaan untuk pertumbuhan
kekayaan (accreation of wealth) melalui distribusi hasil investasi (seperti:
bunga, royalti, deviden dan uang sewa), untuk apresiasi nilai investasi atau
untuk manfaat lain bagi perusahaan yang berinvestasi seperti manfaat yang
diperoleh melalui hubungan perdagangan. Pengertian investasi menurut
James C Van Horn (1981): Yaitu kegiatan yang dilangsungkan dengan
memanfaatkan kas pada masa sekarang ini, dengan tujuan untuk
menghasilkan barang di masa yang akan datang. Pengertian investasi
menurut Henry Simamora (2000:438): Investasi adalah suatu aktiva yang
digunakan oleh perusahaan untuk pertumbuhan kekayaannya melalui
distribusi hasil investasi (seperti pedapatan bunga, royalty, deviden dan
pendapatan sewa).
Dj. A Simarmata dalam bukunya mendefinisikan investasi yang
lebih luas yang dikaitkan dengan perkembangan pasar modal sekarang
yakni: Investasi adalah setiap kegiatan yang hendak menanamkan uang
dengan aman.
Investasi juga dapat dikatakan sebagai suatu penundaan konsumsi
saat ini untuk konsumsi masa depan. Harapan pada keuntungan di masa
datang merupakan kompensasi atas waktu dan risiko yang terkait dengan
suatu investasi yang dilakukan.
Seseorang tentunya harus memikirkan masa depan dimana pada
saat kebutuhan hidup terus meningkat, kebutuhan yang dimaksud dapat

berupa

pendidikan,

sarana

transportasi,

kesehatan,

tempat

tinggal,

kebutuhan untuk rekreasi, ibadah, hingga kebutuhan untuk masa tidak


produktif. Dengan

berlatar

belakang

hal

tersebut

maka

seseorang

menyisihkan sebagian dari pendapatannya di masa produktif dan menginvestasikannya untuk masa dimana sudah kurang produktif.
Investasi dalam konteks ekonomi makro diartikan sebagai
pengeluaran-pengeluaran

yang

meningkatkan

stok

barang

modal (capital stock). Yang dimaksud dengan stok barang modal (barang
modal tersedia) adalah jumlah barang modal dalam suatu perekonomian,
pada satu saat tertentu. Untuk mempermudah penghitungan, umumnya stok
barang modal dinilai dengan uang, yaitu jumlah barang modal dikalikan
harga perolehan per unit barang modal. Dengan demikian barang modal
merupakan konsep stok (stock concept), karena besarnya dihitung pada satu
periode tertentu (Pratama Rahadja dan Pratama Manurung. 2008: 270).
Pada hakikatnya tabungan yang terdapat di masyarakat ada yang
merupakan simpanan sementara, yaitu sebelum digunakan untuk memenuhi
kebutuhan konsumsi, ada juga merupakan tambahan modal yang sering
disebut investasi.
Salah satu teori ekonomi pembangunan yang sampai sekarang
masih digunakan adalah teori Tabungan dan Investasi oleh Harrod-Domar.
Dalam teori ini mencapai kesimpulan bahwa pertumbuhan ekonomi
ditentukan oleh tingginya tabungan dan investasi. Kalau tabungan dan
investasi rendah maka pertumbuhan ekonomi suatu negara juga akan
rendah. Masalah pembangunan pada dasarnya merupakan masalah
menambahkan investasi modal, masalah keterbelakangan adalah masalah
kekurangan modal. Kalau ada modal dan modal itu diinvestasikan hasilnya
adalah pembangunan ekonomi. (http://ukhtisari.blogspot.com ).
Hampir di semua negara khususnya negara berkembang
membutuhkan modal asing. Modal asing itu merupakan suatu hal yang
semakin penting bagi pembangunan suatu negara. Sehingga kehadiran
investor asing nampaknya tidak mungkin dihindari. Yang menjadi
permasalahan bahwa kehadiran investor asing ini sangat dipengaruhi oleh

kondisi internal suatu negara, seperti stabilitas ekonomi, politik negara,


penegakan hukum. Selain itu tingkat suku bunga adalah pengaruh yang
sangat penting bagi pekembangan investasi dan pertumbuhan ekonomi di
Indonesia. Tingkat suku bunga akan memberikan banyak informasi
mengenai perkembangan nilai investasi.
B. JENIS- JENIS INVESTASI
Secara umum investasi dibagi menjadi 2 yaitu :
1. Investasi yang terdorong (Induced Invesment)
Investasi yang terdorong (induced Invesment), yakni investasi
yang tidak diadakan akibat adanya penambahan permintaan, pertambahan
permintaan yang diakibatkan pertambahan pendapatan. Jelasnya apabila
pendapatan bertambah, maka tambahan permintaan akan digunakan untuk
konsumsi, sedang pertambahan konsumsi pada dasarnya adalah tambahan
permintaan. Sudah pasti apabila ada tambahan permintaan, maka akan
mendorong berdirinya pabrik baru atau memperluas pabrik lama untuk
dapat memenuhi tambahan permintaan tersebut.
2. Investasi otonom (Outonomous Invesment)
Investasi otonom (Outonomous Invesment), yaitu investasi yang
di laksanakan atau diadakan secara bebas, artinya investasi yang diadakan
bukan karena pertambahan permintaan efektif, tetapi justru untuk
menciptakan atau menaikkan permintaan efektif. Besarnya investasi
otonom tidak tergantung kepada besar kecilnya pendapatan nasional atau
daerah. Investasi otonom berarti pembentukan modal yang tidak
dipengaruhi oleh pendapatan naasional. Dengan kata lain, tinggi rendahnya
pendapatan nasional tidak menentukan jumlah investasi yang dilakukan
oleh perusahaan-perusahaan.
Investasi, yang lazim disebut juga dengan istilah penanaman modal
atau pembentukan modal merupakan komponen kedua yang menentukan
tingkat pengeluaran agregat. Dengan demikian istilah investasi dapat
diartikan sebagai pengeluaran atau perbelanjaan penanam-penanaman modal
atau perusahaan untuk membeli barang-barang modal dan perlengkapan7

perlengkapan untuk menambah kemampuan memproduksi barang-barang dan


jasa-jasa yang tersedia dalam perekonomian. Pertambahan jumlah barang
modal ini memungkinkan perekonomian tersebut menghasikan lebih banyak
barang dan jasa di masa yang akan datang. Adakalanya penanaman modal
dilakukan untuk menggantikan barang barang modal yang lama yang telah
aus dan perlu didepresiasikan. Dalam prakteknya, dalam usaha untuk
mencatat nilai penanaman modal yang dilakukan dalam suatu tahun tertentu,
yang digolongkan sebagai investasi (atau pembentukan modal atau
penanaman modal) meliputi pengeluaran/perbelanjaan yang berikut:
1. Pembelian berbagai jenis barang modal, yaitu mesin-mesin dan
peralatan produksi lainnya untuk mendirikan berbagai jenis
industri dan perusahaan.
2. Perbelanjaan untuk membangun

rumah

tempat

tinggal,

bangunan kantor, bangunan pabrik dan bangunan-bangunan


lainnya.
3. Pertambahan nilai stok barang-barang yang belum terjual, bahan
mentah dan barang yang masih dalam proses produksi pada
akhir tahun penghitungan pendapatan nasional.
Jumlah dari ketiga-tiga jenis komponen investasi tersebut
dinamakan investasi bruto, yaitu ia meliputi investasi untuk menambah
kemampuan memproduksi dalam perekonomian dan mengganti barang modal
yang sudah didepresiasikan. Apabila investasi bruto dikurangi oleh nilai
apresiasi maka akan didapat investasi neto. Dalam teori ekonomi makro yang
dibahas adalah investasi fisik. Dengan pembatasan tersebut maka definisi
investasi dapat lebih dipertajam sebagai pengeluaran-pengeluaran yang
meningkatkan stok barang modal. Stok barang modal adalah jumlah barang
modal dalam suatu perekonomian pada saat tertentu.
1. Investasi Dalam Bentuk Barang Modal dan Bangunan
Tercakup dalam investasi barang modal dan bangunan adalah
pengeluaran-pengeluaran untuk pembelian pabrik, mesin, peralatan
produksi, bangunan/ gedung yang baru. Karena daya tahan modal dan
bangunan umumnya lebih dari setahun, seringkali investasi ini disebut

sebagai investasi dalam bentuk harta tetap (fixedinvestment).

Di

Indonesia, istilah yang setara dengan fixed investment adalah pembentukan


modal tetap domestik bruto (PMTDB). Supaya lebih akurat, jumlah
investasi yang perlu diperhatikan adalah investasi bersih yaitu PMTDB
dikurangi penyusutan.
2. Investasi Persediaan
Perusahaan seringkali memproduksi barang lebih banyak
daripada target penjualan. Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi berbagai
kemungkinan. Tentu saja investasi persediaan diharapkan meningkatkan
penghasilan/ keuntungan. Persediaan barang tersebut dikatakan sebagai
investasi yang direncanakan atau investasi yang diinginkan karena telah
direncanakan. Selain barang jadi, investasi dapat juga dilakukuan dalam
bentuk persediaan barang baku dan setengah jadi.
C. FUNGSI INVESTASI
Kurva yang menunjukkan perkaitan di antara tingkat investasi dan
tingkat pendapatan nasional dinamakan fungsi investasi. Bentuk fungsi
investasi dapat dibedakan menjadi dua, yaitu ia sejajar dengan sumbu datar,
atau bentuknya naik ke atas ke sebelah kanan (yang berarti makin tinggi
pendapatan nasional, makin tinggi investasi). Fungsi atau kurva investasi
yang sejajar dengan sumbu datar dinamakan investasi otonomi dan fungsi
investasi yang semakin tinggi apabila pendapatan nasional meningkat
dinamakan investasi terpengaruh. Dalam analisis makroekonomi biasanya
dimisalkan bahwa investasi perusahaan bersifat investasi otonomi.
Menurut Joseph Allois Schumpeter investasi otonom (autonomous
investment) dipengaruhi oleh perkembangan-perkembangan yang terjadi di
dalam jangka panjang seperti :
a) Tingkat keuntungan investasi yang diramalkan akan diperoleh.
b) Tingkat bunga.
c) Ramalan mengenai keadaan ekonomi di masa depan.
d) Kemajuan teknologi.
e) Tingkat pendapatan nasional dan perubahan-perubahannya.
f) Keuntungan yang diperoleh perusahaan-perusahaan.

D. KRITERIA INVESTASI
Kriteria untuk menentukan kelayakan suatu investasi adalah
(http://meyka.blogdetik.com):
a. Payback Period (PP)
Adalah teknik penilaian terhadap jangka waktu (period) pengembalian
investasi proyek atau usaha. Terdapat 2 Model perhitungan PP, yaitu:
F Apabila kas bersih setiap tahun sama
PP = Investasi X 12 bulan
Kas bersih / tahun
F Apabila kas bersih setiap tahun berbeda
PP = Sisa Investasi X 12 bulan
Kas bersih sesudahnya
Untuk menilai usaha layak diterima atau tidak dari segi PP, maka hasil
perhitungan tersebut harus sebagai berikut :
PP sekarang lebih kecil dari umur investasi
Dengan membandingkan rata rata industri unit usaha sejenis
Sesuai dengan target perusahaan
Kelemahan metode ini :
Mengabaikan time value of money
Tidak

mempertimbangkan

arus

kas

yang

terjadi

setelah

masa

pengembalian
b. Average Rate of Return (ARR)
Mengukur ratarata pengembalian bunga dengan cara membandingkan antara ratarata laba setelah pajak atau EAT dengan ratarata
investasi. Rumus menghitung ARR adalah sebagai berikut:
ARR % = Rata-rata EAT
Rata rata investasi
Ratarata EAT = Total EAT
Umur ekonomis (n)
Rata-rata investasi = Investasi
10

c. Net Present Value (NPV)


Nilai bersih sekarang merupakan perbandingan antara PV Kas
Bersih (PV of proceed) denhgan PV investasi (capital outlays) selama
investasi. Selisih antara kedua PV tersebutlah yang kita kenal Net Present
Value (NPV). Rumus:
NPV = Kas bersih 1 + Kas bersih 2 ++ Kas bersih N - Investasi
(1+r) (1+r) (1+r)
Setelah memperoleh hasilnya,jika :
NPV positif, maka investasi diterima
NPV negatif, sebaiknya investasi ditolak
d. Internal Rate of Return (IRR)
Alat untuk mengukur tingkat pengembalian hasil intern.
Rumus = P1 C1 X P2 P1
C2 C1
Dimana: P1 tingkat bunga 1
P2 tingkat bunga 2
C1 NPV1
C2 NPV2
Apabila IRR lebih besar dari bunga pinjaman maka diterima
Apabila IRR lebih kecil dari bunga pinjaman maka ditolak
e. Profitability Index (PI)
Profitability index atau benefit and cost ratio merupakan rasio
aktifitas dari jumlah nilai sekarang penerimaan bersih dengan nilai
sekarang penerimaan bersih dengan nilai sekarang pengeluaran investasi
selama umur investasi. Rumus :
PI = PV kas bersih X 100 %
PV investasi
Dalam Pratama Rahardja dan Mandala Manurung (2008: 274-275),
disebutkan mengenai kriteria suatu rencana investasi bisa diterima atau
sebaliknya ditolak. Kriteria yang dimaksud ada empat, yakni:
a. Payback Period

11

Payback period adalah waktu yang dibutuhkan agar investasi


yang direncanakan dapat dikembalikan, atau waktu yang dibutuhkan untuk
mencapai titik impas. Jika waktu yang dibutuhkan makin pendek, proposal
investasi dianggap makin baik. Kendatipun demikian, kita harus berhatihati menafsirkan kriteria payback period ini. Sebab ada investasi yang baru
menguntungkan dalam jangka panjang (> 5 tahun).

Meskipun begitu,

keuntungan yang didapatkan biasanya jauh lebih besar dibanding dengan


investasi payback period-nya pendek.
b. Benefit/Cost Ratio (B/C Ratio).
B/C ratio mengukur mana yang lebih besar, biaya yang
dikeluarkan dibanding hasil (output) yang diperoleh. Biaya yang
dikeluarkan dinotasikan dengan C (cost). Output yang dihasilkan
dinotasikan dengan B (benefit). Keputusan menerima atau menolak
proposal investasi dapat dilakukan dengan melihat nilai B/C. Umumnya,
proposal investasi baru diterima jika B/C > 1, sebab berarti output yang
dihasilkan lebih besar daripada biaya yang dikeluarkan.
c. Net Present Value (NPV).
Perhitungan

dengan

menggunakan

nilai

nominal

dapat

menyesatkan, sebab tidak memperhitungkan nilai waktu dari uang. Untuk


membuat hasil lebih akurat, maka nilai sekarang didiskontokan.
Keuntungan dari menggunakan metode diskonto adalah kita dapat
langsung menghitung selisih nilai sekarang dari biaya total dengan
penerimaan total bersih. Selisih inilah yang disebut net present value.
Suatu proposal investasi akan diterima jika NPV > 0, sebab nilai sekarang
dari penerimaan total lebih besar daripada nilai sekarang dari biaya total.
d. Internal Rate of Return (IRR).
Internal rate of return adalah nilai tingkat pengembalian
investasi,

dihitung pada saat NPV sama dengan nol. Keputusan

menerima/menolak

rencana

investasi

dilakukan

berdasarkan

hasil

perbandingan IRR dengan tingkat pengembalian investasi yang diinginkan


(r).

12

E. INVESTASI DALAM KONTEKS EKONOMI MAKRO


Perhitungan

Investasi

harus

konsisten

dengan

perhitungan

pendapatan nasional. Yang dimasukkan dalam perhitungan investasi adalah


barang modal, bangunan/ kontruksi, maupun persediaan barang jadi yang
masih baru.
Investasi merupakan konsep aliran (flow concept), karena dihitung
selama satu internal periode tertentu. Tetapi investasi akan memengaruhi
jumlah barang modal yang tersedia (capital stock) pada satu periode tertentu.
Tambahan stok barang modal adalah sebesar pengeluaran investasi satu
periode sebelumnya.
a. Investasi Dalam Bentuk Barang Modal Dan Bangunan
Yang tercangkup dalam invesatasi barang modal (capital
goods) dan bangunan (construction) adalah pengeluaran-pengeluaran
untuk

pembelian

pabrik-pabrik,

mesin-mesin,

peralatan-peralatan

produksi dan bangunan-bangunan atau gedung-gedung yang baru.


Karena daya tahan barang modal dan bangunan pada umumnya lebih dari
setahun, seringkali investasi ini disebut sebagai investasi dalam bentuk
harta tetap (fixed investment).
b. Investasi Persediaan
Berdasarkan pertimbangan,

perusahaan

seringkali

harus

memproduksi lebih banyak daripada target penjualan. Misalnya, sebuah


pabrik mobil menargetkan penjualan tahun 2000 adalah 50.000 unit.
Tidaklah berarti produksinya harus 50.000 unit juga. Umumnya
produksinya melebihi tingkat penjualan. Sebut saja 60.000 unit. Selisih
10.000 unit merupakan persediaan, untuk mengatisipasinya berbagai
kemungkinan. Tentu saja investasi persediaan diharapkan meningkatkan
penghasilan / keuntungan.
F. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT INVESTASI
Investasi merupakan keputusan yang rasional dalam pengelolaan
uang. Oleh karena itu investasi sangat ditentukan oleh dua hal, sebagai
berikut:
13

1. Tingkat Pengembalian Yang Diharapkan (Expected Rate Of Return).


Kemampuan perusahaan menentukan tingkat investasi yang
diharapkan, sangat dipengaruhi oleh kondisi internal dan eksternal
perusahaan.
1) Kondisi Internal Perusahaan.
Kondisi internal adalah factor-faktor yang berada di bawah
kontrol perusahaan, misalnya tingkat efisiensi, kualitas SDM dan
teknologi yang digunakan. Ketiga aspek tersebut berhubungan
positif dengan tingkat pengembalian yang diharapkan. Artinya,
makin tinggi tingkat efisiensi, kualitas SDM dan teknologi, maka
tingkat pengembalian yang diharapkan makin tinggi.
2) Kondisi Eksternal Perusahaan.
Kondisi eksternal yang perlu dipertimbangkan dalam
pengambilan keputusan akan investasi terutama adalah perkiraan
tentang tingkat produkdi dan pertumbuhan ekonomi domestic
maupun internasional. Jika diperkirakan tentang masa depan
ekonomi nasional maupun dunia bernada optimis, biasanya tingkat
investasi meningkat, karena tingkat pengembalian investasi dapat
dinaikkan.
Selain perkiraan kondisi ekonomi, kebijakan yang ditempuh
pemerintah juga dapat menentukan tingkat investasi. Kebijakan
menaikkan paak, misalnya, diperkirakan akan menurunkan tingkat
permintaan akan agregat. Akibatnya tingkat investasi akan menurun.
Factor sosial politik juga menentukan gairah investasi, jika sosialpolitik makin stabil, investasi umumnya juga meningkat. Demikian
pula factor keamanan (kondisi keamanan Negara).
2. Biaya Investasi.
Yang paling menentukan tingkat biaya investasi adalah tingkat
bungan pinjaman ; makin tinggi tingkat bunganya, maka biaya investasi
makin mahal. Akibatnya minat berinvestasi makin menurun. Namun ,
tidak jarang,walaupun tingkat bunga pinjaman rendah, minta akan
investasi tetap rendah. Hal ini disebabkan biaya tota investasi masih
tinggi.

Factor

yang

mempengaruhi

terutama

adalah

masalah

kelembagaan.
14

3. Marginal Efficiency of capital (MEC), Tingkat Bunga, dan Marginal


Efficieny Of Investment (MEI).
1) Marginal Efficiency Of Capital (MEC), Invetasi dan tingkat bunga.
Yang dmaksud dengan Marginal Efficiency Of Capital
(MEC) atau efisiensi modal marjinal (EMM) adalah tingkat
pengembalian yang diharapkan (expected rate of return) dari setiap
tambahan barang modal.
2) Marginal efficiency of capital (MEC) dan Marginal Efficiency Of
Investment (MEI).
Sama halnya dengan kurva permintaan akan investasi, kurva
MEC secara nasional dapat diturunkan dengan menjumlahkan secara
horizontal kurva-kurva MEC dari perusahaan-perusahaan yang ada
dalam perekonimian tetapi ada beberapa ekonom yang tidak
sependapatan dengan cara penurunan kurva MEC. Padahal jika
permintaan barang akan modal secara nasional meningkat, logikanya
tingkat bunga akan naik. Akibatnya kenaikan permintaan akan
investasi tidak sebesar kurva MEC. Kurva yang lebih relevan adalah
kurva yang marginal efficiency of investment (MEI) atau efisiensi
investasi marginal (EIM).

15

BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Investasi adalah suatu istilah dengan beberapa pengertian yang
berhubungan
dengan

dengan keuangan dan ekonomi.

akumulasi

suatu

Istilah

tersebut

berkaitan

bentuk aktivadengan

suatu

harapan

mendapatkan keuntungan di masa depan. Terkadang, investasi disebut juga


sebagai penanaman modal (http://id.wikipedia.org/wiki).
Investasi merupakan salah satu cara perusahaan

dalam

mengoptimalkan penggunaan kas jika terjadi surplus. Dengan berinvestasi


maka dana yang terdapat dalam kas perusahaan tidak menganggur. Investasi
dapat dimaksudkan sebagai akumulasi dari suatu bentuk aktiva untuk
memperoleh manfaat di masa yang akan datang (Afandi: 2013).
Investasi dalam konteks ekonomi makro diartikan sebagai
pengeluaran-pengeluaran

yang

meningkatkan

stok

barang

modal (capital stock). Yang dimaksud dengan stok barang modal (barang
modal tersedia) adalah jumlah barang modal dalam suatu perekonomian,
pada satu saat tertentu. Untuk mempermudah penghitungan, umumnya stok
barang modal dinilai dengan uang, yaitu jumlah barang modal dikalikan
harga perolehan per unit barang modal. Dengan demikian barang modal
merupakan konsep stok (stock concept), karena besarnya dihitung pada satu
periode tertentu (Pratama Rahadja dan Pratama Manurung: 2008).
Jadi, dapat disimpulkan bahwa Investasi (Penanaman Modal)
adalah pengeluaran atau perbelanjaan penanam-penanam modal atau
perusahaan untuk membeli barang-barang modal dan perlengkapanperlengkapan produksi untuk menambah kemampuan memproduksi barangbarang dan jasa-jasa yang tersedia dalam perekonomian. Investasi atau
pembentukan modal merupakan komponen kedua yang menentukan tingkat
pengeluaran agregat. Dalam Undang-undang No. 1 Tahun 1967 ditegaskan
bahwa Pengertian penanaman modal asing di dalam Undang-undang ini
hanyalah meliputi penanaman modal asing secara langsung yang dilakukan
16

menurut atau berdasarkan ketentuan-ketentuan Undang-undang ini dan yang


digunakan untuk menjalankan perusahaan di Indonesia, dalam arti bahwa
pemilik modal secara langsung menanggung risiko dari penanaman modal.

17

DAFTAR PUSTAKA
Aab.

Pengertian Teori Investasi. 2014: [online] Tersedia di:


http://aabshare.blogspot.com. Diakses tanggal 01 Oktober 2014.

Dumairi. 1996: Perekonomian Indonesia. Erlangga. Jakarta.


Investasi: 2014. [online] tersedia di: http://www.slideshare.net. Diakses tanggal
10 Oktober 2014.
Nur Afandi. 2013: Makalah Tentang Investasi. [online] tersedia di:
http://afandi-unmuhgres.blogspot.com/2013/10/makalahtentang-investasi_22.html. Akses tanggal 01 Oktober 2014.
Pratama Rahardja & Mandala Manurung. 2008: Pengantar Ilmu Ekonomi
(Mikroekonomi dan Makroekonomi). Lembaga Penerbit Fakultas
Ekonomi Universitas Indonesia. Jakarta.
Riko Pranata. 2013: Makalah Tentang Investasi Ekonomi Makro. [online]
tersedia
di:
http://pengabdianqu.blogspot.com/2013.html.
Diakses tanggal 10 Oktober 2014.
Ryan

Syah

Putra. 2013: Teori Investasi. [online] tersedia di:


http://ryanc4rd5.blogspot.com. Diakses tanggal 01 Oktober
2014.

Sari Oktavianty. 2012: Perkembangan Investasi Dan Suku Bunga Dengan


Pertumbuhan Ekonomi Indonesia. [0nline] tersedia di:
http://ukhtisari.blogspot.com. Di akses tanggal 10 Oktober 2014.
Shanty Tindaon. 2013: Materi Makalah Investasi Lengkap. [online] tersedia di:
http://shantycr7.blogspot.com. Diakses tanggal 01 Oktober
2014.
Yanti Meinarwati. 2013: Investasi Dalam Konteks Ekonomi Makro. [online]
tersedia di: http://meyka.blogdetik.com. Diakses tanggal 10
Oktober 2014.

18

Anda mungkin juga menyukai