DISUSUN OLEH:
Penulis
i
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan ................................................................................... 10
B. Saran ............................................................................................ 10
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Investasi adalaha penanaman modal untuk satu atau lebih aktiva yang
dimiliki biasanya berjangka panjang dengan harapan mendapatkan
keuntungan dimasa yang akan datang sebagai kompensasi secara profesional
atas penundaan konsumsi, dampak inflasi dan resiko yang ditanggung. Alasan
seorang investor melakuka ninvestasi adalah untuk mendapatkan kehidupan
yang lebih baik dimasa yang akan dating serta untuk menghindari merosotnya
nilai kekayaan yang dimiliki.
Investasi juga dapat diartikan sebagai suatu komitmen atas sejumlah
dana atau sumber daya lainnya yang dilakukan pada saat ini dengan tujuan
untuk memperoleh keuntungan dimasa yang akan datang. Pasar modal
merupakan tempat dilakukannya investasi pada asset finansial. Pasar modal
merupakan tempat pertemuan dan proses transaksi antara penawaran dan
permintaan surat berharga.
Pasar modal memberikan kepada pihak yang mempunyai surplus
dana suatu kesempatan berinvestasi dalam surat berharga (marketable
securites) dan memudahkan pihak yang memerlukan dana untuk memperoleh
dana. Saham merupakan salah satu alternative dalam asset finansial.
Kebutuhan akan informasi yang relevan dalam pengambilan keputusan
investasi dalam asset finansial di pasar modal sangat dibutuhkan oleh
investor.
B. RumusanMasalah
Adapun rumusanmasalahdalammakalahiniyakni:
1. Bagaimanakoordinasi dan pelaksanaanpenanaman modal?
2. Siapasajakahpenyelenggaraanpenanaman modal?
1
C. TujuanPenulisan
1. Mengetahui dan memahami koordinasi dan pelaksaan kebijakan
penanaaman modal.
2. Mengetahui dan memahami penyelengaraan urusan pananaman modal.
D. MetodePenulisan
Adapun metode penulisan dalam makalah ini adalah metode kualitatif
dan deskrifsi.
2
BAB II
PEMBAHASAN
1
Jurnal Magister Hukum Udayana, “Kewenangan Pemerintah Provinsi Dalam
Penyelenggaraan Penanaman Modal”, Vol.4, No.12 (2015).
3
• Penanam modal adalah perseorangan atau badan usaha yang
melakukan penanaman modal yang dapat berupa penanaman modal
dalam negeri dan penanaman modal asing yang selanjutnya dalam
peraturan badan ini dapat disebut sebagai pelaku usaha.
• PMDN adalah kegiatan menanam modal untuk melakukan usaha di
wilayah Negara Republik Indonesia yang dilakukan oleh penanam
modal dalam negeri dengan menggunakan modal dalam negeri.2
Badan koordinasi Penanaman Modal (BKPM) ditugaskan oleh presiden
Joko Widodo sebagai satu-satunya lembaga untuk mengkoordinasikan untuk
melaksanakan perizinan berusaha. Tugas ini ditetapkan dalam Intruksi Presiden
(inpres) No.7 Tahun 2019 tentang percepatan kemudahan berusaha tanggal 22
November 2019. Inpres menegaskan bahwa kepala BKPM dan Menteri/Kepala
Lembaga untuk mengambil langkah-langkah yang diperlukan sesuai tugas, fungsi,
dan kewenangan masing-masing.
• Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) adalah kegiatan
menanam modal untuk melakukan usaha diwilayah indonesia yang
dilakukan oleh penanam modal dalam negeri dengan menggunakan
modal dalam negeri. Ketentuan terbaru penanaman modal diatur
dalam BKPM No.1 Tahun 2021.
• Penanam Modal Dalam Negeri dapat dilakukan oleh perseorangan
warga negara, badan usaha negeri, dan/atau pemerintah negeri yang
melakukan penanaman modal di wilayah indonesia.
• Penanaman modal asing berdasarkan draf Undang-Undang Cipta
Kerja Pasal 1 yang mengatur soal penanaman modal asing telah
diubah. Perubahan itu tampak pada Pasal 12 ayat 2 yang mengatur
soal bidang usaha yang tertutup bagi investor asing dalam UU No.25
Tahun 2007 tentang penanaman modal, dijelaskan bahwa investor
2
Lusiana, Usaha Penanaman Modal Di Indonesia Edisi Bahasa Indonesia (Jakarta:
Raja Grafindo Persada, 2012).
4
asing dilarang membuka usaha di bidang produksi senjata dan
industri yang tertutup menurut UU.3
3
Peraturan BKPM RI, No.6 Tahun 2018.
5
dengan menggunakan modal yang berasal, baik dari dalam negeri maupun
dari luar negeri.
Dalam penyelenggaraan penanaman modal di indonesia sebagai
pelaksana Pasal 26 ayat (3) dan Undang-Undang No.25 Tahun 2007 tentang
penanaman modal telah diterbitkan Peraturan Presiden No.27 Tahun 2009
tentang pelayanan terpadu satu pintu di bidang penanaman modal.
Hal ini memunculkan interpretasi adanya konflik norma dalam
peraturan perundang-undangan tersebut diatas dan peraturan pelaksanaannya
terkait dengan lembaga penyelenggara PTSP di bidang penanaman modal dan
tingkat kewenangan antara pemerintah, pemerintah provinsi dan pemerintah
kabupaten/kota sehingga tujuan dari PTSP dibidang penanaman modal yang
bertujuan untuk membantu penanaman modal dan memperoleh kemudahan
pelayanan, fasilitas fiscal, dan informasi mengenai penanaman modal, dengan
cara mempercepat,menyederhanakan pelayanan, dan meringankan atau
menghilangkan biaya pengurusan perizinan dan nonperizinan sesuai dengan
yang ditegaskan dalam Pasal 3 Peraturan Presiden No.27 Tahun 2019 tentang
PTSP di bidang penanaman modal.4
UU 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal merupakan amanat dari
Ketetapan MPR RI No.XVI/MPR/1998 tentang Politik Ekonomi dalam
rangka demokrasi ekonomi, kebijakan penanaman modal selayaknya selalu
mendasari ekonomi kerakyatan yang melibatkan pengembangan bagi usaha
mikro, kecil, menengah, dan koperasi. Tujuan utama UU 25 tahun 2007
tentang penanaman modal adalah untuk mewujudkan masyarakat adil dan
makmur berdasarkan pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia tahun 1945 perlu dilaksanakan pembangunan ekonomi nasional
yang berkelanjutan dengan berlandaskan demokrasi ekonomi untuk mencapai
tujuan bernegara. Serta untuk mempercepat pembangunan ekonomi nasional
dan mewujudkan kedaulatan politik dan ekonomi indonesia diperlukan
peningkatan penanaman modal untuk mengolah potensi ekonomi menjadi
4
Jurnal Ilmu Hukum,“Kebijakan Pemerintah Tentang Pengaturan Mengenai
Penanaman Modal dan Investasi di Indonesia”, Vol.4, No.5 (2011).
6
kekuatan ekonomi riil dengan menggunakan modal yang berasal, baik dari
dalam negeri maupun dari luar negeri. UU 25 tahun 2007 tentang penanaman
modal adalah salah satu gerbang memasuki perubahan ekonomi global dan
keikutsertaan indonesia dalam berbagai kerja sama internasional perlu
diciptakan iklim penanaman modal yang kondusif, promotif, memberikan
kepastian hukum, keadilan, dan efisien dengan tetap memperhatikan
kepentingan ekonomi nasional.
Salah satu tujuan pembentukan pemerintahan negara adalah untuk
memajukan kesejahteraan umum. Amanat tersebut, antara lain, telah di
jabarkan dalam Pasal 33 UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan
merupakan amanat konstitusi yang mendasari pembentukan seluruh peraturan
perundang-undangan di bidang perekonomian. Konstitusi mengamanatkan
agar pembangunan ekonomi nasional harus berdasarkan prinsip demokrasi
yang mampu menciptakan terwujudnya kedaulatan ekonomi indonesia.
Keterkaitan pembangunan ekonomi dengan pelaku ekonomi kerakyatan
dimantapkan lagi dengan ketetapan MPR RI No.XVI Tahun 1998 tentang
Politik Ekonomi Dalam Rangka Demokrasi Ekonomi sebagai sumber hukum
materil. Dengan demikian, pengembangan penanaman modal bagi usaha
mikro, kecil, menengah, dan koperasi menjadi bagian dari kebijakan dasar
penanaman modal.5
Suasana kebatinan pembentukan Undang-Undang tentang penanaman
modal didasarkan pada semangat untuk menciptakan iklim penanaman modal
yang kondusif sehingga undang-undang tentang penanaman modal mengatur
hal-hal yang dinilai penting, antara lain yang terkait dengan cakupan undang-
undang,kebijakan dasar penanaman modal, bentuk badan usaha, perlakuan
terhadap penanaman modal, bidang usaha, serta keterkaitan pembangunan
ekonomi dengan pelaku ekonomi kerakyatan yang diwujudkan dalam
pengaturan mengenai pengembangan penanaman modal bagi usaha mikro,
kecil, menengah, dan koperasi, hak, kewajiban, dan tanggung jawab penanam
5
Jurnal Magister Hukum Udayana, “Kewenangan Pemerintah Provinsi Dalam
Penyelenggaraan Penanaman Modal”, Vol.4, No.12 (2015).
7
modal, serta fasilitas penanaman modal, pengesahan dan perizinan,
koordinasi dan pelaksanaan kebijakan penanaman modal yang didalamnya
mengatur mengenai kelembagaan, penyelenggaraan urusan penanaman
modal, dan ketentuan yang mengatur tentang penyelesaian sengketa.
Undang-undang ini mencakupi semua kegiatan penanaman modal
langsung disemua sektor. Undang-undang ini juga memberikan jaminan
perlakuan yang sama dalam rangka penanaman modal. Selain itu, undang-
undang ini memerintahkan agar pemerintah meningkatkan koordinasi
antarinstansi pemerintah, antarinstansi pemerintah dengan pemerintah daerah.
Koordinasi dengan pemerintah daerah harus sejalan dengan semangat
otonomi daerah. Pemerintah daerah bersama-sama dengan instansi atau
lembaga, baik swasta maupun pemerintah, harus lebih diberdayakan lagi, baik
dalam pengembangan peluang potensi daerah maupun dalam koordinasi
promosi dan pelayanan penanaman modal.
Pemerintah daerah menjalankan otonomi seluas-luasnya untuk
mengatur dan mengurus sendiri urusan penyelenggaraan pananaman modal
berdasarkan asas otonomi daerah dan tugas pembantuan atau dekonsentrasi.
Oleh karena itu, peningkatan koordinasi kelembagaan tersebut harus dapat
diukur dari kecepatan pemberian perizinan dan fasilitas penanaman modal
dengan biaya yang berdaya saing. Dengan memperhatikan hal tersebut,
Undang-undang ini juga memberikan ruang kepada pemerintah untuk
mengambil kebijakan guna mengantisipasi berbagai perjanjain internasional
yang terjadi dan sekaligus untuk mendorong kerja sama internasional lainnya
guna memperbesar peluang pasar regional dan internasional bagi produk
barang dan jasa dari indonesia.6
Kebijakan pengembangan ekonomi diwilayah tertentu ditempatkan
sebagai bagian untuk menarik potensi pasar internasional dan sebagai daya
dorong guna meningkatkan daya tarik pertumbuhan suatu kawasan atau
wilayah ekonomi khusus yang bersifat strategis bagi pengembangan
6
Jurnal Ilmu Hukum,“Kebijakan Pemerintah Tentang Pengaturan Mengenai
Penanaman Modal dan Investasi di Indonesia”, Vol.4, No.5 (2011).
8
perekonomian nasional. Selain itu, Undang-Undang ini juga mengatur hak
pengalihan aset dan hak untuk melakukan transfer dan repatriasi dengan tetap
memperhatikan tanggung jawab hukum, kewajiban fiscal, dan kewajiban
sosial yang harus diselesaikan oleh penanam modal. Kemungkinan timbulnya
sengketa antara penanam modal dan pemerintah juga di antisipasi UU ini
dengan pengaturan mengenai penyelesaian sengketa.
Dengan mengacu kepada konsep otonomi daerah yang sedang
berjalan, maka tentunya penyelenggaraan penanaman modal dapat dibagi atas
dua kategori, yakni: Pertama, kewenangan pemerintah pusat untuk
menetapkan kebijakan dasar penanaman modal berupa aturan dasar
penanaman modal dan pemberian supervisi. Kedua, kewenangan pemerintah
daerah apakah itu provinsi dan/atau kabupaten/kota untuk menyelenggarakan
dan menerbitkan aturan pelaksanaan penanaman modal yang mengacu kepada
aturan dasar penanaman modal melalui peraturan daerah penanaman modal.
Hal ini untuk menghindari terjadinya bias pengaturan sehingga terjadi
konsistensi aturan hukum penanaman modal dengan tetap
mempertimbangkan potensi dan keragaman serta karakteristik masing-masing
daerah tujuan penanaman modal. Sehingga kita tidak mendapatkan lagi
pengaturan teknis yang seragam dan menyamakan semua daerah yang
akibatnya terjadi ketimpangan pengelolaan penanaman modal antardaerah
maupun kawasan, oleh karena potensi dan keragaman serta karakteristik
maupun kapasitas atau kemampuan sumber daya manusia masing-masing
daerah berbeda pula.7
7
Aminuddin Ilmar, Hukum Penanaman Modal Di Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2017),
52.
9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berbagai kebijakan di keluarkan oleh pemerintah indonesia untuk
mengundang investor ke indonesia. Pada tahap permulaan semua bidang
usaha terbuka untuk semua modal asing kecuali yang menyangkut
kepentingan Negara yang menguasai hajat hidup orang banyak seperti
pelabuhan, pelayaran, penerbangan, kereta api, pembangkit listri atom, dan
media masa.
Penyelesaian sengketa dalam penanaman modal yang sifatnya efektif
merupakan idaman setiap pihak yang terlibat dalam suatu transaksi
penanaman modal asing. Salah satu alasan yang menjadi dasar pertimbangan
adalah suatu sengketa selalu menjadi faktor penghambat dalam melaksanakan
penanaman modal.
B. Saran
Kami sebagai penulis menyadari bahwa makalah ini banyak sekali
kekurangannya dan sangat jauh dari kesempurnaan. Tentunya, penulis akan
terus memperbaiki makalah dengan mengacu kepada sumber yang dapat
dipertanggung jawabkan nantinya. Oleh karena itu, penulis sangat
mengharapkan kritik dan saran tentang pembahasan makalah diatas.
10
DAFTAR PUSTAKA
Jurnal Ilmu Hukum,“Kebijakan Pemerintah Tentang Pengaturan Mengenai Penanaman
Lusiana, Usaha Penanaman Modal Di Indonesia Edisi Bahasa Indonesia Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 2012.
11