Oleh:
NPM : 021659210006
FAKULTAS HUKUM
KAMPUS SURABAYA
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena rahmat dan bimbingannya sehingga penulis
dapat menyelesaikan tugas makalah yang membahas tentang “Hukum Investasi” dengan tepat
waktu.
Makalah ini disusun untuk dapat memenuhi tugas Mata kuliah Hukum Investasi PMA dan PMDN.
Selain itu juga makalah ini dibuat bertujuan untuk menambah wawasan tentang dunia investasi
dari sudut pandang hukum bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Teddy Reinier Sondakh, S.H., M.Hum
selaku dosen pengajar mata kuliah Hukum Investasi Penanam Modal Asing dan Penanam Modal
Dalam Negeri untuk program studi magister hukum Universitas Pelita Harapan Kampus Surabaya.
Penulis juga menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, saran dan
kritik yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Lingkan A. Onibala
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI…...............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................1
A. Latar Belakang......................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................................3
C. Tujuan Penulisan...................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................5
A. Kesimpulan.............................................................................................................11
B. Saran.......................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................12
BAB I
PENDAHULUAN
Penanaman modal merupakan suatu kegiatan kerjasama yang dilakukan antara dua
pihak baik itu yang berasal dari negara asing maupun dalam negeri atau biasa dikenal
dengan penanaman modal asing dan penanaman modal yang dalam negeri. Penanaman
modal ini berperan sangat penting dalam dunia investasi sebagai penunjang kesuksesan
dan keberlangsungan pembangunnan dalam suatu negara salah satunya untuk negara
Indonesia yakni dengan tujuan untuk mewujudkan kesejahteraan umum dan peningkatan
taraf hidup masyarakatnya. Investasi yang dimaksud yaitu investasi yang bersumber dari
modal asing (PMA) dan investasi yang bersumber dari modal dalam negeri (PMDN).
Semakin tingginya tingkat investasi disuatu negara maka akan berdampak juga
dalam pendapatan nasional dari suatu negara tersebut sehingga dapat terjadi peningkatan
penggunaan barang dan jasa. Indonesia juga merupakan salah satu Negara yang
berkembang dalam pembangunan negara untuk mencapai negara yang maju, oleh sebab itu
dalam rangka membangun negara yang lebih maju pastinya membutuhkan modal yang
tidak sedikit. Sehubungan dengan itu Indonesia sangat membutuhkan banyak investor
asing maupun domestik untuk mau menanamkan modal mereka ke Indonesia. Secara
umum investasi atau penanaman modal dapat diartikan sebagai suatu kegiatan yang
dilakukan antar pribadi bahkan badan hukum sebagai upaya dalam meningkatkan dan
mempertahankan nilai modal yang berbentuk uang tunai, peralatan, aset tidak bergerak,
hak atas kekayaan intelektual, maupun keahlian.1
Negara-negara anggota yang berhimpun dalam WTO yang mana salah satuny
adalah negara Indonesia kemudian membentuk suatu persetujuan dagang dan tarif atau
yang dikenal dengan General Agreement on Tariff and Trade (GATT). Indonesia sendiri
merupakan salah satu negara dari WTO juga telah meratifikasi persetujuan pembentukan
WTO dengan melahirkan peraturan dalam Undang-undang Nomor 7 tahun 1994 tentang
1
Ana Rokhmatussa, Hukum Investasi dan Pasar Modal, (Jakarta; Sinar Grafika, 2009), hlm.1
pengesahan Agreement Establishing the World Trade Organization. Dengan lahirnya
Undang-undang tersebut, Indonesia meratifikasi GATT dan seluruh hal termasuk prinsip-
prinsip yang ada di dalamnya yakni Trade Related Investment Measures (TRIMs) yang
merupakan ketentuan investasi yang berkaitan dengan perdagangan dan merupakan bentuk
upaya pemerintah dengan terus meningkatkan, memperluas, memantapkan dan
mengamankan pasar bagi segala produk baik barang maupun jasa termasuk di dalamnya
aspek investasi di Indonesia agar memiliki kemampuan daya saing terutama dalam
perdagangan internasional.
Penanaman modal atau investasi adalah segala bentuk kegiatan penanaman modal, baik oleh
penanaman modal dalam negeri ataupun penanaman modal asing untuk melakukan usaha di wilayah
Negara Republik Indonesia.
Berdasarkan fakta yang telah dijelaskan dalam latar belakang di atas maka penulis
membuat rumusan masalah sebagai berikut:
2
Hikmahanto Juwana, Perlindungan Investasi Asing,(Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2009). Hlm.78.
3
Ibid. Hlm. 79
b. Apakah penerapan prinsip Non Diskriminasi memiliki dampak terhadap mekanisme
perizinan penanaman modal di Indonesia?
c. Apakah Penerapan Prinsip Non Diskriminasi memberikan manfaat apa saja dalam dunia
penanaman modal di Indonesia?
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dijabarkan maka penelitian ini memiliki tujuan
adalah sebagai berikut:
a. Tujuan Akademik
Untuk memenuhi nilai mata kuliah hukum investasi penanaman modal asing dan
penanaman modal dalam negeri di Fakultas Hukum Program Studi Magister Hukum
Universitas Pelita Harapan Kampus Surabaya.
b. Tujuan Praktis
Prinsip non diskriminasi dalam penanaman modal yang berasal dari GATT melalui
perjanjian TRIMs, dibagi menjadi dua yakni sebagai berikut:
a. Most Favoured Nation Principle: yaitu prinsip ini yang menyatakan bahwa negara
penerima modal wajib memberikan perlakuan yang sama kepada setiap penanam
modal asing sama seperti perlakuan yang telah mereka berikan kepada penanam modal
asing dari negara lainnya. 4
b. National Treatment Principle: yaitu prinsip yang mewajibkan host country untuk
memberikan perlakukan yang sama terhadap penanaman modal asing maupun
penanam modal domestik. 5
Prinsip non dikriminasi sendiri dalam peraturan GATT menjadi acuan untuk
mendasari terciptanya perdangan yang adil. Penerapan prinsip non diskriminasi ini
menekankan agar supaya setiap anggota tidak memberikan perlakukan yang khusus
terhadap suatu negara semuanya harus di perlakukan sama. Berdasarkan penerapan prinsip
non dikriminasi ini diharapkan juga dapat membantu negara anggota dalam meningkatkan
perdagangan dalam negeri.
Menurut Teddy (2009) bahwa faktor yang didapatkan dalam kegiatan investasi
yaitu dimudakan dalam mendirikan sebuah usaha, tidak ada diskriminasi bagi investor
asing, perlakuan yang sama bagi setiap investor asing maupun domestik, transaparansi
dalam perinzinan, kebijakan imigrasi, mekanisme penyampaian keluhan kepada
penemerintah serta pemerintah yang responsif terhadap keluhan keluhan yang diajukan.
4
K. Dhaniswara, Hukum Penanaman Modal Tinjauan Terhadap Pemberlakuan Undang-Undang No. 25
Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal. Jakarta, 2007. hlm 126
5
Hatta. Perdagangan Internasional dalam Sistem GATT & WTO (Aspek Hukum dan Non Hukum), Refika
Editama, Bandung, hlm. 55.
Penerapan prinsip non dikriminasi ini dalam kegiatan penanaman modal di Indonesia yang
artinya perlakuan yang diberikan harus sama tidak membeda-bedakan satu sama lain yakni
asal negara. Pemerintah Indonesia memberikan perlakuan yang sama bagi penanam modal
dalam negeri juga harus sama dengan penanam modal asing lewat kebijakan dasar
penanaman modal di Indonesia yang memiliki prinsip non dikriminasi sesuai dengan
ketentuan UUPM yang berlaku di Indonesia.
“bahwa Pemerintah memberikan perlakuan yang sama kepada semua Penanam Modal
yang berasal dari negara maupun yang melakukan kegiatan Penanaman Modal di
Indonesia sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.6
6
K. Dhaniswara, Hukum Penanaman Modal Tinjauan Terhadap Pemberlakuan Undang-Undang No. 25
Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal. Jakarta, 2007. Hlm 126
7
Ibid. Hlm 127
8
Ibid. Hlm 132
1) Dalam hal adanya tanggung jawab hukum yang belum diselesaikan oleh penanam modal
adalah: a) penyidik atau Menteri Keuangan dapat meminta bank atau lembaga lain untuk
menunda hak melakukan transfer dan/atau repatriasi; dan b) pengadilan berwenang
menetapkan penundaan hak untuk melakukan transfer dan atau repatriasi berdasarkan
gugatan. 2) Bank atau lembaga lain melaksanakan penetapan penundaan berdasarkan
penetapan pengadilan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b hingga selesainya
seluruh tanggung jawab penanam modal. 9
Namun, yang diberlakukan untuk penanam modal yang berasal dari negara asing
atau luar negeri yakni wajib dalm bentuk perseroan terbatas berdasarkan hukum Indoneisa
dan berkedudukan di dalam wilayah negara Republik Indonesia, kecuali ditentukan lain
oleh undang-undang.
Penanaman modal dalam negeri dapat diakukan dalam bentuk badan usaha yang
berbentuk badan hukum, tidak berbadan hukum atau usaha perseorangan, tetapi harus
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Indonesia juga telah
menjalanikan prinsip non diskriminasi kedalam undang-undang penanaman modal dengan
memberikan banyak fasilitas untuk para penanam modal asing dan juga domestik dalam
Pasal 18. Namun, meskipun pemerintah memberikan fasilitas dan peluang yang sama
kepada penanaman modal domestik tetapi pemerintah tetap memberikan perlindungan
untuk kepentingan penanaman modal domestik yakni dalam Pasal 13 dengan menerapkan
pola kemitraan antara usaha kecil menegah dan usaha besar.
9
Ibid. Hlm 31
1. Faktor institusional. Dalam hal ini bahwa para investor harus terlebih dahulu
mempelajari secara rinci tentang negara yang akan diinvestasikan tersebut, seperti
stabilitas politiknya, kebijakan ekonomi terutama untuk investor asing.
2. Faktor infrastruktur. Dalam hal ini artinya bahwa para investor harus mencari tau
atau mencari informasi apakah tempat yang akan diinvestasikan tersebut tersedia
fasilitas fisik yang dapat menunjang contohnya seperti listrik, jaringan komunikasi,
telekomunikasi, air bersih.
3. Faktor hukum dan perundang-undangan. Dalam hal ini dapat dilihat dalam aspek
nasional yang artinya bahwa ketentuan hukum yang subtantif dapat mempengaruhi
minat investor asing dalam menanamkan modalnya.
Dengan kata lain, pemerintah dan pihak-pihak yang terkait dengan pengelolaan
investasi perlu menyamakan persepsi, bahwa kehadiran investor itu sangat penting dalam
menggerakkan pembangunan ekonomi nasional. Dalam hal ini perlu adanya strategi yang
baik untuk dapat mempromosikan Indoneisa sebagai Negara yang menarik para investor
asing untuk berinvestasi. Dengan diberlakukannya UUPM pada tahun 2007 tentu akan
menarik bagi calon investor untuk menanamkan modalnya dikarenakan undang-undang ini
tidak dibedakan lagi perlakukan antara penanaman modal asing maupun penanaman modal
dalam negeri. Hal ini sejalan dengan adanya perjanjian multilateral TRIMs yang melarang
adanya diskriminasi.
UUPM Nomor 25 Tahun 2007 ini dibentuk dengan dilandasi harapan dan
keinginan dari pemerintah untuk melakukan percepatan dibidang ekonomi serta membahas
tentang aturan yang mengatur tentang bentuk perusahaan /badan hukum yang dapat
melakukan investasi di Indonesia. Perusahaan penanaman modal akan melakukan kegiatan
usaha sebelum menanamkan modal, namun untuk dapat melakukan penanaman modal baik
itu perusahaan berbentuk badan hukum atau tidak berbedan hukum wajib untuk
memperoleh izin sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dari instansi
yang memiliki kewenangan. Perizinan tersebut diperoleh melalui pelayanan terpatu satu
pintu itu bertujuan untuk membantu penananman modal dalam memperoleh kemudahan
pelayanan, fasilitas fiskal, dan informasi mengenai penanaman modal.
Pelayanan tersebut hanya dapat dilakukan oleh lembaga atau instansi yang
memiliki wewenang untuk memberikan perizinan dan nonperizinan di tingkat pusat serta
dapat berwenang untuk mengeluarkan perizinan dan nonperizinan tersebut. Dalam
mengkoordinir dan melaksanakan kebijakan penanaman modal dilakukan oleh Badan
Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) yang dipimpin oleh kepala yang bertanggung
jawab secara langsung kepada Presiden.
Badan Koordinasi Penanaman Modal mempunyai tugas dan fungsi sebagai berikut:
10
Tugas dan Fungsi Badan Koordinasi Penanaman Modal
kewenangan. BKPM dalam menjalankan tugasnya harus melandasi peraturan
perundang-undangan Nomor 25 Tahun 2007 tentang penanaman modal.
2.4 Manfaat Penerapan Prinsip Non Diskriminasi dalam Penanaman Modal di Indonesia
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
Pemerintah memiliki peran yang sangat penting dalam membantu dan mendorong
untuk para investor asing mau untuk menanamkan modalnya di negara Indonesia agar
supaya negara Indonesia lebih maju dan berkembang dengan tetap terus menerapkan
prinsip non diskriminasi. Sehingga melalui penanaman modal asing maupun penanaman
modal dalam negeri agar tetap mau untuk berinvestasi karena merasa tidak dibeda-bedakan
serta tetap menerapkan kepastian hukum.
DAFTAR PUSTAKA
Perundang-undangan:
Undang-undang No. 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal
Buku-Buku:
Ana Rokhmatussa Hukum Investasi dan Pasar Modal, Jakarta, Sinar Grafika, 2009.
Hikmahanto Juwana, Perlindungan Investasi Asing, Jakarta, Raja Grafindo Persada, 2009.
Jurnal:
Cindy, Ginting, Siregar. Analisis Yuridis Prinsip Hukum Perlakukan Sama Kepad Investor
Domestik Dan Investor Asing Yang Melakukan Kegiatan Penanaman Modal Di Indonesia.
Jurnal Hukum Ekonomi: Transparancy, 2013
https://media.neliti.com/media/publications/14656-ID-analisis-yuridis-prinsip-hukum
perlakuan-sama-kepada-investor-domestik-dan-inves.pdf. Diakses pada 22 Mei 2022.
Violla, A. Emmanuel. Penerapan Prinsip Non Diskriminasi Kaitannya Dengan Ketentuan Tingkat
Kandungan Dalam Negeri DiIndonesia. Jurnal Universitas Ekasakti: Unes Law Review,
2021 file:///C:/Users/USER/Downloads/199-Article%20Text-715-1-10-20210823.pdf.
Diakses pada 22 Mei 2022.