Anda di halaman 1dari 15

TUGAS UJIAN AKHIR SEMENSTER GENAP

MATA KULIAH: HUKUM INVESTASI PMA DAN PMDN


Dr. Teddy Reinier Sondakh, S.H., M.Hum

Oleh:

NAMA : LINGKAN ANDELINA ONIBALA

NPM : 021659210006

PROGRAM STUDI MAGISTER HUKUM

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS PELITA HARAPAN

KAMPUS SURABAYA

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena rahmat dan bimbingannya sehingga penulis
dapat menyelesaikan tugas makalah yang membahas tentang “Hukum Investasi” dengan tepat
waktu.

Makalah ini disusun untuk dapat memenuhi tugas Mata kuliah Hukum Investasi PMA dan PMDN.
Selain itu juga makalah ini dibuat bertujuan untuk menambah wawasan tentang dunia investasi
dari sudut pandang hukum bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Teddy Reinier Sondakh, S.H., M.Hum
selaku dosen pengajar mata kuliah Hukum Investasi Penanam Modal Asing dan Penanam Modal
Dalam Negeri untuk program studi magister hukum Universitas Pelita Harapan Kampus Surabaya.
Penulis juga menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, saran dan
kritik yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Surabaya, 21 Mei 2022

Lingkan A. Onibala
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR …................................................................................................i

DAFTAR ISI…...............................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN................................................................................................1

A. Latar Belakang......................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................................3
C. Tujuan Penulisan...................................................................................................3

BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................5

A. Prinsip non diskriminasi menurut GATT..............................................................5


B. Prinsip non diskriminasi dalam penanaman Mmodal berdasarkan peraturan
perundang-undangan di Indonesia.........................................................................5
C. Dampak Penerapan Prinsip Non Diskriminasi terhadap mekanisme perizinan
penanaman modal di Indonesia..............................................................................7
D. Manfaat Penerapan Prinsip Non Diskriminasi di Indonesia..................................10

BAB III PENUTUP..........................................................................................................11

A. Kesimpulan.............................................................................................................11
B. Saran.......................................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................12
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penanaman modal merupakan suatu kegiatan kerjasama yang dilakukan antara dua
pihak baik itu yang berasal dari negara asing maupun dalam negeri atau biasa dikenal
dengan penanaman modal asing dan penanaman modal yang dalam negeri. Penanaman
modal ini berperan sangat penting dalam dunia investasi sebagai penunjang kesuksesan
dan keberlangsungan pembangunnan dalam suatu negara salah satunya untuk negara
Indonesia yakni dengan tujuan untuk mewujudkan kesejahteraan umum dan peningkatan
taraf hidup masyarakatnya. Investasi yang dimaksud yaitu investasi yang bersumber dari
modal asing (PMA) dan investasi yang bersumber dari modal dalam negeri (PMDN).

Semakin tingginya tingkat investasi disuatu negara maka akan berdampak juga
dalam pendapatan nasional dari suatu negara tersebut sehingga dapat terjadi peningkatan
penggunaan barang dan jasa. Indonesia juga merupakan salah satu Negara yang
berkembang dalam pembangunan negara untuk mencapai negara yang maju, oleh sebab itu
dalam rangka membangun negara yang lebih maju pastinya membutuhkan modal yang
tidak sedikit. Sehubungan dengan itu Indonesia sangat membutuhkan banyak investor
asing maupun domestik untuk mau menanamkan modal mereka ke Indonesia. Secara
umum investasi atau penanaman modal dapat diartikan sebagai suatu kegiatan yang
dilakukan antar pribadi bahkan badan hukum sebagai upaya dalam meningkatkan dan
mempertahankan nilai modal yang berbentuk uang tunai, peralatan, aset tidak bergerak,
hak atas kekayaan intelektual, maupun keahlian.1

Negara-negara anggota yang berhimpun dalam WTO yang mana salah satuny
adalah negara Indonesia kemudian membentuk suatu persetujuan dagang dan tarif atau
yang dikenal dengan General Agreement on Tariff and Trade (GATT). Indonesia sendiri
merupakan salah satu negara dari WTO juga telah meratifikasi persetujuan pembentukan
WTO dengan melahirkan peraturan dalam Undang-undang Nomor 7 tahun 1994 tentang

1
Ana Rokhmatussa, Hukum Investasi dan Pasar Modal, (Jakarta; Sinar Grafika, 2009), hlm.1
pengesahan Agreement Establishing the World Trade Organization. Dengan lahirnya
Undang-undang tersebut, Indonesia meratifikasi GATT dan seluruh hal termasuk prinsip-
prinsip yang ada di dalamnya yakni Trade Related Investment Measures (TRIMs) yang
merupakan ketentuan investasi yang berkaitan dengan perdagangan dan merupakan bentuk
upaya pemerintah dengan terus meningkatkan, memperluas, memantapkan dan
mengamankan pasar bagi segala produk baik barang maupun jasa termasuk di dalamnya
aspek investasi di Indonesia agar memiliki kemampuan daya saing terutama dalam
perdagangan internasional.

Berdasarkan Undang-undang yang membahas tentang penanaman modal yag


sedang berlaku sekarang ini yaitu Pasal 1 Nomor 25 Tahun 2007 menyatakan bahwa:

Penanaman modal atau investasi adalah segala bentuk kegiatan penanaman modal, baik oleh
penanaman modal dalam negeri ataupun penanaman modal asing untuk melakukan usaha di wilayah
Negara Republik Indonesia.

Undang-undang No. 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal disahkan pada 26


April 2007 untuk menggantikan Undang-undang No.1 Tahun 1967 tentang penanaman
modal Dalam Negeri dan Undang-undang No.8 tahun 1967 tentang Penanaman Modal
Asing. Peraturan yang terbaru memberikan perubahan yang sangat signifikan dibanding
peraturan dalam undang-undang serupa yang terdahulu.

Dalam pembangunan nasional dana yang diperlukan untuk membiayai kebutuhan


pembangunanan nasional itu sangat besar, oleh sebab itu sumber dana tersebut juga dapat
diperoleh dari berbagai sektor pemerintah maupun dari sektor swasta. Besarnya kebutuhan
akan dana tersebut membuat pemerintah harus membuka kesempatan untuk para investor,
baik investor asing maupun investor domestik untuk mau menanamkan modalnya di
Indonesia. Di samping adanya kebutuhan perekonomian pembangunan, keberadaan
penanaman modal domestik maupun asing ini juga dapat memberikan sejumlah manfaat
bagi pemerintah yakni dapat menyerap tenaga kerja di negara penerima modal, dapat
menciptakan tuntutan bagi produk dalam negeri sebagai bahan baku, menambah devisa
apabila investor asing yang berorientasi ekspor, dapat menambah penghasilan negera dari
sektor pajak, adanya ahli teknologi dan ahli pengetahuan.
Namun berdasarkan iklim investasi di Indonesia masih ada dikeluhkan investor
asing. Indonesia dianggap masih tempat yang kurang kondusif untuk melakukan investasi
dibandingkan dengan Vietnam, Thailand, Malaysia dan Cina.2 Oleh sebab itu karena
adanya iklim investasi tersebut dalam pelaksaannya membuat para pihak investor asing
merasa kurang puas untuk datang dan menanamkan modalnya di Indonesi, karena masih
ditemukan kendala-kendala yang sangat kompleks diantaranya permasalahan buruh,
ketidakpastian hukum, keamanan, dan pelaksanaan otonomi daerah. Selain itu juga
terdapat beberapa faktor yang dihadapi para investor asing berkaitan dengan beberapa
permasalahan prosedural dan birokrasi misalnya dalam mengurus perizinan investasi baru,
banyaknya pungutan liar, dan lain sebagainya.3 Penerapan prinsip non diskriminasi dan
national treatment sendiri dalam suatu negara merupakan cerminan dari pembatasan
kedaulatan dari suatu negara dikarenakan sering kali dilakukan perjajian dalam rangka
mewujudkan suatu kompromi antar kepentingan nasional dan kepentingan internasional
yang sering bertentangan. Sehubungan dengan hal permasalahan tersebut menurut Herman
bahwa prinsip national treatment itu hanya merupakan urusan hukum nasional yang
termasuk yuridiksi domestik dalam suatu negara sehingga sulit untuk dituntut berdasarkan
hukum internasional. Selain itu dengan permasalahan yang ada juga membuat penulis
tertarik untuk mengetahui lebih lagi tentang Penerapan prinsip non diskriminasi dalam
penanaman modal yang diterapkan di Indonesia berdasarkan Undang-Undang No. 25
Tahun 2007.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan fakta yang telah dijelaskan dalam latar belakang di atas maka penulis
membuat rumusan masalah sebagai berikut:

a. Bagaimana Prinsip Non Diskriminasi dalam Penanaman Modal diterapkan dalam


peraturan perundang-undangan di Indonesia?

2
Hikmahanto Juwana, Perlindungan Investasi Asing,(Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2009). Hlm.78.
3
Ibid. Hlm. 79
b. Apakah penerapan prinsip Non Diskriminasi memiliki dampak terhadap mekanisme
perizinan penanaman modal di Indonesia?

c. Apakah Penerapan Prinsip Non Diskriminasi memberikan manfaat apa saja dalam dunia
penanaman modal di Indonesia?

1.3 Tujuan Penulisan Makalah

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dijabarkan maka penelitian ini memiliki tujuan
adalah sebagai berikut:

a. Tujuan Akademik

Untuk memenuhi nilai mata kuliah hukum investasi penanaman modal asing dan
penanaman modal dalam negeri di Fakultas Hukum Program Studi Magister Hukum
Universitas Pelita Harapan Kampus Surabaya.

b. Tujuan Praktis

Untuk menganalisis penerapan prinsip non diskriminasi dalam penanaman modal


berdasarkan peraturan perundang – undangan yang berlaku di Indonesia.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Prinsip Non Diskriminasi Dalam Penanaman Modal

Prinsip non diskriminasi dalam penanaman modal yang berasal dari GATT melalui
perjanjian TRIMs, dibagi menjadi dua yakni sebagai berikut:

a. Most Favoured Nation Principle: yaitu prinsip ini yang menyatakan bahwa negara
penerima modal wajib memberikan perlakuan yang sama kepada setiap penanam
modal asing sama seperti perlakuan yang telah mereka berikan kepada penanam modal
asing dari negara lainnya. 4
b. National Treatment Principle: yaitu prinsip yang mewajibkan host country untuk
memberikan perlakukan yang sama terhadap penanaman modal asing maupun
penanam modal domestik. 5

Prinsip non dikriminasi sendiri dalam peraturan GATT menjadi acuan untuk
mendasari terciptanya perdangan yang adil. Penerapan prinsip non diskriminasi ini
menekankan agar supaya setiap anggota tidak memberikan perlakukan yang khusus
terhadap suatu negara semuanya harus di perlakukan sama. Berdasarkan penerapan prinsip
non dikriminasi ini diharapkan juga dapat membantu negara anggota dalam meningkatkan
perdagangan dalam negeri.

2.2 Prinsip Non Diskriminasi dalam Penanaman Modal berdasarkan Peraturan


Perundang-undangan di Indonesia

Menurut Teddy (2009) bahwa faktor yang didapatkan dalam kegiatan investasi
yaitu dimudakan dalam mendirikan sebuah usaha, tidak ada diskriminasi bagi investor
asing, perlakuan yang sama bagi setiap investor asing maupun domestik, transaparansi
dalam perinzinan, kebijakan imigrasi, mekanisme penyampaian keluhan kepada
penemerintah serta pemerintah yang responsif terhadap keluhan keluhan yang diajukan.

4
K. Dhaniswara, Hukum Penanaman Modal Tinjauan Terhadap Pemberlakuan Undang-Undang No. 25
Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal. Jakarta, 2007. hlm 126
5
Hatta. Perdagangan Internasional dalam Sistem GATT & WTO (Aspek Hukum dan Non Hukum), Refika
Editama, Bandung, hlm. 55.
Penerapan prinsip non dikriminasi ini dalam kegiatan penanaman modal di Indonesia yang
artinya perlakuan yang diberikan harus sama tidak membeda-bedakan satu sama lain yakni
asal negara. Pemerintah Indonesia memberikan perlakuan yang sama bagi penanam modal
dalam negeri juga harus sama dengan penanam modal asing lewat kebijakan dasar
penanaman modal di Indonesia yang memiliki prinsip non dikriminasi sesuai dengan
ketentuan UUPM yang berlaku di Indonesia.

Perlakuan yang berikan berdasarkan prinsip non dikriminasi, pemerintah tidak


boleh melakukan tindakan nasionalisasi atau pengambilalihan hak kepemilikan penanaman
modal kecuali sesuai dengan undang-undang yang berlaku. Indonesia telah mewujudkan
prinsip non diskriminasi ke dalam UUPM dengan memberi banyak fasilitas bagi
keberadaan penanam modal asing. Perlakuan terhadap penanaman modal diatur dalam
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal.

Pasal 6 dalam Undang-Undang Penanaman Modal menyatakan bahwa:

“bahwa Pemerintah memberikan perlakuan yang sama kepada semua Penanam Modal
yang berasal dari negara maupun yang melakukan kegiatan Penanaman Modal di
Indonesia sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.6

Pasal 7 dalam Undang-Undang Penanaman Modal menyatakan bahwa:

Pemerintah tidak akan melakukan tindakan nasionalisasi atau pengambilalihan hak


kepemilikan Penanaman Modal, kecuali dengan Undang-Undang. Dalam hal Pemerintah
melakukan tindakan Nasionalisasi. 7

Pasal 8 ayat 5 dalam Undang-Undang Penanaman Modal menyatakan bahwa:

Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak mengurangi: a) Kewenangan


Pemerintah untuk meberlakukan ketentuan peraturan Perundang-undangan yang
mewajibkan pelaporan pelaksanaan transfer dana. b) Hak Pemerintah untuk mendapatkan
pajak dan/atau royalti dan/atau pendapatan pemerintah lainnya dari Penanaman Modal
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. c) Pelaksanaan hukum yang
melindungi hak kreditor dan pelaksanaan hukum untuk menghindari kerugian Negara. 8

Pasal 9 dalam Undang-Undang Penanaman Modal menyatakan bahwa:

6
K. Dhaniswara, Hukum Penanaman Modal Tinjauan Terhadap Pemberlakuan Undang-Undang No. 25
Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal. Jakarta, 2007. Hlm 126
7
Ibid. Hlm 127
8
Ibid. Hlm 132
1) Dalam hal adanya tanggung jawab hukum yang belum diselesaikan oleh penanam modal
adalah: a) penyidik atau Menteri Keuangan dapat meminta bank atau lembaga lain untuk
menunda hak melakukan transfer dan/atau repatriasi; dan b) pengadilan berwenang
menetapkan penundaan hak untuk melakukan transfer dan atau repatriasi berdasarkan
gugatan. 2) Bank atau lembaga lain melaksanakan penetapan penundaan berdasarkan
penetapan pengadilan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b hingga selesainya
seluruh tanggung jawab penanam modal. 9

Namun, yang diberlakukan untuk penanam modal yang berasal dari negara asing
atau luar negeri yakni wajib dalm bentuk perseroan terbatas berdasarkan hukum Indoneisa
dan berkedudukan di dalam wilayah negara Republik Indonesia, kecuali ditentukan lain
oleh undang-undang.

Penanaman modal dalam negeri dapat diakukan dalam bentuk badan usaha yang
berbentuk badan hukum, tidak berbadan hukum atau usaha perseorangan, tetapi harus
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Indonesia juga telah
menjalanikan prinsip non diskriminasi kedalam undang-undang penanaman modal dengan
memberikan banyak fasilitas untuk para penanam modal asing dan juga domestik dalam
Pasal 18. Namun, meskipun pemerintah memberikan fasilitas dan peluang yang sama
kepada penanaman modal domestik tetapi pemerintah tetap memberikan perlindungan
untuk kepentingan penanaman modal domestik yakni dalam Pasal 13 dengan menerapkan
pola kemitraan antara usaha kecil menegah dan usaha besar.

2.3 Dampak Penerapan Prinsip Non Diskriminasi terhadap mekanisme perizinan


penanaman modal di Indonesia

Negara yang memiliki iklim investasi yang kondusif dalam perekonomian


merupakan harapan bagi masyarakat, investor, pelaku usaha dan pemerintah. Hal yang
sangat penting bagi suatu negara dalam menarik pada investor untuk mau menanamkan
modal mereka. Penciptaan iklim investasi yang konduktif tidak hanya berdasarkan dari
faktor ekonomi ada banyak faktor lain yang mendasarinya. Berdasarkan penelitian yang
dilakukan oleh Elly Erawati pada tahun 2008 bahwa keberhasilan dalam menciptakan iklim
investasi yang konduktif sangat tergantung beberapa faktor yaitu:

9
Ibid. Hlm 31
1. Faktor institusional. Dalam hal ini bahwa para investor harus terlebih dahulu
mempelajari secara rinci tentang negara yang akan diinvestasikan tersebut, seperti
stabilitas politiknya, kebijakan ekonomi terutama untuk investor asing.
2. Faktor infrastruktur. Dalam hal ini artinya bahwa para investor harus mencari tau
atau mencari informasi apakah tempat yang akan diinvestasikan tersebut tersedia
fasilitas fisik yang dapat menunjang contohnya seperti listrik, jaringan komunikasi,
telekomunikasi, air bersih.
3. Faktor hukum dan perundang-undangan. Dalam hal ini dapat dilihat dalam aspek
nasional yang artinya bahwa ketentuan hukum yang subtantif dapat mempengaruhi
minat investor asing dalam menanamkan modalnya.

Dengan kata lain, pemerintah dan pihak-pihak yang terkait dengan pengelolaan
investasi perlu menyamakan persepsi, bahwa kehadiran investor itu sangat penting dalam
menggerakkan pembangunan ekonomi nasional. Dalam hal ini perlu adanya strategi yang
baik untuk dapat mempromosikan Indoneisa sebagai Negara yang menarik para investor
asing untuk berinvestasi. Dengan diberlakukannya UUPM pada tahun 2007 tentu akan
menarik bagi calon investor untuk menanamkan modalnya dikarenakan undang-undang ini
tidak dibedakan lagi perlakukan antara penanaman modal asing maupun penanaman modal
dalam negeri. Hal ini sejalan dengan adanya perjanjian multilateral TRIMs yang melarang
adanya diskriminasi.

UUPM Nomor 25 Tahun 2007 ini dibentuk dengan dilandasi harapan dan
keinginan dari pemerintah untuk melakukan percepatan dibidang ekonomi serta membahas
tentang aturan yang mengatur tentang bentuk perusahaan /badan hukum yang dapat
melakukan investasi di Indonesia. Perusahaan penanaman modal akan melakukan kegiatan
usaha sebelum menanamkan modal, namun untuk dapat melakukan penanaman modal baik
itu perusahaan berbentuk badan hukum atau tidak berbedan hukum wajib untuk
memperoleh izin sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dari instansi
yang memiliki kewenangan. Perizinan tersebut diperoleh melalui pelayanan terpatu satu
pintu itu bertujuan untuk membantu penananman modal dalam memperoleh kemudahan
pelayanan, fasilitas fiskal, dan informasi mengenai penanaman modal.
Pelayanan tersebut hanya dapat dilakukan oleh lembaga atau instansi yang
memiliki wewenang untuk memberikan perizinan dan nonperizinan di tingkat pusat serta
dapat berwenang untuk mengeluarkan perizinan dan nonperizinan tersebut. Dalam
mengkoordinir dan melaksanakan kebijakan penanaman modal dilakukan oleh Badan
Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) yang dipimpin oleh kepala yang bertanggung
jawab secara langsung kepada Presiden.

Badan Koordinasi Penanaman Modal mempunyai tugas dan fungsi sebagai berikut:

a. Bertugas untuk mengkoordiner pelaksaan kebijakan di bidang penanaman


modal.
b. Mengkaji dan mengususlkan kebijakan pelayanan penanaman modal.
c. Menetapkan norma, standar, dan prosedur pelaksanaan kegiatan dan pelayanan
penanaman modal.
d. Mengembangkan peluang dan potensi penanaman modal
e. Membuat peta penanaman modal
f. Mempromosikan penanaman modal
g. Mengembangkan sektor usaha penanaman modal melalui pembinaan
penanaman modal dengan meningkatkan kemitraan, daya saing, menciptakan
persaingan usaha yang sehat.
h. Membantu dalam menyelesaikan berbagai hambatan dan konsultasi
permasalahan yang dihadapi penanam modal dalam menjalankan kegiatan
penanaman modal
i. Mengoordinasi penanaman modal dalam negeri yang menjalankan kegiatan
penanaman modalnya di luar wilayah Indonesia
j. Mengoordinasi dan melaksanakan pelayanan terpadu satu pintu. 10

Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) menjalankan tugas serta


pelayanan terpadu satu pintu mereka juga harus melibatkan perwakilan secara langsung
dari setiap sektor dan daerah terkait dengan pejabat yang mempunyai kompetensi dan

10
Tugas dan Fungsi Badan Koordinasi Penanaman Modal
kewenangan. BKPM dalam menjalankan tugasnya harus melandasi peraturan
perundang-undangan Nomor 25 Tahun 2007 tentang penanaman modal.

Penerapan Non Diskrimination dalam hal penanaman modal ini terlihat


berdampak karena tidak adanya lagi perbedaan dalam hal perizinan antara penanam
modal asing maupun penanam modal domestik atau dalam negeri. Dalam penerapan
tersebut pemerintah menjamin kepastian dan keamanan berusaha bagi pelaksanaan
penanaman modal tanpa adanya perbedaan pelayanan perizinan.

2.4 Manfaat Penerapan Prinsip Non Diskriminasi dalam Penanaman Modal di Indonesia

Berdasarkan penerapan kewajiban perinsip non diskriminasi dalam penanaman


modal di Indonesia dapat memberikan berbagai manfaat, yakni sebagai berikut:

a. Dapat menarik minat calon penanam modal untuk menginvestasikan modalnya di


Indonesia, khususnya penanam modal asing karena diberlakukannya UUPM dengan
prinsip non dikriminasi. Pastinya dengan demikian, membuat penanam modal
khususnya penanam modal asing akan semakin untuk menanamkan modalnya di
Indonesia.
b. Dapat meningkatan pertumbuhan ekonomi nasional negara. Artinya yaitu bahwa akan
membuat semakin tinggi minat para penanam modal untuk menanamkan modalnya di
Indonesia dimana salah satu faktor penyebabnya adalah perlakuan yang adil dan tidak
diskriminatif dari Pemerintah Indonesia sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan
masyarakat secara menyeluruh.
c. Kesempatan mendapatkan pekerjaan bagi Tenaga Kerja Indonesia (TKI) menjadi
berkurang karena begitu besarnya peluang penanam modal untuk menanamkan
modalnya di Indonesia memiliki dampak ikutan berupa penyerapan tenaga kerja yang
tinggi pula.
BAB III

KESIMPULAN & SARAN

3.1 Kesimpulan

Pemerintah Indonesia sudah menerapkan prinsip Non diskriminasi dan national


treatment tentang perlakuan yang sama bagi penanaman modal asing dengan menerapkn
prinsip tersebut di dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman
Modal. Dampak dalam penerapan kewajiban tentang prinsip non dikriminasi dalam
penanaman modal di Indonesia yaitu berdasarkan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007
terhadap mekanisme perizinan adalah bahwa investor sebelum melakukan kegiatan usaha
wajib memperoleh izin terlebih dahulu. Perizinan tersebut diperoleh melalui pelayanan
terpadu satu pintu yang dilakukan oleh lembaga dan intansi yang berwenang. Penerapan
prinsip non diskriminasi dalam penanaman modal ini juga memberikan manfaat yakni
dapat menarik minat para investor karena tidak ada perlakukan khusus bagi setiap investor
karena diberlakukan sama setiap investor, meningkatan pertumbuhan ekonomi nasional
negara, serta dapat membuka lapangan pekerjaan untuk masyarakat setempat.

3.2 Saran

Pemerintah memiliki peran yang sangat penting dalam membantu dan mendorong
untuk para investor asing mau untuk menanamkan modalnya di negara Indonesia agar
supaya negara Indonesia lebih maju dan berkembang dengan tetap terus menerapkan
prinsip non diskriminasi. Sehingga melalui penanaman modal asing maupun penanaman
modal dalam negeri agar tetap mau untuk berinvestasi karena merasa tidak dibeda-bedakan
serta tetap menerapkan kepastian hukum.
DAFTAR PUSTAKA
Perundang-undangan:
Undang-undang No. 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal

Buku-Buku:
Ana Rokhmatussa Hukum Investasi dan Pasar Modal, Jakarta, Sinar Grafika, 2009.

K. Dhaniswara, Hukum Penanaman Modal Tinjauan Terhadap Pemberlakuan Undang-Undang


No. 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal. Jakarta, 2007.

Hikmahanto Juwana, Perlindungan Investasi Asing, Jakarta, Raja Grafindo Persada, 2009.
Jurnal:

Cindy, Ginting, Siregar. Analisis Yuridis Prinsip Hukum Perlakukan Sama Kepad Investor
Domestik Dan Investor Asing Yang Melakukan Kegiatan Penanaman Modal Di Indonesia.
Jurnal Hukum Ekonomi: Transparancy, 2013
https://media.neliti.com/media/publications/14656-ID-analisis-yuridis-prinsip-hukum
perlakuan-sama-kepada-investor-domestik-dan-inves.pdf. Diakses pada 22 Mei 2022.
Violla, A. Emmanuel. Penerapan Prinsip Non Diskriminasi Kaitannya Dengan Ketentuan Tingkat
Kandungan Dalam Negeri DiIndonesia. Jurnal Universitas Ekasakti: Unes Law Review,
2021 file:///C:/Users/USER/Downloads/199-Article%20Text-715-1-10-20210823.pdf.
Diakses pada 22 Mei 2022.

Anda mungkin juga menyukai