Anda di halaman 1dari 15

JAWABAN UTS

MATA KULIAH:
HUKUM INVESTASI DAN HAKI

Disusun oleh:
Soetardi Tri Cahyono
NIM : 0702620039

Program Studi Magister Hukum


Universitas Al Azhar Indonesia
Jakarta
2021
JAWABAN SOAL NO.1

HUBUNGAN HUKUM INVESTASI DAN PARADIGMA EKONOMI

I. Pengertian Penanaman Modal

Penanaman modal merupakan terjemahan kata “investment” berasal


dari bahasa inggris yang diterjemahkan dalam bahasa Indonesia sebagai
penanaman modal atau investasi. Dalam literatur hukum investasi, ada beberapa
pendapat tentang pengertian investasi antara lain :
a. H. Salim HS dan Budi Sutrisno, mengemukanakan investasi adalah
penanaman modal yang dilakukan oleh investor, baik investor asing
maupun domestic dalam berbagai bidang usaha yang terbuka untuk
investasi, dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan.1
b. Ana Rokhmatussa’dyah dan Suratman menyatakan investasi adalah
suatu kegiatan yang dilakukan baik oleh orang pribadi (natural person)
maupun badan hukum (juridical person) dalam upaya untuk
meningkatkan dan/atau mempertahankan nilai modalnya, baik yang
berbentuk uang tunai (cash money), peralatan (equipment), asset tidak
bergerak, hak atas kekayaan intelektual maupun keahlian.2
c. Hendrik Budi Untung mrnyatakan makna dari investasi atau penanaman
modal adalah kegiatan yang dilakukan oleh seseorang atau badan
hukum, menyisihkan sebagian pendapatannya agar dapat digunakan
untuk melakukan sesuatu usaha dengan harapan pada suatu waktu
tertentu akan mendapatkan hasil (keuntungan).3

d. Pasal 1 angka 1 UU No. 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal


menyebutkan penanaman modal adalah segala bentuk kegiatan
menanam modal baik oleh penanam modal dalam negeri maupun
penanam modal asing untuk melakukan usaha di wilayah negara
Republik Indonesia.
Berdasarkan berbagai pengertian tentang investasi sebagaimana di atas,
1
Aminuddin Ilmar, Hukum Penanaman Modal di Indonesia, Prenada Kencana Group, Jakarta, 2010,
hlm.260.
2
Ana Rokhmatussa’dya dan Suratman, Hukum Investasi dan Pasar Modal, Sinar Grafika, Jakarta 2010,
hlm.3.
3
Hendri Budi Untung, Hukum Investasi, SInar Grafika, Jakarta, 2013, hlm.3.
maka dapat dikemukanakan pengertian investasi adalah suatu kegiatan penanaman
modal yang dilakukan oleh penanam modal di wilayah Republik Indonesia guna
memperoleh keuntungan.
Investasi merupakan kegiatan yang melibatkan banyak pihak didalamnya,
yang memiliki fungsi dan peran masing-masing guna mempermudah proses dan
tata cara investasi di suatu negara. Para pihak yang terlibat dalam proses
penanaman investasi diantaranya adalah pemerintah pusat, pemerintah daerah,
Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) dll. Kegiatan penanaman modal
dapat dilakukan investor dengan beberapa macam diantaranya dengan mengambil
bagian saham pada saat pendirian perseroan terbatas, membeli saham, serta
melakukan cara lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Secara umum Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang penanaman Modal
mengklasifikasikan investasi menjadi beberapa bentuk yaitu :
a. Penanaman modal langsung (direct investment) yaitu suatu kegiatan
penanaman modal yang dilakukan secara langsung di suatu negara.
Eksistensi penanaman modal secara langsung dengan melakukan
kegiatannya dengan mendirikan perusahaan sendiri, maupun patungan
(joint venture company) dengan perusaahaan dalam negeri, kerja sama
operasi (joint operation scheme), konversi penyertaan utang menjadi
saham pada perusahaan, serta memberikan bantuan teknis dan manajerial
(technical and management assistance).
b. Penanaman modal tidak langsung (indirect investment) yaitu suatu
kegiatan penanaman modal yang dilakukan secara tidak langsung di
suatu negara. Penanaman modal tidak langsung ini dilakukan dengan
pembelian surat berharga di pasar modal maupun pasar uang dengan
membeli saham maupun obligasi serta valuta asing dengan prinsip
mencari keuntungan dan penanam modal tidak ikut terlibat secara
langsung dalam kegiatan pengelolaan usahanya.
Investasi berdasarkan sumber pembiayaannya sebagaimana ketentuan
Undang-Undang No. 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal, dapat
dikatagorikan menjadi 2 yaitu penanaman modal dalam negeri dan penanam
modal asing. Investasi ini didasarkan atas asal usul kewarganegaraan penanam
modal.
a. Penanam modal dalam negeri yaitu perseorangan warga negara Indonesia,
badan usaha Indonesia, negara Republik Indonesia, atau daerah yang
melakukan penanaman modal di wilayah negara Republik Indonesia. Ada
beberapa contoh penanam modal dalam negeri yang melakukan
kegiatannya yakni UMKM, PT. Djarum, PT. Kereta Api Indonesia, PT.
Bank Pembangunan Daerah Jawa Tengah.
b. Penanam modal asing yaitu perseorangan warga negara asing, badan usaha
asing, dan/atau pemerintah asing yang melakukan penanaman modal di
wilayah negara Republik Indonesia. Begitu pula ada beberapa contoh
penanam modal asing yang melakukan kegiatannya yakni PT. Unilever
Tbk, PT. Petronas Niaga Indonesia.

Hukum investasi adalah norma-norma hukum mengenai kemungkinan-


kemungkinan dapat dilakukan syarat-syarat investasi, perlindungan dan yang
terpenting mengarahkan agar investasi dapat mewujudkan kesejahteraan rakyat.
Kata investasi atau penanaman modal merupakan istilah yang dikenal dalam
kegiatan bisnis sehari-hari maupun dalam bahasa perundang-undangan. Istilah
investasi merupakan istilah yang popular dalam dunia usaha, sedangkan istilah
penanaman modal lazim digunakan dalam perundang-undangan. Banyak kalangan
masyarakat yang mungkin menganggap apabila istilah investasi dengan penanaman
modal merupakan kegiatan atau bidang yang berbeda. Namun pada dasarnya kedua
istilah tersebut mempunyai pengertian yang sama. Undang-undang No.25 tahun
2007 tentang Penanaman Modal sebenarnya sudah membedakan secara tegas antara
investasi langsung dan investasi tidak langsung. Hal ini dapat dilihat dalam
penjelasan pasal 2 Undang-undang tersebut, dimana dikatakan bahwa “yang
dimaksud dengan penanaman modal di semua sektor di wilayah Negara republik
Indonesia adalah penanaman modal langsung dan tidak termasuk penanaman modal
tidak langsung. Sedangkan pengertian penanaman modal berdasarkan pasal 1 angka
1 Undang-undang No.25 tahun 2007 disebutkan bahwa “penanaman modal adalah
segala bentuk kegiatan menanam modal, baik oleh penanam modal dalam negeri
maupun penanam modal asing untuk melakukan usaha di wilayah Negara Republik
Indonesia.
Kegiatan penanaman modal sudah menjadi kebutuhan perekonomian di
Indonesia dalam menunjang pelaksanaan pembangunan nasional. Sebab
pembangunan Negara Indonesia memerlukan pendanaan yang sangat besar untuk
dapat menunjang tingkat pertumbuhan ekonomi yang diharapkan. 4 Penanaman
modal merupakan roda penggerak ekonomi suatu Negara yang membutuhkan
modal besar dan cepat guna meningkatkan pertumbuhan ekonomi secara nasional
dan berkelanjutan. Besarnya modal yang dibutuhkan serta keterbatasan modal yang
dimiliki Negara membuat Indonesia sulit melaksanakan pembangunan nasional.
Oleh karena itu pemerintah mengambil kebijakan berupa penambahan utang luar
negeri dan membuka kran investasi dengan mengundang penanam modal dalam
negeri maupun penanam modal asing untuk menanamkan modalnya di Indonesia.
Hukum penanaman modal memiliki peran yang sangat signifikan dalam
menciptakan iklim investasi yang kondusif guna meningkatkan penanaman modal
bagi Negara penerima investasi. Peranan hukum dalam menciptakan iklim investasi
yang kondusif merupakan persyaratan mutlak, mengingat investor asing tidak akan
melakukan investasii di tempat yang tidak memiliki kepastian huku (legal
certainly) yang dapat menimbulkan risiko hukum (regulatory risk atau legal risk)
yang sangat tingga. Oleh karena itu, Undnag-undang Nomor 1 tahun 1967 tentang
Penanaman Modal Asing dan Undang-undang Nomor 6 tahun 1968 tentang
Penananman Modal Dalam Negeri Dicabut dan dinyatakan tidak berlaku serta
diganti dengan Undang-undang Nomor 5 tahun 2007 tentang Penanaman Modal.

Undang-undang Nomor 25 tahun 2007 tentang Penanaman Modal


mengkatagorikan penananman Modal menjadi 2 (dua) yaitu penanaman Modal
Dalam negeri dan Penanaman Modal Asing. Keberadaan penanam modal dalam
negeri maupun asing pada dasarnya sama – sama memberikan dampak positif
bagi perekonomian negara penerima investasi, tetapi ada pula yang tidak setuju
akan keberadaan penanam modal asing yang dirasa keberadaannya dianggap
sebagai ancaman. Terlepas dari pro maupun kontra penanaman modal asing,
ternyata keberadaannya membawa dampak positif, hal ini disebabkan para
penanam modal asing membawa modal besar, ilmu pengetahuan dan teknologi
modern memberikan banyak manfaat bagi negara berkembang maupun
tertinggal sebagai negara penerima investasi (house country), oleh karenanya
negara penerima investasi (house country) berlomba-lomba menarik penanam
modal dari penjuru dunia. Sebagaimana dikemukan Hendrik Budi Untung.5

4
David Kairupan, Aspek Penanaman Modal Asing di Indonesia, Kencana Prenada Media Group, Jakarta,
hlm.2.
5
Hendrik Budi Untung, Hukum Investasi, Sinar Grafika, Jakarta, 2013, hlm.41-42.
Manfaat yang dimaksud yakni kehadiran investor asing dapat menyerap tenaga
kerja di negara penerima modal, dapat menciptakan demand bagi produk dalam
negeri sebagai bahan baku, menambah devisa apalagi investor asing yang
berorientasi ekspor, dapat menambah penghasilan negara dari sektor pajak,
adanya alih teknologi (transfer of technologi) maupun alih pengetahuan
(transfer of know how).
Indonesia memiliki potensi sumber daya alam yang besar dan perlu
dikembangkan akan tetapi belum dikelola secara maksimal. Hal ini merupakan
tantangan sekaligus kesempatan bagi pemerintah untuk mengolah potensi yang
tersedia menjadi ekonomi riil serta meningkatkan penanaman modal yang
bermanfaat untuk kesejahteraan masyarakat. Oleh karena itu dalam rangka
meningkatkan kegiatan penanaman modal di Indonesia dan dalam rangka
pelaksanaan komitmen Indonesia, pemerintah memberikan gambaran secara
komprehensif tentang bidang usaha yang terbuka dengan syarat dan bidang
usaha tertutup guna memberikan kemudahan pemahaman bagi calon penanam
modal untuk melakukan kegiatan penanaman modal di Indonesia.
Pernanaman modal adalah segala bentuk kegiatan menanam modal, baik
oleh penanam modal dalam negeri maupun penanam modal asing untuk melakukan
usaha di wilayah negara Republik Indonesia. Oleh karena itu pelaksanaan
penanaman modal dapat dilaksanakan oleh penanam modal dalam negeri maupun
penanam modal asing yang memiliki syarat tertentu sebagaimana ketentuan UUPM.
Perkembangan penanaman modal dalam negeri di Indonesia dimulai sejak tahun
1968 dengan adanya Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1968 tentang Penanaman
Modal Dalam Negeri, sedangkan penanaman modal asing dimulai sejak Undang-
Undang Nomor 1 Tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing. Perkembangan
penanaman modal di Indonesia pada dasarnya mengalami peningkatan. Kendati
demikian aplikasi penanaman modal khususnya penanaman modal asing di
Indonesia belum memberikan hasil yang maksimal dan masih perlu diperbesar dan
ditingkatkan.

II. Manfaat Penanaman Modal

Upaya pemerintah dalam mengejar ketertinggalan pembangunan


dengan negara-negara maju dalam bidang pembangunan diantaranya dengan
menambah pinjaman luar negeri. Hal tersebut dirasa kurang maksimal sehingga
pembangunan yang diharapkan berjalan lamban, oleh karena itu sebagai
alternatif guna mendorong lajunya kemajuan pembangunan yang diharapkan,
maka Indonesia masih mengandalkan penanam modal asing sebagai alternatif
penyedia dana guna melaksanakan pembangunan multi bidang selain utang luar
negeri. Harapan besar digantungkan pemerintah bagi penanam modal asing
maupun untuk mempercayakan modalnya di Indonesia. Keberadaan penanam
modal asing selain membawa modal yang besar juga dapat memberikan
manfaat berupa transfer ilmu pengetahuan (transfer of know how) dan transfer
teknologi (transfer of technology), keahlian dan keterampilan diberbagai
bidang, menajemen perusahaan serta manajemen pemasaran. Selain itu
penanam modal dalam negeri dan penanam modal asing akan meningkankan
penyerapan jumlah tenaga kerja, penambahan devisa negara, menambah
pendapatan asli daerah, meningkatkan daya saing perekonomian nasioan, serta
memajukan dan memodernisasi dunia industri dalam negeri guna mewujudkan
kesejahteraan masyarakat dan turut serta dalam pembangunan ekonomi nasional
yang berkelanjutan dengan berlandaskan demokrasi ekonomi untuk mencapai
tujuan bernegara.

Willian A. Fennel sebagaimana dikutip Huala Adolf menyatakan


bahwa modal asing dapat memberikan modal kerja dan mendatangkan keahlian
manajerial, ilmu pengetahuan, modal dan koneksi pasar.6 Hal ini tentunya
sangat bermanfaaf bagi negara penerima penanaman modal guna meningkatkan
eksport barang serta devisa negara. Selain itu negara penerima tidak perlu
merisaukan atau menghadapi risiko manakala suat PMA yang masuk ke
negerinya ternyata tidak mendapatkan untung dari modal yang ditanamkannya.

Ada beberapa yang menganalisis fakktor-faktor yang mempengaruhi


penanaman modal asing yaitu teori Alan M Rugman, teori John Dunning dan
teori David K. Eiteman teori Alan M. Rugman menyatakan bahwa penaanaman
modal asing dipengaruhi oleh variabel lingkungan dan variabel internalisasi.
Ada tiga jenis variabel lingkungan yang menjadi perhatian yaitu ekonomi, non

6
Huala Adolf, Perjanjian Penanaman Modal Dalam Hukum Perdagangan Internasional (WTO), Keni Media,
Bandung, 2011, hlm.5
ekonomi dan pemerintah.7 Bahwa faktor yang mempengaruhi terhadap
penanaman modal asing yang mempercayakan modalnya di negara penerima
modal (house country) berasal dari beberapa faktor yaitu ekonomi suatu negara,
sosial budaya, serta kebijakan pemerintah.
Teori John During menyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi
penanaman modal asing melalui teori ancangan eklektis. Teori eklektis
menetapkan suatu set yang terdiri dari tiga persyaratan yang diperlukan bila
sebuah perusahaan akan berkecimpung dalam penanaman modal asing. Ketiga
persyaratan itu meliputi keunggulan spesifik perusahaan, keunggulan
internalisasi dan keunggulan spesifik negara.8
Teori David K. Eiteman menyatakan bahwa ada tiga motif yang
mendasari penanaman modal asing yaitu strategi, motif perilaku, motif
ekonomi.9 Apabila kita perhatikan saaat ini pemerintah Indonesia sangat
membutuhkan penanam modal asing guna mengejar ketertinggalan kemajuan
dalam segala bidang. Oleh karena itu dalam rangkameningkatkanpenanaman
odal pemerintah emberikan berbagai kemudahan dan kelonggaran kepada
penanam modal asing dengan memberikan kemudahan dalam memperoleh ijin,
tersedianya tenaga kerja yang mumpuni, peta peluang investasi yang dapat
dimaksimalkan oleh calon investor, peraturan perundang-undangan yang jelas.

III. Pertimbangan Dalam Rangka Penanaman Modal

Dalam pelaksanaan penanaman modal perlu kiranya bagi penanam modal


memilirkan risiko yang akan dipikul oleh penanam modal, hal ini dapat mengakibatkan
berkurang bahkan hilangnya asset yang dimilikinya. Oleh karena itu para penanam
modal wajar apabila memikirkan terlebih dahulu faktor-faktor penghambat serta
potensi yang dimiliki suatu daerah sebelum melakukan penaanamann modal guna
meminimalisir dampak kerugian akibat kesalahan dalam melakukan penanaman modal.
Biasanya ada beberapa faktor yang dipertimbangkan sebelum
melakukan kegiatan penaanaman modal, antara lain seperti berikut ini:
a) Risiko menanam modal (Countri Risk)
b) Rentang Birokrasi

7
Salim HS dan Budi Sutrisno, Hukum Investasi di Indonesia, Rajawali Pers, Jakarta, 2014, hlm.161.
8
Op.Cit.Hlm 161-162
9
Op.Cit.hlm.163
c) Transparansi dan kepastian hukum;
d) Alih teknologi;
e) Jaminan dan perlindungan investasi
f) Ketenagakerjaan;
g) Ketersediaan infrastruktur;
h) Keberadaan sumber daya alam;
i) Akses pasar;

j) Insentif perpajakan;;
k) Mekanisme penyelesaian sengketa yang efektif.10

Faktor-faktor kebijaksanaan juga memainkan peranan penting dalam usaha


mempengaruhi arus investasi luar negeri langsung dalam membangun sumber-
sumber.11 Hal ini tentunya terkait erat engan arah kebijakan investasi yang
diambil oleh pemerintahpusat dalam mendorong arus penanaman modal di
negaranya. Seluruh faktor – faktor diatas merupakan hal yang sering
dipertimbangkan oleh penanam modal, oleh karena itu apabila pemerintah dapat
menghilangkan atau setidak tidaknya meminimalisir faktor penghambat
tersebut, maka dimungkinkan pada saatnya nanti pertumbuhan penanaman
modal Indonesia akan menjadi raksasa dikawasan regional nahkan tidak
menutup kemungkinan pula penanaman modal Indonesia akan menjadi pusat
perekonomian dunia selayaknya China dan Amerika Serikat yang saat ini
menguasai perekonomian dunia.

IV. KORELASI HUKUM INVESTASI DAN EKONOMI

Salah satu peranan hukum dalam perekonomian dapat dilihat dalam


penerapan salah satu fungsi hukum yaitu, untuk menyediakan jalur-jalur bagi
pembangunan (politik, ekonomi, hukum maupun sosial budaya). Di Indonesia
hukum ekonomi juga memiliki peranan dalam pembangunan atau peningkatan
perekonomian. Untuk dapat memaksimalkan peranan hukum ekonomi terhadap

10
Ida Bagus Rahmadi Supanca, Kerangka Hukum Kebijakan Investasi Langsung di Indonesia, Ghalian
Indonesia, Bogor, 2004, hlm.4-8.
11
J. Panglaykim, Investasi Langsung di Jepang Di Kawasan Asean, Andi Offset, Yogyakarta, 1984, hlm.31.
pembangunan maka perlu pula ditunjang dari sistem hukum ekonomi yang baik.
Ada 5 hal yang diharapkan dapat menunjang pembangunan ekonomi Indonesia
yaitu :
1. Menetapkan sistem ekonomi yang ideal dan yang sesuai dengan karakteristik
bangsa Indonesia.
2. Mempelajari ciri-ciri dan kekurangan-kekurangan sistem ekonomi Indonesia
serta merencanakan perbaikan atau perubahan agar lebih mendekati sitem
ekonomi yang dicita-citakan.
3. Menganalisa hal-hal yang menjadi penghambat atau penghalang kemajuan
ekonomi Indonesia.
4. Memperbaiki unsur-unsur dalam sistem hukum agar lebih menunjang kegiatan
ekonomi.
5. Memperbaiki paradigma dan peraturan sebagai akibat globalisasi ekonomi
agar dapat bersaing dengan pelaku ekonomi asing (Hartono, 2003).

Pemanfaatan sumber daya yang terbatas menyebabkan perlunya suatu


perangkat hukum yang dapat mengatur agar semua pihak yang berkepentingan
mendapat perlakuan yang adil dan agar tidak terjadi perselisihan diantara pelaku
ekonomi. Fungsi hukum salah satunya adalah mengatur kehidupan manusia
bermasyarakat di dalam berbagai aspek. Manusia melakukan kegiatan ekonomi
untuk memenuhi kebutuhannya. Manusia tidak bisa memenuhi kebutuhannya
sendiri. Oleh karena itu manusia melakukan interaksi dengan manusia lainnya.
Interaksi ini sering kali tidak berjalan dengan baik karena adanya benturan
kepentingan diantara manusia yang berinteraksi. Agar tidak terjadi perselisihan
maka harus ada kesepakatan bersama diantara mereka. Maka semua itu diatur
dalam hukum atau peraturan perekonomian.
Kegiatan ekonomi sebagai salah satu kegiatan sosial manusia juga perlu
diatur dengan hukum agar sumber daya ekonomi, pemanfaatan dan kegiatannya
dapat berjalan dengan baik dengan mempertimbangkan sisi keadilan bagi para
pelaku ekonomi. Hukum atau peraturan perekonomian yang berlaku disetiap
kelompok sosial atau suatu bangsa berbeda-beda tergantung kesepakatan yang
berlaku pada kelompok sosial atau bangsa tersebut.
Kaitan hukum dan ekonomi ialah hukum yang mengatur segala tindak
perekonomian untuk tetap bisa memenuhi kebutuan manusia yang bersangkutan
secara sistematis. Semua sistem tersebut akan berjalan dengan baik dan benar jika
aspek hukum di tegakan dan para pelaku ekonomi tunduk dalam hukum tersebut.
Pola pembangunan ekonomi yang serba cepat sekarang ini, menyebabkan
terbentuknya pencapaian pemerataan kesejahteraan masyarakat menjadi tujuan
yang utama (Kartadjoemena, 2000). Untuk mencapai tujuan tersebut, dibutuhkan
adanya peranan hukum yang membawa pengaruh untuk menyusun tata kehidupan
baru tersebut. Dalam perkembangan selanjutnya, perhatian tidak lagi diarahkan
pada seputar penggarapan hukum, melainkan lebih dikaitkan dengan perubahan-
perubahan sosial. Hukum lebih tampak bukan lagi sebagai perekam kebiasaan-
kebiasaan yang telah membentuk di dalam bidang-bidang kehidupan masyarakat,
melainkan diharapkan pula hukum dapat menjadi pengungkap yang tepat dari
kekuatan baru yang menghendaki terbentuknya kesejahteraan masyarakat.
Akibatnya hampir semua aspek kehidupan kita temui adanya peraturan hukum.
Disatu pihak, Hukum berkepentingan dengan hasil yang akan diperolehnya
melalui pengaturannya, dan oleh karena itu harus paham tentang seluk-beluk
masalah yang akan diaturnya. Sedangkan dipihak lain, hukum juga harus
menyadari bahwa factor-faktor dan kekuatan diluar hukum juga akan memberikan
pengaruhnya pula terhadap hukum serta proses bekerjanya. Sehingga dalam
menyusun kebijakan hukum diperlukan adanya pertimbangan, antara lain
mengenai faktor-faktor psikologis, faktor sosiologis dan letak geografis. Investasi
adalah merupakan salah satu penggerak proses penguatan perekonomian negara,
karena itu dalam rangka kebijakan ekonominya beberapa negara berusaha keras
untuk meningkatkan investasinya. Salah satu cara peningkatan investasi yang
diharapkan adalah melalui investasi asing. Para investor diundang masuk ke suatu
negara diharapkan dapat membawa langsung dana segar/fresh money dengan
harapan agar modal yang masuk tersebut dapat menggerakkan roda perusahaan/
industri yang pada gilirannya dapat menggerakkan perekonomian suatu negara.
Dalam era globalisasi, masuknya investasi dalam suatu negara
berkembang khususnya Indonesia merupakan salah satu peranan yang sangat
siqnifikan dalam memacu pembangunan ekonomi. Karena di negara-negara
berkembang kebutuhan akan modal pembangunan yang besar selalu menjadi
masalah utama dalam pembangunan ekonomi (Rajagukguk, 1997). Sehingga
diantara negara-negara berkembang yang menjadi perhatian bagi investor adalah
tidak hanya sumber daya alam yang kaya, namun yang paling penting adalah
bagaimana hukum investasi di negara tersebut dapat memberikan kepastian hukum
dan kepastian berusaha.
Dengan menguatnya arus globalisasi ekonomi yang menimbulkan
hubungan interdependensi dan integrasi dalam bidang finansial, produksi dan
perdagangan telah membawa dampak pengelolaan ekonomi Indonesia. Dampak
ini lebih terasa lagi setelah arus globalisasi ekonomi semakin dikembangkannya
prinsip liberalisasi perdagangan (trade liberalization) yang telah diupayakan secara
bersama-sama oleh negara-negara di dunia dalam bentuk kerjasama ekonomi
regional, seperti North American Free Trade (NAFTA), Single European Market
(SEM), European Free Trade Agreement (EFTA), Australian-New Zealand Closer
Economic Relation and Trade Agreement (ANCERTA), ASEAN Free Trade Area
(AFTA), Asia Pacific Econimic Cooperation (APEC) dan World Trade
Organization (WTO).
Disinilah hukum merupakan faktor yang sangat penting dalam kaitannya
dengan perlindungan hukum yang diberikan suatu negara bagi kegiatan
penanaman modal. Sebagaimana diungkapkan oleh Erman Rajagukguk, bahwa
faktor yang utama bagi hukum untuk dapat berperanan dalam pembangunan
ekonomi adalah apakah hukum mampu menciptakan “stability”, “predictability”
dan “fairness”. Dua hal yang pertama adalah prasyarat bagi sistem ekonomi apa
saja untuk berfungsi. Termasuk dalam fungsi stabilitas (stability) adalah potensi
hukum menyeimbangkan dan mengakomodasi kepentingan-kepentingan yang
saling bersaing. Kebutuhan fungsi hukum untuk dapat meramalkan (predictability)
akibat dari suatu langkah-langkah yang diambil khususnya penting bagi negeri
yang sebagian besar rakyatnya untuk pertama kali memasuki hubungan-
hubungan ekonomi melampaui lingkungan sosial yang tradisional. Aspek keadilan
(fairness), seperti, perlakuan yang sama dan standar pola tingkah laku Pemerintah
adalah perlu untuk menjaga mekanisme pasar dan mencegah birokrasi yang
berlebihan (Rajagukguk 2003). Sehingga melalui sistem hukum dan peraturan
hukum yang dapat memberikan perlindungan, akan tercipta kepastian
(predictability), keadilan (fairness) dan efisiensi (efficiency) bagi para investor untuk
menanamkan modalnya.
Iklim investasi di Indonesia relatif berkembang pesat sejak Undang- Undang PMA Tahun
1967 dan Undang-Undang PMD Tahun 1968 diberlakukan. Hal ini karena adanya
pengaturan beberapa insentif, yang meliputi perlindungan dan jaminan investasi,
terbukanya lapangan kerja bagi tenaga kerja asing, dan adanya insentif dibidang
perpajakan. Dan situasi politik dan keamanan pada saat itu relatif lebih stabil yang
mendorong investasi sehingga mengalami peningkatan yang cukup siqnifikan. Bahkan
pada awal tahun 70-an sampai akhir 80-an, Jepang melakukan investasi besar-besaran di
Indonesia.
Berdasarkan uraian diatas maka jelaslah bagi bangsa Indonesia, bahwa
salah satu upaya untuk menggerakkan perekonomian Nasional adalah bagaimana
menciptakan iklim dunia usaha yang kondusif dengan penataan hukum investasi.
Menurut Dhaniswara K. Harjono (2007), dalam kaitannya dengan hal tersebut dan
dalam rangka memperbaiki serta menciptakan iklim investasi yang favorable dan
sejalan dengan arah dan kebijakan pembangunan nasional, langkah-langkah yang
telah dilakukan adalah :
1. menyederhanakan proses dan tata cara perizinan dan persetujuan dalam rangka
penanaman modal;
2. membuka secara luas bidang-bidang yang semula tertutup atau dibatasi
terhadap penanaman modal asing;
3. memberikan berbagai insentif, baik pajak maupun non pajak;

4. mengembangkan kawasan-kawasan untuk penanaman modal dengan berbagai


kemudahan yang ditawarkan;
5. menyempurnakan berbagai produk hukum dengan mengeluarkan peraturan
perundang-undangan yang baru yang lebih menjamin iklim investasi yang
sehat;
6. menyempurnakan proses penegakan hukum dan penyelesaian sengketa yang
efektif dan adil;
7. menyempurnakan tugas, fungsi, dan wewenang instansi terkait untuk dapat
memberikan pelayanan yang lebih baik;
8. membuka kemungkinan pemilikan saham asing lebih besar.
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal (UUPM),
adalah langkah pembaharuan hukum investasi. Dengan UUPM ini, kendala
investasi yang selama ini terjadi demi tercapainya pertumbuhan ekonomi yang
lebih baik ke depan diharapkan akan teratasi. Alasan filosofis dari UUPM paling
tidak terlihat dari konsideransnya, huruf c. bahwa ”untuk mempercepat
pembangunan ekonomi nasional dan mewujudkan kedaulatan politik dan ekonomi
Indonesia diperlukan peningkatan penanaman modal untuk mengolah potensi
ekonomi menjadi kekuatan ekonomi riil dengan menggunakan modal yang
berasal, baik dari dalam negeri maupun dari luar negeri”; dan huruf d. ”dalam
menghadapi perubahan perekonomian global dan keikutsertaan Indonesia dalam
berbagai kerjasama internasional perlu diciptakan iklim penanaman modal yang
kondusif, promotif, memberikan kepastian hukum, keadilan, dan efisien dengan
tetap memperhatikan kepentingan ekonomi nasional.”

JAWABAN SOAL NO.2

Berkenaan dengan hal tersebut diatas, maka saya berpendapat bahwa posisi
paradigma yang digunakan oleh pemerintah Indonesia ialah, untuk menciptakan
kemudahan berinvestasi dan memberikan kesempatan kepada para investor baik
investor dalam negeri maupun investor asing adalah dengan langkah-langkah
reformasi birokrasi dan kemudahan dalam pengurusan izin-izin. Dimana dalam
upaya memberikan kemudahan dan sebagai wujud langkah reformasi birokrasi,
menggunakan sarana tekhnologi, yakni melalui on line system. Disamping itu
juga, sebagaimana ketentuan hukum yang baru-baru ini diberlakukan yakni
diberlakukannya undang-undang cipta kerja. Tujuannya ialah untuk menciptakan
harmonisasi hukum dalam upaya meningkatkan iklim investasi. Karena selama ini
dipandang bahwa pengaturan-pengaturan yang ada masih bersifat sektoral yang
tidak memenuhi kebutuhan hukum untuk percepatan dan peningkatan investasi.
Pemberlakuan Undang-Undang Cipta Kerja ini adalah merupakan suatu terobosan
hukum yang dapat menyelesaikan berbagai permasalahan dalam beberapa undang-
undang ke dalam satu undang-undang secara komperhensif. Tujuannya adalah
untuk penyesuaian berbagai aspek pengaturan yang berkaitan dengan seluruh
lingkup investasi. Salah satu perubahan yang signifikan dalam undang-undang
ciipta kerja yang terkait dengan kemudahan perizinan secara elektronik adalah
adanya ketentuan yang mempersyaratkan kesesuaian rencana lokasi kegiatan
dan/atau usahanya dengan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR), yaitu rencana
secara terperinci tentang tata ruang wilayah/kabupaten/kota yang dilenkapi dengan
peraturan zonasi kota/kabupaten. Pemerintah Daerah diwajibkan untuk menyusun
dan menyediakan RDTR dalam bentuk digital dalam system perizinan berusaha
secara elektronik. Hal ini memudahkan calon investor atau investor untuk
mengakses dan menggunakannya untuk mengajukan perizinan.

Anda mungkin juga menyukai