Anda di halaman 1dari 19

PERTEMUAN KE 12

INVESTASI/PMA

A. TUJUAN PEMBALAJARAN

1.1 Mahasiswa mampu memahami prinsip dan konsepsi investasi/PMA


1.2 Mahasiswa mampu mengidentifikasi investasi langsung dan tidak
langsung
1.3 Mahasiswa mampu memahami bentuk kerja sama dan bidang usaha
1.4 Mahasiswa mampu memahami prosedur PMA dan tantangan yang
dihadapi

B. URAIAN MATERI

1. 1. PENGERTIAN INVESTASI ASING

Menurut Undang-Undang No. 1 Tahun 1967 pengertian investasi asing


adalah sebagai berikut :
a. alat pembayaran luar negeri yang tidak merupakan bagian dari
kekayaan devisa Indonesia, dengan persetujuan Pemerintah digunakan
untuk pembiayaan perusahaan di Indonesia.
b. alat-alat untuk perusahaan, termasuk penemuan-penemuan baru milik
orang asing dan bahan-bahan, yang dimasukkan dari luar ke dalam
wilayah Indonesia, selama alat-alat tersebut tidak dibiayai dari
kekayaan devisa Indonesia.

1
c. bagian dari hasil perusahaan yang berdasarkan Undang-undang ini
diperkenankan ditransfer, tetapi dipergunakan untuk membiayai
perusahaan di Indonesia.
Investasi asing di Indonesia dapat dilakukan dalam dua bentuk, yaitu
investasi portofolio dan investasi langsung. Investasi portofolio dilakukan
melalui pasar modal dengan instrument surat berharga seperti saham dan
obligasi. Sedangkan investasi langsung dikenal dengan Penanaman Modal
Asing (PMA), merupakan bentuk investasi dengan jalan membangun,
membeli total atau mengakuisisi perusahaan. Penanaman modal asing atau
investasi seringkali diartikan dalam pengertian yang berbeda-beda. Perbedaan
penggunaan istilah investasi terletak pada cakupan dari makna yang
dimaksudkan.
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2007
Tentang Penanaman Modal, Penanaman modal asing adalah kegiatan
menanam modal untuk melakukan usaha di wilayah negara Republik
Indonesia yang dilakukan oleh penanam modal asing, baik yang
menggunakan modal asing sepenuhnya maupun yang berpatungan dengan
penanam modal dalam negeri. Peranan modal asing dalam pembangunan
telah lama diperbincangkan oleh para ahli ekonomi pembangunan. Secara
garis besar, pemikiran mereka adalah sebagai berikut. Pertama, sumber dana
eksternal yaitu modal asing dapat dimanfaatkan oleh negara yang sedang
berkembang sebagai dasar untuk mempercepat investasi dan pertumbuhan
ekonomi. Kedua, pertumbuhan ekonomi yang meningkat perlu diikuti dengan
perubahan struktur produksi dan perdagangan. Ketiga, modal asing dapat
berperan penting dalam mobilisasi dana maupun transformasi struktural.
Keempat, kebutuhan akan modal asing menjadi menurun segera setelah
perubahan struktural benar-benar terjadi (meskipun modal asing di masa
selanjutnya lebih produktif).
Investor dapat dibagi menjadi 2, yaitu investor domestik dan investor
asing. Investor domestik merupakan investor yang berasal dari dalam negeri,
sedangkan investor asing berarti investor yang berasal dari negara asing.

2
1. 2. INVESTASI LANGSUNG DAN TIDAK LANGSUNG

Investasi atau penanaman modal mempunyai dua pengertian yaitu


investasi langsung (direct investment) dan investasi tidak langsung (indirect
investment). Dan penulisnya memisahkan investasi langsung (direct
investment) dan investasi tidak langsung (indirect investment) menjadi dua
bagian. Bagian pertama adalah mengenai investasi langsung, kemudian untuk
investasi tidak langsung diuraikan dalam bagian kedua.
1. Investasi Langsung (Direct Investment)
Dalam konteks ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007
tentang Penanaman Modal, pengertian penanaman modal hanya mencakup
penanaman modal secara langsung. Penanaman modal secara langsung ini
dilakukan baik berupa mendirikan perusahaan patungan (joint venture
company) dengan mitra lokal, dengan melakukan kerjasama operasi (joint
operation) tanpa membentuk perusahaan baru, dengan mengkonversikan
pinjaman menjadi penyertaan mayoritas dalam perusahaan lokal, dengan
memberikan bantuan teknis dan manajerial (technical and management
assistance), dengan memberikan lisensi dll.
2. Investasi Tidak Langsung (Indirect Invesment)
Yang termasuk dalam penanaman modal tidak langsung ini mencakup
kegiatan transaksi di pasar modal dan di pasar uang. Penanaman modal
tersebut disebut penanaman modal jangka pendek karena pada umumnya
mereka melakukan jual beli saham dan/atau mata uang dalam jangka
waktu yang relatif singkat tergantung fluktuasi nilai saham dan/atau mata
uang yang hendak mereka perjual-belikan.

Perbedaan Investasi Langsung dan Tidak Langsung

No. Investasi Langsung Investasi Tidak langsung


1 Investasi dengan Uang / perlengkapan Investasi dengan membeli

3
saham
2 Mendirikan Perusahaan Tidak Perlu mendirikan
perusahaan
3 Perusahaan dikendalikan sebagian Adanya pemisahan pemilik
atau keseluruhan pemilik perusahaan dan manajemen
4 Investasi tidak dapat ditarik setiap Investasi dapat ditarik setiap
Saat saat
5 Membutuhkan kehadiran secara fisik Tidak perlu hadir secara fisik
6 UU penanaman modal UUPM
7 Pengelola BKPM Pengelola Bapepam dan LK

Karenanya pasar modal dipandang sebagai salah satu sarana yang


efektif untuk mempercepat pembangunan suatu negara. Hal ini dimungkinkan
karena pasar modal merupakan wahana untuk dapat menggalang pengerahan
dana dari masyarakan untuk disalurkan ke sektor-sektor produktif. Apabila
pengerahan dana masyarakat melalui lembaga-lembaga keuangan maupun
pasar modal sudah dapat berjalan dengan baik, maka dana pembangunan yang
bersumber dari pinjaman luar negeri akan berkurang. Pasar Modal di negera
maju merupakan salah satu lembaga yang diperhitungkan bagi perkembangan
ekonomi negara tersebut. Oleh sebab itu negara/pemerintah mempunyai alasan
untuk ikut mengatur jalannya dinamika pasar modal. Pasar modal di Indonesia
memobilisasi dana masyarakat dengan menyediakan sarana atau tempat untuk
mempertemukan penjual dan pembeli dana jangka panjang yang disebut efek.
Pengertian efek bukan hanya terdiri dari saham dan obligasi semata,
melainkan meliputi pula surat berharga, yaitu surat pengakuan utang, surat
berharga komersial, saham, obligasi, tanda bukti utang, unit penyetoran
kontrak investasi kolektif, kontrak berjangka atas efek dan setiap derivatif
efek. Tiga arti pasar modal, yaitu :
Pertama, dalam arti luas, pasar modal adalah keseluruhan sistem
keuangan yang terorganisir, termasuk bank-bank komersial dan semua

4
perantara di bidang keuangan, surat berharga/klaim jangka panjang, pendek
primer dan yang tidak langsung.
Kedua, dalam arti menengah, pasar modal adalah semua pasar yang
terorganisir dan lembaga-lembaga yang memperdagangkan warkat-warkat
kredit (biasanya berjangka lebih dari satu tahun) termasuk saham, obligasi,
pinjaman berjangka, hipotik, tabungan dan deposito berjangka.
Ketiga, dalam arti sempit adalah tempat pasar uang terorganisir yang
memperdagangkan saham dan obligasi dengan menggunakan jasa makelar dan
underwriter.
Sedangkan Undang-Undang Pasar Modal memberikan batasan pasar
modal yaitu merupakan kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum
dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang
diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek.
Dari beberapa pengertian mengenai pasar modal tersebut, kemudian
disimpulkan bahwa pasar modal merupakan kegiatan yang bersangkutan
dengan diterbitkan dan diperdagangkannya efek dengan penawaran umum dan
perdagangan jangka panjang, melalui pasar perdana dan pasar sekunder. 1

1. 3. BENTUK KERJA SAMA DAN BIDANG USAHA INVESTASI


ASING

1. Bentuk Kerjasama Investasi Asing


Peningkatan penanaman modal khususnya Penanaman Modal
Asing (PMA) di Indonesia sejak diberlakukannya Undang-Undang Nomor
1 Tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing (PMA) dan Undang-
Undang Nomor 6 Tahun 1968 tentang Penanaman Modal Dalam Negeri
(PMDN) yang kemudian mengalami perubahan dan penambahan dengan
diterbitkannya Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1970 tentang Perubahan
dan Tambahan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1967 tentang Penanaman

1
http://candraekonom.blogspot.com/2013/06/pengertian-investasi.html diakses tanggal 20
Januari 2015.

5
Modal Asing dan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang
Perubahan dan Tambahan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1968 tentang
Penanaman Modal Dalam Negeri, kemudian kedua undang-undang
tersebut diubah dengan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang
Penanaman Modal.
Pelaksanaan Penanaman Modal Asing di Indonesia seperti yang
ditetapkan dalam ketentuan penanaman modal asing sesuai dengan Pasal 3
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal (UU
Penanaman Modal) dinyatakan penanaman modal asing adalah kegiatan
menanam modal untuk melakukan usaha di wilayah Negara Republik
Indonesia yang dilakukan oleh penanaman modal asing, baik yang
menggunakan modal asing sepenuhnya, maupun yang berpatungan dengan
penanaman modal dalam negeri. Dengan adanya pengaturan tersebut di
atas seperti yang termuat dalam Pasal 3 UU Penanaman Modal, maka
penanaman modal asing di lndonesia diperkenankan melaksanakan
usahanya dalam bentuk usaha kerja sama (joint-venture) dengan pihak
swasta nasional dalam bentuk dan cara kerjasama yang ditetapkan melalui
peraturan pemerintah khususnya dalam hal komposisi kepemilikan saham
perusahaan.
Bentuk kerja sama usaha yang akan didirikan oleh warga negara
Indonesia (“WNI”) dan warga negara asing (“WNA”) di Indonesia
bergantung pada seberapa besar kegiatan usaha yang akan dilakukan.
Apabila dalam pendirian usaha membutuhkan modal yang besar, maka
WNA dan WNI dalam hal ini akan melakukan Penanaman Modal Asing
(‘PMA”) sesuai dengan Pasal 1 angka 3 UU No. 25 Tahun 2007 tentang
Penanaman Modal (“UU 25/2007”), yaitu :

“Penanaman Modal Asing adalah kegiatan menanam modal untuk


melakukan usaha di wilayah negara Republik Indonesia yang dilakukan
oleh penanam modal asing, baik yang menggunakan modal asing

6
sepenuhnya maupun yang berpatungan dengan penanam modal dalam
negeri.”
Dalam mendirikan badan usaha yang bermitra dengan WNA,
prosedur yang dilakukan adalah sebagai berikut :
1. WNA dan WNI menandatangani perjanjian joint venture (usaha
patungan);
2. Setelah menandatangani perjanjian joint venture, WNA dan WNI
membentuk suatu badan usaha yang berbentuk Perseroan Terbatas
(“PT”) berdasarkan hukum Indonesia dan berkedudukan di wilayah
Negara Republik Indonesia. (Pasal 5 ayat [2] UU 25/2007);
3. Mengajukan permohonan pendaftaran PMA kepada BKPM.
Penanaman modal dalam negeri dan asing yang melakukan
penanaman modal dalam pendirian PT dilakukan dengan “Mengambil
bagian saham pada saat pendirian PT” (Pasal 5 ayat [3] UU 25/2007).
Adapun pendirian PT PMA wajib untuk memperhatikan daftar negatif
investasi berdasarkan Peraturan Presiden No. 36 Tahun 2010 tentang
Daftar Bidang Usaha yang Tertutup dan Bidang Usaha yang Terbuka
dengan Persyaratan di Bidang Penanaman Modal (“Perpres 36/2010”).
Berdasarkan Perpres 36/2010, bidang usaha dalam hal ini restoran,
terbuka untuk penanam modal asing (WNA) dengan komposisi maksimal
pemilikan saham oleh WNA adalah sebesar 51% (lima puluh satu persen).
Setiap Perusahaan PMA yang akan melakukan penanaman modal di
Indonesia wajib untuk mendaftarkan PT PMA yang didirikannya ke Badan
Koordinasi Penanaman Modal (“BKPM”) sebelum PT PMA berstatus
Badan Hukum atau sesudah berstatus badan hukum (Pasal 16 ayat
[1] Peraturan Kepala BKPM No. 12 Tahun 2009 tentang Pedoman dan
Tata Cara Permohonan Penanaman Modal - “Perka BKPM 12/2009”).
Apabila PT PMA yang didirikan ingin mendapatkan fasilitas
penanaman modal, selain permohonan pendaftaran PT PMA juga harus
mengajukan permohonan pendaftaran Izin Prinsip ke BKPM (Pasal 17
ayat [2] Perka BKPM 12/2009).

7
Dengan asumsi bahwa yang dimaksud dalam sistem hukum adalah
pilihan hukum, maka WNI dapat menggunakan sistem hukum yang diatur
di Republik Indonesia sehubungan dengan domisili perjanjianjoint
venture dilakukan dan/atau tempat badan hukum PT didirikan. WNA dapat
memperoleh jabatan sebagai tenaga ahli di dalam PT PMA. Hal ini
didasari atas kewajiban Perusahaan yang melakukan penanaman modal di
Indonesia untuk mengutamakan tenaga kerja Indonesia (Pasal 10 ayat (1)
jo ayat (2) UU 25/2007). Sehingga keharusan untuk memberikan
pekerjaan/jabatan kepada WNA bergantung pada posisi yang akan
diberikan kepada WNA tersebut. Namun, berdasarkan Pasal 46 UU No. 13
Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan (“UU 13/2003”) jo Pasal 5
Keputusan Presiden No. 75 Tahun 1995 tentang Penggunaan Tenaga Kerja
Warga Negara Asing Pendatang (“Kepres 75/1995”), terdapat laragan bagi
WNA untuk memperoleh jabatan di bidang personalia dan jabatan-jabatan
tertentu.
Berdasarkan ketentuan tersebut, pada dasarnya PT PMA wajib
untuk mengutamakan memperkerjakan tenaga kerja Indonesia, namun
apabila posisi tersebut belum dapat dilakukan oleh tenaga kerja Indonesia
(dengan syarat jabatan tersebut tidak dilarang bagi WNA), maka PT PMA
dapat memperkerjakan WNA tersebut.
Jika PT PMA akan memperkerjakan WNA, maka harus
memperhatikan peraturan tata cara memperkerjakan tenaga kerja asing
yaitu Perusahaan Jasa Patungan harus memiliki Rencana Penggunaan
Tenaga Kerja Asing (RPTKA) dan Izin Memperkerjakan Tenaga Kerja
Asing (IMTA). WNA yang berkerja di Perusahaan Jasa Patungan wajib
untuk memperoleh Visa Tinggal Terbatas untuk bekerja di Indonesia. 2

2
http://www.hukumonline.com/klinik/detail/cl5137/prosedur-penanaman-modal-asing-di-
bidang-restoran diakses tanggal 10 Januari 2015.

8
2. Bidang Usaha Investasi Asing

Salah satu usaha pemerintah dalam meningkatkan arus penanaman


modal di Indonesia adalah dengan memberikan keleluasaan bagi para
investor untuk menentukan bidang-bidang usaha investasi yang diminati.
Hal ini memicu proses penyederhanaan peraturan terhadap Daftar Skala
Prioritas menjadi Daftar Negatif Investasi (DNI). DNI berlaku selama 3
(tiga) tahun dan setiap tahun dilakukan peninjauan yang disesuaikan
dengan kebutuhan dan perkembangan.
Pasal 10 ayat 1 Peraturan Kepala BKPM No.12 tahun 2009
(“Perka BKPM 12/2009”) menyatakan bahwa semua bidang atau jenis
usaha terbuka bagi kegiatan penanaman modal, kecuali bidang atau jenis
usaha yang dinyatakan tertutup dan terbuka dengan persyaratan.Untuk itu,
investor diwajibkan untuk mematuhi peraturan perundang-undangan,
seperti DNI, sebelum melakukan kegiatan penanaman modal.
DNI mencakup daftar bidang usaha yang tertutup seluruhnya atau
sebagian untuk penanaman modal swasta asing maupun dalam negeri.
Perubahan pengaturan DNI terbaru terdapat dalam Peraturan Presiden
Republik Indonesia No.36 tahun 2010 (“Perpres 36/2010”).
a. Bidang Usaha yang Tertutup untuk Penanaman Modal
Berdasarkan Pasal 1 (1) Perpres 36/2010, Bidang usaha yang
tertutup adalah bidang usaha tertentu yang dilarang diusahakan sebagai
kegiatan penanaman modal. Penetapan ini didasarkan pada kriteria
kesehatan, moral, kebudayaan, lingkungan hidup, pertahanan dan
keamanan nasional, serta kepentingan nasional lainnya. Bidang-bidang
usaha yang tertutup untuk penanaman modal sebagaimana diatur
dalam Lampiran I Perpres 36/2010, antara lain mencakup bidang usaha
budidaya ganja, perjudian/kasino, dan industri minuman mengandung
alkohol.
Selanjutnya, Pasal 12 ayat 2 Undang-Undang No.25 tahun
2007 (“UU 25/2007”) menetapkan beberapa bidang usaha yang

9
dilarang bagi penanaman modal asing karena dianggap menduduki
peranan penting dalam pertahanan Negara, seperti: (i) produksi
senjata, mesiu, alat peledak, dan peralatan perang; dan (ii) bidang
usaha yang secara eksplisit dinyatakan tertutup berdasarkan Undang-
Undang.
b. Bidang Usaha yang Terbuka dengan Persyaratan untuk Penanaman
Modal
Berdasarkan Pasal 2(1) Perpres 36/2010, bidang usaha yang
terbuka dengan persyaratan adalah bidang usaha tertentu yang dapat
diusahakan sebagai kegiatan penanaman modal dengan syarat tertentu,
yaitu bidang usaha yang dicadangkan untuk Usaha mikro, Kecil,
Menengah dan Koperasi, bidang usaha yang dipersyaratkan dengan
kemitraan, bidang usaha yang dipersyaratkan kepemilikan modalnya,
bidang usaha yang dipersyaratkan dengan lokasi tertentu, dan bidang
usaha yang dipersyaratkan dengan perizinan khusus.
Peraturan mengenai bidang usaha yang terbuka dengan
persyaratan untuk penanaman modal didasarkan pada kriteria
kepentingan nasional, yaitu perlindungan sumber daya alam,
perlindungan, pengembangan Usaha mikro, Kecil, Menengah, dan
Koperasi, pengawasan produksi dan distribusi, peningkatan kapasitas
teknologi, partisipasi modal dalam negeri, serta kerja sama dengan
badan usaha yang ditunjuk Pemerintah.
Bidang-bidang usaha yang terbuka dengan persyaratan
sebagaimana diatur dalam Lampiran II Perpres 36/2010, antara lain
mencakup bidang usaha budidaya tanaman pangan pokok,
pengusahaan sarang burung walet di alam, pembenihan ikan laut,
pembangkitan tenaga listrik skala kecil dan daur ulang barang-barang
bukan logam. Dalam hal penanaman modal pada bidang usaha terbuka
dengan persyaratan, sesuai dengan Pasal 3 ayat 1 Perpres 36/2010,
investor wajib mematuhi persyaratan lokasi sebagaimana diatur dalam

10
peraturan perundang-undangan yang berlaku di bidang tata ruang dan
lingkungan hidup. 3

1. 4. PROSEDUR PMA DAN TANTANGAN YANG DIHADAPI

Pengaturan prosedur penanaman modal asing di Indonesia berkembang


sangat dinamis sejak terjadinya reformat pada sekitar tahun 1999, terlebih
sejak diberlakukannya otonomi daerah. Hal ini dikarenakan urusan
pemerintahin di bidang penanaman modal yang semula ada di tangan
pemerintah dialihkan kepada pemerintah daerah baik itu pemerintah daerah
provinsi, pemerintah daerah kabupaten atau pemerintah daerah kota.
Selain peraturan perundang-undangan yang mengatur secara langsung
masalah penanaman modal sebagaimana disebutkan di atas, peraturan
perundang-undangan di bidang lainnya juga perlu diperhatikan, seperti
peraturan yang mengatur masalah kewenangan pemberian izin sehubungan
dengan penanaman modal, lingkungan hidup, ketenagakerjaan, perpajakan,
kepabeanan, pertanahan, alih teknologi (trafer of technology), persaingan
usaha yang sehat, perlindung konsumen, hak atas kekayaan intelektual,
peraturan-peraturan yang bersifat sektoral seperti telekomunikasi,
perhubungan, industry, perdagangan, perkebunan, kehutanan, atau bahkan
peraturan-peraturan yang ditetapkan oleh pemerintah daerah. 4
Penanaman modal asing berperan penting baik di negara maju maupun
negara sedang berkembang. Di dalam suatu laporannya yang diterbitkan pada
tahun 1996, WTO menunjukkan bahwa telah terjadi suatu perkembangan
yang cukup mendasar di bidang penanaman modal, khususnya sejak tahun
1980-an. 5

3
David Kairupan, Aspek Hukum Penanaman Modal Asing di Indonesia, Kencana Prenada
Media Group, 2013. hal 16-17.
4
http://hukumpenanamanmodal.com/bidang-usaha-tertutup-daftarnegatif-investasi diakses
tanggal 20 Januari 2015.
5
Huala Adolf, Perjanjian Penanaman Modal dalam Hukum Perdagangan Internasional
(WTO), Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2004.

11
Perkembangan perekonomian suatu negara, khususnya negara
berkembang seperti Indonesia sangat ditentukan dari tingkat pertumbuhan
penanaman modal asing. Penanaman modal asing memegang peranan
penting dalam peningkatan devisa suatu negara. Kegiatan perdagangan
internasional tidak dapat terlepas dari penanaman modal asing karena
memberikan keuntungan kepada semua pihak, tidak hanya bagi investor saja,
tetapi juga bagi perekonomian negara tempat modal itu ditanamkan serta bagi
negara asal para investor. Sebagai negara berkembang, Indonesia berada pada
posisi yang sangat berkepentingan dalam mengundang investor asing untuk
memacu pertumbuhan ekonomi nasional. Menyadari pentingnya penanaman
modal asing, pemerintah Indonesia terus berupaya menumbuhkan iklim
investasi yang kondusif guna menarik calon investor untuk menarik modal
asing masuk ke Indonesia. Berbagai strategi untuk mengundang investor
asing telah dilakukan agar para investor asing tertarik untuk menanamkan
modalnya dan merasa nyaman dalam melakukan penanaman modal di
Indonesia.
Strategi-strategi yang dilakukan pemerintah dalam rangka
meningkatkan daya tarik para investor agar menanamkan modalnya di
Indonesia ialah dengan mengeluarkan peraturan-peraturan tentang
penanaman modal asing dan kebijaksanaan pemerintah yang pada dasarnya
tidak akan merugikan kepentingan nasional dan kepentingan investor.
Pemerintah menetapkan bidang-bidang usaha yang memerlukan penanaman
modal dengan berbagai peraturan. Selain itu, pemerintah juga menentukan
besarnya modal dan perbandingan antara modal nasional dan modal asing.
Hal ini dilakukan agar penanaman modal tersebut dapat diarahkan pada suatu
tujuan yang hendak dicapai. Bukan hanya itu seringkali suatu negara tidak
dapat menentukan politik ekonominya secara bebas, karena adanya pengaruh
serta campur tangan dari pemerintah asing.
Di samping mengeluarkan peraturan-peraturan dalam bidang
penanaman modal, pemerintah juga memberikan kebijakan-kebijakan.
Kebijakan mengundang modal asing adalah untuk meningkatkan potensi

12
ekspor dan substitusi impor, sehingga Indonesia dapat meningkatkan
penghasilan devisa dan mampu menghemat devisa, oleh karena itu usaha-
usaha di bidang tersebut diberi prioritas dan fasilitas. Alasan kebijakan yang
lain yaitu agar terjadi alih teknologi yang dapat mempercepat laju
pertumbuhan ekonomi dan pembangunan nasional Indonesia.
Di dalam menentukan kebijakan ekonomi, pemerintah sering
dihadapkan kepada banyak kendala struktural yang tidak mudah diatasi,
sehingga kebijakan yang paling optimal (first best policy) menjadi tidak
relevan. Akibatnya pemerintah harus bertumpu kepada second best policy
yang tentunya mempunyai dampak positif yang lebih kecil dan sering pula
diikuti oleh dampak negatif yang perlu diantisipasi. Kebijakan-kebijakan
yang dibuat oleh pemerintah tersebut berdampak pada penanaman modal
asing. Salah satu kebijakan yang sangat berpengaruh dalam kegiatan
penanaman modal asing ialah kebijakan desentralisasi.
Desentralisasi adalah penyerahan kewenangan dari pemerintah pusat
kepada pemerintah daerah untuk mengurusi urusan rumah tangganya sendiri
berdasarkan prakarsa dan aspirasi dari rakyatnya dalam kerangka negara
kesatuan Republik Indonesia. Dengan adanya desentralisasi maka muncul
otonomi bagi suatu pemerintahan daerah. Desentralisasi sebenarnya adalah
istilah dalam keorganisasian yang secara sederhana di definisikan sebagai
penyerahan kewenangan. Dalam kaitannya dengan sistem pemerintahan
Indonesia, desentralisasi akhir-akhir ini seringkali dikaitkan dengan sistem
pemerintahan karena dengan adanya desentralisasi sekarang menyebabkan
perubahan paradigma pemerintahan di Indonesia. Seperti yang telah
dijelaskan di atas, bahwa desentralisasi berhubungan dengan otonomi daerah.
Sebab, otonomi daerah merupakan kewenangan suatu daerah untuk
menyusun, mengatur, dan mengurus daerahnya sendiri tanpa ada campur
tangan serta bantuan dari pemerintah pusat. Jadi dengan adanya
desentralisasi, maka akan berdampak positif pada pembangunan daerah-
daerah yang tertinggal dalam suatu negara. Agar daerah tersebut dapat

13
mandiri dan secara otomatis dapat memajukan pembangunan nasional.6 Lebih
jelasnya, otonomi daerah adalah wewenang untuk mengatur dan mengurus
rumah tangga Daerah, yang melekat baik pada negara kesatuan maupun
negara federasi. Di dalam negara kesatuan, otonomi daerah lebih terbatas
daripada di negara yang berbentuk federasi. Kewenangan mengatur dan
mengurus rumah tangga Daerah di negara kesatuan meliputi segenap
kewenangan pemerintahan kecuali beberapa urusan yang dipegang oleh
pemerintah pusat. 7
Kehadiran Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang
Pemerintahan Daerah memberikan peluang desentralisasi penanaman
modal di daerah. Kebijakan desentralisasi dan otonomi daerah sesuai
dengan Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan
Daerah, Undang-undang Nomor 25 Tahun 1999 dan di sempurnakan dengan
undang-undang nomor 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Pusat
dan Daerah merupakan pelaksanaan dari salah satu tuntutan reformasi pada
tahun 1998 Kebijakan ini merubah penyelenggaraan pemerintahan dari yang
sebelumnya bersifat terpusat menjadi terdesentralisasi meliputi antara lain
penyerahan kewenangan pemerintah pusat ke pemerintah daerah (kecuali
politik luar negeri, pertahanan keamanan, peradilan, agama, fiskal moneter,
dan kewenangan bidang lain) dan perubahan perimbangan keuangan antara
pusat dan daerah.
Sesuai dengan ketentuan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004
tentang Pemerintahan Daerah bahwa penanaman modal merupakan salah satu
bidang pemerintahan yang wajib dilaksanakan oleh daerah. Penyerahan
kewenangan untuk menangani investasi kepada daerah merupakan langkah
positif dalam rangka mewujudkan otonomi daerah. Namun di lain pihak, hal
tersebut justru menimbulkan kekhawatiran di kalangan investor asing.
Investor asing mengeluhkan munculnya gejala tindakan sewenang-wenang
pemerintah daerah, antara lain dalam hal pengaturan izin lokasi investasi. Di

6
http://id.wikipedia.org/wiki/Desentralisasi, diakses pada 21 Januari 2015
7
Kaloh, Mencari Bentuk Otonomi Daerah Suatu Solusi Dalam Menjawab Kebutuhan Lokal
dan Tantangan Global, Rineka Cipta, Jakarta, hlm. 3

14
samping masalah tersebut, investor juga mengeluhkan banyaknya pungutan
pajak yang harus dibayar dan tumpang tindihnya regulasi pemerintah pusat
dengan pemerintah daerah. Bahkan sejumlah investor menilai, pemerintah
daerah bertindak sewenang-wenang hanya karena merasa lebih berhak
menentukan siapa yang boleh mendapat izin lokasi.
Kehadiran investasi asing, khususnya investasi langsung atau
Penanaman Modal Asing (Foreign Direct Investment) di suatu negara
menguntungkan negara tersebut, khususnya dalam hal pembangunan dan
pertumbuhan ekonomi tidak perlu dipertanyakan lagi. Kehadiran PMA
memberi banyak hal positif terhadap perekonomian dari negara tuan rumah.
Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan investasi di dalam negeri
antara lain. 8
1. Stabilitas politik dan perekonomian yang sudah menunjukkan kestabilan
yang mantap selama ini.
2. Kebijakan dan langkah-langkah deregulasi dan debirokrasi yang secara
terus-menerus telah diambil oleh pemerintah dalam rangka
menggairahkan iklim investasi.
3. Diberikannya fasilitas perpajakan khusus untuk daerah tertentu.
4. Tersedianya sumber daya alam yang berlimpah seperti minyak bumi,
gas, bahan tambang dan hasil hutan maupun iklim dan letak geografis
serta kebudayaan, dan keindahan alam Indonesia tetap menjadi daya
tarik tersendiri yang telah mengakibatkan tumbuhnya proyek-proyek
yang bergerak di bidang industri kima, industri perkayuan, industri
perhotelan (tourisme), yang sekarang menjadi sector primadona yang
banyak diminati para investor baik dalam rangka PMDN maupun PMA.
5. Tersedianya sumber daya manusia dengan upah yang kompetitif
memberikan pengaruh terhadap peningkatan minta investor pada proyek-
proyek yang bersifat padat karya, seperti industri tekstil, industri sepatu
dan mainan anak-anak.

8
Pandji Anoraga, Perusahaan Multi Nasional Penanaman Modal Asing, Pustaka Jaya,
Jakarta, 1995, hlm. 82-83.

15
Pembicaraan tentang otonomi daerah di manapun, di pusat maupun
terutama di daerah, masih bersifat amat umum yaitu penyelenggaraan
pemerintahan yang tidak sentralistik, tanpa keinginan lebih lanjut memahami
apa implikasinya bagi penyelenggaraan pemerintahan di daerah.9
Menurut M. Idris Latief (2006), banyak sekali permasalahan yang
ditimbulkan oleh penanaman modal asing di dalam negeri. Yang pertama
adalah dominannya kontrol dari luar negeri, entah itu dari pemerintah
investor luar negeri atau dari badan internasional seperti International
Monetary Funds (IMF), World Bank (Bank Dunia), dan lain-lain. Kontrol ini
seringkali sangat merugikan rakyat, baik dari segi politik maupun ekonomi.
Yang kedua adalah terkurasnya dan rusaknya sumberdaya alam Indonesia
(natural resources). Hal ini karena kontrak biasanya diadakan sesuai dengan
jumlah cadangan (deposit) di bawah tanah, sehingga ketika kontrak selesai
yang tertinggal hanya kerusakan lingkungan. Tingginya angka pengangguran
pun tidak bisa diatasi dengan penanaman modal asing. Sebab, investor asing
biasanya bergerak di bidang pertambangan yang tidak banyak menyerap
tenaga kerja. Selain itu, tingginya biaya yang harus ditanggung setelah
proyek beroperasi pun sangat merugikan bangsa Indonesia. Pihak Indonesia
belum bisa menikmati bagi hasilnya selama biaya yang diminta investor
belum terlunasi. Padahal, investor bisa saja berbohong mengenai biaya yang
dibelanjakan untuk eksplorasi (recovery cost). Data yang dikemukakan pihak
investor seringkali perlu dipertanyakan keakuratannya. Sebagai contoh,
Exxon mobil menyatakan cadangan minyak di Blok Cepu sebesar 781 juta
barel dengan kapasitas produksi 165 ribu barel per hari. Dengan demikian,
masa eksploitasinya hanya berkisar 11 tahun atau 12 tahun. Namun, pihak
Exxon mobil justru memperpanjang kontrak dari 2010 hingga 2030, yang
mengindikasikan bawa tentu cadangan minyak jauh lebih besar dari yang
dikemukakan.

9
Mubyarto, Prospek Otonomi Daerah dan Perekonomian Indonesia Pasca Krisis
Ekonomi, BPFE, Yogyakarta, 2001, hlm. 13.

16
C. LATIHAN SOAL/ TUGAS

1. Jelaskan menurut pendapat anda apa yang dimaksud dengan


Investasi. ?

2. Sebutkan dan jelaskan menurut pendapat anda Jenis-jenis


investasi .?

3. Jelaskan menurut pendapat anda perbedaan investasi asing


langsung dan tidak langsung.?

D. DAFTAR PUSTAKA

1. David Kairupan, Aspek Hukum Penanaman Modal Asing di Indonesia,


Kencana Prenada Media Group, 2013. hal 16-17.

2. Huala Adolf, Perjanjian Penanaman Modal dalam Hukum


Perdagangan Internasional (WTO), Raja Grafindo Persada, Jakarta,
2004.

3. Mubyarto, Prospek Otonomi Daerah dan Perekonomian Indonesia


Pasca Krisis Ekonomi, BPFE, Yogyakarta, 2001, hlm. 13.

17
BAGIAN AKHIR

DAFTAR PUSTAKA

1) David Kairupan, Aspek Hukum Penanaman Modal Asing di Indonesia,


Kencana Prenada Media Group, 2013. hal 16-17.
2) Huala Adolf, Perjanjian Penanaman Modal dalam Hukum Perdagangan
Internasional (WTO), Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2004.
3) Mubyarto, Prospek Otonomi Daerah dan Perekonomian Indonesia Pasca
Krisis Ekonomi, BPFE, Yogyakarta, 2001, hlm. 13.
4) Dirdjosisworo, Soedjono 2010, Pengantar Ilmu Hukum , Cetakan 14, Raja
Grafindo Persada - JAKARTA
5) Catarya, Indra, 2008 Asuransi II, Universitas Terbuka- JAKARTA
6) Kansil, C, S, T.1986 Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia.
Balai Pustaka- JAKARTA
7) Vollmar, H F A 2000, Pengantar Studi Hukum Perdata. Rajawali Pres:
JAKARTA
8) Undang-undang RI Nomor 19 tahun 2002 tentang HAK CIPTA.

9) Steinford.1979. Dalam Solihin Ismail .2006. Pengntar Bisnis. Pranada


Media: JAKARTA
10) Busro, Achmad. 1985. Hukum Perikatan. Oetama. SEMARANG
11) Daliyo, JB,.2001, Pengantar Ilmu Hukum. Panduan Untuk Mahasiswa.
Prenhalindo: JAKARATA
12) Faisal Santiago, 2012 , Pengantar Hukum Bisnis. Jakarta: Mitra wacana
Media.

18
19

Anda mungkin juga menyukai