Secara umum Konsumsi adalah suatu kegiatan yang bertujuan mengurangi atau
menghabiskan nilai guna suatu barang atau jasa dalam rangka memenuhi kebutuhan
hidup.
Sedangkan Gaya Hidup adalah Bagian dai kebutuhan sekunder manusia yang bisa
berubah bergantung terhadap zaman atau keinginan seseorang untuk mengubah gaya
hidupnya, Gaya hidup dapat dilihat dari cara berpakaian, kebiasaan dan lain-lain.
konsumsi tidak hanya dipandang bukan sekedar pemenuh kebutuhan yang bersifat
fisik dan biologis manusia, tetapi berkaitan dengan aspek-aspek social budaya.
Menurut ekonom, selera sebagai suatau yang stabil, difokuskan pada nilai guna., dibentuk
132
secara individu, dan dipandang sebagai suatau yang eksogen. Sedangkan menurut
sosiolog, selera sebagai suatau yang dapat berubah, difokuskan pada suatu kualitas
kelompok dalam. Sedangkan Veblen ([1899] 1973) memandang selera sebagai senjata
untuk berkompetisi.
Kompetisi tersebut berlangsung antar pribadi, Antara seorang dengan orang lain,
Hal ini tercermin dalam masyarakat modern yang menganggap selera orang dalam
mengkonsumsi suatu barang akan dapat melihat selera dasar dan penghargaan yang
didapat.
bahwa ego akan runtuh dalam kehilangan dimensinya jika ia tidak dikelilingi oleh objek
133
eksternal yang menajdi ekspresi dari kecenderungannya, kekuatannya dan cara
Sebagai contoh, seorang pejabat yang meletakkan ensiklopedi dalam rak ruang
tamu atau kantornya yang menandakan bahwa ia mampu membeli barang yang harganya
relative mahal tersebut. Walau sebenarnya tidak pernah ia baca, sehingga dapat dikatakan
merupakan gambaran gaya hidup tertentu dari kelompok status tertentu. Konsumsi
situasi kelas ditentukan oleh ekonomi sedang situasi status ditentukan oleh penghargaan
social.Misalnya, pada masyarakat pedesaan, status guru dan pedagang lebih tinggi guru
peluang yang besar untuk mencari peluang tambahan.Sebagai contoh bekerja sampingan
sebagai pedagang. Guru akan lebih berhasil dari pada pedagan tulen karena masyarakat
menganggap guru adalah orang yang berpendidikan dan tidak mungkin berbuat curang.
Sehingga orang akan cenderung berbelanja pada guru. Atau pada masyarakat perkotaan,
134
para pengusaha berhak mendapat gelar bangsawan karena dia mampu memberi suatu
sumbangan pada keraton.Walau ada pihak yang lebih berhak mendapat gelar tersebut.
terletak pada kepemilikan kesejahteraan seseorang. Juga pada konsumsi yang dilakukan
Han peter Mueller (1989), mengatakan ada 4 pendekatan dalam memahami gaya
hidup :
oleh teknik, ekonomi dan politik, tetapi juga dikarenakan perubahan nilai.
lingkungan pergaulan.
135
4. Gaya Hidup di Indonesia
Gaya Hidup merupakan gambaran bagi setiap orang yang mengenakannya dan
sekitarnya, gaya hidup juga berkaitan dengan perkembangan zaman dan teknologi.
aliran pemikiran dikelompokkan dalam dua kutub, yakni arus pemikiran abangan
dan arus pemikiran santri. Kedua arus pemikiran ini dapat ditaraik sebagai suatu gais
kontinum, dimana pada satu sudut merupakan sumber arus pemikiran abangan sedangkan
sudut lain merupakan sumber pemikiran santri. arus pemikiran abangan arus pemikiran
santri dikotomi aliran pemikiran di Indonesia Perbedaan antara kedua arus tersebut
berakar pada penghayatan tentang nilai-nilai yang terkandung dalam agama serta
136
Misalnya dalam pemikiran santri, cara berbusana harus berdasarkan ketentuan
agama, yakni menutup aurat. Tapi dalam pemikiran abanangan, boleh memakai rok mini
karena dalam etika yang mereka anut tidak melarang hal demikian.
Perbedaan yang demikian juga menorah pada kanvas sejarah politik Indonesia,
yakni ketika pada orde lama terdapat partai Masyumi sebagai pemikiran santri dan Partai
Heterogenitas Kelas Menengah Atas Dua arus pemikiran yang memberi warna
pada kanvas kelas atas masyarakat Indonesia juga turut memberikan warna pada kanvas
Indonesia atas :
Struktur kelas dan arus pemikiran dalam gaya hidup manusia Indonesia Dengan
demikian setiap lapisan kelas mempunyai arus pemikiran yang berbeda. Inilah penyebab
Struktur kelas Indonesia terpotong oleh nilai-nilai yang diwarisi secara sejarah
137
dan memperjuangkan kepentingan maka arus pemikiran yang ada dapat mengkristal
kelas menengah abangan dirangsang oleh menguatnya arus ekonomi Jepang ke Indonesia
Hal ini ditandai dengan terjadinya demonstrasi besar-besaran yang digerakan oleh
Sedangkan kelas menengah santri diperkirakan lahir satu dekade setelah kelahiran
abangan dan demonstrasi damai oleh kelas menengah santri. Gaya Hidup Kelas
Menengah Indonesia Kelas menengah abangan mengikuti arus perkembangan gaya hidup
138
yang ditawarkan melalui proses globalisasi, yaitu gaya hidup barat (Gerke, 1994).
internasional seperti kaos berlengan buatan Hammer atau Benelton, menikmati fast-food,
Sedangkan kelas menengah santri mengikuti arus perkembangan gaya hidup yang
mereka ciptakan sendiri yang dilandaskan pada nila-nilai keagamaan yang mereka anut.
Mereka mengikuti perkembangan jilbab yang ditawarkan oleh Ida Royani atau rumah
Mekkah atau kegiatan shalat tarawih di Masjidil Haram Mekkah dan Masjid Nabawiah di
Madinah, serta memakan makanan yang berlabel halal misal di restoran padang atau
Jika kelas menengah abangan lebih suka meramaikan pasar swalayan dan
menonton bioskop maka kelas menengah santri lebih suka menghadiri pengajian agama
Jika kelas menengah abangan lebih suka menikmati bunga yang ditamankan pada
bank umum maka kelas menengah santri lebih suka menikmati hasil kerja sama dengan
bank Islam, meskipun hasil yang diperoleh lebih kecil dari bunga yang didapat jika
139
Konsumsi Simbolik Tidak semua anggota kelas menengah mampu mengkonsumsi
barang-barang simbol kelas menengah secara nyata. Dengan kata lain mereka
mengkonsumsi barang-barang simbol kelas menengah secara tidak langsung pada barang
orang muda mengabiskan waktunya untuk duduk sambil makan di Mc Donalds atau
Burger King. Dirumah mereka berjejer miniatur patung Liberty, Merlion yang semuanya
menunjuk pada suatu tempat yang jauh dimana banyak orang yang ingin datang ke sana.
Hal yang sama juga dialami oleh kelas menengah santri, misalnya dalam rumah
mereka pada ruang tamunya ditempel gambar Ka’bah atau Masjid Nabawiah Madinah
walaupun mereka belum pernah berkunjung ke sana. Atau mereka memakai songkok
putih yang lazim dipakai oleh para haji Indonesia sebagai pengenal telah menunaikan
perkembangan selera dari konsumen. Perkembangan kelas menengah santri telah pula
140
muslim dan muslimah seperti Ida Royani serta menjamurnya jumlah penerbit seperti
itu, munculnya tawaran-tawaran baru berumrah ke Mekkah atau berziarah ke tempat yang
ada hubungannya dengan sejarah Islam. Semua itu dapat dipandang sebagai dampak
ekonomi dari perkembangan gaya hidup dari kelas menengah santri Indonesia.
Sedangkan dampak ekonomi dari perkembangan gaya hidup dari kelas menengah
abangan adalah muncul dan membesarnya kelompok perusahaan pasar swalayan seperti
Matahari, Borobudur dan lainnya, dimana tidak hanya menjual barang-barang yang
diproduksi untuk konsumsi dalam negeri tetapi juga menyajikan barang yang berkualitas
ekspor.
3. Sebukkan dampak positif dan negatif dari gaya hidup dan konsusmsi?
141