Anda di halaman 1dari 3

PESONA BORDIR PRIANGAN

(Batik adalah pakaian bermotif indah favorit masyarakat dari generasi ke generasi)
Oleh Helmy Fahtoni.

Satu hal yang populer teringat oleh kita apabila mendengar nama priangan adalah
batiknya, sebuah seni yang sudah menjadi aset kebudayaan negara Indonesia dari era
tradisionalis hingga modern saat ini. Saat itu banyak orang yang bilang bahwa batik adalah
adalah pakaian yang cocok dipakai oleh bapak/ibu dan kakek/nenek untuk berpergian,
menghadiri acara atau pakaian sehari-hari karena keunikan gambar bernuansa tradisional
inilah yang saat itu berjaya di era tradisionalis. Perkembangannya bahkan telah berlanjut
dari generasi ke generasi baik dari generasi Baby Boomers, Generasi X, Milenial, Generasi
Z, hingga generasi Alpha pun mereka telah mengganggap bahwa batik adalah pakaian
yang populer dan mewah untuk dipakai dikegiatan resmi atau adat. Masa keemasan
sebuah seni kain bergambar yang diolah dengan menulis dan menekan malam pada kain
di tanah priangan tepatnya dimulai sekitar tahun 1939 lalu, telah berdiri salah satu
koperasi batik yang cukup baik. Koperasi itu dikenal dengan nama KPM atau Koperasi
Mitra Batik yang dipopulerkan oleh seorang lelaki bernama Enie Adnan Dulhaeni asal
Tasikmalaya pada tanggal 17 Januari 1939. Selain itu beliau berhasil mendirikan Gabungan
Koperasi Batik Seluruh Indonesia (GKBI) pada tahun 1948. Dimana saat itu masih termasuk
tahun masa pendudukan Jepang di Indonesia tepatnya sebelum awal kemerdekaan.
Berkat KPM ini, tasik dikenal sebagai icon pergerakan koperasi di Indonesia.
Sebenarnya diantara wilayah priangan seperti Ciamis, Tasikmalaya, Sumedang,
Garut, banjar dan lainnya. Tasikmalaya memiliki tradisi batik yang begitu kental, bahkan
seperti yang dikatakan dari hasil wawancara salah satu media kompas.com tahun 2010
lalu kepada wanita pemilik toko batik agnesia yang bernama Bu Cucu, dia mengatakan
bahwa “saat dulu kain batik dipakai untuk sarung”. Tidak hanya di Tasikmalaya, Garut pun
memiliki kebiasaan membatik yang sudah lama di tanah priangan, tidak heran pada awal
periode kemerdekaan negara Indonesia tahun 1945 masyarakat umum sering
mengucapkan kata Batik Garutan yang maksudnya batik yang mereka beli berasal dari
Garut.
Mengingat bahwa era kemoderanan saat ini yang melanda dunia batik, baik
terhadap warna, tema, ragam has, teknik, komposisi hingga karakteristik pada batik yang
ada pada daerah - daerah priangan memberitahu kepada kita bahwa setiap masyarakat,
baik secara sadar atau tidak sadar dalam mengembangan kesenian kain itu sebagai
ungkapan dan pernyataan rasa estetik dan ciamik yang merangsang keinginan masyarakat
daerah yang sejalan dengan pandangan, aspirasi, kebutuhan dan gagasan – gagasan yang
mendominasinya. Keindahan batik priangan masa kini merupakan salah satu bukti refleksi
estetik dan identitas budaya pada masyarakat priangan yang telah mengalami banyak
proses seperti transformasi budaya secara diakronik – sinkronik, asimilasi, akulturasi,
enkulturasi, negasi maupun adopsi dari kebiasaan kebudayaan modern hingga saat ini.

Keindahan simbolik yang terkandung dari motif batik priangan terkenal akan
berbagai bentuk yang berasal dari alam, flora, fauna maupun peristiwa. Pada saat itu
sebagian besar masyarakat priangan bekerja di bidang pertanian, mereka terbiasa
berkebun, beternak dan menggarap sawah. Aktivitas keseharian orang – orang disana
inilah yang mempengaruhi motif batik khas priangan. Segala sesuatu yang menjadi
kebiasaan mereka seperti berladang di sawah atau berternak itulah yang mereka terapkan
menjadi gambar khas priangan, seakan - akan menjadi ciri murni kegiatan masyarakat saat
itu. Kesan yang didapat dari khas priangan juga menggambarkan kecantikan atau
keelokkannya seperti wanita cantik dan pria tampan yang sedang menggoda, tentunya
membuat orang – orang yang melihat terpikat seperti sedang dirayu untuk segera
memilikinya.

Batik bukan sekedar seni biasa, namun ada banyak arti yang tersimpan dari setiap
gambarnya. Salah satu yang menjadi favorit orang tua dan kakek atau nenek kita saat
menghadiri berbagai acara yaitu motif Merak Ngibing atau bahasa kerennya yaitu The
Dancing Peacock. Motif ini sering dijumpai di daerah Tasikmalaya dan Garut yang gambar
motifnya di gambarkan dengan sepasang hewan burung merak yang saling berhadap-
hadapan dengan ekor yang mengembang. Kata Ngibing ini biasa diartikan dengan sebutan
sedang menari atau berjoget dalam bahasa sunda, maka dari itu orang-orang sering
menyebut motif ini sebagai burung merak yang sedang joget. Tidak hanya itu, contoh
lainnya di tasikmalaya ada batik dengan motif yang bernama awi ngarambat atau dalam
bahasa indonesia artinya bambu merambat, kemudian dari Garut tersendiri coraknya
lebih menggambarkan bentuk – bentuk flora dan fauna serta geometrik seperti belah
ketupat atau diagonal.
Secara konseptual batik priangan sebenarnya berisi tindakan-tindakan tata nilai
sosial budaya yang ada pada masyarakat di tanah sunda. Salah satu yang mencolok
perhatian masyarakat mengenai batik khas priangan ini adalah menggambarkan
kesederhanaan, keterbukaan, pluraris, komunikatif dan apa adanya. Maka dari itulah kita
harus sadar bahwa batik priangan merupakan salah satu aset budaya asal negara
Indonesia yang perlu dijaga dan dipertahankan kemewahannya karena mempertahankan
dan mengenalkan budaya indonesia itu sangat penting, apabila masyarakat sudah bisa
mengenal lebih dekat dengan ciri khasnya sudah dipastikan mereka akan saling lebih
menghargai untuk mempertahannya budayanya sendiri.

Anda mungkin juga menyukai