Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENELITIAN

Manajemen Rantai Pasok (Supply Chain) Komoditas Perkebunan


Kopi (Kopi Arabika dan Kopi Robusta) di Daerah Toraja Provinsi
Sulawesi Selatan)

BAB 1
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Kopi adalah jenis minuman yang digemari oleh sebagian besar masyarakat di seluruh
dunia. Bukan hanya karena kenikmatan yang dirasakan oleh konsumen peminum kopi, namun
juga karena nilai ekonomis bagi negara-negara yang memproduksi dan mengekspor biji kopi
(seperti Indonesia). Peran komoditas kopi bagi perekonomian Indonesia cukup penting, baik
sebagai sumber pendapatan bagi petani kopi, sumber devisa, penghasil bahan baku industri,
maupun penyedia lapangan kerja melalui kegiatan pengolahan, pemasaran, dan perdagangan
(ekspor dan impor). Sejak tahun 1984, pangsa ekspor kopi Indonesia di pasar kopi Internasional
menduduki nomor empat tertinggi setelah Vietnam, Brazil, dan Kolombia. Pada tahun 2015,
Indonesia memproduksi 691 ribu ton biji kopi. Kolombia memproduksi 840 ribu ton biji kopi,
Vietnam memproduksi 1,65 juta ton biji kopi, dan Brazil mencapai 2,9 juta ton biji kopi
(Alamtani, 2016).
Kopi sebagai salah satu komoditi non migas, memiliki pasaran yang cukup mantap di
pasaran dunia, sebab dari berbagai penjuru dunia banyak orang yang suka minum kopi. Menurut
data dari Asosiasi Eksportir Kopi Indonesia (AEKI) tahun 2014, para petani Indonesia bersama
dengan kementerian-kementerian terkait berencana untuk memperluas perkebunan-perkebunan
kopi Indonesia, sambil meremajakan perkebunan-perkebunan lama melalui program
intensifikasi. Dengan meningkatkan luas perkebunan, produksi kopi Indonesia dalam 10 tahun ke
depan ditargetkan untuk mencapai antara 900 ribu ton sampai 1,2 juta ton per tahun.
Saat ini industri pengolahan kopi merupakan salah satu industri prioritas yang terus
dikembangkan. Untuk mendukung upaya itu, Kementerian Perindustrian telah menyusun Peta
Panduan (Roadmap) Pengembangan Klaster Industri Pengolahan Kopi. Sulawesi Selatan
merupakan penghasil kopi yang cukup dikenal di dunia Internasional terutama dari Toraja dan
Kabupaten Enrekang. Kopi yang paling banyak dihasilkan dan dipasarkan di Toraja adalah Kopi
Arabika dan Robusta. Kopi Arabika adalah kopi yang memiliki kandungan asam rendah dan biji
yang berat. Lain lagi dengan kopi Robusta yang memiliki cita rasa yang kuat dan cenderung
lebih pahit dibanding kopi Arabika. Biji kopi robusta banyak digunakan sebagai bahan baku kopi
siap saji (instant) dan pencampur kopi racikan (blend) untuk menambah kekuatan cita rasa kopi.
Selain itu, biasa juga digunakan untuk membuat minuman kopi yang dicampurkan dengan susu,
seperti capuccino, cafe latte, macchiato, dan lain sebagainya.
Rantai pasok sebagai kesatuan dapat mengambil langkah yang tepat untuk mengatasi atau
menekan dampak buruk risiko secara bersamaan (Syarif.et al 2012). Unsurunsur ketidakpastian
para pelaku atau aktor rantai pasok yang beragam dapat dipadukan secara harmonis. Model
Analytical Hierarchy Process (AHP) dapat digunakan untuk merancang skenario perbaikan
kinerja rantai pasok dalam hal peningkatan produktivitas (Marimin, et al. 2014). Konsep metode
AHP pertama kali diperkenalkan oleh DR. Thomas L. Saaty dari Wharton School of Business
pada tahun 1971-1975, yang merupakan suatu konsep untuk merubah nilai-nilai kualitatif
menjadi nilai kuantitatif sehingga keputusankeputusan yang diambil bisa lebih obyektif. Metode
AHP mula-mula dikembangkan di Amerika pada tahun 1970 dalam hal perencanaan kekuatan
militer untuk menghadapi berbagai kemungkinan (contingency planning). Kemudian
dikembangkan di Afrika khususnya di Sudan dalam hal perencanaan transportasi. (Supriyono,et
al.,2007).

B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana Konsep Pemasaran Kopi di daerah Toraja
2. Apa yang digunakan sebagai saluran distribusi kopi di daerah Toraja
3. Kopi Toraja diolah dalam bentuk apa

C. TUJUAN PENULISAN
1. Mengetahui lebih dalam tentang kopi di daerah Toraja
2. Mengetahui Konsep Pemasaran Kopi di daerah Toraja
3. Mengetahui Apa yang digunakan sebagai saluran distribusi kopi di daerah Toraja
4. Mengetahui Kopi Toraja diolah dalam bentuk apa
BAB II
PEMBAHASAN
1. Konsep Pemasaran Kopi di daerah Toraja
Kotler (2005) menyatakan bahwa pemasaran adalah proses sosial dan manajerial yang di
dalamnya seseorang/individu atau kelompok memperoleh apa yang mereka butuhkan dan
inginkan melalui penciptaan dan pertukaran produk dan nilai. Pemasaran adalah semua kegiatan
manusia yang dilakukan dalam hubungannya dengan pasar. Pemasaran berarti bekerja dengan
pasar guna mewujudkan pertukaran potensial untuk kepentingan memuaskan kebutuhan dan
keinginan manusia. Pemasaran juga dapat diartikan sebagai suatu proses yang teratur dan jelas
untuk memikirkan dan merencanakan pasar. Proses ini dimulai dengan riset pasar untuk mengerti
dinamikanya dan mengidentifikasi peluang. Proses pemasaran juga mencakup mensegmentasi
pasar dan memilih pasar sasaran yang dapat secara unggul dipuaskan oleh perusahaan.
Perusahaan harus memformulasikan suatu strategi dan mendefenisikan suatu bauran pemasaran
yang spesifik dan rencana tindakan untuk dapat mengoptimumkan kinerja janga panjang. Proses
pemasaran juga mencakup evaluasi hasil dan selama perusahaan beroperasi harus sebagai suatu
organisasi yang belajar terus-menerus memperbaiki keahlian pemasarannya.
Konsep pemasaran menurut Soekartawi (2002) adalah produk yang dihasilkan harus
berorientasi pada kebutuhan konsumen. karena selera dan kebutuhan konsumen terus berubah,
maka macam dan kualitas produk perlu ada pembaharuan-pembaharuan sehingga muncul
pengertian baru dalam konsep pemasaran, yaitu konsep pemasaran strategis dan konsep
pemasaran kemasyarakatan. Pada konsep pemasaran strategis, konsumen individu bukan satu-
satunya sasaran. Sedangkan pada konsep pemasaran kemasyarakatan bukan saja kebutuhan pasar
yang dipenuhi tetapi juga upaya bagaimana mempertahankandan meningkatkan kemakmuran
konsumen dan masyarakat. Dalam mendesain konsep pemasaran, peranan konsumen, masyarakat
dan lingkungan perlu mendapatkan perhatian khusus. Ada tiga hal yang perlu diperhatikan dalam
mendesain konsep pemasaran, yaitu: identifikasi keinginan konsumen, identifikasi terhadap
produk yang dipasarkan dan identifikasi konsumen dan sekaligus menciptakan dan membina
konsumen.
Manajemen pemasaran adalah proses perencanaan dan pelaksanaan pemikiran, penetapan
harga, promosi, serta penyaluran gagasan, barang dan jasa, untuk menciptakan pertukaran yang
memuaskan tujuan-tujuan individu atau organisasi. Manajemen pemasaran memiliki fungsi
untuk mempengaruhi tingkat, waktu dan komposisi permintaan sehingga akan membantu
organisasi/perusahaan mencapai tujuannya. Dalam melakukan pemasaran, perusahaan menemui
adanya persaingan. Ada lima konsep persaingan yang dipilih perusahaan untuk menjalankan
kegiatan pemasaran yaitu konsep produksi, konsep produk, konsep menjual/penjualan, konsep
pemasaran dan konsep pemasaran berkesetiakawanan sosial (Kotler, 2005).

Lingkungan eksternal yang ditemukan pada kegiatan pemasaran kopi dapat berupa :
- Ketersediaan pasar
Pasar merupakan tempat bertemunya pembeli dan penjual untuk melakukan transaksi ekonomi
yaitu membeli atau menjual barang dan jasa atau sumber daya ekonomi atau faktor-faktor
produksi lainnya. Pasar yang tersedia (available market), yaitu sekelompok konsumen yang
tertarik, memiliki pendapatan, dan akses untuk penawaran pasar tertentu.

- Pendapatan dan daya beli konsumen


Pembeli mempengaruhi industri melalui kemampuan mereka untuk menekan turunnya harga.
Faktor-faktor yang meningkatkan kekuatan tawar pembeli: Pangsa pembeli yang besar, Biaya
pengalihan ke produk lain yang relatif kecil, tidak atau minimnya differensiasi produk,
banyaknya produk subsitusi. Salah satu faktor yang mempengaruhi daya beli masyarakat adalah
tingkat pendapatan dimana pendapatan merupakan suatu balas jasa dari seseorang atas tenaga
atau pikiran yang telah disumbangkan, biasanya berupa upah atau gaji. Makin tinggi pendapatan
seseorang makin tinggi pula daya belinya dan semakin beraneka ragam kebutuhan yang harus
dipenuhi, dan sebaliknya. Pendapatan yang meningkat tentu saja biasanya otomatis diikuti
dengan peningkatan pengeluaran konsumsi.

- Perubahan kurs dollar


Secara teoritis, perubahan nilai tukar rupiah memiliki beberapa konsekuensi ekonomi. Salah satu
dampak yang dirasakan adalah depresiasi atau penurunan nilai rupiah terhadap dolar Amerika
dan yen Jepang secara langsung mempengaruhi jumlah hutang luar negeri yang harus dibayar
baik oleh pemerintah Indonesia maupun sektor swasta. Besarnya proporsi hutang luar negeri
Indonesia dalam bentuk dolar dan yen menyebabkan beban hutang luar negeri semakin besar
seiring dengan terdepresiasinya rupiah.

- Bisnis e-commerce
Saat ini perkembangan bisnis secara global cukup pesat terjadi, hal ini berkaitan dengan
perkembangan teknologi yang semakin maju, khususnya internet. Dari perkembangan internet
yang luar biasa, memunculkan system bisnis yang potensial, yaitu e-commerce. Secara umum, e-
commerce adalah sebuah aktivitas bisnis yang dilakukan melalui internet. Bisnis semacam ini
menjadi bisnis yang sangat potensial, faktanya saat ini internet sudah menjadi kebutuhan yang
luar biasa diutamakan. Berbagai kegiatan bisa dilakukan melalui internet, dengan adanya internet
juga segala sesuatu menjadi lebih mudah dikerjakan, terlebih juga kini akses untuk internetan
menjadi semakin cepat.

- Pesaing
Salah satu langkah awal dalam mengembangkan strategi pemasaran yang sukses adalah
mengidentifikasi dan menganalisis para pesaing. Pesaing adalah perusahaan yang menghasilkan
atau menjual barang atau jasa yang sama atau mirip dengan produk yang kita tawarkan.
Perusahaan harus terus membandingkan produk, harga, distribusi, promosi dengan pesaingnya.
Menurut Porter persaingan antar pesaing dalam industri yang sama inilah yang menjadi sentral
kekuatan persaingan.

- Perubahan iklim dan cuaca


Curah hujan merupakan salah satu parameter yang berkaitan dengan dampak perubahan iklim.
Oleh karena itu, dalam penelitian klimatologi dan meteorologi, parameter tersebut sering
dilibatkan. Di Indonesia yang berada di kawasan tropis, simulasi curah hujan merupakan proses
yang sukar untuk disimulasikan. Bahkan hingga saat ini, belum ada suatu model iklim yang
mampu mensimulasikan curah hujan di Indonesia dengan baik (Saputro, 2009). Faktor iklim
yang paling dominan di daerah tropik seperti Indonesia adalah curah hujan.

- Perubahan harga kopi


Perubahan harga kopi umumnya dipengaruhi oleh jumlah permintaan kopi di pasar importir dan
jumlah yang ditawarkan oleh pasar eksportir. Pasar tujuan ekspor utama kopi di pasar Indonesia
adalah Amerika Serikat, Jerman, dan Jepang. Integrasi pasar yang terjadi antara pasar eksportir
dan pasar importir terjadi apabila perubahan harga yang terjadi di pasar importir mampu
ditransmisikan secara simetri ke pasar eksportir dari segi waktu atau dari segi besaran.

- Aturan perpajakan Komoditas Kopi


Mulai 22 Juli 2014, semua produk pertanian segar yang dihasilkan petani dikenai Pajak
Pertambahan Nilai (PPN) sebesar 10 persen. Dalam putusan itu dinyatakan, penyerahan barang
hasil pertanian yang dihasilkan dari usaha pertanian, perkebunan, dan kehutanan oleh pengusaha
kena pajak (PKP) dikenai PPN. Barang-barang itu meliputi produk perkebunan, yakni kakao,
kopi, kelapa sawit, biji mete, lada, biji pala, buah pala, bunga pala, bunga cengkeh, tangkai/daun
cengkeh, getah karet, daun teh, daun tembakau, biji tanaman perkebunan, sejenisnya. Pengenaan
Pajak Pertambahan Nilai (PPN) 10% terhadap komoditas pertanian, perkebunan dan kehutanan
dianggap memberatkan petani dan akan berdampak pada penurunan produksi, salah satunya
komoditas biji kopi.

Mata Rantai Tata Niaga Kopi Toraja

Pedagang Pedagang
Petani
Pengumpul Besar

Pedagang Pedagang Pedagang


Petani
Pengumpul Perantara Besar
Gambar menunjukkan bahwa petani hanya mengenal pedagang pengumpul dan pedagang
perantara. Pedagang pengumpul terdiri atas pembeli yang menggunakan modal sendiri
dan yang menggunakan modal dari petani perantara, sehingga hanya berstatus sebagai
pelaksana lapangan. Petani perantara umumnya menggunakan modal sendiri.
Produsen/petani sedikit mengenal pedagang besar berdasarkan informasi dari petani
pengumpul dan petani perantara. Dengan demikian maka petani mengetahui kalau kopi
yang mereka produksi sampai di Makassar tempat pedagang besar berdomisili,
rantai tataniaga seterusnya bagi petani tidak jelas Baik petani maupun pembeli kopi
seluruhnya mengaku kalau harga kopi ditentukan oleh pembeli. Artinya petani berada pada
posisi yang sangat lemah dalam menegosiasi harga kopi. Dengan kondisi demikian maka
yang memperoleh keuntungan adalah pembeli.

2. Saluran Distribusi Kopi di Daerah Toraja


Peningkatan volume penjualan merupakan salah satu aktivitas yang ingin dilaksanakan
oleh setiap perusahaan. Agar peningkatan volume penjualan dapat terlaksana sesuai dengan yang
direncanakan, 5 maka salah satu kegiatan pokok yang harus dilakukan adalah menyediakan
bahan baku sesuai dengan kriteria yang diinginkan oleh perusahaan, melalui pemasok dalam hal
ini pedagang pengumpul. Pedagang pengumpul adalah petani yang mengumpulkan kopi, baik itu
hasil produksinya sendiri maupun hasil produksi dari petani lain yang dikumpulkan dan
dijadikan sebagai pasokan bahan baku. Pedagang pengumpul berperan sebagai pemasok yang
membantu dalam penyediaan bahan baku sebagai tambahan bahan baku dari perkebunan.

Peran yang telah dilakukan oleh pedagang pengumpul dalam menjalin hubungan dengan
petani kopi dan PT. Toarco Jaya yaitu sebagai distributor dimana pedagang pengumpul berperan
menghubungkan petani dengan PT. Toarco Jaya dimana pedagang pengumpul membantu petani
dalam proses produksi dalam hal ini membawa bantuan yang di berikan oleh PT. Toarco Jaya
kepada petani seperti bantuan saprodi (bibit dan pupuk), dan bantuan infrastruktur (perbaikan
jembatan) serta berperan dalam kegiatan pemasaran yaitu melakukan kegiatan pembelian bahan
baku dari petani lalu dibawa kepada PT. Toarco Jayauntuk selanjutnya diolah menjadi produk.
Dalam kegiatan tersebut pedagang pengumpul berperan untuk menentukan harga kopi, pada
aspek ini pedagang pengumpul dalam melakukan usahanya dengan petani melakukan penaksiran
dan penentuan harga sendiri tetapi pedagang pengumpul menyesuaikan harga dengan kualitas
bahan baku yang akan dibeli dan memberi keringan kepada petani dalam pembayaran pinjaman
modal yang bisa di bayar oleh petani pada waktu panen. Dari kegiatan tersebut diharapkan dapat
menguntungkan bagi semua pihak yang bersangkutan.

Tataniaga Kopi
Tataniaga kopi dimulai dari petani produsen hingga pabrik pengolahan kopi dan
perusahaan eksportir. Saluran pemasaran kopi di Indonesia belum efisien sehingga hal ini
menyebabkan rendahnya tingkat penerimaan petani. Berdasarkan bagan tataniaga pada Gambar
1, dapat dilihat bahwa petani kopi dapat memasarkan biji kopinya langsung ke pedagang
pengumpul atau lewat tengkulak. Biasanya petani yang memiliki mesin kupas (huller) juga
berfungsi sebagai pedagang pengumpul di tingkat desa atau tingkat kecamatan. Pada beberapa
daerah di Indonesia, petani kopi telah memiliki kelompok tani yang dapat memasarkan kopi
hasil kebun petani langsung kepada eksportir. Hal ini sangat menguntungkan petani karena
margin keuntungan yang diperolehnya akan lebih besar.
Sementara, pada perkebunan-perkebunan besar mereka memiliki unit khusus
perdagangan ekspor. Perkebunan jenis ini pada umumnya mempunyai hubungan dengan pihak
importir dan membina hubungan tersebut dengan baik. Seluruh eksportir kopi di Indonesia
terdaftar sebagai anggota Asosiasi Eksportir Kopi Indonesia (AEKI). Badan ini mengusahakan
agar kopi Indonesia mendapatkan harga optimal di pasar dunia. Asosiasi ini mewakili lebih dari
ribuan eksportir dengan 13 cabang di ibukota propinsi di Indonesia dan memiliki kantor
perwakilan di luar negeri, yaitu New York, London dan Tokyo. Asosiasi ini mewakili anggota-
anggotanya dalam hal promosi ekspor, koordinasi dan pembinaan kegiatan anggotanya, serta
membina komunikasi yang baik antara eksportir dan importir di seluruh dunia
Gambar Bagan Saluran Tataniaga Biji Kopi

3. Kopi Toraja diolah dalam bentuk apa


Kopi adalah salah satu minuman yang menjadi kegemaran banyak orang. Bahkan bagi
sebagian orang tak lengkap rasanya jika memulai hari tanpa menyeruput kopi terlebih dahulu.
Hal itu membuat kopi mudah ditemukan, mulai dari kedai-kedai kecil pinggir jalan hingga cafe,
restoran, dan coffee shop yang kini sangat banyak bertebaran. Kopi yang dijual di tempat-tempat
tersebut juga beragam. Mulai dari kopi sachet siap seduh hingga kopi manual brewing. Harga
kopi sachet memang lebih murah. Serbuk kopi yang ada di dalamnya memang bukan murni hasil
gilingan kopi, ada berbagai bahan yang telah dicampurkan sehingga harganya lebih murah.
Sementara segelas kecil espresso manual brew bisa berharga 5 ribu hingga 10 ribu rupiah. Jika
telah diolah menjadi macam-macam menu kopi harganya bisa meningkat berkali-kali lipat. Menu
olahan kopi juga sangat beragam. Mulai dari yang memiliki cita rasa pahit masam khas kopi,
hingga yang sudah dicampur dengan susu dan berbagai bahan lain hingga rasa pahitnya tak
terlalu kentara.

Tahapan Pemrosesan Biji Kopi


Proses untuk menghasilkan sebuah kopi tidaklah mudah. Ada banyak tahapan proses
yang harus dilalui sebelum segelas kopi bisa disajikan ke hadapan Anda. Berikut adalah tahapan-
tahapannya:
1) Panen
Pertama-tama, para petani kopi akan memanen kopi dari pohon-pohon yang telah mereka
rawat selama ini. Masing-masing jenis kopi memiliki masa panen yang berbeda. Namun rata-rata
membutuhkan waktu 6 hingga 11 bulan. Biji kopi yang siap dipanen adalah biji kopi yang
seluruh permukaan kulitnya sudah berwarna kemerahan. Biji kopi yang memiliki warna
kemerahan ini tengah berada dalam kondisi yang paling baik untuk dipetik. Kematangannya pas
dan aromanya kuat. Hindari menunggu memetik biji kopi hingga warna merahnya berubah jadi
tua. Jika sudah terlalu tua dikhawatirkan aromanya akan menghilang.

2) Penyortiran
Tidak semua biji kopi yang dipanen memiliki kualitas yang sama. Bahkan selalu ada
kemungkinan ditemukannya biji kopi yang rusak dan harus disisihkan. Penyortiran kopi ini
biasanya dilakukan secara manual. Petani memilah satu per satu biji yang rusak dan harus
dibuang. Setelah disortir, biji kopi yang berkualitas baik perlu disimpan dengan penyimpanan
yang tepat. Salah satu kriteria penyimpanan yang tepat adalah menyimpan kopi di dalam suhu
ruang. Kopi yang sudah melewati proses penyortiran juga sebaiknya segera diproses.
Membiarkan kopi terlalu lama tanpa diproses bisa memicu reaksi kimia tertentu. Reaksi kimia
tersebut dikhawatirkan dapat menurunkan kualitas biji kopi.

3) Pencucian
Setelah biji kopi selesai disortir, tahap pemroresan selanjutnya adalah pencucian. Biji
kopi disimpan di dalam wadah berukuran besar dan kemudian disiram menggunakan air. Setelah
itu biji kopi dicuci dengan tujuan melepaskan kulit dan daging buah yang masih melekat di biji.
Proses pencucian terdiri dari 2 jenis, yakni full washed dan semi washed. Proses full washed
menggunakan air dan memakan waktu selama kurang lebih 12 jam. Pengupasan biji kopi bisa
dilakukan secara manual menggunakan tangan maupun menggunakan mesin. Sementara semi
washed hanya memisahkan kulit dan tetap menyisakan daging atau lapisan getah. Setelah dicuci,
biji kopi kemudian dijemur. Lamanya proses penjemuran disesuaikan dengan banyaknya kadar
air yang inigin diturunkan. Pada proses pencucian semi washed, misalnya, kadar air yang
diturunkan hanya berkisar antara 30% sampai 35%.

4) Roasting
Proses pencucian dan pengeringan akan menghasilkan biji kopi siap roasting yang biasa
disebut dengan green beans. Green beans inilah yang kemudian siap untuk diroasting. Proses
roasting terdiri dari:
 Drying
Ternyata sekalipun sudah dijemur, rata-rata biji kopi masih mengandung kadar air rata-
rata sebesar 7% sampai 11%. Tahap roasting paling pertama dimaksudkan untuk benar-benar
menghilangkan kadar air itu. Biji kopi harus benar-benar terbebas dari kadar air karena biji yang
masih mengandung air tidak akan bisa berubah warna menjadi coklat.
 Light Roast
Fase light roast pada proses roasting ditandai dengan mengelupasnya kulit biji kopi yang
paling luar. Light roast biasanya menggunakan suhu antara 180 derajat hingga 205 derajat cesius.
Biji kopi yang dihasilkan dari proses ini akan berwarna kuning kecokletan serta terasa kering
ketika disentuh. Biji kopi dari fase light roast ini memiliki karakter rasa yang ringan. Rasa
asamnya juga cenderung kuat. Selain itu, biji kopi dari fase light roas masih memiliki kandungan
kafein yang cukup tinggi.
 Medium Roast
Ketika memasuki suhu antara 210 derajat hingga 240 derajat celsius maka proses roasting
sudah memasuki tahap medium roast. Pada tahap ini, warna biji kopi akan berubah menjadi lebih
coklat dan mengeluarkan cairan yang menyerupai karamel. Cairan serupa karamel itulah yang
kemudian menghasilkan rasa dan aroma manis pada biji kopi. Fase medium roast ini tidak
sampai membuat lapisan kedua biji kopi mengelupas. Ketika disentuh tekstur biji kopinya terasa
kental. Sementara tingkat kafeinnya sudah turun cukup signifikan dibanding fase light roast.
 Dark Roast
Fase paling akhir dari proses roasting adalah dark roast. Pada tahap ini suhu yang
digunakan sudah mencapai 240 derajat celsius dan lapisan kedua dari kulit biji kopi sudah
mengelupas. Ketika sudah sampai pada tahap ini maka biji kopi akan memiliki warna coklat
yang sangat gelap. Biji kopi yang sampai pada tahap dark roast ini sangat cocok bagi penggemar
kopi dengan cita rasa pahit yang kental.

Setelah melalui semua tahap di atas, biji kopi siap untuk diolah menjadi kopi siap minum. Orang
yang biasa mengolahnya disebut sebagai barista. Sebelum memesan kopi ada baiknya Anda
mengetahui bahwa biji kopi terdiri dari 2 jenis danmasing-masing memiliki karakter rasa yang
berbeda. Jenis kopi yang pertama adalah robusta. Kopi jenis ini banyak dijumpai di Indonesia,
Filipina, dan Kolombia. Rasa yang dihasilkan cenderung lebih pahit, menyerupai coklat. Tekstur
biji kopinya juga lebih kasar dengan kandungan kafein yang lebih tinggi. Jenis berikutnya adalah
arabika. Contoh dari jenis arabika adalah kopi toraja. Kopi toraja dan kopi-kopi jenis arabika
lainnya memiliki karakter rasa yang pahit cenderung asam. Kopi ini memiliki aroma yang lebih
harum dan beragam dibanding kopi robusta. Kadar kafein dari kopi arabika juga cenderung lebih
rendah.

BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN
Petani sebagai produsen kopi Toraja belum termasuk dalam kategori yang menikmati manfaat
ekonomi kopi Toraja, sebagai akibat harga yang diterima ditetapkan secara sepihak oleh
pedagang kopi. Rendahnya harga yang diterima petani kopi disamping karena kurangnya
informasi mengenai pasar dan tataniaga kopi, juga karena kurangnya informasi mengenai
persyaratan kualitas produk yang disyaratkan pedagang besar, eksportir, pengusaha kopi olahan
maupun end user. Rendahnya harga kopi berbanding lurus dengan keinginan petani dalam
memelihara dan mengembangkan usahatani kopi (intensifikasi diabaikan dan enggan melakukan
ekstensifikasi).

DAFTAR PUSTAKA
TESIS STRATEGI PEMASARAN KOPI DI KABUPATEN TANA TORAJA THE MARKETING
STRATEGY OF COFFEE IN TANA TORAJA DWI PRASETYAWATI THANA PROGRAM
STUDI AGRIBISNIS SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR 2017. (n.d.). Retrieved April 11, 2021, from
http://digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/ZmVlNzIyNmQ1MT
EwNzM2NGI1ZjEwNzM5OGU3MWFiNGU5OTlhNGFjNA==.pdf
Nirhamullah, N., & Wasilah, W. (2015). PUSAT PEMASARAN KOPI TORAJA DI
MAKASSAR DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR EKOLOGI. Nature : National
Academic Journal of Architecture, 2(2), 225–240. https://doi.org/10.24252/nature.v2i2a8

‌HUBUNGAN STRUKTURAL FUNGSIONAL DAN EFISIENSI PEMASARAN KOPI


ARABIKA (Studi Kasus Perusahaan Pengolahan Kopi Arabika di Toraja Utara, Provinsi
Sulawesi Selatan), OLEH BUDIARTI S. LIMBONG PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
JURUSAN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2015. (n.d.). April 11, 2021, from
http://digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/YTEzOGNhMWI5M
mE1ZjU3M2E1MWI4ZWNjYjhlZDViYjZhODc4ZWVmZA==.pdf

ANALISIS PANGSA PASAR DAN TATANIAGA KOPI ARABIKA DI KABUPATEN TANA


TORAJA DAN ENREKANG, SULAWESI SELATAN IMA AISYAH SALLATU - PDF
Free Download. (2014). Retrieved April 11, 2021, from Docplayer.info website:
https://docplayer.info/48401590-Analisis-pangsa-pasar-dan-tataniaga-kopi-arabika-di-
kabupaten-tana-toraja-dan-enrekang-sulawesi-selatan-ima-aisyah-sallatu.html

Mengenal Proses Pengolahan Kopi Toraja. (2019, February). Retrieved April 11, 2021, from MG
Internaiment website: https://metagovernment.org

Anda mungkin juga menyukai