BAB I
PENDAHULUAN
Dalam era globalisasi ini persaingan bisnis menjadi sangat tajam baik di pasar
domestik maupun pasar internasional atau global. Salah satu cara memenangkan
persaingan adalah perusahaan harus mampu memberikan kepuasan kepada para
pelanggannya, misalnya dengan memberikan produk yang mutunya lebih baik,
harganya lebih murah, penyerahan produk yang lebih cepat dan pelayanan yang
lebih baik dari pada pesaingnya akan menyebabkan pelanggan menjadi lebih puas
(Nugroho dan Puriarta, 2011:28).
Mengkonsumsi kopi telah menjadi salah satu kebutuhan dan gaya hidup (life
style) masyarakat saat ini. rumah kopi menjadi tujuan yang sangat diminati
terutama kalangan muda untuk sekedar bersantai atau berkumpul dengan teman.
Tidak hanya kalangan muda, kalangan pebisnis pun sering menghabiskan waktunya
di rumah kopi untuk membahas rencana bisnisnya atau untuk bertemu dengan rekan
kerjanya. Dari banyaknya permintaan akan kopi membuat para wiraswasta tertarik
untuk membuka usaha rumah kopi sehingga saat ini banyak bermunculan usaha
rumah kopi yang membuat persaingan semakin ketat. Dalam menghadapi
persaingan yang semakin ketat ini usaha rumah kopi dituntut untuk lebih tanggap
mengetahui apa saja yang menjadi kebutuhan, keinginan serta selera konsumen di
masa sekarang dan di masa akan datang (Wulandari, 2012).
Kopi pertama kali ditanam dan tumbuh di Ethiopia. Sejarah kopi di Indonesia
diawali dari Belanda yang sedang menjajah Indonesia. By the mid – 1850s coffee
productions in the Netherland East Indies had over taken that of India and Ceyla,
making Java the largest supplier of beans to yhe Europian market (Teggia, 2003:
28). Sejak zaman penjajahan Belanda hingga sekarang, usaha di rumah kopi tidak
pernah punah. Setelah Indonesia merdeka, bangsa Indonesia sudah mampu
memproduksi kopi-kopi berkualitas baik. Indonesia merupakan negara penghasil
kopi ketiga terbesar di dunia setelah Brasil dan Vietnam dengan total produksi 748
ribu ton atau 6,6% dari produksi kopi dunia pada tahun 2012 (Hartono, 2015).
Namun, jumlah konsumsi kopi di Indonesia masih mencapai 300 ribu ton dan masih
jauh di bawah negara-negara lain (AEKI).
Mendirikan suatu usaha rumah kopi bukanlah merupakan hal yang mudah,
namun memelihara dan mengembangkan usaha yang sudah didirikan tersebut
merupakan suatu pekerjaan yang jauh lebih banyak tantangannya. Masalah-masalah
akan selalu muncul baik dari dalam maupun dari luar.
TINJAUAN PUSTAKA
Kopi adalah sejenis minuman yang berasal dari proses pengolahan dan
ekstraksi biji tanaman kopi. Kata kopi sendiri berasal dari bahasa Arab: “qahwah”
yang berarti kekuatan, karena pada awalnya kopi digunakan sebagai makanan
berenergi tinggi. Kata qahwah kembali mengalami perubahan menjadi kahveh yang
berasal dari bahasa Turki dan kemudian berubah lagi menjadi koffie dalam bahasa
Belanda. Penggunaan kata koffie segera diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi
kata kopi yang dikenal saat ini.
Secara umum, terdapat dua jenis biji kopi, yaitu arabika (kualitas terbaik)
dan robusta. Sejarah mencatat bahwa penemuan kopi sebagai minuman berkhasiat
dan berenergi pertama kali ditemukan oleh Bangsa Etiopia di benua Afrika sekitar
3000 tahun (1000 SM) yang lalu. Kopi kemudian terus berkembang hingga saat ini
menjadi salah satu minuman paling populer di dunia yang dikonsumsi oleh berbagai
kalangan masyarakat. Indonesia sendiri telah mampu memproduksi lebih dari 300
ribu ton kopi per tahunnya. Di samping rasa dan aromanya yang menarik, kopi juga
dapat menurunkan risiko terkena penyakit kanker, diabetes, batu empedu, dan
berbagai penyakit jantung.
Definisi jasa menurut Philip Kolter yang talah diterjemahkan adalah sebagai
berikut “Setiap tindakan atau perbuatan yang dapat ditawarkan oleh suatu pihak
kepada pihak lain, yang pada dasarnya bersifat intangible (tidak berwujud fisik) dan
tidak menghasilkan kepemilikan sesuatu”.
5. Jasa murni
Di sini hanya terdiri dari jasa. Contohnya adalah: jasa menjaga bayi,
psikoterapi. Akibat dari adanya macam-macam jasa ini, maka sulit untuk
menyeratakan jasa, kecuali dengan pembedaan lebih lanjut, yaitu:
1. Berdasarkan basis peralatan/basis orang, contohnya: pencuci mobil otomatis,
mesin berjalan, jasa akuntansi.
2. Kehadiran klien, contohnya: pada pembedahan otak, pasien harus hadir; potong
rambut.
3. Kebutuhan bisnis, contohnya: dokter akan menetapkan harga yang berbeda untuk
pasien perorangan dan kelompok karyawan perusahaan.
4. Penyedian jasa berbeda dalam sasarannya (laba atau nirlaba) dan kepemilikan
(swasta atau public).
Menurut Kotler (2000), kepuasan konsumen adalah hasil yang dirasakan oleh
pembeli yang mengalami kinerja sebuah perusahaan yang sesuai dengan
harapannya (Dadang, 2010, p.38).
Jadi, tingkat kepuasan merupakan fungsi dari perbedaan antara kinerja yang
dirasakan dengan harapan. Apabila kinerja di bawah harapan, maka pelanggan akan
kecewa. Bila kinerja sesuai dengan harapan, pelanggan akan puas. Sedangkan bila
kinerja melebihi harapan, pelanggan akan sangat puas. Harapan pelanggan dapat
dibentuk oleh pengalaman masa lampau, komentar dari kerabatnya serta janji dan
informasi pemasardan saingannya. Pelanggan yang puas akan setia lebih lama,
kurang sensitive terhadap harga dan memberi komentar yang baik tentang
perusahaan.
Pemasaran jasa tidak sama dengan pemasaran produk yang dikenal secara
umum. Hal tersebut dikarenakan jasa mempunyai karakteristik yang membe
dakannya dengan produk fisik. Karakteristik pemasaran jasa tersebut adalah
intangibility, inseparability, variability dan perishability.
Jasa berbeda dengan barang jika barang merupakan suatu obyek alat atau
benda, maka jasa adalah suatu perbuatan kinerja (performance) atau usaha. Bila
barang dapat dimiliki maka jasa hanya dapat dikonsumsi tetapi tidak dapat dimiliki.
Jasa bersifat intangible artinya tidak dapat dilihat, dirasa, diraba, didengar atau
dicium sebelum membeli. Oleh karena itu untuk mengurangi ketidak pastian para
pelanggan memperhatikan atau tanda-tanda bukti kualitas jasa. Konsumen akan
menyimpulkan kualitas jasa dari tempat (pleace), orang (people), peralatan
(equipment), bahan-bahan komunikasi (communication materials), simbol dan
harga yang mereka amati.
3. Variability (variabilitas)
Jasa bersifat sangat variabel karena merupakan non standardized out put
artinya banyak variasi bentuk, kualitas dan jenis tergantung pada siapa, kapan, dan
dimana jasa dihasilkan.
4. Perishability (tidak tahan lama)
Jasa merupakan komoditas yang tidak tahan lama dan tidak dapat disimpan.
Kursi bus yang kosong akan berlalu begitu saja karena tidak dapat disimpan.
Dengan demikian apabila jasa tidak digunakan, maka jasa tersebut akan berlalu
begitu saja.
BAB III
METODE PENELITIAN
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan
sekunder. Data primer yang digunakan dalam penelitian ini adalah informan.
Adapun individu maupun perorangan yang akan dijadikan informan dalam
penelitian ini adalah konsumen yang menikmati kopi di Warung Bendito Kawasan
Megamas Kota Manado. Sumber data sekunder adalah data tertulis seperti buku,
arsip, dokumen, dan kepustakaan yang berkaitan dengan masalah yang diteliti.
a. Jenis Kelamin
Jumlah konsumen yang datang ke Warunk Bendito yang terdiri dari pria dan
wanitia.
b. Usia
Umur responden atau konsumen yang datang ke Warunk Bendito. Usia
yaitu dari yang anak remaja dan orang dewasa.
Pada penelitian ini, alat analisis yang digunakan oleh penulis yaitu dengan
menggunakan uji chi square dan uji skala likert.
2
Uji chi square (χ ) adalah pengujian hipotesis mengenai perbandingan antara
frekuensi observasi atau yang benar-benar terjadi/actual (Fo) dengan frekuensi
harapan/ekspektasi (Fe) yang didasarkan atas hipotesis tertentu.
Kriteria untuk uji chi square adalah statistic chi square yaitu:
χ2 hit = Σ (F– Fe )2
Fe
Yang didistribusikan dengan degree of freedom = k – 1
Uji skala likert adalah pengujian yang dirancang untuk memungkinkan
pelanggan menjawab dalam berbagai tingkatan pada setiap butir yang menguraikan
jasa atau produk. Menurut Freddy Rangkuti “Riset Pemasaran”, 2002 skala likert
merupakan tekhnik pengukuran sikap yang paling luas digunakan dalam riset
pemasaran. Skala likert memungkinkan responden untuk mengekspresikan intesitas
perasaan mereka secara lebih luas. Hal ini dimungkinkan karena pertanyaan yang
dalam skala likert memiliki jawaban yang berjenjang atau dengan kata lain.
3.6 Waktu dan Rencana Kegiatan
Waktu Kegiatan
No Kegiatan Februari Maret April
1 2 3 4 5 1 2 3 4 1 2 3 4
1. Persiapan
2. Seminar Proposal
Perbaikan
3.
Proposal
4. Pengambilan Data
5. Pengolahan Data
Penyusunan
6.
Laporan
7. Seminar Hasil
8. Perbaikan Hasil
9. Ujian sarjana
No Kegiatan Jumlah
1. Seminar Proposal Rp. 1.200.000,-
2. Pengambilan Data Rp. 800.000,-
3. Supervisi Lapangan Rp. 1.000.000,-
4. Seminar Hasil Penelitian Rp. 1.300.000,-
5. Ujian Skripsi Rp. 2.000.000,-
6. Pengadaan Skripsi Rp. 2.700.000,-
7. Biaya Lain-lain Rp. 1.000.000,-
Total Biaya Rp. 10.000.000,-
A. Komisi Pembimbing
B. Peneliti
Nim : 14031104123
DAFTAR PUSTAKA
2006, Manajemen Pemasaran, Jilid I dan JIlid II, Edisis Kesebelas, PT.
Indeks, Gramedia, Jakarta
Kotler, Philip. 2005. Manajamen Pemasaran, Jilid 1 dan 2. Jakarta: PT. Indeks
Kelompok Gramedia.
Umar, Husein. Riset Pemasaran dan Perilaku Konsumen. Jakarta: PT. Gramedia
Pustaka Utama, 2003.
Philip Kolter dan Kevin Lane Keller, 2007, Manajemen Pemasaran, Jilid I dan Jilid
II, PT. Indeks, Jakarta.
Sinambela, Lijan Poltak. Dkk. 2011. Reformasi Pelayanan Publik. Jakarta: Bumi
Aksara